gigi semasa perkuliahan mempunyai jadwal skills lab dan pada pendidikan profesi (co-ass)
mahasiswa kedokteran gigi juga mencari pasien sendiri dengan kasus yang telah ditentukan
pada requirements? Jadi secara langsung mereka sudah mempraktekkan teori-teori yang
dipelajari semasa perkuliahan lewat kegiatan skills lab dan pada masa pendidikan profesi
mereka tentu sudah memperdalam kembali kemampuannya dalam menangani kasus-kasus
pasien. Kemudian untuk tujuan pemerataan dokter gigi Indonesia, harusnya diatur kembali
sesuai dalam UU Kesehatan. Mengapa tidak langsung PTT saja agar lebih terjamin, karena
dengan tujuan yang sama seharusnya programnya tidak perlu dibedakan.
Pelaksanaan internship dikatakan merupakan salah satu upaya agar dokter gigi lulusan
Indonesia dapat diakui secara internasional. Untuk hal ini seharusnya sejak mahasiswa
menjalani pendidikan dokter gigi acuan standar pendidikan dan standar kurikulum yang
dipakai harus sama dan sudah mengacu pada standar internasional.
Karenanya kementrian kesehatan perlu untuk mengevaluasi dan mengkaji kembali
pelaksanaan internship, karena program intership ini sebaiknyatidak untuk dilanjutkan.
Internship membuat sebagian dokter gigi akan terpaksa menjalaninya, sehingga rasa
pengabdiannya kurang mengena. Mungkin karena memang tidak sebandingnya perjuangan
mereka dengan penghargaan yang didapatkan. Niat baik dalam proram internship ini jelas
terbaca, namun kita tak boleh mengabaikan banyaknya kekurangan dalam aplikasinya
dilapangan. Hal ini tak hanya memaksa pihak-pihak berwenang untuk mereview program
tersebut untuk 3,6, atau berapa bulan saja, namun lebih kepada apa yang menjadi dampak
internship ini berpuluh tahun kedepan dalam karir dan pelayanan dokter gigi dokter gigi
nasional kita.