Anda di halaman 1dari 9

BANGSA ARAB PRA ISLAM

(TINJAUAN SOSIAL POLITIK EKONOMI DAN KEAGAMAAN)

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah

Sejarah Perkembangan Bahasa Arab

Dosen Pengampu : DR. Mahfudz Shiddiq, Lc. M.A

Oleh :

Anni Syifa Fauzia ( 1900018022 )

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2021

PENDAHULUAN

Masa sebelum Islam khususnya jazirah Arab disebut masa jahiliyyah. Jazirah secara
etimologi berasal dari bahasa Arab yang berarti “kepulauan”, Arab secara etimologi berasal
dari kata Arabia berarti “gurun pasir” atau “sahara”. Jazirah Arab terletak di antara benua
Asia dan Afrika, sebelah barat daerah Arab dibatasi oleh Laut Merah, sebelah timur dibatasi
oleh Teluk Persia dan Laut Oman atau sungai-sungai Daljah (Tigris) dan Furrat (Eufraat),
sebelah selatan dibatasi oleh Laut Hindia dan sebelah utara Sahara Tiih yaitu lautan pasir
yang ada di antara negeri Syam dan Sungai Furrat1.
Banyak hal dialami bangsa Arab sebelum kedatangan Islam. Peradaban sebelum Islam
datang membentuk bangsa Arab menjadi bangsa yang memiliki karakter. Hidup berkabilah
dengan keadaan miskin pengetahuan dan norma kesopanan, bangsa Arab terkurung dalam
kegelapan dan kegemarannya melakukan hal buruk. Hal ini menjadi sebuah tantangan
dimana seorang Nabi akhirnya diturunkan di tanah yang dulunya tandus menjadi tanak yang
penuh keberkahan. Dalam makalah ini akan dibahas kondisi masyarakat sebelum
kedatangan Islam dari berbagai aspek kehidupan.
Geografi Jazirah Arab Dan Struktur Masyarakat Arab
Jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi atau tepatnya 1.745.900 km
merupakan kediaman mayoritas bangsa Arab. Akan tetapi bangsa Arab juga mendiami
daerah-daerah sekitar jazirah.Tanah Arab dianamai Pulau Gundul karena tanah Arab
merupakan suatu tanah semenanjung yang kurang subur dan terdapat banyak gunung
batu.Ada beberapa sungai yang mendiami wadi dengan aliran yang tidak tetap dan
lembah-lembah berair di musim hujan.
Di sebelah barat berbatasan dengan dengan laut Merah dan gurun Sinai, sebelah
timur berbatasan dengan Teluk Arab (Persia), sebelah selatan dengan laut India, dan di
sebelah utara dengan gurun (padang pasir) Irak dan Syiria. Meskipun dikelilingi oleh air
pada tiga sisi dan dibatasi oleh padang pasir pada sisi ke empat, jazirah Arab termassuk

1
Dr. Didin Saepudin, “Sejarah Peradabn Islam”, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2010, hlm: 12.
salah satu daerah yang paling kering dan panas di muka bumi. Jazirah Arab terletak di
Sebelah Barat daya Asia, terbagi atas dua bagian yaitu bagian tengah dan bagian tepi.2
Semenanjung Arabia terdiri atas dua bagian. Pertama, daerah pedalaman, merupakan
daerah padang pasir yang kering karena kurang dituruni hujan dan sedikit penduduk
karena daerahnya tandus. Kedua, daerah pantai di pinggir laut, di bagian tengah dan
selatan, hujan turun teratur sehingga subur ditanami, yaitu daerah Hijaz, Yaman,
Hadramaut, Oman dan Bahrain.Di antara daerah itu Yaman yang paling subur, sehingga
disebut negeri barkah.Berdasarkan letak geografis bangsa Arab ini, mereka yang tinggal
di daerah pedalaman disebut penduduk pengembara (ahl al-badwi).
Mereka ini mengembara dari satu tempat ke tempat lain dengan membawa segala
miliknya, berhenti bila menemukan air dan padang rumput untuk ditinggalkan lagi bila
sumber kehidupan mereka habis. Pekerjaan utama mereka, memelihara ternak unta,
domba dan kuda serta berburu dan tidak tertarik pada perdagangan, pertanian dan
kerajinan. Adapun mereka yang tinggal di daerah pantai disebut penduduk penetap (ahl
al-hadhar). Mereka sudah tahu pertanian, seperti cara mengolah tanah bercocok tanam
dan kerajinan. Mereka juga berdagang, bahkan dengan orang luar negeri.Oleh sebab itu,
mereka lebih berbudaya dari Arab badwi.3
Dilihat dari silsilah dan asal-muasalnya para ahli sejarah menggolongkan bangsa
Arab menjadi tiga macam :

1. Arab Baidah, yaitu bangsa Arab paling kuno yang telah punah sama sekali hingga sulit
dilacak sejarahnya secara detail. Mereka contohnya adalah kaum Ad, Tsamud, Thasm,
Jadis, Imlaq, Umaim, Jurhum, Hadur, Wabar, Abil, Jasim, dan Hadramaut.

2. Arab Aribah, yaitu bangsa Arab keturunan Yasyjub ibn Ya’rub ibn Qahthan. Suku
bangsa ini disebut juga bangsa Arab Qahthaniyah.

3. Arab Musta’ribah, yaitu bangsa Arab yang berasal dari keturunan Nabi Ismail a.s.,
disebut juga Arab Adnaniyah.

Agama Bangsa Arab Pra Islam


2
Khoiriyah, Reorientasi Sejarah Peradaban Islam: Dari Arab Sebelum Islam hingga Dinasti- Dinasti
Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012),hlm: 6
3
Syamruddin Nasution, Sejarah Peradaban Islam, (Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau, 2013), hlm.9-10
1. Fatalisme

Kepercayaan ini menganggap bahwa “waktu” merupakan manifestasi dari Tuhan.


Menurut mereka terdapat dua hal yang wujudnya ditakdirkan; pertama, kematian
(‘ajal) dan kedua, rezeki. Dua hal inilah yang keberadaannya di luar kontrol manusia.
Sehingga muncul kepercayaan bahwasanya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam
hidup ini merupakan produk dan ditentukan oleh waktu.
2. Paganisme

Kepercayaan paganisme ini adalah realitas yang niscaya dalam masyarakat Arab.
menurut Watt, di Jazirah Arab terdapat sepuluh Tuhan yang disembah. Tiga
diantaranya diidentifikasi sebagai Tuhan feminim, yaitu al-Lat, al-Uzzah, dan Manat.
Mereka berada di tempat-tempat suci di sekitar Makkah, Thaif, Nakhla dan Qudaid.
Tujuh lainnya berkarakter Tuhan maskulin antara lainWadd yang disembah oleh suku
Kalb, Suwa’ disembah suku Yanbu, Yaghuts disembah oleh suku Madhij, Yauq oleh
suku Khiwan dan Nasr oleh suku di Yaman danHimyar.
3. Kristen

Agama Kristen di jazirah Arab menyebar doktrin dengan bahasa Yunani ke daerah-
daerah yang sedang menggandrungi filsafat dan aliran genostik. Beberapa sekte Kristen
muncul hingga menyebarkan doktrin agama melalui bagian selatan jazirah Arab serta
mempengaruhi pedagang-pedagang Quraisy agar agama Kristen sampai ke Mekah.

.
4. Monotheisme

Monotheisme masyarakat Arab pra Islam setidaknya terdapat tiga teori yang
dimunculkan; pertama, monotheisme sebagai akibat pengaruh dari agama Yahudi;
kedua, monotheisme merupakan sesuatu yang bersifat alamiah. Monotheisme
merupakan merupakan evolusi pemikiran secara umum dari masyarakat ; dan ketiga
monotheisme berkaitan dengan term “hanif” , agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim.4

4
Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam (Malang: UIN- Maliki
Press), hlm: 64-68
D. Kehidupan Politik dan Sosial Bangsa Arab

Bila dilihat dari segi sosiologis dan antropologis bangsa Arab mempunyai tingkat
solidaritas dan budaya yang tinggi. Tingkat solidaritas bisa dilihat dari kehidupan bangsa
Arab di padang pasir yaitu kaum Badui. Mereka mempunyai perasaan kesukuan yang
sangat tinggi. Kabilah atau suku itulah yang mengikat warganya dengan ikatan darah atau
keturunan atau ikatan kesukuan. Kabilah itulah yang berkewajiban melindungi
warganya , dan melindungi orang yang menggabungkan diri atau meminta perlindungan
kepadanya.

Sebelum kedatangan Islam dan dakwah Nabi s.a.w., penguasa-penguasa di


Jazirah Arab terbagi menjadi dua :

a. Para raja bermahkota, tetapi mereka pada hakikatnya tidak mandiri.

b. Para pemimpin kabilah dan suku. Mereka memiliki kekuasaan sebagai mana yang
dimiliki oleh para penguasa bermahkota. Umumnya mereka merdeka penuh, bahkan
mungkin ada yang punya pengawal layaknya raja bermahkota.

Raja-raja bermahkota itu adalah raja-raja Yaman, raja-raja Syam (keluarga


Ghassan), raja-raja Hirah. Selain mereka ini, para penguas Jazirah Arab umumnya tanpa
mahkota.5 Bangsa Arab mempunyai budaya yang tinggi itu bisa diketahui dari kerajaan-
kerajaan yang berdiri di Yaman. Dari bani Qathan ini telah berdiri kerajaan-kerajaan
yang berkuasa di daerah Yaman , diantaranya yang terpenting adalah kerajaan Ma’in,
Qutban, saba’ dan Himyar.6
Sedangkan para pemimpin kabilah bersaing untuk mendapatkan kursi jabatan
dengan bersikap lemah lembut, bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan,
memperlihatkan keberanian dan membela diri dari serangan orang lain. Selain itu
mereka juga menyewa beberapa penyair sebagai penyambung lidah ke masyarakat untuk
menceritakan kelebihan-kelebihan mereka dan mempengaruhi masyarakat untuk
memilih calon pemimpin tersebut. Pemimpin suku disebut Shaikh , biasanya dipilih
berdasarkan senioritas maupun kedekatan famili dari pemimpin sebelumnya.

5
Syaikh Shafiyurrahman al- Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah, (Jakarta: Qisthi Press, 2017),hlm: 30
Fatikhah, Sejarah Peradaban Islam, (Pekalongan: STAIN Pekalongan Press, 2012), hlm: 22
6
Kehidupan sosial bangsa Arab dipengaruhi dari kondisi sosial geografis yang
membentuk karakter hidup mereka. Sifat-sifat positif seperti kehangatan internal suku,
loyalitas terhadap pemimpin, fisik yang kuat, pola hidup sederhana, dan pandai bersyair.
Namun, ditengah positifnya karakter bangsa Arab terselip beberapa ketidakadilan,
kejahatan serta perbudakan.Masyarakat, baik nomadik maupun yang menetap, hidup
dalam budaya kesukuan Badui.7 Orang Badui merupakan bangsa yang liar, penuh
dengan kebiasaan hidup liar. Keliaran (kebuasan) telah menjadi watak dan sifat mereka.
Dan mereka menikmati hidup demikian sebab mereka bebas dari kekangan hukum dan
tidak usah patuh pada kepemimpinan. Watak alami demikian merupakan peniadaan dan
bertentangan dengan peradaban. Dibawah kepemimpinan orang Badui, para pengikutnya
seakan-akan hidup di dalam pemerintahan anarki, tanpa hukum. Masing- masing orang
badui berlomba menjadi pemimpin. Sedikit sekali diantara mereka yang mau
menyerahkan kekuasaannya kepada orang lain, meskipun itu ayahnya, saudaranya,
maupun anggota keluarganya yang paling tua.

Pada masa itu pula, kaum wanita menempati kedudukan yang sangat rendah.
Mereka disiksa dan diperjualbelikan, bahkan mereka dihukum jika melahirkan anak
perempuan. Para kaum lelaki khawatir apabila anak-anak perempuan mereka akan
membawa kemiskinan dan kesengsaraan. Sistem perbudakan juga mewarnai kehidupan
sosial bangsa Arab. Sebelum dijual mereka dipertontonkan di pasar-pasar, disiksa tanpa
rasa peduli sedikitpun. Peperangan antar suku pun menghadirkan wanita sebagai hadiah
bagi kabilah yang memenangkan pertarungan. Perempuan-perempuan yang hidup di
masa jahiliyyah tanah Arab mengalami masa tidak tenang sepanjang hidupnya, hingga
akhirnya Islam datang mengubah pandangan orang Arab terhadap wanita.

F. KONDISI EKONOMI

Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh posisi


geografisnya. Dibagian tengah Jazirah Arab karena merupakan pegunungan yang tandus
Arab Badui berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah yang lain di pedalaman.
Mereka adalah para peternak yang mencari rumput untuk ternak. Sedangkan suku-suku
yang berdiam di wilayah yang subur terutama disekitar oase mengembangkan pertanian
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm: 11
dengan menanam buah-buahan dan sayur-sayuran. Sementara mereka yang tinggal di
perkotaan biasanya berdagang. Melalui jalur perdagangan, bangsa Arab berhubungan
dengan bangsa-bangsa Syiria, Persia, Habsyi, Mesir (Qibthi), dan Romawi yang
semuanya telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Hellenisme. Melalui kerajaan-
kerajaan protektorat, banyak berdiri koloni-koloni tawanan perang Romawi dan Persia di
Ghassan dan Hirah. Penganut agama Yahudi juga banyak mendirikan koloni di jazirah
Arab, yang terpenting di antaranya adalah Yatsrib
Dari berbagai sumber sejarah diketahui bahwa mata uang pada masa jahiliyah dan
pada masa permulaan Islam, terdiri dari dua macam: dinar dan dirham. Mata uang dirham
terbuat dari perak, terdiri dari tiga jenis: Bughliyah, Jaraqiyah, dan Thobariyah.
Ukurannya beragam. Bughliyah beratnya 4,66 gram, Jaraqiyah beratnya 3,40 gram, dan
Thabariyah beratnya 2,83 gram. Sedangkan mata uang dinar terbuat dari emas. Pada masa
jahiliyah dan pada masa permulaan Islam, Syam dan Hijaz menggunakan mata uang dinar
yang seluruhnya adalah mata uang Romawi. Mata uang ini dibuat di negeri Romawi,
berukiran gambar raja, bertuliskan huruf Romawi. Satu dinar pada saat itu setara dengan
10 dirham.8

Dalam surat al-Quraisy Allah melukiskan satu contoh dari kaum Quraisy
(leluhur Rasulullah dan petinggi bangsa Arab) yang telah mampu menjadi pemain
global dengan segala keterbatasan sumber daya alam di negeri mereka. Allah berfirman,
Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (Yaitu) kebiasaan melakukan perjalan dagang
pada musim dingin dan musim panas.” Para ahli tafsir, baik klasik, seperti al-Thabari,
Ibn Katsir, Zamakhsyari, maupun kontemporer, seperti, al-Maraghi, az-Zuhaily, dan
Sayyid Qutb, sepakat perjalanan dagang musim dingin dilakukan ke utara, seperti Syria,
Turki, Bulgaria, Yunani, dan sebagian Eropa Timur. Sementara, perjalanan musim
panas dilakukan ke selatan, seputar Yaman, Oman, atau bekerja sama dengan para
pedagang Cina dan India yang singgah di pelabuhan internasional Aden.

Hasyim bin Abdu Manaf mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi
perkembangan ekonomi Mekkah. Ialah yang membuka rute perjalanan besar tersebut.
Hashim juga mampu mengamankan para pemimpin suku di sepanjang rute perdagangan
8
Abul Hasan ‘Ali al-Hwan an-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW, (penerjemah:
Muhammad Halabi Hamdi, dkk), cet 1, (Yogyakarta: Mardhiyah Press, 2005), h: 55
ke Syria di mana dia bertemu dengan para pemimpin Bizantium dan meyakinkan
mereka bahwa kain kulit mereka lebih murah dan berkualitas lebih baik dari pada yang
lain. Dia mengacu pada kulit halus dari Ta'if dan dari suku-suku sekitarnya. Kain
diproduksi dalam jumlah besar di berbagai kota di Yaman, terutama Najran dan Sanca.9

KESIMPULAN

1. Jazirah Arab dengan luas satu juta mil persegi atau tepatnya 1.745.900 km yang
terbagi atas dua bagian yaitu bagian yang tandus di daerah pedalaman dan bagian
yang subur di tengah jazirah
2. Struktur bangsa Arab dibagi 3 yaitu Arab Badui. Arab ‘Aribah dan Arab
Musta’ribah
3. Agama masyarakat Arab pra Islam yaitu Fatalisme, Paganisme, Kristen dan
Monotheisme
4. Kondisi sosial bangsa Arab dibuktikan dengan munculnya syair-syair dan penyair
handal. Serta kebiaasan buruk meminum arak dan suka berperang. Penguasa Arab
terbagi menjadi dua yaitu raja bermahkota dan para pemimpin suku/kabilah.
5. Kondisi ekonomi mereka bergantung pada kondisi geografis, mulai dari peternak,
pertanian dan perdagangan

9
Martin Lings, Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources, Islamic Texts Society, 1991, hal 16
DAFTAR PUSTAKA

al- Mubarakfuri, Syaikh Shafiyurrahman, 2017 Sirah Nabawiyah, Jakarta: Qisthi Press
Didin, Saepudin, 2010 “Sejarah Peradaban Islam”, Jakarta: UIN Jakarta Press

Hasan, Abul 2005 ‘Ali al-Hwan an-Nadwi, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad SAW,
penerjemah: (Muhammad Halabi Hamdi, dkk), cet 1, Yogyakarta: Mardhiyah Press

Khoiriyah, 2012 Reorientasi Sejarah Peradaban Islam: Dari Arab Sebelum Islam
hingga Dinasti- Dinasti Islam, Yogyakarta: Teras

Lings,Martin 1991, Muhammad: His Life Based on the Earliest Sources, Islamic Texts Society.
Nasution.Syamruddin, 2013, Sejarah Peradaban Islam, Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau,
Yatim, Badri, 2014 Sejarah Peradaban Islam Jakarta: Rajawali Pers

Anda mungkin juga menyukai