b.
Bagi dokter, merupakan sarana untuk mendapatkan
legitimasi (pembenaran, atau pengesahan) atas tindakan
medis yang dilakukan terhadap pasien, karena tanpa
informed consent maka tindakan medis dapat berubah
menjadi perbuatan melawan hukum. Dengan informed
consent maka dokter terbebas dari tanggungjawab atas
terjadinya risiko atau akibat ikutan, karena telah
diinformasikan didepan, sedangkan apabila tanpa informed
consent maka risiko dan akibat ikutan menjadi
tanggungjawab dokter.
Meskipun demikian, jangan disalah artikan bahwa informed
consent dapat melepaskan dokter dari tanggungjawab
hukum atas terjadinya malpraktik, sebab malpraktik adalah
masalah lain yang erat kaitannya dengan mutu tindakan
medis yang tidak sesuai dengan standar profesi.
5.
Tindakan medis apa saja yang memerlukan informed
consent?
Mengacu pada UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran, dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 290
Tahun 2008, maka semua tindakan medis/kedokteran harus
mendapatkan persetujuan dari pasien, jadi sifatnya adalah
non-selective. Hanya disebutkan bahwa tindakan medis yang
berisiko tinggi harus mendapatkan informed consent secara
tertulis ( written consent).
Pada keadaan emergensi atau penyelamatan jiwa maka tidak
diperlukan informed consent. Dalam konteks praktik
dilapangan informed consent tetap merupakan hal yang
penting, namun tidak boleh menjadi penghalang bagi
tindakan penyelamatan jiwa.
Sedangkan pada kasus pasien anak-anak, tindakan medis
tetap dapat dilakukan oleh dokter walaupun tanpa
persetujuan orang tua dengan syarat :
a.
Tindakan medis yang akan dilakukan harus
merupakan tindakan medis terapetik, bukan eksperimental.
b. Tanpa tindakan medis tersebut, anak akan mati, dan
c.
Tindakan medis tersebut memberikan harapan atau
peluang pada anak untuk hidup normal, sehat dan
bermanfaat.
6.
Siapa yang bertanggungjawab untuk memberikan
informasi? Apa isi/materi informasinya, dan bagaimana cara
memberikan informasi tersebut?
Tanggungjawab memberikan informasi :
Harus difahami sungguh-sungguh, bahwa :
a.
Tanggungjawab memberikan informasi sebenarnya
berada pada dokter yang akan melakukan tindakan medis,
karena hanya dia sendiri yang tahu persis tentang masalah
kesehatan pasien, hal-hal yang berkaitan dengan tindakan
medis tersebut, dan tahu jawabannya apabila pasien
bertanya.
b.
Tanggungjawab tersebut memang dapat didelegasikan
kepada dokter lain, perawat, atau bidan, hanya saja apabila
terjadi kesalahan dalam memberikan informasi oleh yang
diberi delegasi, maka tanggungjawabnya tetap pada dokter
yang memberikan delegasi.
Oleh karena itu, hendaknya para dokter hanya
mendelegasikan jika sangat terpaksa. Dan itupun hanya
kepada tenaga kesehatan yang tahu betul tentang problem
kesehatan pasien, sehingga dapat memberikan jawaban yang
tepat apabila ada pertanyaan dari pasien.
Dibeberapa negara maju, tanggungjawab memberikan
informasi ini merupakan tanggungjawab yang tidak boleh
didelegasikan. ( non-delegable-duty)
b.
Ada saksi ( misalnya perawat, bidan, dll) yang melihat
proses pemberian informasi.
c.
Dicatat dalam rekam medis pasien dengan
mencantumkan
tanggal, waktu, dan nama penerima
informasi serta saksi.
8. Apakah materi dari written consent?
Redaksinya pada hakekatnya adalah bebas, sesuai ketentuan
institusi kesehatan yang mengeluarkannya, namun harus
mengandung hal-hal sebagai berikut :
a.
Pengakuan atau pernyataan oleh pasien atau walinya
bahwa :
Ia telah diberi informasi oleh dokter.....
Ia telah memahami sepenuhnya informasi tersebut
Ia, setelah memperoleh informasi dan memahami,
kemudian memberikan persetujuan kepada dokter........untuk
melakukan tindakan medis.
b. Tandatangan pasien atau walinya
Tandatangan dokter yang memberi informasi mestinya tidak
perlu mengingat informed consent adalah sebuah pernyataan
sepihak dari pasien. Demikian pula
tandatangan saksi. Sebagai contoh adalah
kwitansi yang merupakan pernyataan
sepihak dari seseorang yang telah menerima
uang, maka cukup yang bersangkutan yang
menandatangani.
9.
Apakah syarat sahnya informed consent, dan
bagaimana pembatalannya?
Syarat sahnya informed consent :
a.
Voluntary ( suka rela, tanpa unsur paksaan)
b.
Unequivocal ( dengan jelas dan tegas)
c.
Conscious ( dengan kesadaran )
d.
Naturally ( sesuai kewajaran )
Voluntary maknanya bahwa pernyataan tersebut harus bebas
dari tiga F, yaitu force (paksaan), fear ( rasa takut) dan fraud
( diperdaya). Sedangkan Naturally maknanya sesuai
kewajaran disrtai iktikad baik, serta isinya tidak mengenai
hal-hal tang dilarang oleh hukum. Oleh sebab itu tidak
dibenarkan
adanya
kalimat
yang
menyatakan
bahwa ....pasien tidak berhak menuntut atau menggugat
jika terjadi sesuatu yang merugikannya.
Pembatalan informed consent :
Informed consent dapat dibatalkan :
a.
Oleh pasien sendiri sepanjang tindakan medis tersebut
belum dilakukan, atau secara medis tidak mungkin lagi
untuk dibatalkan.
b.
Dalam hal informed consent diberikan oleh wali atau
keluarga terdekatnya, maka sepatutnya pembatalan tersebut
adalah oleh anggota keluarga yang bersangkutan, atau oleh
anggota keluarga lainnya yang mempunyai kedudukan
hukum lebih berhak untuk bertindak sebagai wali.
Dalam hukum perdata, suami atau isteri dari pasien lebih
berhak dari pada anak atau orang tuanya.
RANGKUMAN
Materi ini telah membahas tentang informed consent.
Dimulai dari pengertian informed consent, latar belakang
perlunya informed consent, landasan filosofis, landasan
etika, dan landasan hukum. Lebih lanjut dibahas fungsi
informed consent, tindakan apa saja yang memerlukan
informed consent, siapa yang bertanggung jawab untuk
memberikan informasi, apa materi informasinya dan
bagaimana cara penyampaian informasi tersebut. Disisi lain
di
Anglo-American
yang
individualismenya tinggi.
seperti :
untuk
kepentingan
peradilan),
penggunaan
General beneficence :
lain
risiko minimal).
o
Specific beneficence :
morality.
buruk)
d. Hukum (umum) :
kemampuan pasien).
pasien
sebagai
mahluk
berakal
budi
(bermartabat),
Jenis keadilan :
1.
umum)
c. Sosial : kebajikan melaksanakan dan memberikan
2.
pasien).
3.
selfimposed, zelfoplegging)
4.
(mementingkan
prosedur
adil
>
hasil
substantif/materiil).
umum,
teman
sejawat
dan
pasien/klien
5.
profesi
&
keinginan,
keutamaan moral
perilaku,
tanpa
mencampur-baurkan
nilai.
yang
diucapkan,
tetapi
sebenarnya
kita
tidak
berikut:
Menyokong atau meningkatkan pertumbuhan dalam
4.4.2
4.4.3
4.4.4
4.4.5
BAB VII
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
Bagian Kesatu
Surat Izin Praktik
Pasal 36
Setiap dokter dan dokter gigi yang melakukan praktik
kedokteran di Indonesia wajib memiliki surat izin praktik.
Pasal 37
Surat izin praktik sebagaiman dimaksudkan dalam Pasal 36
dikeluarkann oleh pejabat kesehatan yang berwenang di
kabupaten/kota tempat praktik kedokteran atau kedokteran
gigi dilaksanakan.