MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Siroh Nabawiyah
Dosen Pengampu: Ulfah Rahmawati, M.Pd.I
Disusun Oleh:
1. Dani Al-Dalil (1810110179)
2. Kholifatun Ni’mah (1810110187)
3. Rizka Alvi Rahmawati (1810110188)
4. Roikhatul Jannah (1810110198)
A. Latar Belakang
Masyarakat Arab pra Islam dikenal sebagai orang yang menjunjung
tinggi nilai-nilai rasisme, feodalisme dan patriarki. Tidak heran bahwa
masyarakat Arab sebelum Islam datang dijuluki sebagai masyarakat jahiliyah
atau bodoh. Julukan semacam ini terlahir disebabkan oleh terbelakangnya
moral masyarakat Arab. Keterbelakangan dan kerusakan moral tersebut
mencapai titik dimana nilai-nilai manusia hampir menghilang. Pada zaman
jahiliyah ini banyak sekali kebodohan yang telah dilakukan oleh bangsa Arab
seperti berzina, mencuri, membunuh serta memperlakukan perempuan dengan
tidak selayaknya. Mereka juga melakukan kebodohan berupa ucapan-ucapan
yang mereka sangka baik padahal buruk serta amalan yang mereka sangka
baik padahal rusak. Paling bodohnya mereka mendapat warisan ilmu dari para
nabi terdahulu namun telah samar bagi mereka antara yang haq dan bathil.
Namun demikian, dengan rusaknya etika dan moral bangsa Arab pada
waktu itu bukan berarti mereka tidak memiliki peradaban. Menurut sejarah,
bangsa Arab sebelum datangnya Islam dikenal sebagi bangsa yang sudah
memiliki peradaban dan kemajuan dalam beberapa bidang seperti politik,
ekonomi dan ilmu perbintangan. Makkah misalnya, pada waktu itu adalah
kota dagang yang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan dengan posisinya
yang sangat strategis karena terletak dipersimpangan dan jaringan bisnis dari
Yaman ke Syiria.
Kehidupan dan kebudayaan masyarakat Arab pra Islam adalah sesuatu
yang patut untuk dikaji oleh umat Islam. Hal tersebut perlu diketahui karena
rentetan peristiwa yang melatarbelakangi lahirnya Islam merupakan hal yang
sangat penting. Demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia yang
terlepas dari kaitan historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya,
antara satu peristiwa dengan peristiwa lain terdapat hubungan yang erat dalam
1
berbagai aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan
kondisi Arab pra Islam.
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana kondisi dan letak geografis Jazirah Arab?
B. Bagaimana kehidupan dan kebudayaan masyarakat Arab pra Islam?
C. Apa agama dan kepercayaan masyarakat Arab pra Islam?
D. Apa saja kerusakan etika dan moral yang dilakukan oleh masyarakat Arab
pra Islam?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kondisi dan letak geografis Jazirah Arab.
2. Untuk mengetahui kehidupan dan kebudayaan masyarakat Arab pra Islam.
3. Untuk mengetahui agama dan kepercayaan masyarakat Arab pra Islam.
4. Untuk mengetahui kerusakan etika dan moral yang dilakukan oleh
masyarakat Arab pra Islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jazirah arab merupakan sebagian dari bumi atau suatu daerah berupa
pulau yang berada di benua Asia dan Afrika, seolah-olah daerah Arab itu
sebagai hati bumi (dunia). Sebelah barat daerah Arab dibatasi oleh laut
merah, sebelah timur di batasi oleh teluk Persia dan laut Oman atau
sungai-sungai Dajlah (Tigris) dan Furrat (Euphrat). Sebelah selatan
dibatasi oleh lautan Hindia dan sebelah utara oleh Sahara (lautan pasir
yang ada diantara negeri Syam dan sungai Furrat). Itulah sebabnya daerah
Arab itu terkenal sebagai pulau dan dinamakan Jaziratul-Arabiyah.1
Bangsa Arab sebelum Islam tidak hanya mendiami Jazirah Arab,
namun telah menyebar di daerah-daerah di sekitar Jazirah. Jazirah Arab
terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian tengah (pedalaman) dan
bagian pesisir. Di sana tidak ada sungai yang menagalir tetap, yang ada
hanya lembah-lembah (wadi) yang berair di musim hujan. Lembah-lembah
1
M. A. Salahi, Muhammad Sebagai Manusia dan Nabi, (Yogyakarta: Mitra Pustaka,
2006), hlm. 55.
3
ini sangat bermanfaat sebagai jalan bagi kafilah dan orang-orang yang
menunaikan ibadah haji.
Penduduk Sahara (ahl al-badw) terdiri dari suku-suku Badui yang
mempunyai gaya hidup pedesaan yang nomadik, berpindah dari satu
daerah ke daerah lain guna mencari air dan padang rumput untuk binatang
gembalaan mereka. Sedangkan daerah pesisir, penduduknya sangat kecil
bila dibandingkan dengan penduduk Sahara. Penduduk Pesisir (ahl al-
hadlar) sudah hidup menetap dengan mata pencaharian bertani dan
berniaga. Karena itu, mereka sempat membina berbagai macam budaya,
bahkan kerajaan, antara lain Ahsa (Bahrain), Oman, Mahrab, Hadramaut,
Yaman dan Hijaz. Dan menjelang kelahiran Islam, bangsa Arab keturunan
Yaman berhasil mendirikan kerajaan Hirrah (Manadzirah) dan
Ghassasinah di ujung Jazirah Arab bagian utara.
Secara umum, iklim di jazirah Arab sangat panas, bahkan jazirah ini
termasuk salah satu daerah yang paling panas dan paling kering di bumi.
Ahli geografi memperkirakan, bahwa daratan Arab dahulu (sebelum
terputus oleh lembah Sungai Nil dan laut Merah) merupakan sambungan
padang pasir yang terbentang luas dari Sahara di Afrika sampai padang
pasir Gobi di Asia. dua buah laut yang kini membatasi Jazirah Arab di tepi
barat dan di tepi timur, terlampau kecil untuk mengimbangi udara padang
pasir yang terlalu panas dan kering, sementara uap air yang dikirim dari
samudra menjangkau daerah pedalaman. tidak mengherankan apabila
angin timur yang sejuk dan segar menjadi dambaan dan sering kali
menjelma dalam syair-syair para penyair Arab.
Dalam struktur masyarakat Arab, terdapat kabilah sebagai intinya.
Kabilah adalah organisasi keluarga besar yang biasanya hubungan antara
anggota-anggotanya satu sama lain terikat oleh nasab. Sebuah kabilah
dipimpin oleh seorang kepala yang disebut syaikh al-qabilah yang
biasanya dipilih dari salah seorang anggota yang usianya paling tua
4
dengan melalui musyawarah.2 Syeikh atau Amir mengurusi persoalan
mereka dalam masalah perang, pembagian harta dalam pertempuran
tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak
mengatur anggota kabilahnya.3
Masyarakat Arab yang mendiami pedalaman Jazirah sangat
menekankan hubungan kesukuan sehingga kesetiaan atau solidaritas
kelompok menjadi sumber kekuatan bagi suatu kabilah atau suku.
Perasaan senasib mendorong mereka untuk mengatasi bersama setiap
kesulitan yang muncul. Akan tetapi, karena masyarakat Arab sejak awal
sudah terstruktur dalam kabilah-kabilah, maka kepentingan bersama lebih
mereka pahami. Dari sinilah, tumbuh fanatisme kesukuan yang berlebihan
di kalangan masyarakat padang pasir. Di kalangan mereka berlaku
ketentuan, bahwa kesalahan seorang anggota kabilah terhadap kabilah lain
menjadi tanggung jawab kabilahnya.
Arab pedalaman (badui) sangat mencintai kebebasan, seakan tidak
ada kekuatan lain yang mampu mengekangnya. Dari prinsip ini, tidak
jarang terjadi suatu persoalan kecil yang bisa menimbulkan perang dahsyat
dan permusuhan yang berlarut-larut dengan dalih mempertahankan harga
diri. Karena itu, pada masyarakat badui berlaku hukum “siapa yang kuat
akan hidup dan siapa yang lemah akan tertindas”. Akibat peperangan yang
terjadi terus menerus, kebudayaan mereka tidak berkembang dan nilai
wanita menjadi sangat rendah. Lain halnya dengan masyarakat Arab yang
mendiami pesisir jazirah. Mereka telah mencapai tingkat kemajuan
kebudayan di masanya. Dengan bertempat tinggal tetap, mereka memiliki
kesempatan untuk membangun pemerintahan yang teratur dan
membangun kebudayaan. Kesempatan inilah yang tidak dimiliki oleh
kaum Badui. Beberapa kabilah memiliki status sosial yang tinggi dan
2
Ahmad Hanif Fahruddin, “Learning Society Arab Pra Islam: Analisa Historis dan
Demografis”, Kuttab, Vol. 1 No. 1, Maret 2017, hlm. 39-41.
3
Kementrian Agama, Sejarah Kebudayaan Islam , (Jakarta: Kementerian Agama, 2014),
hlm.7.
5
dimuliakan oleh penduduk, semisal kabilah Quraisy di Makkah dan
kabilah Aus dan Khazraj di Madinah.
Sebagian besar kota-kota dan pemukiman yang subur terletak di
Yaman. Yaman juga menjadi bandar niaga yang besar pada lintasan
perdagangan antara India, Afrika dan Eropa. Di bagian utara, Hijaz
menempati posisi yang tidak kalah penting dengan Yaman dalam kegiatan
niaga internasional. Di Hijaz terdapat kota-kota yang terletak pada jalur
perdagangan antara Yaman dan Mesir atau antara Yaman dan Syiria.
Antara lain Makkah, Madinah, Thaif, Madyan dan Daumah al-Jandal.
Sehingga tidak heran bahwa Persia, Habsyi dan Romawi ingin menguasai
negeri itu.4
B. Kehidupan dan Kebudayaan Masyarakat Arab Pra Islam
1. Kehidupan Sosial Ekonomi
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Arab sangat dipengaruhi oleh
kondisi dan letak geografisnya. Bagian tengah Jazirah Arab terdiri dari
tanah pegunungan yang tandus. Oleh sebab itu banyak penduduk yang
hidupnya tidak menetap, mereka tinggal di pedalaman, yaitu masyarakat
Badui.
Masyarakat Arab yang tinggal diperkotaan biasanya mereka
berdagang. Mereka dinamakan Ahlul Hadhar, kehidupan sosial ekonomi
mereka sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam perdagangan. Oleh
karena itu, bangsa Arab Quraisy sangat terkenal dalam dunia perdagangan.
Mereka melakukan perjalanan dagang pada dua musim dalam setahun,
yaitu ke Negara Syam pada musim panas dan ke Yaman pada musim
dingin. Di kota Mekkah terdapat pusat perdagangan, yaitu pasar Ukaz,
yang dibuka pada bulan-bulan tertentu, seperti Zulqa’dah, Zulhijjah, dan
Muharram.
2. Kehidupan Sosial Politik
4
Ahmad Hanif Fahruddin, “Learning Society Arab Pra Islam: Analisa Historis dan
Demografis”, hlm. 41- 42.
6
Dalam bidang sosial politik, masyarakat Arab pada masa jahiliyah
tidak memiliki sistem pemerintahan yang mapan dan teratur. Mereka
hanya mempunyai pemimpin yang disebut Syeikh atau Amir, yang
mengurusi persoalan mereka dalam masalah perang, pembagian harta
dalam pertempuran tertentu. Di luar itu seorang Syeikh tidak berkuasa atau
tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
3. Bidang Ilmu Pengetahuan
Bangsa Arab sebelum Islam juga telah mampu mengembangkan
ilmu pengetahuan. Hal ini misalnya dapat dilihat dari berbagai ilmu
pengetahuan yang berkembang di dalam kehidupan masyarakat Arab pada
waktu itu. Di antara ilmu pengetahuan yang mereka kembangkan adalah
astronomi, yang ditemukan oleh orang-orang Babilonia. Mereka ini pindah
ke negeri Arab pada waktu negara mereka diserang oleh bangsa Persia.
Dari mereka inilah bangsa Arab belajar banyak ilmu astronomi.5
Di kalangan mereka telah mengetahui tentang perjalanan bintang
yang melahirkan ilmu falak. Ilmu kedokteran dan ilmu anatomi, ilmu
watak yang didasarkan kepada pengamatan, pengalaman dan pengujian
yang lama. Selain itu, mereka juga telah mengenal ilmu ramal untuk
memperkirakan waktu yang akan datang, dan arkeologi dengan melihat
sisa-sisa peninggalan manusia dan binatang yang telah lenyap, kemudian
menempatkan sisa peninggalan itu sebagai sesuatu yang suci dan dapat
memberikan efek bahagia atau derita.6
4. Bidang Bahasa dan Seni Bahasa
Dalam bidang bahasa dan seni bahasa, orang-orang Arab pada masa
pra Islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair
mereka sangat banyak. Dalam lingkungan mereka seorang penyair sangat
dihormati. Tiap tahun di Pasar ‘Ukaz diadakan deklamasi sajak yang
sangat luas. Selain ‘Ukaz masih ada pasar yang dijadikan tempat
berkumpulnya para penyair yaitu pasar Majinnah dan Zul Majaz. Salah
5
Kementerian Agama, Sejarah Kebudayaan Islam. hlm. 7-8.
6
Fikri Maulana Nasution, “Perkembangan Ilmu Falaq Pada Peradaban Pra Islam”,
Jurnal Penelitian Medan Agama, Vol. 9 No. 1, 2018, hlm. 151-152.
7
satu dari pengaruh syair pada bangsa Arab ialah bahwa syair itu dapat
meninggikan derajat seorang yang tadinya hina atau sebaliknya
menghinakan seseorang yang tadinya terhormat.
Satu-satunya alat publisistik yang amat luas lapangannya yaitu
Khithabah. Di samping sebagai penyair, orang-orang Arab Jahiliyah juga
sangat fasih berpidato dengan bahasa yang indah dan bersemangat. Para
ahli pidato pada saat itu mereka mendapat derajat tinggi seperti para
penyair.7
7
Kementrian Agama, Sejarah Kebudayaan Islam, hlm. 8.
8
Kementerian Agama, Sejarah Kebudayaan Islam, hlm. 5.
8
Hubal, Manath, tempatnya di dekat kota Madinah serta dimuliakan oleh
penduduk Yatsrib.
Selain menyembah atau pemujaan patung, bangsa Arab juga melakukan
beberapa penyembahan terhadap yang lain diantaranya:
9
Ibid., hlm.6
9
b) Mereka melarang keras orang yang membunuh ular. Karena apabila ular
itu mati, nanti hantu ular itu akan datang.
c) Apabila seseorang itu telah mati maka rohnya menjadi seekor burung yang
disebut Hammah.
d) Dalam perut manusia itu ada seekor ular dan ular inilah yang menggigit
dalam perut sewaktu orang merasa lapar.
e) Kalau orang sesat dijalan, kain yang dipakainya dibalikkan memakainya
agar tidak sesat.
f) Mereka biasa memakai cincin dari besi atau tembaga dengan kepercayaan
akan menambah kekuatan.
g) Kalau hendak bepergian jauh, hendaklah mereka mengikat satu simpulan
pada salah satu pohon kayu. Kalau mereka kembali maka simpulan itu
dilihat dulu. Kalau kebetulan terbuka, itu menunjukkan bahwa istrinya
telah berlaku serong selama ditinggal bepergian.
h) Kalau kebetulan kemarau, didikatkanlah rumput-rumput kepada ekor
kambing, lalu dibakarnya. Dengan demikian mereka percaya penuh bahwa
hujan akan turun.
i) Lalu mereka hendak berjalan, lebih dahulu mereka menengok arah burung
terbang. Apabila burung itu terbang ke kanan sewaktu dipandangnya, itu
langkah yang baik. Dan kalau terbang ke kiri itu menunjukkan kesialan.10
1. Meminum Arak
Minum tuak atau arak adalah salah satu dari adat kebiasaan bangsa
Arab pada masa itu. Hampir rata-rata diantara mereka adalah peminum.
Karena kegemaran mereka kepada minuman yang memabukkan itu,
tidaklah sedikit jenis minuman yang dibuat oleh mereka. Diantara salah
10
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), hlm. 25.
10
satu cara mereka meminum arak adalah dengan minum bersama-sama
dalam suatu pertemuan.
2. Perjudian
Judi atau bermain judi termasuk salah satu permainan yang sangat
disukai oleh umumnya bangsa Arab sebelum Islam. Cara berjudi yang
biasa dilakukan mereka bermacam-macam, diantaranya adalah berjudi
dengan bertaruh seperti yang biasa dilakukan orang sekarang. Ada lagi
dengan cara berlotre unta diantara beberapa orang. Judi yang serupa itu
yang paling digemari oleh mereka. Dan orang yang tidak suka berjudi
dipandang sebagai seorang yang kikir serta biasa dinamakan barm.
Dengan demikian, ia dipandang rendah oleh masyarakat mereka. Sehingga
orang yang kawin atau menikah dengan dia (barm) dipandang hina pula. 11
3. Pelacuran
Pelacuran atau perzinahan diantara laki-laki dan perempuan oleh
bangsa Arab pada masa sebelum Islam merupakan perbuatan biasa dan
tidak menjadikan rendahnya derajat orang yang mengerjakan. Pelacuran
dengan cara terang-terangan tidak diperbolehkan, tetapi orang boleh
mengerjakannya dengan cara tertutup. Perempuan pelacur dapat membuka
kedai pelacuran dan untuk tandanya mereka memasang bendera di muka
rumah masing-masing.
Anak yang dilahirkan dari perempuan yang tidak halal pada masa itu
dipandang sebagai anak yang sah, sebagaimana anak yang diperoleh dari
perkawinan yang sah. Seorang perempuan boleh menyerahkan dirinya
kepada seorang lelaki yang kuat dan gagah atau kepada seorang
bangsawan untuk dicampurinya agar anaknya nanti dapat meniru atau
serupa bapak pinjamannya itu. Hal tersebut sudah dianggap urusan biasa
dan dipandang tidak apa-apa.
4. Pencurian dan Perampokan
Pencurian dan perampokan pada masa jahiliyah merupakan
perbuatan yang biasa dan bukan perbuatan dari seorang atau orang-orang
11
Ibid., hlm. 27-28
11
dari salah satu kabilah saja, melainkan telah umum dikerjakan orang. Yang
melakukannya bukan hanya laki-laki tetapi perempuan juga. Barang yang
dirampas bukan hanya harta benda, melainkan segala apa yang didapat
hingga orang yang mempunyai harta tersebut juga diculik atau ditawan.
Mereka biasanya dijadikan sebagai hamba sahaya, budak Belian dan kalau
perempuan dijadikan gundik atau dijual kepada orang lain.
5. Kekejaman
Kekejaman yang dilakukan bangsa Arab pada waktu itu dapat
dikatakan sampai melewati batas perikemanusiaan. Kejam dan ganas, baik
kepada sesama manusia maupun kepada binatang. Mereka kejam dan buas
terhadap anak perempuan mereka sendiri. Anak-anak perempuan dikubur
hidup-hidup di dalam tanah dan adakalanya ditaruh di dalam tempat
seperti tong lalu dihancurkan dari tempat yang tinggi.
Di antara mereka ada pula yang suka menyiksa musuhnya dengan
cara mengikat orang itu pada ekor kuda. Lalu kuda itu dipukul supaya lari
kencang sehingga orang itu mati dibawa oleh kuda. Adakalanya musuh
disayat kulitnya atau dipotong hidung serta telinganya atau bagian lainnya.
Bahkan mereka menyiksa musuh dengan tidak diberi makan atau minum
hingga mati.
6. Kekotoran dalam urusan makan dan minum
Dalam urusan makan dan minum bagi bangsa Arab dikatakan tidak
ada yang dilarang karena tidak ada yang dianggap kotor dan jijik. Segala
macam binatang boleh dimakan. Bahkan diantara mereka ada yang suka
meminum darah binatang dan memakan darah yang dibekukan.
7. Tidak mempunyai kesopanan
Pada masa itu umumnya tidak mempunyai kesopanan. Misalnya
mengerjakan Thawaf mengelilingi Ka'bah pada musim haji, lelaki ataupun
perempuan telanjang. Mereka juga mandi dengan tidak menutupi
kemaluannya di muka umum. Demikian pula pada waktu buang air. Jadi
soal aurat (kemalua) bagi laki-laki dan perempuan bukan menjadi soal
penting. Perbuatan keji (lacur) antara laki-laki dan perempuan biasa
12
diceritakan pula di muka umum. Demikian dengan dengan perbuatan
rahasia antara suami-istri, tidak segan-segan diceritakan kepada orang lain.
12
Moenawar Chalil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW, hlm 28-3.
13
A Syalabi, Syariah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1987), hlm.
61.
13
BAB III
ANALISIS
علَى
َ سو ِلِۦه َو َْٰ َعل
ُ ى َر َ ُس ِكينَت َ ۥه َّْ ل
َ ُٱّلل َْ َل ٱلَّذِينَْ َكفَ ُرواْ فِى قُلُوبِ ِه ُْم ٱل َح ِميَّ ْةَ َح ِميَّ ْةَ ٱل َٰ َج ِه ِليَّ ِْة فَأَنز
َْ َإِذْ َجع
ع ِلي ًما َّْ َْق بِ َها َوأَهلَ َها ْۚ َو َكان
ِْ ٱّللُ بِ ُك
َ ْل شَىء َّْ ى َو َكانُ ٓواْ أ َ َح
َْٰ ٱل ُمؤ ِمنِينَْ َوأَلزَ َم ُهمْ َك ِل َم ْةَ ٱلتَّق َو
1. Karakter Rasial
14
Kementerian Agama, Sejarah Kebudayaan Islam, hlm. 8-9.
Ahmad Hanif Fahruddin, “Learning Society Arab Pra Islam: Analisa Historis dan
15
14
Sifat pertama, rasial, yang terdapat pada hukum Jahiliyyah bisa
ditunjukkan dengan adanya perasaan kebangsaan yang berlebihan (ultra
nasionalisme) dan kesukuan ('ashabiyyah) serta adanya pembelaan
terhadap orang-orang yang berada dalam komunitas kesukuan (qabilah)
yang sama.
Pada masyarakat Arab pra-Islam, dikenal istilah al-'ashabiyyah atau
al-qawmiyyah yang berarti kecenderungan seseorang untuk membela
dengan mati-matian terhadap orang-orang yang berada di dalam qabilah-
nya dan dalam qabilah lain yang masuk ke dalam perlindungan qabilah-
nya. Benar atau salah posisi seseorang di dalam hukum, asal dia dinilai
sebagai inner group-nya, pasti akan selalu dibela mati-matian ketika
berhadapan dengan orang yang dinilai sebagai outer group-nya.
Orang-orang Arab pra-Islam memiliki perasaan kebangsaan yang luar
biasa (ultra nasionalisme). Mereka menganggap diri mereka (Arab)
sebagai bangsa yang mulia dan menganggap bangsa lain ('Ajam) memiliki
derajat di bawahnya.16
2. Karakter Feodal
Karakter feodal pada hukum Arab pra-Islam tergambar dengan
adanya superioritas yang dimiliki oleh kaum kaya dan kaum bangsawan di
atas kaum miskin dan lemah. Kehidupan dagang yang banyak dijalani oleh
orang Arab Makkah pada waktu itu –yang mengutamakan kesejahteraan
materi- menjadikan tumbuhnya superioritas golongan kaya dan bangsawan
di atas golongan miskin dan lemah. Kaum kaya dan bangsawan Arab pra
Islam adalah pemegang tampuk kekuasaan dan sekaligus menjadi
golongan yang makmur dan sejahtera di Makkah, kebalikan dari kaum
miskin dan lemah. Sejarah perbudakan di kalangan Arab pra-Islam
16
Sulhani Hermawan, “Hukum Islam dan Transformasi Sosial Masyarakat Jahiliyah:
Studi Historis Tentang Karakter Egaliter Hukum Islam” Jurnal Ilmiah Peuradeun, vol. 2, No 3,
September 2014, hlm. 85-86.
15
merupakan bukti kuat adanya karakter feodal pada hukum Jahiliyyah
masyarakat Arab pra-Islam tersebut.17
3. Karakter Patriarkhis
Karakter berikutnya yang melekat kuat pada hukum Jahiliyyah adalah
patriarkhis. Kaum lelaki pada waktu itu memegang kekuasaan yang tinggi
dalam relasi laki-laki dengan perempuan, laki-laki diposisikan lebih tinggi
di atas kaum perempuan, kaum perempuan mendapatkan perlakuan
diskriminatif, tidak adil dan bahkan dianggap sebagai biang kemelaratan
dan simbol kenistaan (embodiment of sin). Dalam sistem hukum
Jahiliyyah, perempuan tidak memperoleh hak warisan, bahkan dijadikan
sebagai harta warisan itu sendiri. Kelahiran anak perempuan dianggap
sebagai aib, sehingga banyak yang kemudian dikubur hidup-hidup ketika
masih bayi. Perempuan diperlakukan sebagai a thing dan bukan sebagai a
person. 18
17
Sulhani Hermawan, “Hukum Islam dan Transformasi Sosial Masyarakat Jahiliyah:
Studi Historis Tentang Karakter Egaliter Hukum Islam”, hlm. 86-87.
18
Sulhani Hermawan, “Hukum Islam dan Transformasi Sosial Masyarakat Jahiliyah:
Studi Historis Tentang Karakter Egaliter Hukum Islam”, hlm. 87.
16
Selain itu, Islam datang adalah untuk meluruskan dan menyempurnakan akhlak
dan etika yang rusak.
17
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Jazirah Arab terletak di bagian barat daya Benua Asia. Daratan ini
dikelilingi oleh laut dari tiga sisinya, yaitu Laut Merah, Lautan Hindia, Laut
Arab, Teluk Oman dan Teluk Persia. Meskipun tanah Arab ini lebih tepat
disebut semenanjung, namun Bangsa Arab menyebutnya Jazirah atau pulau.
Boleh jadi sebutan ini diambil dari kata shibh al-jazirah yang artinya
semenanjung.
Kehidupan bangsa Arab pra Islam sangat memprihatinkan, hal itu
ditunjukkan penduduk Arab denvan berbagai macam agama dan kepercayaan
terhadap berhala atau paganism. Selain itu mereka juga mempercayai adanya
takhayul. Bangsa Arab sebelum Islam mempunyai banyak tradisi yang
menyimpang seperti perjudian, pezinaan, peperangan, pembunuhan dan lain
sebagainya. Sehingga pada masa ini dikenal dengan sebutan jahiliyah
(kebodohan).
Kehidupan bangsa Arab sebelum Islam bersuku-suku atau kabilah-
kabilah yang berdiri sendiri dan satu sama lain saling bermusuhan. Mengenai
kehidupan ekonomi yang dilakukan bangsa Arab sebelum Islam ialah sudah
mengenal berdagang atau berniaga. Mereka berniaga karena tanah Arab yang
tandus sehingga menuntut mereka untuk berniaga.
B. Saran
Demikian makalah ini disusun. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk
perbaikan makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat menambah
wawasan pengetahuan bagi pembaca.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
NOTULEN DISKUSI
20
Jawaban :
Para ahli sejarah Arab membagi bangsa Arab menjadi dua
kelompok besar, yaitu Arab Ba'idah dan Arab Baqi'ah. Arab Ba'idah
merupakan bangsa Arab yang sudah lama punah, jauh sebelum Islam lahir.
Cerita-cerita tentang Arab Ba'idah hanya termaktub di dalam kitab-kitab
suci agama samawi dan yang diungkapkan oleh syair-syair Arab, misalnya
adalah cerita kaum ‘Ad dan Tsamud.
Sedangkan Arab Baqi’ah terdiri dari dua bagian besar yaitu Arab
‘Aribah dan Arab Musta'ribah. Arab ‘Aribah disebut juga Qathaniyah
dinisbatkan kepada Qathan, nenek moyang mereka. Atau disebut
Yamaniyah dinisbatkan kepada negeri Yaman, tempat asal persebaran
mereka. Arab ‘Aribah ini bercabang menjadi beberapa kabilah,
diantaranya adalah kabilah Jurhum dan Ya'rib. Sedangkan Arab
Musta’ribah merupakan keturunan Ismail ibn Ibrahim. Karena itu mereka
disebut Ismailiyah atau Adnaniyah yang dinisbatkan kepada salah seorang
keturunan Ismail yang bernama Adnan. Mereka disebut Musta'ribah
karena Ismail sendiri bukan keturunan Arab, melainkan berasal dari
bangsa Ibrani. Ia lahir dan dibesarkan di Makkah yang saat itu berada di
bawah kabilah Jurhum dari Yaman.
21