Anda di halaman 1dari 2

Internship?

Dihapus atau Tetap


Dilaksanakan?
Posted November 26, 2013 by Admin PSMKGI & filed under E-PendPro, E-PendPro
Pendidikan.
ditulis oleh : Risa Rahma Putri. Universitas Syiah Kuala
Dewasa ini pemerintah telah mengeluarkan keputusan bahwa lulusan dokter gigi baru harus
menjalani program internship. Program internship atau kerap disebut sebagai magang dokter
baru ini dicanangkan oleh Menteri Kesehatan RI kala itu, dr. Endang Rahayu dan sudah
dimulai sejak tahun 2010. Internship sendiri telah menjadi topik hangat yang ramai
diperbincangkan dan telah menuai berbagai pro dan kontra dari kalangan mahasiswa
kesehatan sendiri. Saat ini sikap yang ditunjukkan oleh mahasiswa-mahasiswa kesehatan
terbagi menjadi sikap mendukung untuk tetap dilanjutkan internship, menginginkan evaluasi
dan kaji kembali program internship dan tidak mendukung adanya program internship.
Keluhan yang ramai diperbincangkan mengenai internship adalah tunjangan yang diberikan
tidak sesuai. Dokter gigi internship digaji kementrian kesehatan 1,2 juta per bulannya dengan
masa bakti yg dianggap terlalu lama. Berikut ini ironi yang jelas terjadi. Ketika buruh yang
bekerja rata-rata 8 jam sehari saja menuntut gaji hingga 2 juta per bulan, dokter gigi
internship yang bisa dipekerjakan hingga 24 jam sehari, jerih payahnya dihargai lebih rendah
dari buruh. Sekolah boleh tinggi, gelar bergengsi, tapi gaji hanya bisa buat makan sehari-hari.
Untuk menjadi dokter gigi, mahasiswa di Indonesia harus menempuh masa studi kurang lebih
selama 4 tahun untuk menyelesaikan strata 1 nya dan mendapatkan S.KG tersemat
dibelakang nama mahasiswa tersebut. Kemudian setelah menyelesaikan strata 1, mahasiswa
harus menjalani program kepaniteraan klinik atau sering disebut co-ass kurang lebih selama 2
tahun. Maka mahasiswa kedokteran gigi akan menempuh kurang lebih 6 tahun, untuk
mendapatkan gelar dokter gigi. Bahkan beberapa mahasiswa dapat menyelesaikan studinya
dalam kurun waktu 5 tahun untuk mendapatkan gelar dokter gigi. Tidak jarang pula
mahasiswa menyelesaikan studinya melebihi kurun waktu 6 tahun tersebut. Setelah kurang
lebih 6 tahun menyelesaikan pendidikan profesi dokter gigi, mereka masih harus mengikuti
Uji Kompetensi Dokter Gigi Indonesia (UKDGI) lagi.Kini lulus uji kompetensi saja bahkan
tidak akan cukup sebagai syarat bisa praktek mandiri karena kewajiban mengikuti internship
tersebut selama satu tahun di rumah sakit atau puskesmas yang ditunjuk.
Kemudian muncul pertanyaan mengapa harus internship? Sedangkan peserta program
internship adalah mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dokter giginya dan
telah lulus uji kompetensi. Jika internship ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
kompetensi dokter gigi tersebut, maka hasil dari ujian kompetensi telah dapat membuktikan
sejauh mana kompetensi lulusan dokter gigi baru.
Tujuan dari internship secara garis besar ada 2 yaitu agar lulusan dokter gigi baru bisa
memperoleh kemahiran dengan cara mempraktekkan kompetensi yang dimiliki dan
membantu pelaksanaan program pemerintah untuk pemerataan persebaran dokter gigi. Jika
dilihat dari tujuan yang pertama agar dokter gigi tersebut dapat memperoleh kemahiran serta
dapat mempraktekkan langsung kepada masyarakat, maka bukankah mahasiswa kedokteran

gigi semasa perkuliahan mempunyai jadwal skills lab dan pada pendidikan profesi (co-ass)
mahasiswa kedokteran gigi juga mencari pasien sendiri dengan kasus yang telah ditentukan
pada requirements? Jadi secara langsung mereka sudah mempraktekkan teori-teori yang
dipelajari semasa perkuliahan lewat kegiatan skills lab dan pada masa pendidikan profesi
mereka tentu sudah memperdalam kembali kemampuannya dalam menangani kasus-kasus
pasien. Kemudian untuk tujuan pemerataan dokter gigi Indonesia, harusnya diatur kembali
sesuai dalam UU Kesehatan. Mengapa tidak langsung PTT saja agar lebih terjamin, karena
dengan tujuan yang sama seharusnya programnya tidak perlu dibedakan.
Pelaksanaan internship dikatakan merupakan salah satu upaya agar dokter gigi lulusan
Indonesia dapat diakui secara internasional. Untuk hal ini seharusnya sejak mahasiswa
menjalani pendidikan dokter gigi acuan standar pendidikan dan standar kurikulum yang
dipakai harus sama dan sudah mengacu pada standar internasional.
Karenanya kementrian kesehatan perlu untuk mengevaluasi dan mengkaji kembali
pelaksanaan internship, karena program intership ini sebaiknyatidak untuk dilanjutkan.
Internship membuat sebagian dokter gigi akan terpaksa menjalaninya, sehingga rasa
pengabdiannya kurang mengena. Mungkin karena memang tidak sebandingnya perjuangan
mereka dengan penghargaan yang didapatkan. Niat baik dalam proram internship ini jelas
terbaca, namun kita tak boleh mengabaikan banyaknya kekurangan dalam aplikasinya
dilapangan. Hal ini tak hanya memaksa pihak-pihak berwenang untuk mereview program
tersebut untuk 3,6, atau berapa bulan saja, namun lebih kepada apa yang menjadi dampak
internship ini berpuluh tahun kedepan dalam karir dan pelayanan dokter gigi dokter gigi
nasional kita.

Anda mungkin juga menyukai