Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENGARUH ISLAM TERHADAP KEHIDUPAN BANGSA ARAB

 Peradaban Bangsa Arab Pra Islam


Bangsa Arab pada periode sebelum kedatangan Islam atau periode pra-Islam disebut sebagai bangsa
Jahiliyah. Kata ini merujuk pada definisi yang negatif yakni zaman kebodohan. Seperti apa memangnya
kondisi masa itu? Pada masa ini, orang-orang Arab diyakini melakukan segala perilaku yang bersifat
merusak dan berdosa seperti, perjudian, minum-minuman keras, riba, dan percabulan. Hampir satu-
satunya hal positif yang ada pada era Jahiliyah adalah perkembangan puisi di masanya.

 Agama Dan Kepercayaan Bangsa Arab Pra Islam


Orang-orang Arab pada pra-Islam sebagian besar menganut politeisme atau bentuk kepercayaan pada
banyak Tuhan. Meski demikian, sesembahan mereka tidak seragam antar satu sama lain. Sering kali,
kelompok suku kecil yang berbeda menyembah dewa yang berbeda. Bahkan, dalam satu rumah tangga
pun bisa memungkinkan memiliki praktik keagamaan yang berbeda.

Melansir buku Sejarah Kebudayaan Islam terbitan Kementerian Agama (Kemenag), orang Jahiliyah
tersebut juga menyembah malaikat, berhala, jin, roh leluhur, hantu, hingga bintang-bintang. Mereka
meyakini bintang-bintang tersebut diberikan kekuasaan penuh oleh Tuhan untuk mengatur alam ini.

Cendekiawan Islam Ibn al-Kalbi bercerita, orang Arab Jahiliyah kerap kali menyembah nenek moyang
mereka. Berdasarkan ceritanya, bahkan ada seorang kerabat dari lima pria meninggal yang mendatangi
seorang pematung untuk mengabadikan kelima pria tersebut menjadi batu. Patung-patung itu kemudian
dianggap sebagai perantara antara manusia dan Tuhan.

Orang-orang Arab Jahiliyah juga mempercayai peramal dan dukun dapat terhubung dengan dewa
melalui penglihatan dan mimpi. Mereka meyakini, berbagai metode ramalan juga dilakukan untuk
menghubungi dewa dan roh, salah satunya dengan metode melempar anak panah.

 Kondisi Sosial Budaya Bangsa Arab Pra Islam


Kondisi sosial pada Zaman ini memiliki beberapa kelas masyarakat yang kondisinya berbeda antara satu
dengan yang lainnya. Keluarga dikalangan bangsawan sangat diprioritaskan dan mereka memiliki otoritas
dan pendapat yang harus didengar. Berbeda dengan keluarga dikalangan bawah, mereka tidak memiliki
hak apapun, mereka hanya menjadi budak.
Para wanita pada zaman ini sama sekali tidak diperlakukan dengan baik, mereka hanya menjadi budak
laki-laki yang tugasnya hanya melayani para laki-laki. Banyak perempuan yang diperjual belikan atau
bahkan banyak yang menjadi pelacur. Pada zaman ini perempuan sangatlah dibenci, seperti yang
dijelaskan diatas jika ada seorang bayi perempuan lahir mereka akan membunuhnya demi menutupi aib
keluarga. Banyak wanita yang hidup dengan suami yang memiliki banyak istri. Banyak juga wanita yang
menjadi pelacur, bagi sebagian golongan yahudi menganggap ayah seorang wanita memperjual belikan
putrinya.

Sebenarnya zaman Jahiliyyah bukan hanya sekedar zaman sebelum datangnya ajaran Nabi Muhammad
SAW, tetapi zaman Jahilliyah yang sebenarnya berkaitan dengan masalah moral masyarakat pada saat itu,
dimana masyarakat pada saat itu sama sekali tidak memiliki pegangan hidup yang baik sebagai petunjuk.
Pada masa Arab pra islam tindakan mereka sama sekali tidak manusiawi, muali banyaknya peperangan
dan pembunuhan hal itu menyebabkan hilangnya ketauhidan bangsa Arab karena tidak adanya figur
seorang pemimpin yang mengayomi semua umat.
 Kondisi Politik Masyarakat Pra Islam

Secara internal, pada dasarnya kondisi politik di wilayah Arab pra Islam mengalami perpecahan atau
dikenal dengan istilah otonomi daerah. Hal ini dikarenakan mereka tidak mengenal sistem
kepemimpinan sentral yang mengatur segala urusan kepemerintahan secara general.
Faktanya telah terbentuk sistem otonomi seperti kabilah (clan) yang berorientasi pada terbentuknya
suku – suku (tribe). Dengan demikian bisa dikatakan sejak masa jauh sebelum Islam datang, masyarakat
Arab telah memiliki keorganisasian dan identitas sosial yang jelas. Namun, sifat rasial yang menjadi
watak orang Arab menjadikan masing masing suku saling bersaing dalam beberapa momen, dan
seringkali terjadi peperangan yang cukup sengit akibat rasa solidaritas dan fanatisme yang timbul dari
masing – masing internal suku.

Akibat dari peperangan dan fanatik antar suku juga menjadikan budaya dan peradaban Arab tidak begitu
berkembang seperti wilayah – wilayah lain yang memiliki kepemimpinan sentral, seperti Romawi dan
Persia. Namun uniknya meski letak geografis semenanjung Arab yang berada diantara dua imperium
besar yaitu Romawi (Bizantium) dan Persia, wilayah Arab tetap berada pada posisi netral dan dapat
dikatakan terbebas dari pengaruh dua kerajaan besar tadi.

Kondisi politik di wilayah pra-Islam erat kaitannya dengan pembahasan nasab. Karena pada dasarnya
terdapat tiga garis keturunan besar yang menjadi cikal bakal orang Arab. Yiatu: Ba’idah, ‘Aribah dan
Musta’ribah.

BAB II

ISLAM PERIODE MEKKAH

 Masa Kenabian Dan Strategi dakwah Nabi Muhammad SAW


Mula-mula Nabi Muhammad mengajarkan Islam atau berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Beliau
hanya mengajarkan ke-Tauhidan kepada anggota keluarga dan kerabat terdekat. Namun tidak banyak
diantara kerabat beliau yang menerima ajakan Nabi. Abu Thalib, paman beliau pun menyatakan tidak
sanggup meninggalkan agama nenek moyang mereka, yakni menyembah berhala. Akan tetapi Abu
Thalib tidak pernah menghalangi Rasulullah dalam mengajarkan Islam, bahkan beliau pun mengecam
keras orang-orang yang menjadi penghambat dakwah Nabi.

Pada periode ini, tiga tahun pertama dakwah Islam dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Nabi mulai
melaksanakan dakwah Islam di lingkungan keluarga, mula-mula istri beliau sendiri, yaitu Khadijah.
Kemudian Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar dan lain-lain. Pada proses ini, tidak lebih dari 12 orang yang
mengikuti ajaran Nabi Muhammad. Mereka terkenal dengan julukan assabinqun al-Awwalu (orang-
orang yang pertama kali masuk Islam), mereka adalah Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar as-
Shiddiq, Zaid, Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Sa’ad bi Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf,
Thalhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan al-Arqam bin Abil Arqam, yang rumahnya di
jadikan sebagai tempat berdakwah.

 Proses strategi dakwah nabi muhammad SAW Secara Terang-terangan


Setelah tiga tahun berjalan dakwah Islam secara diam-diam, maka disuruhlah Nabi mengumumkan
Islam dengan terang-terangan sebagaimana difirmankan oleh Allah dalam surat asy-syu’ara’: 214.
Berdasarkan ayat Allah tersebut Nabi Muhammad mengajak kaum keluarganya, Bani Hasyim untuk
masuk Islam, akan tetapi mereka tidak menghiraukannya, bahkan pamannya Abu Lahab mencemooh
Nabi Muhammad sehingga turunlah surat al-Lahab. Kemudian Rasulullah mengajak kaum Quraish
untuk mengesakan Tuhan tiada sekutu bagi-Nya, berdasarkan ayat yang turun dalam surat al-Hijr: 94
mereka pun ada yang masuk Islam tetapi banyak pula yang menentanngnya.

Setelah turun ayat ini, Rasulullah SAW, menyampaikan dakwahnya kepada seluruh lapisan masyarakat
kota Mekah yang pluralistik, dari golongan bangsawan sampai golongan budak serta pendatang kota
Mekah yang mempunyai agama berbeda dan berbagai suku. Untuk berdakwah secara terang-terangan
ini, beliau mengambil bukit “shofa” sebagai tempat dakwahnya. Mula-mulanya beliau menyeru
penduduk Mekkah lalu kemudian penduduk negeri yang lain. Dengan usahanya yang gigih. Hasil yang
diharapkan mulai terlihat. Jumlah pengikut nabi yang tadinya hanya dua belasan orang semakin hari
semakin bertambah. Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja dan orang-orang yang
tidak punya.

Dalam mensyiarkan Islam, Nabi melakukannya dengan strategi yang disesuaikan dengan peradaban
dan cara berfikir bangsa Arab, yaitu:

Nabi memperkenalkan tauhid kepada Allah sebagai pondasi kehidupan dalam arti yang menyeluruh.
Ajaran tauhid ini tidaklah sebagai konsep dan sebatas bidang pengetahuan saja, tetapi tauhid yang
fungsional dan terapan. Dalam arti, setelah seseorang beriman kepada Allah, maka sekaligus sikap
keimanan tersebut diaplikasikan dalam bentuk kehidupan sehari-hari dan perjuangan membela agama
Allah.
1. Nabi menggunakan strategi pentahapan yang jelas. Dimulai dari dakwah di lingkungan keluarga
serta masyarakat sekitar yang mempunyai potensi untuk dapat dipergunakan dalam membantu
dakwah. Seperti Beliau mengajak Ali putra pamannya, melibatkan Abu bakar sebagai mertua,
mengawini Khadijah yang setia dan kaya, serta Umar sebagai pemimpin Quraish yang sangat
disegani. Tahapan itu juga terlihat dalam bagaimana Beliau meyakinkan orang-orang secara
sembunyi-sembunyi (bi al-sirr), kemudian secara terang-terangan (bi al-jahr) setelah keadaan
dianggap memungkinkan untuk itu. Pentahapan itu juga dapat dilihat pada usaha-usaha beliau
memba’iat mereka yang ingin bergabung dengan beliau, seperti tahapan perjanjian ‘Aqabah I yang
diikuti oleh 12 orang dari Madinah, serta perjanjian ‘Aqabah II yang diikuti oleh 73 orang dari kota
yang sama. Sehingga, dari pengikut yang sedikit tetapi kuat itu berkembang menjadi banyak
seperti mata rantai.
2. Nabi mendayagunakan berbagai macam sumber potensi sahabat secara efektif. Sahabat yang
mempunyai kekayaan lebih seperti Khadijah, Abu Bakar dan Utsman untuk mendanai dakwah.
Mereka yang mempunyai pengaruh besar di kalangan Quraish seperti Umar bin Khattab dan
Hamzah yang muslim, serta Abdul Munthalib dan Abu Thalib yang non-muslim, menyiapkan diri
untuk menjadi perisai Nabi dari serangan musuh-musuh besarnya. Sebagian para sahabat yang
mempunyai kelebihan intelektualitas seperti Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud dan Zaid bin
Tsabit berkhidmat dalam pengembangan ilmu-ilmu agama (tafsir), serta Abu Hurairah menekuni
periwayatan hadits-hadits Nabi. Meskipun demikian, mereka juga bersatu mengangkat senjata
bersama Nabi manakala keadaan memaksanya, sebagaimana mereka ikut berhijrah ketika hal itu
menjadi keputusan Nabi melalui musyawarah.

 Pemboikotan Terhadap Nabi Dan Kaum Muslimin


Pada permulaan Islam, kaum Quraish belumlah mencurahkan perhatiannya untuk menentang
agama Islam. Mereka mengira bahwa seruan Muhammad itu hanya satu gerakan yang berapa
lama tentu akan lemah dan lenyap dengan sendirinya. Akan tetapi, alangkah terkejutnya
mereka melihat bahwa seruan itu dengan cepat telah memasuki rumah tangga mereka; dan
hamba sahaya mereka yang dahulunya mereka anggap derajatnya tidak lebih dari harta
benda, telah menerima dengan baik seruan yang baru itu. Karena itu, mereka cepat
mencurahkan perhatian menentang.

Pertama sekali, mereka menghalangi hamba-hamba sahaya dan orang yang lemah. Kalau
Muhammad bebas mengatakan apa yang diingininya, tetapi hamba-hamba sahaya menurut
pandangan mereka tidaklah bebas atas jasmani dan rohani mereka sendiri. Karena itu Yasir
dan puteranya ‘Ammar serta istrinya Sumaiyah, begitu juga Bilal, Khabab ibnul Aris dan lain-
lain menderita siksaan yang berat, di luar perikemanusiaan.

Akan tetapi Nabi sendiri pada fase ini tiada dapat mereka siksa, karena Bani Hasyim
mempunyai kedudukan yang tinggi pada pandangan mereka. Dan Rasul sendiri mendapat
penjagaan dari Abu Thalib paman beliau. Akan tetapi setelah seruan Nabi bertambah tersiar,
dan beberapa orang bangsawan Quraish telah mulai memperkenankan seruan itu, maka
pengaruh seruan itu semakin bertambah jelas.

Perlawanan kaum Quraish pun makin tambah menjadi-jadi pula. Perlawanan itu tidak hanya
dihadapkan kepada hamba sahaya dan orang-orang yang lemah, tetapi, mulai pula
dihadapkan kepada seluruh penganut-penganut agama baru itu. Malah Nabi sendiri pembawa
agama baru itu, tiadalah lepas dan dikecualikan dari tantangan mereka. Nabi mereka tuduh
mengadakan perpecahan antara orang-orang dengan keluarga dan hamba-hamba sahayanya,
serta menghasut pemuda-pemuda yang menjadi pengikutnya, menghinakan nenek moyang
mereka dan dewa-dewa yang mereka sembah.

 Hijrah – hijrah yang di lakukan Rasulullah dan Kaum Muslimin


Rasulullah saw. sangat sedih ketika menyaksikan kehidupan umat Islam di Mekah yang penuh dengan
ancaman dan teror dari orang-orang kafir. Semakin hari, teror dan ancaman itu semakin bertubi-tubi.
Rasulullah saw. berpikir harus ada jalan keluar untuk mengatasi semuanya. Bersamaan dengan itu pula,
istrinya, Siti Khadijah dan pamannya, Abu Thalib, berpulang ke rahmatullah. Namun, perjuangan untuk
mewujudkan kehidupan yang mulia dan beradab harus terus berjalan, tidak boleh berhenti. Bagaimana
caranya?

Allah Swt. sangat sayang kepada Rasulullah saw. dan kaum muslimin. Dalam situasi yang sangat sulit
dan mencekam tersebut Allah Swt. memerintahkan Nabi Muhammad saw. dan kaum muslimin untuk
berhijrah ke Madinah. Nabi Muhammad saw., pun akhirnya hijrah dari Mekah ke Madinah. Benar,
bermula dari peristiwa hijrah inilah kejayaan dan kesuksesan Islam dimulai.

Menjelang larut malam, Nabi Muhammad saw. menuju ke rumah Abu Bakar dan mengajaknya hijrah.
Kedua orang itu kemudian keluar dari jendela pintu belakang dan terus bertolak ke arah selatan
menuju Gua Tsur.
Jalan yang ditempuh oleh mereka adalah jalan yang tidak mungkin dilewati manusia. Hal ini dilakukan
supaya para pemuda Quraisy yang mengejar tidak menyangka mereka melalui jalan itu.

Dalam perjalanannya, mereka berdua sempat bersembunyi di Gua Tsur selama


tiga hari tiga malam. Tidak ada seorang pun yang mengetahui tempat persembunyian itu selain
Abdullah bin Abu Bakar, kedua orang puterinya, Aisyah dan Asma, dan pembantu mereka ‘Amir bin
Fuhaira. Tugas Abdullah adalah mencari informasi tentang rencana kafir Quraisy terhadap Nabi
Muhammad saw. Pada malam hari ia menyampaikan informasi tersebut kepada Nabi Muhammad saw.
beserta ayahnya.

Pada hari ketiga, mereka berdua sudah mengetahui bahwa situasi sudah tenang, mereka berangkat dan
melanjutkan perjalanan dengan perbekalan yang diberikan oleh putrinya. Supaya aman dalam
perjalanan, Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar mengambil jalan yang tidak pernah dilalui manusia.
Abdullah bin Uraiqit dari Banu Du’il diminta sebagai penunjuk jalan. Keduanya membawa Nabi
Muhammad saw. dan Abu Bakar dengan hati-hati sekali ke arah selatan kemudian menuju Tihama di
dekat pantai Laut Merah.

Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar beserta penunjuk jalannya itu sepanjang malam dan siang
berada di atas kendaraan. Tidak lagi mereka pedulikan kesulitan dan rasa lelah. Mereka hanya percaya
bahwa Allah Swt. akan menolong mereka.

Selama tujuh hari terus-menerus mereka berjalan. Mereka hanya beristirahat di bawah panas
membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan padang pasir. Hanya
karena adanya ketenangan hati kepada Allah Swt. membuat hati dan perasaan mereka terasa lebih
aman. Mereka selalu yakin bahwa Allah Swt. akan selalu bersama mereka.

Di tengah perjalanan menuju Madinah, Rasulullah saw. singgah di Quba’, sebuah desa yang terletak
dua mil di selatan Madinah. Di sana beliau membangun sebuah masjid. Masjid ini menjadi masjid
pertama dalam sejarah Islam. Beliau singgah di sana selama empat hari untuk selanjutnya meneruskan
perjalanan ke Madinah.

Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar tiba di Madinah pada tanggal 12 Rabiul Awal. Kedatangan beliau
telah dina nti-nanti masyarakat Madinah. Pada hari kedatangan Nabi Muhammad saw. dan Abu Bakar,
masyarakat Madinah sudah menunggu di jalan yang akan dilalui Nabi Muhammad saw., lengkap
dengan regu genderang.

Mereka mengelu-elukan Nabi Muhammad saw. dan genderang pun gemuruh diselingi nyanyian yang
sengaja digubah untuk keperluan penyambutan itu. “Bulan purnama telah muncul di tengah-tengah
kita, dari celah-celah bebukitan. Wajiblah kita bersyukur atas ajakannya kepada Allah Swt. Wahai orang
yang dibangkitkan untuk kami, kau datang membawa sesuatu yang wajib ditaati.”

Itulah syair penyambutan Nabi Muhammad saw. di Madinah.

Setelah sampai di Madinah, Nabi Muhammad saw. mulai membuat program kerja dan
melaksanakannya seperti yaitu membangun masjid, mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar,
dan membuat perjanjian dengan penduduk Madinah. Langkah pertama, membangun masjid.
Pembangunan masjid segera dimulai dan seluruh umat Islam ikut ambil bagian sehingga berdiri sebuah
masjid berdinding bata, berkayu batang kurma, dan beratap daun kurma. Masjid yang dibangun
Rasulullah saw. bersama-sama kaum Muhajirin dan Anshar tidak hanya berfungsi untuk salat semata,
akan tetapi untuk seluruh kegiatan Nabi di Madinah.

Di antara fungsi masjid pada zaman Nabi adalah sebagai tempat mempersatukan umat,
bermusyawarah tentang perkembangan Islam, mengkaji ilmu agama, bahkan sebagai pusat
pemerintahan setelah Rasulullah dipilih sebagai pemimpin di Madinah. Seluruh aktivitas masyarakat
Madinah dipusatkan di masjid.
BAB III

ISLAM PERIODE MADINAH

A. Kondisi Masyarakat Madinah Pra Islam

Kepercayaan Masyarakat Madinah sebelum Islam

Nama Yatsrib. Penduduk kota Yatsrib terdiri dari etnis Arab, baik dari Arab Selatan maupun Utara, juga
ada yang berasal dari etnis Yahudi. Penduduknya telah memiliki kepercayaan dan agama. Agama yang
dianut penduduk Yatrib adalah Yahudi, Nasrani, dan Pagan. Mayoritas penduduknya memeluk agama
Yahudi.

Agama Yahudi masuk ke Yatsrib berbarengan dengan kedatangan imigran dari wilayah utara sekitar
abad ke-1 dan ke-2. Mereka datang ke Mereka datang ke Yatsrib untuk menyelamatkan diri dari
penjajahan Romawi. Mereka mendapatkan penindasan dari Romawi karena melakuakan
pemberontakan. Migrasi terbesar bangsa Yahudi terjadi pada tahun 132-135. Agama Yahudi dianut
oleh beberapa suku-suku, antara lain Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Gathafan, Bani Quraidlah.

Keempat suku ini tetap memeluk agama Yahudi walaupun Islam telah tersebar di Madinah.
Kebanyakan mereka bekerjasama dengan kafir Quraisy untuk mengusir dan membunuh Nabi
Muhammad Saw. Akibat menentang Islam, Nabi Muhammad mengusir mereka dari kota Madinah.
Sehingga madinah bersih dari bangsa yahudi.

Selain Yahudi, penduduk Yatsrib memeluk agama Nasrani. Kelompok yang merupakan kelompok
minoritas berasal dari Bani Najran. Mereka mememeluk agama nasrani pada tahun 343 M ketika
Kaisar Romawi mengirim misionaris ke wilayah mereka untuk menyebarkan agama Nasrani.

Sebagian kecil Penduduk Yasrib ada yang tidak memeluk agama yahudi dan nasrani. Mereka mengikuti
kenyakinan orang Quraisy dan Penduduk Mekkah. Mereka memandang kaum Quraisy sebagai penjaga
Rumah Allah, sebagai pemimpin-pemimpin Agama, serta sebagai panutan dalam beribadah. Agama
mereka dikenal dengan paganisme yaitu kepercayaan kepada benda-benda, dan kekuatan-kekuatan
alam, seperti matahari, bintang-bintang, bulan, dan sebagainya. Mereka menyembah kekuatan-
kekuatan alam. Mereka hidup sesuai dengan tradisi warisan nenek moyang. Praktik peribadatan
mereka bertentangan dengan agama Yahudi dan Nasrani. Karena itu, sering terjadi perselisihan dan
keributan antara mereka dengan pemeluk agama Yahudi.

Kondisi Sosial Masyarakat Madinah sebelum Islam

Pada awalnya, kedua bangsa tersebut berasal dari satu rumpun bangsa, yaitu ras Semit yang
berpangkal dari Nabi Ibrahim melalui dua putranya, Ismail dan Ishaq. Bangsa Arab melaui Ismail dan
Yahudi melaui Ishaq. Meraka berkembang dan menyebar sehingga memiliki kebudayaan tersendiri.
Disamping itu, kedua bangsa berkebang menjadi beberapa suku atau kabilah. Adapun kabilah-kabilah
yang berada di Yatsrib (Madinah) yang kita bahas yaitu kabilah Aus dan Karzaj, dan kabilah Yahudi.

Pembangunan Masyarakat Madinah Yang Islami

Lima langkah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diterapkan untuk membangun benih
peradaban baru pembentukan masyarakat Islam di Madinah antara lain:
1. Mendirikan Masjid
Langkah pertama dalam perbaikan dan pembangunan masyarakat Islam di Madinah adalah
mendirikan masjid dan beberapa ruang untuk tempat tinggal keluarga beliau.
Melalui masjid inilah yang akhirnya dijadikan sebagai basis dan pusat kendali seluruh aktivitas
masyarakat Islam di Madinah. Sehingga, masjid menjadi icon persatuan masyarakat Islam hingga
sekarang.
2. Mendatangkan Dua Kelurga
Langkah berikutnya adalah mendatangkan dua keluarga mulia; keluarga Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan keluarga Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu.

Setelah itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan beberapa sahabat lain yang
memungkinkan, untuk dihijrahkan dari Mekah ke Madinah. Di antaranya, Zaid bin Haritsah serta
keluarganya.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Ia mengirim seseorang
untuk mencari keluarganya untuk dibawa ke Madinah. Begitu seterusnya hingga hampir seluruh
umat Islam Mekah dipindahkan ke Madinah.

3. Membangun Komunikasi
Menjalin komunikasi dengan kaum Yahudi melalui orang yang ditokohkan oleh mereka dan
mendakwahi mereka untuk masuk Islam. Saat itu yang didekati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam adalah Abdullah bin Salam. Ia adalah seorang pendeta yang terhormat di kalangan Yahudi
Madinah.
4. Membuat Perjanian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat perjanjian untuk kaum Muhajirin dan kaum
Anshar yang memuat perjanjian dengan kalangan Yahudi di Madinah. Isi perjanjian itu beliau buat
sedetail mungkin dan memuat kebijakan-kebijakan yang mengarah pada pemeliharaan stabilitas
posisi masyarakat Islam di Madinah saat itu.
Dengan perjanjian tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengikat mereka semua dan
menjadikan mereka satu kelompok yang mampu menghadapi siapapun yang berniat jahat terhadap
mereka.
5. Mempersaudarakan Antar Golongan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempersaudarakan antara Muhajirin dan Anshar dengan
ikatan yang lebih kuat lagi. Generasi dari kalangan Muhajirin dinikahkan dengan generasi dari
kalangan Anshar.

Beberapa Peperangan Yang Terjadi Di Kota Madinah

Ketika Rasulullah baru menyebarkan Islam, dan menetap di Madinah, kaum Muslimin terlibat beberapa
peperangan. Perang tersebut terjadi karena kaum Muslimin kala itu mempertahankan dirinya. Berikut
adalah perang yang terjadi di tahun-tahun awal hijrahnya Rasulullah di Madinah.

1. Perang Badar
2. Perang Dengan Bani Qainuqa
3. Perang Uhud
4. Perang Khandaq
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebudayaan dalam islam merupakan kebudayaan yang sempurna yangbisa mengajarkan


kebaikan, dan bisa membimbing umat manusia khususnyaumat islam kebahagiaan didunia dan
kebahagiaaan diakhiran. Tapi akhir-akhir ini mengalami kemerosotan karena globalisasi

B. Saran

Sebagai umat islam yang merupakan agama yang paling sempurna kitasebaiknya menjaga dan
terus mengembangkan kebudayaan islam terutama

kita warga negara Indonesia yang memiliki banyak kebudayaan yang bernuansa islami. Selain
itu kita juga harus mempelajari sejarah yang ada, salah satunya sejarah islam agar mengetahui
dan mengikuti hal-hal yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW yang akan menuntun
kita ke pintu syurga.

Anda mungkin juga menyukai