Anda di halaman 1dari 8

PERKEMBANGAN BAHASA ARAB ZAMAN AWAL KEISLAMAN

(MASA RASULULLAH DAN KHULAFAAUR RASYIDUUN)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Sejarah Perkembangan Bahasa Arab

Dosen Pengampu : DR. Mahfudz Shiddiq, Lc. M.A

Oleh :

Anni Syifa Fauzia ( 1900018022 )

PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2021
PERKEMBANGAN BAHASA ARAB ZAMAN AWAL KEISLAMAN

(MASA RASULULLAH DAN KHULAFAAUR RASYIDUUN)

PENDAHULUAN

Kedatangan Islam di tanah Arab telah membawa pengaruh besar dan kemajuan di
berbagai aspek agama, ekonomi, politik, seni dan budaya maupun keadaan sosial bangsa
Arab itu sendiri. Islam muncul di tanah Arab pada awal abad ketujuh Masehi yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Sebelum datangnya ajaran Islam, mayoritas
kehidupan religi bangsa Arab adalah menganut kepercayaan terhadap berhala. Setelah
datangnya Islam, semangat persaudaraan yang sejagat dan nilai-nilai yang positif
diperkenalkan dengan menyusun langkah bersatu menjadi satu kekuatan umat yang maju
dalam bidang jasmani dan rohani.

Al-Qur’an yang menjadi landasan hidup orang Islam dapat mendorong untuk lebih
mendalami ilmu pengetahuan dari berbagai cabang disiplin ilmu, termasuk di dalamnya
ilmu bahasa yang mempelajari kesusastraan. Sebelum Islam datang, kesusastraan Arab
telah lama berkembang dengan pesatnya. Akan tetapi pada masa permulaan Islam , isi
dan semangat dari kesusastraan Arab itu mengalami perubahan. Ajaran tauhid yang
disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW ke tengah-tengah masyarakat, telah
mempengaruhi corak kesusastraan zaman jahiliyah pada saat itu.

PENGARUH ISLAM TERHADAP BAHASA DAN SASTRA ARAB

Pengaruh Islam terhadap bangsa Arab bukan hanya dalam pemikiran dan kehidupan
sosial bangsa Arab jahiliyyah yang penuh dengan kegelapan. Namun, Islam juga
membawa pengaruh pergaulan dan bahasa keseharian mereka. Hadirnya AlQur’an
sebagai kitab pertama yang tersusun menggunakan bahasa Arab, meningkatkan minat
orang Arab untuk mempelajari AlQur’an sebagai manifestasi kehidupan bermasyarakat
dan bersastra. AlQur’an merupakan peletak dasar seni prosa sekaligus sumber makna dan
gaya bahasa Arab yang digandrungi oleh masyarakat Arab di masa tersebut.

Allah SWT menurunkan AlQur’an kepada seorang Rasul lewat lidah seorang Arab
yang kuat dan jelas sebagai mukjizat dalam mengembangkan tugas dakwahnya untuk
mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju kepada jalan yang lurus. Ia
diturunkan dengan susunan bahasa yang menarik sehingga tidak ada bandingannya sama
sekali. Orang-orang Arab banyak yang mengingkari keberadaan AlQur’an diantaranya
adalah justru para penyair dan para petinggi bahasa yang telah memahami seluk beluk
sastra namun gagal menandingi keindahan bahasa AlQur’an.

Bahasa yang terdapat pada AlQur’an diantaranya adalah bahasa Quraisy yang mana
pada zaman tersebut dialek Quraisy lah yang menjadi bahasa pemersatu dan bahasa
paling baik yang digunakan di tanah Arab. Kemudian ada bahasa bani Saad bin Abu
Bakar, tempat Rasululllah dibesarkan. Selebihnya, AlQur’an tersusun dari berbagai
bahasa asing, namun akhirnya bercampur baur dan menjadi kosakata bahasa Arab resmi.

Pengaruh AlQur’an terhadap bahasa dan sastra Arab secara ringkas diantaranya,

1. AlQur’an menjaga bahasa Arab dari kepunahan seperti bahasa Arab sebelum
kedatangan Islam serta membawa perubahan bagi perbendaharaan kosakata
bahasa Arab
2. AlQur’an memperluas ekspansi kebahasaan dengan munculnya istilah-istilah baru
ilmu pengetahuan serta hukum-hukum Islam.
3. Ilmu telaah bahasa Arab memiliki cabang baru seperti balaghah, nahwu sharaf dan
lain sebagainya
4. Bahasa AlQur’an mempengaruhi bahasa syair dari para penyair Jahiliyyah dan
membuat mereka mengutip banyak frasa-frasa dalam AlQur’an untuk menjadi bait
syair yang mereka buat

Pengaruh Islam yang lain ialah seruan dakwah atau yang disebut khatabah yang
digunakan Rasululullah sebagai pelembut hati para kafir Quraisy agar mengikuti ajaran
agama Allah. Keiistimewaan uslub yang digunakan Rasulullah dengan kekuatan mantiq,
kedalaman makna, indahnya ungkapan serta menggunakan bahasa Ijaz dengan kata-kata
yang singkat padat namun luas makna yang yang terkandung di dalamnya.

Para pemimpin Islam setelah Nabi atau yang biasa disebut khulafaaur rasyiduun juga
merupakan singa podium yang menyebarkan dakwah dengan cara dan gaya mereka
masing-masing. Dakwah yang mereka serukan dilengkapi dengan ayat-ayat serta uslub
yang terkandung dalam AlQur’an serta tidak lupa menyelipkan doa doa dan ampunan.
Dakwah mereka pun bukan hanya bicara lantang di depan para umat, namun dengan ide
dan pembahasan yang jelas sehingga umat memiliki tujuan yang pasti ketika mendengar
dakwah tersebut.
PERKEMBANGAN BAHASA ARAB PADA MASA KHULAFAAUR
RASYIDUUN

Sebelum Nabi wafat, beliau telah merintis jalan untuk memperluas penyiaran Islam
keluar jazirah Arabia. Usaha ini telah dicoba beberapa kali untuk mengajak pembesar
kerajaan Romawi dan Persia untuk masuk Islam. Setelah Nabi wafat, usaha ini diteruskan
oleh para Khulafaaur Rasyiduun. Istilah Khulafaaur Rasyiduun ini mengacu pada
kepemimpinan 4 khalifah setelah Nabi Muhammad saw, yang terdiri dari: Abu Bakar Ash
Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan serta Ali bin Abi Thalib.

Secara spesifik terkait dengan perkembangan sastra pada masa Khulafaaur


Rasyiduun, para pengamat sastra pada umumnya sepakat terhadap hal-hal di bawah ini:

1. Perkembangan sastra mengalami stagnasi, karena perhatian yang lebih kepada bahasa
Al-Quran dan al-Hadits, sehingga syair dan karya sastra lainnya kurang teroganisir atau
kurang berkembang.

2. Al-Quran sebagai sumber inspirasi untuk kegiatan sastra, karena dalam berdakwah
diperlukan bahasa yang indah. Pengaruh al-Quran dan al-Hadits tidak bisa dilepaskan
karena keduanya merupakan sumber pokok ajaran Islam.

Bentuk-bentuk karya sastra bahasa Arab pada masa Khulafaaur Rasyiduun antara lain

1. Syair

Dalam bidang syair, pada masa ini tidak jauh dari syair pada masa Rasul, yang juga
tidak jauh berbeda dengan masa sebelumnya (masa Jahiliyah). Maksudnya puisi kurang
maju dan berkembang karena lebih memperhatikan al-Quran, sehingga kata dalam puisi
sangat terpengaruh oleh al-Quran. Syair-syair Muslim pada masa Khulafa ur-Rasyidin
dibuat berdasarkan aturan-aturan tradisional seperti qasida, ghazel, qisah, mastnawi, dan
rubaiyyat.

Bentuk-bentuk syair antara lain:

a. Qasida merupakan bentuk syair yang terus diminati bahkan sampai sekarang. Qasida
merupakan karya sastra tradisional berbentuk syair pujian yang tersusun dari 20 sampai
100 sajak dan memiliki rima tunggal di akhir sajak. Biasanya syair dimulai dengan
pembukaan yaitu syair-syair tentang cinta yang dimaksudkan untuk mendapatkan
perhatian dari para pendengar. Kemudian syairnya dilanjutkan dengan kisah-kisah
perjalanan (traveling atau adventure poem), seperti kuda dan unta di gurun pasir.
Terakhir, merupakan inti dari syairnya biasanya mengkisahkan suku-suku mereka atau
bahkan dirinya sendiri (fakhr atau ananiyyah). Pada masa Khulafa ur-Rasyidin ini, qasida
mengalami transformasi bentuk dan substansi, dibanding pada masa pra-Islam. Qasida
berfungsi sebagai alat untuk memuji Tuhan, pujian terhadap Nabi Muhammad yang telah
wafat, atau ratapan kepada guru-guru mereka atau nyanyian atau keluh kesah untuk bagi
orang suci.
b. Ghazel merupakan syair cinta yang terdiri dari 5 sampai 12 bait berisikan religiusitas,
sekuler, dan kombinasi di antara keduanya.
c. Qashshah merupakan syair humor yang menggambarkan kehidupan sehari-hari.
d. Masnavi berasal dari tradisi sastra kuno Persia. Masnavi menjadi sangat terkenal di
kawasan Arab karena bentuk syairnya yang terdiri dari ribuan bait yang saling
berhubungan satu sama lain sehingga membentuk sebuah cerita
e. Rubaiyyat juga berakar pada tradisi syair Islam Persia. Bentuknya berupa kuatrain (sajak
empat baris) yang biasanya terdiri dari empat bait
f. Maqamah merupakan gambaran semangat bangsa Arab yang dituangkan dalam bentuk
bait-bait prosa. Bentuk dari syair biasanya berbentuk kisah-kisah yang menghibur dalam
gaya komplek.

Pada masa khulafaurrasydin AlQur’an dijadikan inspirasi sebagai kegiatan sastra, hal
ini menunjukkan bahwa di dalam al-quran banyak terkandung nilai-nilai sastra. Karya ini
dipakai untuk melakukan dakwah dalam bentuk lisan (pidato), yang memerlukan bahasa
yang yang indah, fungsi sastra dijadikan alat untuk dakwah (politik komunikasi), seperti
yang telah dipaparkan di atas Ali bin Abi thalib salah satu tokoh terkenal dengan gaya
pidatonya. Karya sastra dalam bentuk lisan tersebut lahir karena dorongan strategi
komunikasi yang menjadi keharusan untuk mendapatkan perhatian. Selain syair-syair di
atas, kita juga dapat menemukan syair lain yang terdapat di beberapa peperangan yang
dilakukan oleh kaum muslimin dalam menaklukan bangsa Persia, seperti syair Qais bin
Makhsyuk dalam peperangan Qasidiah.

2. Prosa

Selain syair, genre prosa pun berkembang, tetapi terbatas pada jenis khutbah, risalah,
maqamah, dan qishshah dengan universalitas tema dan nilai. Khutbah, risalah (surat),
maqamah (kisah pendek yang mengungkapkan prekositas sastra/linguistik sang hero),
qashash (essai yang berkisar di seputar satu gagasan yang adalah pusatnya) merupakan
sebagian jeni prosa yang berkembang pada masa Khulafa ur-Rasyidin. Pada masa ini,
prosa tertuang dalam dua bentuk yaitu Khithabah (bahasa pidato) dan Kitabah (bahasa
korespondensi). Khithabah menjadi alat yang paling efektif untuk berdakwah mengalami
kesempurnaannya karena pengaruh al-Quran. Pionir-pionir khithabah adalah para
khalifah, mereka adalah pemimpin yang sekaligus sastrawan, mereka sangat baligh dan
fasih dalam berkhotbah. Ahli pidato yang sangat terkenal pada masa ini adalah Ali bin
Abi Thalib, bahkan khutbah-khutbahnya dikumpulkan dalam kitab Nahj al-Balaghah.
Tentang kitabah tidak mengalami kemajuan sepesat khithabah meskipun di dalamnya
banyak didapatkan nilai-nilai sastra.

Bentuk-bentuk prosa antara lain:

a. Siyaq, indah kata-kata terbaik sehingga pas dengan makana tertentu.


b. Al-muqabalah atau tawazun, penyeimbangan atau penjajaran kata-kata, frase, atau makna
yang simetris.
c. Repetisi, pengungkapan suatu bentuk, modalitas, atau tema berulang-ulang, masing-
masing berbeda dengan lainnya meski focus perhatiannya ke materi subjek yang sama.
d. Al-tarassul atau tidak berkembang, yaitu suksesi tema, bagian, atau bab tanpa
interkoneksi organis tetapi dengan frase atau tema standar membuka dan menutup setiap
bagian. Ini melahirkan momentum menuju kontinuasi tak terbatas.
e. Al-ijaz atau keringkasan, ketepatan, dan kesederhanaan, atau penggunaan sedikit kata
untuk mengemas makna terbesar, al-iqa atau penempatan tiap kata pada tempatnya yang
tepat.
f. Al-intiqal atau perubahan mendadak tekanan, bentuk ucapan, atau makna, kebentuk lain
yang kontras sebagai cara untu memperkuat keduanya.
g. Tamtsil al-maani atau penyampiaian makna abstrak melalui kesan yang diberikan pada
perasaan sehingga membuat ketiadaan menjadi ada, ilusi menjadi real, abstrak menjadi
konkret
h. Al-bayan, kejelasan ungkapan, ataua ketiadaan kriptikisme, symbol, dan makna
tersembunyi; dan
i. Muthabaqah al-ibarah li muqtadha al-hal, kepantasan ungkapan, kesesuaiannya dengan
keadaan atau pemilihan istilah dan gaya yang pas.

Tokoh-tokoh ilmuan sastra masa Khulafa ur-Rasyidin


Ali bin Abi Thallib, ahli pidato yang sangat terkenal, juga astrawan yang sangat baligh
dan fasih.

Hasan ibn Tsabit, penyair rumah tangga Rasulullah.

Kaab ibn Zuhair, ia selalu mengubah syair-syairnya untuk membela islam dan rasulnya.

Zaid ibn Tsabit, ia ditunjuk oleh Umar bin Khatab untuk menuliskan al-Quran yang
disimpan di rumah Rasulullah. Kemudian dia menghafal al-Quran dan menulis naskah
untuk dirinya sendiri.

Ibn Jafar, Sastrawan yang membagi Prosa arab menjadi 4 yaitu: Khithabah (retorika),
Tarassul (korespondensi), Ihtijaj (argumentasi), dan hadits (cerita).

Qais bin Makhsyuk, penyair yang mengikuti peperangan menaklukan bangsa Persia.

KESIMPULAN

Kedatangan Islam merupakan cahaya bagi bangsa Arab. Selain kehidupan sosial dan
budaya terangkat karena Islam, bangsa Arab juga memiliki keiistimewaan dengan hadirnya
AlQur’an sebagai penjaga bahasa asli mereka, yakni bahasa Arab. AlQur’an menjadi poros
pengetahuan dan ilmu kebahasaan bagi bangsa Arab yang menggemari syair dan prosa.
Bahasa yang digunakan Rasulullah serta para Khulafaaur Rasyidun juga mewarnai khazanah
perbendaharaan kosakata bahasa Arab pada zaman tersebut. Para penyair juga mendapatkan
amunisi baru serta keelokan bahasa karena mengacu pada bahasa AlQur’an.
DAFTAR PUSTAKA

Razaq, Abd Rahim. 2017. Peran Bahasa Arab Sebagai Bahasa Internasional. Makassar.
Universitas Muhammadiyah Makassar

Muis, Muhsin. 2020. Bahasa Arab Era Digital : Eksistensi dan Implikasi terhadap
Penguatan Ekonomi Keumatan. Jurnal Al Fathin vol.3 Edisi Januari-Juni 2020

Wahida, Besse. 2015. Eksistensi Bahasa dalam Dunia Dakwah. Jurnal Al Hikmah : IAIN
Pontianak vol. 9 no.1

Salim, Latifah. 2017. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan Bahasa Arab. Jurnal Diwan
vol.3 no. 1. UIN Alauddin Makassar

Mubarak, Husni. 2011. Asal Usul Bahasa Arab. Jurnal Iqra’ vol.5 no.1 Januari-Juni 2011

Hakim, Dzikrul. 2018. Eksistensi Bahasa Arab Kontemporer. Jurnal Dinamika vol.3 no.2
Edisi Desember 2018

Wildan. 2017. Sejarah Perkembangan Pemikiran Bahasa Arab : Proses Literasi Bahasa
Arab. Jurnal PIONIR : Jurnal Pendidikan vol.6 no. 1

Anda mungkin juga menyukai