Anda di halaman 1dari 3

Nama : Bagos Adi Nor Kholis

NIM : 200102110052
Matkul : Sejarah Peradaban Islam – PIPS A

Kondisi Jazirah Arab dan Penduduknya : Kehidupan sosial, agama dan budaya Arab
sebelum Islam

1. Kehidupan sosial
Wilayah Arab pada saat itu tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal
dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Secara keseluruhan kehidupan sosial
masyarakat Arab benar-benar berada dalam kehidupan sosial yang buruk. Akhlak dan
budi pekerti mereka pun sangat rendah, serta tidak memiliki sifat-sifat perikemanusiaan
dan sebagainya. Kebanyakan dari mereka hidup dengan penuh kebencian dan
permusuhan, bahkan tak jarang salah satu diantara mereka saling menyerang demi
menyelamatkan diri sendiri. Masyarakat Arab sendiri terbagi menjadi dua kelompok
besar, yaitu Ahl al-Hadharah (penduduk kota) dan Ahl al-Badhiyah (penduduk gurun
pasir). Kedua kelompok ini memiliki banyak perbedaan dalam pranata sosial, tata cara,
ekonomi, dan politik yang dipengaruhi oleh kondisi geografis serta kondisi alam.
Penduduk kota memiliki tempat tinggal yang tetap dan mereka telah mengenal tata cara
mengelola tanah pertanian serta perdagangan. Sedangkan penduduk gurun hidupnya
selalu berpindah-pindah tempat guna mencari kehidupan, baik untuk dirinya sendiri
maupun keluarga ataupun untuk binatang ternak mereka. terjadi kebiasaan berperang
di antara suku-suku yang ada di wilayah Arab. Ketika mereka diserang oleh musuh,
maka suku yang bersekutu dengan mereka biasanya turut membantu dan rela berkorban
nyawa demi keselamatan kawan sekutunya tersebut. Keluasan dan kebebasan mereka
di padang pasir ini menimbulkan semangat kebebasan dan individualisme dalam
kehidupan pribadi mereka yang menyebabkan mereka tidak pernah dijajah oleh bangsa
lain.
Menurut pandangan masyarakat Arab wanita itu tidak ada harga dirinya dan
tidak lebih berharga dari barang dagangan di pasar. Bahkan adapula yang menyebutkan
bahwa mereka tidak lebih dari binatang, dan menganggap wanita sebagai barang
dagang serta hewan ternak yang tidak memiliki hak. Dalam sejarah umat manusia,
kedudukan kaum wanita pada saat itu sangatlah rendah karena mereka tidak
mendapatkan haknya sebagai wanita dan tidak mendapatkan penghormatan sosial.
Sedangkan kaum laki-laki mendapatkan hak bebas, seperti menikahkan wanita sesuka
hatinya dan menceraikan mereka semaunya.
2. Agama
Sebelum kedatangan Islam, mayoritas Bangsa Arab masih mengikuti dakwah
Nabi Ismail 'alaihissalam (AS) yaitu menyembah Allah dan mentauhidkan-Nya.
Setelah beberapa lama akhirnya mereka lupa ajaran tauhid yang dibawa Nabi Ismail.
Hingga muncullah Amru bin Luhai, seorang pemimpin Bani Khuza'ah. Dia dikenal baik
dan peduli terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan
menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani. Ketika dia mengadakan
perjalanan ke Syam, di sana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala dan
menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik. Orang-orang Arab mulai menyembah
berhala itu dan melakukan tradisi-tradisi kemusyrikan.
a.Yahudi.
Masuknya agama Yahudi di jazirah Arab pertama kali eksis di Yaman melalui
penjual jerami, As'ad bin Abi Karb. Ketika itu, dia pergi berperang ke Yatsrib
(Madinah) dan disanalah dia memeluk Yahudi. Dia membawa serta dua ulama
Yahudi dari suku Bani Quraizhah ke Yaman. Agama Yahudi tumbuh dan
berkembang pesat di sana.
b. Nasrani.
Agama Nasrani masuk ke jazirah Arab melalui pendudukan orang-orang
Habasyah dan Romawi. Pendudukan orang-orang Habasyah pertama kali
terjadi di Yaman pada tahun 340 M dan berlangsung hingga tahun 378 M.
c. Majusi.
Agama Majusi lebih banyak berkembang di kalangan orang-orang Arab yang
bertetangga dengan orang-orang Persia yaitu orang-orang Arab di Iraq,
Bahrain (tepatnya di Ahsa'), Hajar dan kawasan tepi pantai teluk Arab yang
bertetangga dengannya. Elite-elite politik Yaman juga ada yang memeluk
agama Majusi pada masa pendudukan Bangsa Persia terhadap Yaman.
3. Budaya
pada zaman itu dianggap sebagai sebuah fase yang tidak memiliki nilai-nilai
moral dan manusia hidup dengan penuh hasrat atau hawa nafsu yang membabi buta
tanpa menggunakan akal pikiran mereka. Seperti yang kita ketahui bahwa akal dan
nafsu itu harus saling sinkron bagaikan sebuah instrumen dalam melakukan sesuatu
agar tidak terjadi kefatalan. Namun, sepertinya hal tersebut sangat mustahil terjadi di
kehidupan masyarakat Arab Pra-Islam karena minimnya ilmu pengetahuan yang
mereka dapatkan. Mereka terkenal dengan tradisi sangat buruk dan keji, yaitu
diperbolehkan mengubur anak perempuannya hidup-hidup dengan alasan merasa
terhina memiliki anak perempuan dan merupakan suatu aib besar bagi keluaraganya.
Namun, hanya beberapa suku dan kabilah saja yang menerapkan tradisi tersebut.
Tradisi tersebut mereka lakukan karena merasa malu dan khawatir jika kelak suatu saat
nanti anak perempuannya akan membawa kesialan, kemisikinan, kesengsaraan dan
kehinaan. Jika suatu saat mereka kalah dalam peperangan, maka istri serta anak
perempuannya akan dirampas oleh para musuh. Oleh karena itu, mereka beranggapan
lebih baik membunuh anak perempuannya telebih dahulu sebelum ditawan oleh musuh.
Adapula sistem perbudakan yang sempat merajalela pada kehidupan masyarakat Arab
pra Islam. Yaitu para budak tersebut diperlakukan oleh majikannya secara keji dan tidak
manusiawi. Mereka tidak mendapatkan kebebasan untuk hidup layaknya manusia yang
merdeka. Bahkan para majikannya pun tidak segan-segan untuk menyiksa dan
memperlakukan para budak tersebut layaknya seperti binatang dan barang dagangan,
serta dijual atau dibunuh secara hidup-hidup.

DAFTAR PUSTAKA

Agama Bangsa Arab Sebelum Kedatangan Islam. (n.d.). Retrieved March 1, 2022, from
https://kalam.sindonews.com/berita/1458235/70/agama-bangsa-arab-sebelum-
kedatangan-islam
Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat Arab Pra-Islam Halaman all - Kompasiana.com.
(n.d.). Retrieved March 1, 2022, from
https://www.kompasiana.com/marlithaindriani/5ffdb5fd8ede486cde54f3b3/kehidupan-
sosial-dan-budaya-masyarakat-arab-pra-islam?page=all#sectionall

Anda mungkin juga menyukai