Anda di halaman 1dari 7

Pendahuluan

Membahas sejarah kebudayaan Islam tidak akan pernah lepas dari sejarah awal
perkembangan Islam itu sendiri. Sejarah akan memberikan kepada kita gambaran
tentang keadaan dan peristiwa yang terjadi masa lalu. Dan sejarah pastinya
menjadi bukti bahwasannya suatu peristiwa itu benar-benar terjadi yang bisa kita
ambil sebagai pedoman dan pelajaran dalam kehidupan.
Islam yang muncul pertama kali di tengah-tengah masyarakat Arab memiliki
sejarah yang menarik untuk kita pelajari. Perkembangan Islam yang begitu pesat
sampai saat ini tidak akan bisa kita pisahkan dari pengaruh seorang Nabi yang
sangat luar biasa, Muhammad SAW.

Masyarakat Arab dan Muslim Ketika Nabi Muhammad SAW di


Mekkah
Bangsa Arab bertempat tinggal dan mendiami semenanjung terbesar di dunia,
yaitu Simenanjung Arabia. Terletak di Asia Barat Daya, luasnya 1.027.000 mil
persegi, sebagian besar ditutupi padang pasir dan merupakan salah satu tempat
terpanas di dunia. Tidak terdapat sungai yang dapat dilayari atau airnya yang
terus menerus mengalir ke laut, yang ada hanya lembah-lembah yang digenangi
air di waktu musim hujan.1
Bangsa Arab termasuk ras atau rumpun bangsa Caucasoid dalam sub ras
Mediteranian yang anggotanya meliputi sekitar Laut Tengah, Afrika Utara,
Amerika, Arabia dan Irania. Bangsa Arab menurut silsilahnya berakhir pada Sam
bin Nuh dimana darinya muncul Bangsa Babilonia, Khaldea, Asyuria, Ibrani,
Phunisaia, Aram dan Habsyi. Kecuali bangsa Arab, bangsa-bangsa keturunan
Sam bin Nuh atau rumpun Semit ini sebagian besar sudah lenyap dan tidak
dikenal lagi. Karena terintegrasi ke dalam kebudayaan lain atau punah dan
hancur.2
Nabi Muhammad SAW merupakan keturanan Arab yang dilahirkan di Mekkah
pada tanggal 12 Rabi’ul awwal tahun Gajah atau pada tahun 571 M. Nabi
Muhammad Saw, berasal dari suku yang paling berpengaruh di Mekkah, yaitu
suku Quraisy. Keluarga Nabi SAW berasal dari cabang Quraisy yang dinamakan
Bani Hashim. Ayahnya Abdullah bin Abdul Muththalib dan ibunya Aminah binti
Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya bertemu pada Kilab bin Murrah. 3

Kondisi Masyarakat Arab Sebelum Nabi Muhammad Diangkat


Menjadi Rasul

1 |M P I UIN SUSKA
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Sistem Kepercayaan dan Kebudayaan
Sebelum Nabi SAW diangkat menjadi Rasul, masyarakat Arab masih berkubang dalam
kemusyrikan. Penyembahan terhadap berhala merebak kemana-mana. Selain itu, orang-
orang Arab juga mempercayai pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala
Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal, Orang pintar, dan Ahli Nujum.
Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan sesuatu.
Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak
tentram jika dendamnya belum dibalaskan, ruhnya bisa menjadi burung hantu yang
berterbangan di padang pasir.4

Keadaan Masyarakat
Dengan keadaan alamnya yang kebanyakan berupa gurun atau padang pasir,
penduduknya memiliki keistimewaan yaitu mereka memiliki nasab murni, karena
Jazirah Arab tidak pernah dimasuki oleh orang asing. Bahasa mereka pun murni dan
terpelihara dari kerusakan bahasa yang disebabkan oleh pencampuran bangsa-bangsa
lain seperti yang terjadi pada bahasa penduduk negeri. Oleh karena itu, padang pasir
dijadikan sekolah tempat mempelajari dan menerima bahasa Arab yang fasih ketika
bahasa Arab telah mengalami kerusakan di kota-kota dan negeri.
Sifat yang menonjol dari penduduk padang pasir adalah pemberani, yang ditimbulkan
oleh keadaan mereka yang saling sendirian di pesawangan atau di padang pasir. Mereka
selamanya membawa senjata sebagai alat untuk menjaga dirinya sendiri, karena tidak
ada yang melindunginya selain keberanian mereka sendiri. Mereka selalu mengganggu
dan menyerang penduduk negeri yang disebabkan sulitnya kehidupan di padang pasir.5
Kondisi kehidupan Arab menjelang kehadiran dakwah Nabi SAW secara umum dikenal
dengan sebutan zaman jahiliyah. Hal ini dikarenakan kondisi sosial politik dan
keagamaan masyarakat Arab saat itu. Hal itu disebabkan karena dalam waktu yang
lama, masyarakat Arab tidak memiliki nabi, kitab suci, ideologi agama dan tokoh besar
yang membimbing mereka. Mereka tidak mempunyai sistem pemerintahan yang ideal
dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Pada saat itu, tingkat keberagamaan mereka
tidak berbeda jauh dengan masyarakat primitif.

2 |M P I UIN SUSKA
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Sistem Politik dan Kemasyarakatan
Sebelumnya bangsa Arab tidak memiliki sistem pemerintahan seperti yang kita kenal
sekarang ini. Bentuk organisasi politik bangsa Arab lebih didominasi kesukuan (model
kabilah). Kepala sukunya disebut Shaikh, yakni seorang pemimpin yang dipilih antara
sesama anggota. Shaikh dipilih dari suku yang lebih tua, biasanya dari anggota yang
masih memiliki hubungan keluarga. Shaikh tidak berwenang memaksa, serta tidak dapat
membebankan tugas-tugas atau mengenakan hukuman-hukuman. Hak dan kewajiban
hanya melekat pada warga suku secara individual, serta tidak mengikat pada warga suku
lain.
Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas ekstitensi politiknya adalah satuan
fanatisme, adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang
musuh dari luar kabilah. Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti
halnya seorang raja. Anggota kabilah harus menaati pendapat atau keputusan pemimpin
kabilah. Baik itu seruan damai maupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum
dan otoritas pendapat, seperti layaknya pemimpin diktator yang perkasa. Sehingga
adakalanya jika seorang pemimpin murka, sekian ribu pedang ikut bicara, tanpa perlu
bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu marah.6

3 |M P I UIN SUSKA
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Kondisi Masyarakat Arab Sesudah Nabi Muhammad Diangkat Menjadi Rasul
Sejak Muhammad saw. belum menjadi nabi, beliau adalah orang yang tidak pernah
cacat (tercela) di tengah masyarakatnya.
Sebagai seorang pemuda ia tidak mengikuti kebiasaan masyarakat di kala itu, yaitu
minum Khamar, berjudi, mengunjungi tempat-tempat hiburan dan menyembah berhala.
Beliau masyhur dikenal sebagai seorang pemaaf, rendah hati, berani dan jujur, sehingga
ia dijuluki al-Amin.7
Dalam usia 35 Tahun, Muhammad telah memperlihatkan kualitasnya sebagai
seorang pemimpin.
Menjelang usia kematangannya, kebiasaan Muhammad adalah mendatangi gua Hira
untuk melakukan meditasi dan bertafakkur tentang Yang Maha Pencipta untuk mencari
jawaban-jawaban terhadap misteri kehidupan. karena itu ia mencari jalan yang lurus
seperti yang disingkapkan oleh Al Qur’an:
‫ض ۤااًّل فَهَ ٰد ۖى‬
َ ‫ك‬
َ ‫َو َو َج َد‬
“Dan Dia menemukanmu (Muhammad) sebagai seorang yang bingung, lalu Dia
memberikan petunjuk.”8
Ketika usianya 40 tahun, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M malaikat Jibril
mendatanginya menyampaikan wahyu Allah yang pertama surat al-Alaq (ayat 1-5).
Beliau berdakwah melalui beberapa tahap. Pertama, secara diam-diam di lingkungan
keluarga dan sahabat dekatnya. Diterima oleh istrinya Khadijah, anak pamannya Ali,
anak angkatnya Zaid bin Hãritsah
Kedua, dakwah kepada keturunan Abdul Muthalib.
Ketiga, dakwah kepada semua orang setelah wahyu Allah sûrah al-Hijir (ayat 94).
Setelah dakwah Nabi dilakukan secara terang-terangan itu, semakin hari semakin
bertambah jumlah pengikut Nabi dan pemimpin Quraisy mulai pula berusaha
menghalangi dakwah Rasul tersebut, bahkan semakin keras tantangan yang dilancarkan
mereka.
lima faktor yang mendorong orang Quraisy menantang dakwah Islam yang disampaikan
Nabi itu. Pertama, Para pemimpin Quraisy tidak dapat menerima ajaran tentang
kebangkitan kembali dan pembalasan di akhirat. Kedua, Mereka tidak dapat
membedakan antara kenabian dan kekuasaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada
seruan Nabi Muhammad s.a.w. berarti tunduk kepada kepemimpinan Bani Abdul
Muthalib.
Ketiga, Takut kehilangan mata pencaharian karena pemahat dan penjual patung
memandang Islam sebagai penghalang rezeki mereka. Keempat, Nabi Muhammad
s.a.w. menyerukan persamaan hak antara hamba sahaya dan bangsawan. Hal ini tidak
disetujui oleh kelas bangsawan Quraisy. Kelima, Taklid kepada nenek moyang adalah
kebiasaan yang berurat berakar pada bangsa Arab.
Segala macam tuduhan dilontarkan kepada nabi: bahwa ia adalah orang yang kesurupan,
seorang penyihir, dan bahwa ia kehilangan keseimbangan pikiran.

4 |M P I UIN SUSKA
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Selain itu Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin lainnya saat itu mendapati
kenyataan bahwa mereka menanggung berbagai tekanan, penyiksaan, pemboikotan,
bahkan ancaman pembunuhan dari orang kafir Quraisy.12 Kota Yastrib akhirnya dipilih
sebagai tempat dan pusat syiar Islam dengan alasan adanya tawaran dan permintaan
orang Yastrib yang telah masuk Islam. Nabi Muhammad SAW pun menjadikan tempat
ini sebagai pusat dakwah.

Masyarakat Arab dan Muslim Ketika Nabi Muhammad SAW di


Madinah
Hijrahnya Rasulullah SAW ke Madinah membawa pengaruh yang sangat
signifikan. Islam mulai berkembang dengan fondasi peradaban yang ditata oleh
Rasulullah SAW. Pada tahun 622 Masehi, Nabi Muhammad SAW pun menuju
Yastrib.
Di Madinah, Nabi Muhammad SAW menghadapi masyarakat yang berbeda
dengan masyarakat Makkah. Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang
plural. Kenyataan adanya pluralitas itulah yang terjadi dalam masyarakat
Madinah, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, etnis dan agama. Pluralitas
penduduk kota Madinah telah ada sejak sebelum kehadiran Nabi Muhammad
SAW bahkan telah menjadi integral dalam kehidupan. Penduduknya, menjelang
hijrah Nabi Muhammad SAW, terdiri dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi yang
terbagi ke dalam beberapa suku. Sementara Suku bangsa Arab yang terkemuka
adalah suku Aus dan suku Khazraj yang bermigrasi dari Arabia selatan. Bangsa
Yahudi terdiri dari tiga suku utama Bani Quraizah, Bani Nadhir, dan Bani
Qainuqa‟14
Dalam segi agama, masyarakat Madinah menganut beberapa agama, yaitu agama
Paganisme (menyembah berhala), agama Yahudi dan agama kristen tetapi
minoritas. Sejarah masuknya orang Yahudi ke Madinah gelombang pertama tidak
banyak diketahui dengan pasti. Bisa jadi mereka tinggal di Madinah sejak
sebelum masehi, tetapi gelombang perpindahan mereka yang utama terjadi akibat
pengusiran oleh Kaisar Hardian (Kaisar Romawi) pada tahun 135 M.15

5 |M P I UIN SUSKA
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Pembentukan Negara Madinah
Berbeda dengan periode Mekkah, pada periode Madinah, Islam merupakan
kekuatan politik. Ajaran Islam yang berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak
turun di Madinah. Nabi Muhammad mempunyai kedudukan bukan saja sebagai kepala
atau pemimpin agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera
meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar pertama, pembangunan
masjid.
Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam.
Dalam perjanjian itu, jelas disebutkan bahwa Rasulullah saw. sebagai
kepala pemerintahan karena sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas
mutlak diberikan kepada beliau. Dalam bidang sosial, beliau juga meletakkan dasar
persamaan antarsesama manusia. Perjanjian ini dalam pandangan ketatanegaraan
sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.

Pertahanan Negara, Diplomasi dan Peperangan


Dengan berkembangnya wilayah Madinah, Islam ternyata menjadi daerah
kekuatan untuk secara progresif. Kemajuan pesat Islam menekankan orang-orang
Mekah dan musuh-musuh Islam lainnya. Kekhawatiran inilah yang kemudian
membuat kaum Quraisy melakukan apa saja. Untuk mengelola potensi pengaruh
meresahkan dari musuh, Nabi sebagai puncak otoritas publik mengorganisir
metodologi dan membentuk militer. Muslim diizinkan untuk berperang karena
dua alasan, khususnya untuk menjaga diri mereka sendiri dan menjaga harta
benda mereka; dan untuk menjaga kesejahteraan dalam penyebaran keyakinan
dan untuk melindunginya dari orang-orang yang menghalanginya.
Konflik utama yang akan menentukan nasib akhir negara Islam adalah Bentrokan
Badar, konflik antara Muslim dan musyrik Quraisy.
Tidak lama setelah konflik, Nabi menandatangani kesepakatan dengan beberapa
klan Badui yang kuat.

Penutup

6 |M P I UIN SUSKA
SEJARAH PERADABAN ISLAM
Beragam informasi yang kita kumpulkan diatas dapat kita simpulkan bahwa Nabi
Muhammad SAW mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengubah
peradaban suatu bangsa. Kehidupan masyarakat Arab Mekah dan Madinah yang
sebelumnya masih berkubang dalam kemusyrikan, suka membunuh,
mengganggu dan menyerang penduduk negeri lain, serta tidak memiliki sistem
pemerintahan yang jelas berubah total setelah kehadiran dakwah Nabi SAW.
Beliau berhasil meletakkan dasar-dasar kehidupan bermasyarakat. Dasar
pertama, pembangunan masjid. Selain untuk tempat salat, juga sebagai sarana
penting untuk mempersatukan kaum muslimin dan sebagai tempat
bermusyawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Bahkan pada
masa itu, masjid juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi
mempersaudarakan golongan Muhajirin dan Anshar. Apa yang dilakukan
Rasulullah ini berarti, menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam.

Daftar Pustaka
Abdul Ghaffar, /sejarah.kompasiana.com/perjuangan-nabi-muhammad-saw.-di-
mekkah-dan-madinah-sebuah-kajian-sirah-nabawiyyah/diakses/tgl/22-09-2022
Al-Qur’an dan Terjemahnyanya, (Jakarta: Maktabah Al Fatih, 2015)
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: al- Ikhlas, 1983).
Basri, M. Sejarah Peradaban Islam: Diktat (Medan: UIN SUMUT, 2021)
Nasution, S. Sejarah Peradaban Islam, (Riau: Yayasan Pusaka Riau, 2013) Ali
Masrur
Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Sejarah Hidup Muhammad Sirah Nabawiyah
(Jakarta: Robbani Press, 2008).
Taufiqurrahman, Sejarah Sosial Politik Masyarakat Islam: Daras Sejarah
Peradaban Islam (Surabaya: Pustaka Islamika, 2003)
Yakub. M, dkk. Sejarah Peradaban Islam: Pendekatan Periodesasi. ( Medan: Perdana
Publishing, 2015)

7 |M P I UIN SUSKA
SEJARAH PERADABAN ISLAM

Anda mungkin juga menyukai