Anda di halaman 1dari 10

PERADABAN ARAB PRA-

ISLAM
Oleh :
Kelompok 3
 
1. M. Izzatul Hamidi NIM : 1995114069
2. M. Imamuddin NIM : 199511408
 Peradaban adalah keseluruhan yang kompleks dari kehidupan masyarakat manusia yang
meliputi pengetahuan, politik, kepercayaan, kebudayaan, tradisi sosial, dan semua
kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kita bisa
belajar banyak dari peradaban yang telah lampau. Suatu peradaban dimulai ketika manusia
melakukan hal-hal yang luar biasa dan menarik bagi kita untuk menggali lebih dalam
tentang peradaban-peradaban yang telah ada. Salah satunya ialah peradaban bangsa arab.
Yang dimana akan dibahas dalam makalah ini, yaitu Peradaban Arab Pra-islam. Arab
memiliki peradaban yang menjadi cikal bakal diturunkannya agama islam. Sebelum Arab
menjadi negara Islam terselip berbagai hal yang membentuk suatu peradaban pada masa itu.
Baik dari segi kebudayaan politik, kemasyarakatan, sosial, agama dan sebagainya. Pada
masa peradaban ini, Arab masih berada pada masa yang disebut masa Jahiliyah.
 Politik pada masa pra-islam di Arab
 Sebelum Islam datang, wilayah sekitar semenanjung Arabia diapit 2 kerajaan besar yang
dibagi menjadi dua imperium : Imperium Romawi Timur ( ibukota : Bizantine, sekarang
menjadi kostantinopel ) di sebelah barat dan Imperium Persia di sebelah timur. Hubungan
antara Imperium Romawi ( Bizantine ) dengan Imperium Persia adalah hubungan Revalitas,
peperangan demi peperangan tidak dapat dihindarkan sehingga rakyatnya sering menderita.
 Jazirah Arab ini merupakan daerah netral, dapat dikatakan bahwa Islam diletakkan oleh nabi
di Mekkah dan Madinah adalah agama yang masih murni, tidak dipengaruhi oleh
perkembangan agama-agama dan kekuasaan politik disekitarnya. Sementara itu, kondisi
sosial politik internal wilayah Arab pra-islam di masa Jahiliyah menjelang kedatangan Islam
pada dasarnya terpecah-pecah, tidak mengenal kepemimpinan sentral dan persatuan. Mereka
tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral.
Kepemimpinan politik disana didasarkan pada suku-suku atau kabilah-kabilah guna
mempertahankan diri dari serangan suku-suku yang lain. Masing-masing suku memiliki
seorang pemimpin besar yang disebut Syeikh atau Amir yang memiliki wewenang untuk
menentukan peperangan, pembagian harta rampasan dan pertempuran tertentu. Diluar itu
seorang Syeikh tidak berkuasa atau tidak berhak mengatur anggota kabilahnya.
 Pemerintahan dikalangan bangsa Arab sebelum islam dibagi sebagai berikut :
 Arab Baidah
 Meliputi daerah Irak, Syria, India dan Mesir terdapat kerajaan Aad, kaum Tsamud dan
kerajaan Al Ambath (amaliqah).
 Arab Aribah (Qathaniyah)
 Kerajaan Mainiyah di Yaman.
 Arab Musta’rabah
 Kerajaan Ghassaniyah yang berpusat di Mekah dan Yatsrib.
 Kepercayaan pada masa pra-islam di Arab
 Masyarakat Arab sebelum menyembah berhala, batu-batuan dan pepohonan adalah penganut
Tauhid lazim juga disebut ajaran Hanif (yang benar dan lurus) yang dibawa oleh Nabi Ibrahim
As. Namun karena adanya keputusan risalah, akhirnya mereka menyembah selain Allah. Mereka
mulai menyembah berhala ketika Ka’bah berada di bawah kekuasaan Jurhum. Pasukan yang
dipimpin oleh Amr bin Lubayi keturunan Khuza’ah datang mengalahkan Jurhum. Kemudian
Amr bin Lubayi meletakkan sebuah berhala besar bernama Hubal yang terbuat dari batu akik
merah yang berbentuk patung orang yang ditempatkan disisi Ka’bah. Kemudian ia menyeru
penduduk Hijaz untuk menyembahnya.
 Mayoritas bangsa arab Jahiliyah menyembah berhala kecuali para penganut Yahudi
dan Nasrani. Selain itu juga menyembah matahari, bintang, dan angin. Bahkan ada
yang meyembah batu-batu kecil dan pohon-pohon yang dianggap keramat. Mereka
juga menganggap bahwa malaikatlah yang menghidupkan, mematikan, dan menguasai
gerak kehidupan manusia, bahkan ada yang percaya bahwa malaikat adalah keturunan
Tuhan. Disamping itu juga menyembah jin, ruh atau hantu, bahkan ada tempat yang
dikeramatkan sebagai tempat mengadakan sesajian berupa kurban binatang agar
terhindar dari mara bahaya dan bencana
 Kebudayaan pada masa pra-islam di Arab
 Salah satu kelebihan bangsa Arab terletak pada bahasanya, mereka pandai dalam bidang
sastra, khususnya membuat syair-syair. Karena itu, Philip K. Hitti dalam bukunya A History
of the Arabs memberikan penilaian, bahwa keberhasilan penyebaran Islam di antaranya
didukung oleh keluasan bahasa Arab, khususnya bahasa Arab al-qur`an ( Hitti, 1973 ).
 Syair bagi mereka untuk mengungkapkan pikiran, pengetahuan, dan pengalaman hidupnya.
Bentuk pengungkapan lainnya melalui natsr (prosa), amtsal (perumpamaan-perumpamaan),
khitabah (pidato), ansab (geneologi), dan lainnya. Terdapat pertandingan forum umum
untuk membuat dan membacakan syair-syair, kemudian dibahas, dikritik dan dipilih yang
terbaik (Ukadz). Yang terpilih akan digantungkan didinding ka’bah sebagai penghargaan
yang biasa disebut mu’allaqat. Tradisi ini masih berkembang dan dimanfaatkan dalam islam
sebagai alat dakwah dan pengembangan ilmu pengetahuan bangsa Arab Islam.
 Masyarakat masa pra-islam di Arab
 Struktur masyarakat menempatkan perempuan pada posisi sangat rendah, bahkan tak terhitung
sebagai manusia yang wajar. Ia identik dengan barang-barang komoditas. Perempuan tidak
diperbolehkan untuk tampil sebagaimana laki-laki, karena mereka tidak mempunyai ketrampilan
dalam sektor publik seperti memimpin peperangan dan mencari nafkah. Perempuan halal
dijadikan gundik-gundik seorang penguasa, dimana mereka mudah dikawini dan diceraikan.
Disaat perempuan haid, mereka tidak diperbolehkan tidur satu rumah dengan keluarganya
melainkan tidur dikandang bagian belakang rumah. Bahkan ada suku yang memiliki tradisi yang
sangat buruk, yaitu suka mengubur anak perempuan mereka hidup-hidup. Mereka merasa terhina
memiliki anak-anak perempuan. Perbuatan itu mereka lakukan karena merasa malu dan khawatir
anak perempuannya akan membawa kemiskinan dan kesengsaraan.
 Sistem perbudakan berlaku dan berkembang dikalangan bangsa Arab. Mereka dipekerjakan
dengan sekehendak majikan dan dijual-belikan serta ditukar dengan barang seperti pedagang
bertransaksi secara barter
 Struktur sosial antara bangsawan dan rakyat jelata terdapat batas jurang yang
sangat tajam. Kaum bangsawan menindas rakyat jelata sesuka hati dan segala
cara. Maka, perdamaian antarsuku sangat sulit diwujudkan, peperangan demi
peperangan terus terjadi diantara mereka. Penghargaan manusia didasarkan
atas prestise bukan prestasi, dan hubungan sosial ditentukan oleh ikatan darah
dan emosi bukan ikatan kemanusiaan dan keagamaan yang ditawarkan dalam
islam.
Pertanyaan pertanyaan

Anda mungkin juga menyukai