Artinya: “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidakdiketahuinya.” (Q.S. al-‘Alaq/96:1-5)
Setibanya di rumah, Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada istrinya, Khadijah,
peristiwa yang dialaminya. Sebenarnya Khadijah mempercayai segala apa yang diceritakan
suaminya, tetapi ia ingin mengetahui bagaimana pendapat Waraqah bin Naufal, saudara.
Sepupunya terhadap peristiwa yang dialami suaminya. Waraqah adalah seorang pemikir
yang telah berusia lanjut, beragama Nasrani, yang telah menyalin kitab Injil dari bahasa
Ibrani ke dalam bahasa Arab.
Setelah Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang dialami oleh Nabi
Muhammad SAW, ia berkata, “Itu adalah Namus (Jibril) yang pernah datang kepada Nabi
Isa. Alangkah baiknya kalau aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh
kaummu.” Nabi Muhammad SAW berkata, “Apakah kaumku akan mengusirku?” Jawab
Waraqah, “Ya, tidak seorangpun datang dengan membawa seperti apa yang kamu bawa
(ajaran Islam), yang tidak dimusuhi. Jika sekiranya aku masih hidup pada masa itu, tentu
aku akan menolongmu dengan sekuat tenagaku.” (H.R. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim).
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula
Surah Al-Muddassir: 1—7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad
berdakwah menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama
13 tahun (610—622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu
berupa A1-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang
diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
Materi dakwah Rasulullah SAW di awal kenabiannya berupa ajaran Islam, yang
terkandung dalam 89 Surah Makkiyyah dan hadis yakni wahyu Allah SAW yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi tidak tertulis dalam lembaran Al-Qur’an.
C. Substansi dakwah Rasulullah Saw. Periode Mekah
1. Menegakkan Tauhid
Rasulullah saw. diutus oleh Allah Swt. untuk membawa ajaran tauhid.Masyarakat Arab yang
saat ia dilahirkan bahkan jauh sebelum ia lahir,hidup dalam praktik kemusyrikan.
Dakwah pertama yang dilakukan oleh Rasulullah Saw. adalah masalah yang berkaitan dengan
tauhid (mengesakan Allah)dengan mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT dan
menjelaskan hakikat Allah , menjauhkan diri dari sifat-sifat kemusyrikan. Ajaran keimanan
ini, yang merupakan ajaran utama yang diembankan kepada ia bersumber kepada wahyu-
wahyu Ilahi. Banyak sekali ayat al-Qur’ān yang memerintahkan beliau agar menyampaikan
keimanan sebagai pokok ajaran Islam yang sempurna. Allah Swt. berfirman yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), “Dialah Allah Swt., Yang Maha Esa. Allah Swt. tempat meminta
segala sesuatu. (Allah Swt.) tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada
sesuatu yang setara dengan Dia.” (Q.S. al-Ikhlaś/112:1-4)
2. Mengajarkan Akhlak Mulia
Nabi Mengajak kaumnya untuk menyucikan dan membersihkan jiwa dan hati dari sifat-sifat
tercela. Nabi Muhammad saw. mengajak agar sikap dan perilaku yang tidak terpuji yang
dilakukan masyarakat Arab seperti berjudi, meminum minuman keras (khamr), berzina,
membunuh, dan kebiasaan buruk lainnya ditinggalkan.
Dalam mengajarkan akhlak mulia tidak hanya melalui lisannya, tetapi juga ditunjukkan dalam
perbuatannya sehari-hari.
Dalam hal akhlak, Nabi Muhammad saw. tampil sebagai teladan yang baik (ideal). Sejak
sebelum menjadi nabi, ia telah tampil sebagai sosok yang jujur sehingga diberi gelar oleh
masyarakatnya sebagai al-Amin (yang dapat dipercaya). Selain itu, Nabi Muhammad saw.
merupakan sosok yang suka menolong dan meringankan beban orang lain. Ia juga
membangun dan memelihara hubungan kekeluargaan serta persahabatan. Nabi Muhammad
saw. tampil sebagai sosok yang sopan, lembut, menghormati setiap orang, dan memuliakan
tamu. Selain itu, Nabi Muhammad saw. juga tampil sebagai sosok yang berani dalam
membela kebenaran, teguh pendirian, dan tekun dalam beribadah.
3. Menekankan Adanya Kehidupan Setelah Mati
Islam mengajarkan bahwa kehidupan dunia adalah sementara dan kehidupan yang kekal
adalah akhirat. Bahwa mati yang dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan,
tetapi merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam kuhur dan di
alam akhirat.Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, giat beramal saleh, dan
senantiasa berbudi pekerti yang terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan.
4. Mengajarkan Persamaan Derajad Antarsesama.
Nabi mengajarkan bahwa kemuliaan manusia tidak diukur dari harta, keturunan, suku,
kekuatan, pangkat jabatannya di masyarakat. Namun kemuliaan manusia terletak pada
ketaqwaannya kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya. Dengan datangnya Islam perbudakan
dihilangkan, perempuan memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki.
Hal ini untuk memperbaiki kondisi masyarakat Arab yang sangat menonjolkan keturunan dan
suku, membanggakan harta dan kedudukan. Mereka saling berselisih bahkan perang untuk
menjadi yang terhormat diantara yang lain.
F. Perilaku yang dapat diteladani dari perjuangan dakwah Rasulullah saw. pada periode
Mekah.