DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
A Muhammad Yusri, S.Pd.I., M.Pd.
FAKULTAS TARBIYAH
2022
A. Asal Usul Masyarakat Arab
Bangsa Arab adalah salah satu entitas yang berasal dari keturunan Sam,
putra tertua Nabi Nuh.Entitas lainnya adalah Romawi dan Persia.Mereka
berdomisili disekitar wilayah barat daya benua Asia (al-Janub al-Gharbi min
Asia), atau yang biasa dikenal dengan Semenanjung Arabia. Semenanjung Arabia
sebagian besar terdiri dari gurun pasir dan stepa (padang rumput luas di gurun
pasir). Sedikit sekali menyisakan wilayah yang layak ditinggali di sekitar
pinggirnya, dan daerah itu semuanya dikelilingi laut. Ketika jumlah penduduk
kian bertambah, mereka harus mencari lahan baru guna dijadikan tempat tinggal.
Mayoritas sejarawan dan peneliti sejarah mencatat, ada dua komunitas
bangsa Arab yang pernah tinggal di wilayah Semenanjung Arabia ini, yaitu:
1. Komunitas pertama adalah bangsa Arab yang datang jauh hari sebelum datangnya
islam, sehingga referensi dan fakta sejarah tentang mereka sangat sulit diungkap.
Hal ini cukup beralasan, mengingat jauhnya rentang waktu serta tidak
ditemukannya indikasi eksistensi mereka dalam panggung sejarah kehidupan
manusia. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari keterangan kitab-kitab
samawi, terutama al-Qur’an, Injil, Taurat, dan syair-syair jahiliyah. Bangsa ini
selanjutnya dikenal dengan istilah Baidah. Arab baidah adalah orang Arab yang
kini tidak ada lagi dan musnah. Di antaranya adalah A’ad, Tsamud, Thasm, Jadis,
Ashab ar-Rass, dan penduduk Madyan.
2. Komunitas kedua adalah bangsa Baqiyah (yang masih ada). Terdiri dari dua suku
besar, yaitu Adnaniyin dan Qahthaniyin. Kabilah Adnaniyin berasal dari
keturunan Ismail ibn Ibrahim as. Dinamakan Adnaniyin karena nenek moyang
dari kabilah ini bernama Adnan, yaitu salah satu keturunan Nabi Ismail. Suku
kedua dari bangsa Baqiyah adalah kabilah Qahthan.Garis keturunan Qahthan
sampai pada Yaqthan yang dalam kitab taurat disebut Yaqzan. Nassabun (pakar
genealogi) mengatakan, bahwa Qahthan adalah nenek moyang suku-suku di
negeri Yaman (Ab al-Yamaniyin). Pada mulanya wilayah utara diduduki
golongan Adnaniyin, dan wilayah selatan didiami golongan Qahthaniyin. Akan
tetapi, lama kelamaankedua golongan itu membaur karena perpindahan-
perpindahan dari utara ke selatan atau sebaliknya.
B. Situasi dan Kondisi Masyarakat Arab sebelum Islam
Namun demikian, bukan berarti masyarakat Arab pada waktu itu sama
sekali tidak memiliki peradaban. Bangsa Arab sebelum lahirnya Islam dikenal
sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Makkah misalnya pada
waktu itu merupakan kota dagang bertaraf internasional. Hal ini diuntungkan oleh
posisinya yang sangat strategis karena terletak di persimpangan jalan penghubung
jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke Syiria.Rentetan peristiwa
yang melatar belakangi lahirnya Islam merupakan hal yang sangat pentinguntuk
dikaji. Hal demikian karena tidak ada satu pun peristiwa di dunia yang terlepas
dari konteks historis dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Artinya, antara satu
peristiwa dengan peristiwa lainnya terdapat hubungan yang erat dalam berbagai
aspek kehidupan, termasuk hubungan Islam dengan situasi dan kondisi Arab pra
Islam.
Sementara masyarakat Badui hidupnya berpindah-pindah dari satu tempat
ke tempat lainnya guna mencari air dan padang rumput untuk binatang gembalaan
mereka. Di antara kebiasaan mereka adalah mengendarai unta, mengembala
domba dan keledai, berburu serta menyerang musuh. Kebiasaan ini menurut adat
mereka adalah pekerjaan yang lebih pantas dilakukan oleh laki-laki. Oleh karena
itu, mereka belum mengenal pertanian dan perdagangan. Karenanya, mereka
hidup berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk mencari kehidupan, baik
untuk diri dan keluarga mereka atau untuk binatang ternak mereka. Dalam
perjalanan pengembaraan itu, terkadang mereka menyerang musuh atau
menghadapi serangan musuh. Di sinilah terjadi kebiasaan berperang di antara
suku-suku yang ada di wilayah Arabia.
Ketika mereka diserang musuh maka suku yang bersekutu dengan mereka
biasanya ikut membantu dan rela mengorbankan apa saja untuk membantu kawan
sekutunya itu. Di sinilah dapat kita lihat adanya unsur kesetiakawanan yang ada di
antara mereka. Selain itu, manakala seorang anggota suku diserang oleh suku lain
maka seluruh anggota wajib membela anggotanya meskipun anggotanya itu salah.
Mereka tidak melihat kesalahan ada di pihak mana. Hal penting yang mereka
lakukan adalah membela sesama anggota suku. Itulah yang dapat kita lihat dari
sikap fanatisme dan patriotisme yang ada di dalam kehidupan masyarakat Badui.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kondisi geografis Arab sangat besar
pengaruhnya terhadap kejiwaan masyarakatnya. Arab sebagai wilayah tandus dan
gersang telah menyelamatkan masyarakatnya dari serangan musuh-musuh luar.
Pada sisi lainnya, kegersangan ini mendorong mereka menjadi pengembara-
pengembara dan pedagang daerah lain. Keluasan dan kebebasan kehidupan
mereka di padang pasir juga menimbulkan semangatkebebasan dan
individualisme dalam pribadi mereka. Kecintaan mereka terhadap kebebasan ini
menyebabkan mereka tidak pernah dijajah bangsa lain.
Kondisi kehidupan Arab menjelang kelahiran Islam secara umum dikenal
dengan sebutan zaman jahiliyah. Hal ini dikarenakan kondisi sosial politik dan
keagamaan masyarakat Arab saat itu. Hal itu disebabkan karena dalam waktu
yang lama, masyarakat Arab tidak memiliki nabi, kitab suci, ideologi agama dan
tokoh besar yang membimbing mereka. Mereka tidak mempunyai sistem
pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Pada saat itu,
tingkat keberagamaan mereka tidak berbeda jauh dengan masyarakat primitif.
Sesungguhnya sejak zaman jahiliyah, masyarakat Arab memiliki berbagai
sifat dan karakter yang positif, seperti sifat pemberani, ketahanan fisik yang
prima, daya ingat yang kuat, kesadaran akan harga diri dan martabat, cinta
kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpin, pola kehidupan yang sederhana,
ramah tamah, mahir dalam bersyair dan sebagainya. Namun sifat-sifat dan
karakter yang baik tersebut seakan tidak ada artinya karenasuatu kondisi yang
menyelimuti kehidupan mereka, yakni ketidakadilan, kejahatan, dan keyakinan
terhadap tahayul.
Pada masa itu, kaum wanita menempati kedudukan yang sangat rendah
sepanjang sejarah umat manusia. Masyarakat Arab pra Islam memandang wanita
ibarat binatang piaraanbahkan lebih hina lagi. Karena para wanita sama sekali
tidak mendapatkan penghormatan sosial dan tidak memiliki apapun. Kaum laki-
laki dapat saja mengawini wanita sesuka hatinya dan menceraikan mereka
semaunya. Bahkan ada suku yang memiliki tradisi yang sangat buruk, yaitu suka
mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Mereka merasa terhina memiliki
anak-anak perempuan. Muka mereka akan memerah bila mendengar isteri mereka
melahirkan anak perempuan. Perbuatan itu mereka lakukan karena mereka merasa
malu dan khawatir anak perempuannya akan membawa kemiskinan dan
kesengsaraan dan kehinaan.
Selain itu, sistem perbudakan juga merajalela. Budak diperlakukan
majikannya secaratidak manusiawi. Mereka tidak mendapatkan kebebasan untuk
hidup layaknya manusia merdeka. Bahkan para majikannya tidak jarang menyiksa
dan memperlakukan para budak seperti binatang dan barang dagangan, dijual atau
dibunuh.
Secara garis besar kehidupan sosial masyarakat Arab secara keseluruhan
dan masyarakat kota Mekkah secara khusus benar-benar berada dalam kehidupan
sosial yang tidak benar atau jahiliyah. Akhlak mereka sangat rendah, tidak
memiliki sifat-sifat perikemanusiaan dan sebagainya. Dalam situasi inilah agama
Islam lahir di kota Mekkah dengan diutusnya Muhammad saw. sebagai nabi dan
rasul Allah.
Secara singkat dapat disimpulkan keaadaan sosial dan kebudayaan bangsa
Arab sebelum islam diantaranya:
a. Orang-orang Arab sebelum kedatangan Islam adalah orang-orang yang
menyekutukanAllah (musyrikin), yaitu mereka menyembah patung-patung
dan menganggap patung-patung itu suci.
b. Kebiasaan mereka ialah membunuh anak laki-laki mereka karena takut
kemiskinan dan kelaparan.
c. Mereka menguburkan anak-anak perempuan mereka hidup-hidup karena
takut malu dan celaan.
d. Mereka orang-orang yang suka berselisihan, yang suka bertengkar, lantaran
sebab-sebab kecil, sebab segolongan dari mereka memerangi akan
segolongannya.
Keadaan ekonomi bangsa arab sebelum islam
Di lain sisi, Mekkah di mana terdapat ka’bah yang pada waktu itu sebagai
pusat kegiatan Agama, telah menjadi jalur perdagangan internasional. Hal ini
diuntungkan oleh posisinya yang sangat strategis karena terletak di persimpangan
jalan yang menghubungkan jalur perdagangan dan jaringan bisnis dari Yaman ke
Syiria, dari Abysinia ke Irak. Pada mulanya Mekkah didirikan sebagai pusat
perdagangan lokal di samping juga pusat kegiatan agama. Karena Mekkah
merupakan tempat suci, maka para pengunjung merasa terjamin keamanan
jiwanya dan mereka harus menghentikan segala permusuhan selama masih berada
di daerah tersebut. Untuk menjamin keamanan dalam perjalanan suatu sistem
keamanan di bulan-bulan suci, ditetapkan oleh suku-suku yang ada di sekitarnya.
Keberhasilan sistem ini mengakibatkan berkembangnya perdagangan yang pada
gilirannya menyebabkan munculnya tempat-tempat perdagangan baru.