Anda di halaman 1dari 6

DAKWAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH

A. SEJARAH DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


1. Masyarakat Arab Jahiliah Periode Mekah
Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab
jahiliah, atau masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat
Arab waktu itu, terdapat dalam bidang agama, moral, dan hukum,
Dalam bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang
jauh dan ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti
Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya beragama watsani atau agama penyembah berhala.
Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah
Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Di antara berhala-berhala yang
termashyur bernama: Ma’abi, Hubal, Khuza’ah, Lata, Uzza, dan Manat.
Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab jahiliah yang menyembah malaikat
dan bintang yang dilakukan kaum Sabi’in serta menyembah matahari, bulan, dan jin
yang diperbuat oleh sebagian masyarakat di luar kota Mekah. Dalam bidang moral,
masyarakat Arab jahiliah telah menempuh cara-cara yang sesat, seperti:
a. Bila terjadi peperangan antar kabilah, maka kabilah yang kalah perang akan dijadikan
budak oleh kabilah yang menang perang.
b. Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah. Dalam masyarakat Arab jahiliah
perempuan tidak berhak mewarisi harta peninggalan suaminya, ayahnya, atau anggota
keluarga yang lain. Bahkan seorang wanita (istri) boleh diwarisi oleh anak tirinya
atau anggota keluarga lain dan suaminya yang telah mati.
c. Memiliki kebiasaan buruk, yakni berjudi dan meminum minuman keras. Kejahiliahan
mereka dalam bidang hukum antara lain anggapan mereka bahwa judi, bermabuk-
mabukan, berzina, mencuri, merampok, dan membunuh, bukan merupakan perbuatan
yang salah.
Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perilaku masyarakat Arab jahiliah itu
buruk, tetapi ada pula yang baiknya. Seperti: memiliki keberanian dan kepahlawanan,
suka menghormati tamu, murah hati, dan mempunyai harga diri. Juga dalam bidang
perdagangan, ada sebagian masyarakat Arab jahiliah yang sudah memiliki kemajuan.
Misalnya, para pedagang dari kabilah Quraisy, berdagang pada musim panas ke
negeri Syam (sekarang Suriah, Libanon, Palestina, dan Yordania) dan pada musim
dingin ke Yaman (lihat Q.S. Quraisy, 106: 1—4). Mereka memperdagangkan bulu
domba, unta, kulit binatang, dan tali.
B. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak
membiarkan umat manusia, khususnya masyarakat Arab berada dalam kebodohan sepanjang
zaman. Lalu Dia mengutus seorang nabi dan rasul yang terakhir yakni Nabi Muhammad
SAW. Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal
17 Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua
Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo
meter sebelah utara kota Mekah dan berada di lerengnya (kira-kira berjarak 20 m dari
puncaknya).
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan
turunnya Malaikat Jibril pada tanggal 17 Ramadan 610 M, untuk menyampaikan wahyu
yang pertama yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96: 1-5 (coba kamu cari dan pelajari).
Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul A1-
Qur’an.

Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidakdiketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5)
Setibanya di rumah, Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada istrinya, Khadijah,
peristiwa yang dialaminya. Sebenarnya Khadijah mempercayai segala apa yang diceritakan
suaminya, tetapi ia ingin mengetahui bagaimana pendapat Waraqah bin Naufal, saudara.
Sepupunya terhadap peristiwa yang dialami suaminya. Waraqah adalah seorang pemikir
yang telah berusia lanjut, beragama Nasrani, yang telah menyalin kitab Injil dari bahasa
Ibrani ke dalam bahasa Arab.
Setelah Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh Nabi
Muhammad SAW, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah datang kepada Nabi
Isa. Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh
kaummu.” Nabi Muhammad SAW berkata, “Apakah kaumku akan mengusirku?” Jawab
Waraqah, “Ya, tidak seorangpun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa
(ajaran Islam), yang tidak dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa itu, tentu
aku akan menolongmu dengan sekuat tenagaku.” (H.R. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim).
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Muddassir: 1—7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad
berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama
13 tahun (610—622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa A1-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
Materi dakwah Rasulullah SAW di awal kenabiannya berupa ajaran Islam, yang
terkandung dalam 89 Surah Makkiyyah dan hadis yakni wahyu Allah SAW yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak tertulis dalam lembaran Al-Qur’an.
C. Substansi dakwah Rasulullah Saw. Periode Mekah

1. Menegakkan Tauhid
Rasulullah saw. diutus oleh Allah Swt. untuk membawa ajaran tauhid.Masyarakat Arab yang
saat ia dilahirkan bahkan jauh sebelum ia lahir,hidup dalam praktik kemusyrikan.
Dakwah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. adalah masalah yang berkaitan dengan
tauhid (mengesakan Allah)dengan mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT dan
menjelaskan hakikat Allah , menjauhkan diri dari sifat-sifat kemusyrikan. Ajaran keimanan
ini, yang merupakan ajaran utama yang diembankan kepada ia bersumber kepada wahyu-
wahyu Ilahi. Banyak sekali ayat al-Qur’ān yang memerintahkan beliau agar menyampaikan
keimanan sebagai pokok ajaran Islam yang sempurna. Allah Swt. berfirman yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Swt., Yang Maha Esa. Allah Swt. tempat meminta
segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlaś/112:1-4)
2. Mengajarkan Akhlak Mulia
Nabi Mengajak kaumnya untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dan hati dari sifat-sifat
tercela. Nabi Muhammad saw. mengajak agar sikap dan perilaku yang tidak terpuji yang
dilakukan masyarakat Arab seperti berjudi, meminum minuman keras (khamr), berzina,
membunuh, dan kebiasaan buruk lainnya ditinggalkan.
Dalam mengajarkan akhlak mulia tidak hanya melalui lisannya, tetapi juga ditunjukkan dalam
perbuatannya sehari-hari.
Dalam hal akhlak, Nabi Muhammad saw. tampil sebagai teladan yang baik (ideal). Sejak
sebelum menjadi nabi, ia telah tampil sebagai sosok yang jujur sehingga diberi gelar oleh
masyarakatnya sebagai al-Amin (yang dapat dipercaya). Selain itu, Nabi Muhammad saw.
merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan beban orang lain. Ia juga
membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan serta persahabatan. Nabi Muhammad
saw. tampil sebagai sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan memuliakan
tamu. Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga tampil sebagai sosok yang berani dalam
membela kebenaran, teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah.
3. Menekankan Adanya Kehidupan Setelah Mati
Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah sementara dan kehidupan yang kekal
adalah akhirat. Bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan,
tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kuhur dan di
alam akhirat.Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan
senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan.
4. Mengajarkan Persamaan Derajad Antarsesama.
Nabi mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta, keturunan, suku,
kekuatan, pangkat jabatannya di masyarakat. Namun kemuliaan manusia terletak pada
ketaqwaannya kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya. Dengan datangnya Islam perbudakan
dihilangkan, perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Hal ini untuk memperbaiki kondisi masyarakat Arab yang sangat menonjolkan keturunan dan
suku, membanggakan harta dan kedudukan. Mereka saling berselisih bahkan perang untuk
menjadi yang terhormat diantara yang lain.

D. STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat
Arab telah mengamalkan seluruh ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan
sesuai dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, tentu mereka akan memperoleh
keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Cara ini ditempuh oleh Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa
masyarakat Arab jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi
warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela mati dalam
mempertahankannya. Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah
SAW menyeru untuk masuk Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah
tangganya sendiri dan kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah
memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah binti Khuwailid
(istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara
sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah dengannya, waktu masuk Islam ia baru
berusia 10 tahun), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H =
625 M), Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dan tahun
573- 634 M), dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu kecil).
Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan hanya kewajiban Rasulullah
SAW, tetapi juga kewajiban para pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-
Shiddiq, seorang saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang. Karena budi
bahasanya yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai bergaul telah
meneladani Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara sembunyi-sembunyi.
Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil karena ternyata beberapa orang kawan
dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah :
- Abdul Amar dan Bani Zuhrah, Abdul Amar berarti hamba milik si Amar. Karena
Islam melarang perbudakan, kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW
menjadi Abdurrahman bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT, Yang Maha
Pengasih.
- Abu Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari.
- Utsman bin Affan.
- Zubair bin Awam.
- Sa’ad bin Ahu Waqqas.
- Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi,
yang namanya sudah disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam
generasi awal).
Beberapa alasan mereka tertarik pada Islam karena :
a. Nabi SAW menjelaskannya dengan bijaksana.
b. Lemah lembut dan penuh kekeluargaan.
c. Apa yang disampaikan masuk akal.
d. Ajarannya sesuai dengan ajaran nabi-nabi terdahulu
2. Dakwah Secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni
setelah turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan
secara terang-terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216 (coba
kamu cari dan pelajari).
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain
sebagai berikut :
a. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya hidayah Allah
SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka belum menerima Islam sebagai
agama mereka. Namun ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang
sebenarnya sudah masuk Islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada waktu itu
dengan tegas menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far
bin Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah.
b. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya
tidak jauh dan Ka’bah.
Rasulullah SAW memberi peringatan kepada semua yang hadir agar segera
meninggalkan penyembahan terhadap berhala-berhala dan hanya menyembah atau
menghambakan diri kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan
Pemelihara alam semesta. Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang
disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di dunia dan di
akhirat. Tetapi apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah
SWT, sengsara di dunia dan di akhirat.
Menanggapi dakwah Rasulullah SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok
yang menolak disertai teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang.
Bahkan Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa Muhammad
orang gila, seraya ia berkata “Celakalah engkau Muhammad, untuk inikah engkau
mengumpulkan kami?” Sebagai balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah
ayat Al- Qur’an yang berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat
Al-Lahab, 111: 1-5 (coba kamu cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut).
Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk
Islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu Hamzah bin Abdul
Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib
masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian sedangkan Umar bin Khattab (581-644
M), tidak lama setelah sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia
pada tahun 615 M.
c. Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar
kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk
Islam antara lain :
- Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat tinggal di
sebelah barat laut Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan diri di
hadapan Rasulullah SAW masuk Islam. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh
kaumnya.
- Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus yang
bertempat tinggal di wilayah barat kota Mekah, menyatakan diri masuk Islam di
hadapan Rasulullah SAW. Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri,
keluarganya, serta kaumnya.
- Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang datang ke
Mekah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya hidayah Allah SWT, para
penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam di hadapan Rasulullah
SAW. Gelombang pertama tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan
Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang
dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih banyak lagi.
Pada gelombang ketiga ini telah datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui
Rasulullah SAW, umat Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang
di antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah, orang-orang
Yatsrib yang belum masuk Islam. Di antaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr,
pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan diri masuk Islam di hadapan
Rasulullah SAW.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini,
terjadi pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi
Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka
akan melindungi dan membela Rasulullah SAW. Walaupun untuk itu mereka harus
mengorbankan tenaga, harta, bahkan jiwa. Selain itu, mereka memohon kepada
Rasulullah SAW dan para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
Setelah terjadinya peristiwa Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW
menyuruh para sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat tinggal di
Mekah, untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW melaksanakan
suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka berhijrah ke Yatsrib secara diam-diam
dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam waktu dua bulan sebanyak 150 orang umat
Islam penduduk Mekah telah berhijrah ke Yatsrib.
E. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah
Kaum kafir Quraisy menolak dakwah Rasulullah SAW, setelah berdakwah itu
dilakukan secara terang-terangan, yakni semenjak tahun ke-4 kenabian. Prof. Dr. A.
Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab
kaum kafir Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni :
1. Rasulullah SAW mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mulia tidaknya seseorang tergantung ketakwaannya kepada Allah SWT.
Orang miskin yang bertakwa, di hadapan Allah SWT Iebih mulia daripada orang kaya
yang durhaka (lihat Q.S. Al Hujurãt, 49: 13).
Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak ini. Mereka mempertahankan tradisi hidup berkasta-kasta dalam
masyarakat. Mereka ingin mempertahankan perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah
SAW (Islam) melarangnya.
2. Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam
akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa maka di alam kuburnya akan
memperoleh kenikmatan dan di alam akhiratnya akan masuk surga. Sedangkan manusia
yang ketika di dunianya durhaka dan banyak berbuat jahat, maka di alam kuburnya akan
disiksa. Dan di alam akhiratnya akan masuk neraka.
Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam tersebut, karena mereka merasa
ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan
agama dan tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur mereka. Mereka berkata,
“Cukuplah bagi kami apa yang telah kami terima dari nenek moyang kami.” (Q.S. AI-
Mã’idah, 5: 104)
4. Islam melarang menyembah berhala, memperjualbelikan berhala-berhala, dan melarang
penduduk Mekah dan luar Mekah berziarah memuja berhala, padahal itu semua
mendatangkan keuntungan di bidang ekonomi terhadap kaum kafir Quraisy. Oleh karena
itulah, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah
Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain :
1. Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleb para pemiliknya atau
tuannya di luar batas perikemanusiaan. Bahkan, Az-Zanirah disiksa hingga mengalami
kebutaan dan Ummu Amr binti Yasir, budak milik Bani Makhzum disiksa oleh tuannya
sampai mati. Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., tidak tega melihat saudara-saudaranya seiman
disiksa seperti itu, lalu beliau memerdekakan beberapa orang dari mereka termasuk Bilal,
dengan cara memberikan sejumlah uang tebusan kepada tuannya.
2. Setiap keluarga dari kalangan kaum kafir Quraisy diharuskan menyiksa anggota
keluarganya yang telah masuk Islam, sehingga ia kembali menganut agama keluarganya
(agama Watsani).
3. Nabi Muhammad SAW sendiri dilempari kotoran oleh Ummu Jamil (istri Abu Lahab)
dan dilempari isi perut kambing oleh Abu Jahal. Nama asli Abu Jahal adalah Amr Abu
al-Hakam yang artinya Amr, bapak juru damai. Umat Islam mengganti nama itu menjadi
Abu Jahal yang artinya bapak kebodohan.
4. Kaum kafir Quraisy meminta Abu Thalib, paman dan pelindung Rasulullah SAW, agar
Rasulullah SAW menghentikan dakwahnya. Namun tatkala Abu Thalib menyampaikan
keinginan kaum kafir Quraisy tersebut Rasulullah SAW bersabda : “Wahai pamanku
demi Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan
kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah ini hingga aku menang, atau
aku binasa karenanya.”
5. Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di
antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kaum kafir Quraisy
dan melakukan penyembahan terhadap berhala. Usul tersebut ditolak oleh Nabi SAW,
karena menurut ajaran Islam mencampuradukkan akidah dan ibadah Islam dengan akidah
dan ibadah bukan Islam, termasuk perbuatan haram dan merupakan dosa besar (silakan
baca dan pahami Q.S. Al-Kafirun 109 : 1-6).
6. Quraisy memboikot kaum muslimin
Kaum Quraisy memutuskan segala bentuk hubungan perkawinan dan perdagangan
dengan Bani Hasyim. Persetujuan pemboikotan ini dibuat dalam bentuk piagam,
ditandatangani bersama dan digantungkan di Ka’bah. Peristiwa ini terjadi pada tahun ke-
7 kenabian dan berlangsung selama tiga tahun. Pemboikotan ini mengakibatkan
kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan bagi kaum muslim. Untuk meringankan
penderitaan kaum muslimin, merekapindah ke suatu lembah di luar Kota Mekah.

F. Perilaku yang dapat diteladani dari perjuangan dakwah Rasulullah saw. pada periode
Mekah.

1. Memiliki Sikap Tangguh


Dalam upaya meraih kesuksesan, diperlukan sikap tangguh dan pantang menyerah
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. ketika ia berjuang memberantas
kemusyrikan. Lihat pula bagaimana orang-orang yang sukses meraih cita-citanya, mereka
bersusah-payah berusaha terus-menerus tanpa mengenal lelah sehingga mereka menjadi orang
yang berhasil dalam cita-citanya.Tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan dan tidak ada pula
kesuksesan tanpa kerja keras dan tangguh pantang menyerah.
Sikap tangguh dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun
masyarakat di antaranya. seperti berikut.
a. Menggunakan waktu untuk belajar dengan sungguh-sungguh agar mendapatkan prestasi
yang tinggi.
b. Secara terus-menerus mencoba sesuatu yang belum dapat dikerjakan sampai ditemukan
solusi untuk mengatasinya.
c. Melaksanakan segala peraturan di sekolah sebagai bentuk pengamalan sikap disiplin dan
tanggung jawab.
d. Menjalankan segala perintah agama dan menjauhi larangannya dengan penuh keikhlasan.
e. Tidak putus asa ketika mengalami kegagalan dalam meraih suatu keinginan.
Jadikanlah kegagalan sebagai cambuk agar tidak mengalaminya lagi di kemudian hari.

2. Memiliki Jiwa Berkorban


Perhatikan bagaimana para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini! Selain
mereka berjuang dengan tangguh dan pantang menyerah, mereKa rela mengorbankan apa saja
untuk kemerdekaan bangsa ini. Perngorbanan mereka tidak hanya berupa harta, keluarga yang
ditinggalkan, bahkan mereka rela meregang nyawa untuk memperjuangkan kemerdekaan
beragama dan berbangsa.
Perilaku yang mencerminkan jiwa berkorban dalam kehidupan sehari-hari misalnya seperti
berikut.
a. Menyisihkan waktu sebaik mungkin untuk kegiatan yang bermanfaat.
b. Mendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
c. Menyisihkan sebagian harta untuk membantu orang lain yang membutuhkan.

H. Hikmah mempelajari Sejarah Dakwah Nabi Periode Makkah.


1. Menyadari bahwa nabi orang yang sangat sabar sehingga selalu mendapat
pertolongan Allah.
2. Memahami bahwa rasul hanyalah ditugaskan menyampaikan, sedang hidayah di ta
ngan Allah.
3. Dapat mengambil contoh cara berdakwah yang dilakukan nabi.
4. Dapat meneladani perikehidupan nabi sebagai uswatun hasanah.

Anda mungkin juga menyukai