Anda di halaman 1dari 11

. DAKWAH NABI PERIODE MAKKAH A.

Sejarah dakwah Nabi


Muhammad SAW pada periode Makkah Objek dakwah Rasulullah SAW
pada awal kenabian adalah masyarakat Arab jahiliah, atau masyarakat
yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat Arab
waktu itu, terdapat dalam bidang agama, moral, dan hukum, Dalam
bidang agama, umumnya masyarakat Arab waktu itu sudah
menyimpang jauh dan ajaran agama Tauhid, yang telah diajarkan oleh
para rasul terdahulu, seperti Nabi Ibrahim A.S. Mereka umumnya
beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala
yang mereka puja itu mereka letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah
Allah SWT) yang jumlahnya mencapai 300 lebih. Di antara
berhala-berhala yang termashyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah,
Lata, Uzza, dan Manat. Selain itu ada pula sebagian masyarakat Arab
jahiliah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan kaum
Sabi’in serta menyembah matahari, bulan, dan jin yang diperbuat oleh
sebagian masyarakat di luar kota Mekah. Dalam bidang moral,
masyarakat Arab jahiliah telah menempuh cara-cara yang sesat, seperti:
1. Bila terjadi peperangan antar kabilah, maka kabilah yang kalah
perang akan dijadikan budak oleh kabilah yang menang perang. 2.
Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah. Dalam masyarakat
Arab jahiliah perempuan tidak berhak mewarisi harta peninggalan
suaminya, ayahnya, atau anggota keluarga yang lain. Bahkan seorang
wanita (istri) boleh diwarisi oleh anak tirinya atau anggota keluarga lain
dan suaminya yang telah mati. 3. Memiliki kebiasaan buruk, yakni
berjudi dan meminum minuman keras. Kejahiliahan mereka dalam
bidang hukum antara lain anggapan mereka bahwa judi, bermabuk-
mabukan, berzina, mencuri, merampok, dan membunuh, bukan
merupakan perbuatan yang salah.
2. Namun perlu diketahui bahwa tidak semua perilaku masyarakat Arab
jahiliah itu buruk, tetapi ada pula yang baiknya. Seperti: memiliki
keberanian dan kepahlawanan, suka menghormati tamu, murah hati,
dan mempunyai harga diri. Juga dalam bidang perdagangan, ada
sebagian masyarakat Arab jahiliah yang sudah memiliki kemajuan.
Misalnya, para pedagang dari kabilah Quraisy, berdagang pada musim
panas ke negeri Syam (sekarang Suriah, Lebanon, Palestina, dan
Yordania) dan pada musim dingin ke Yaman (lihat Q.S. Quraisy, 106:
1—4). Mereka memperdagangkan bulu domba, unta, kulit binatang, dan
tali. B. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul Allah SWT,
Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang tidak
membiarkan umat manusia, khususnya masyarakat Arab berada dalam
kebodohan sepanjang zaman. Lalu Dia mengutus seorang nabi dan
rasul yang terakhir yakni Nabi Muhammad SAW. Pengangkatan
Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17
Ramadhan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang
bertahannus di Gua Hira, waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua
Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilometer sebelah utara kota Mekah
dan berada di lerengnya (kira-kira berjarak 20 m dari puncaknya).
Muhammad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai
dengan turunnya Malaikat Jibril pada tanggal 17 Ramadhan 610M, untuk
menyampaikan wahyu yang pertama yakni Al-Qur’an Surah Al-‘Alaq, 96:
1-5 (coba kamu cari dan pelajari). Turunnya ayat Al- Qur’an pertama
tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan Nuzul A1-Qur’an. Setibanya di
rumah, Nabi Muhammad SAW menceritakan kepada istrinya, Khadijah,
peristiwa yang dialaminya. Sebenarnya Khadijah mempercayai segala
apa yang diceritakan suaminya, tetapi ia ingin mengetahui bagaimana
pendapat Waraqah bin Naufal, saudara. Sepupunya terhadap peristiwa
yang dialami suaminya. Waraqah adalah seorang pemikir yang telah
berusia lanjut, beragama Nasrani, yang telah menyalin kitab Injil dari
bahasa Ibrani ke dalam bahasa Arab.
3. Setelah Waraqah bin Naufal mengetahui semua peristiwa yang
dialami oleh Nabi Muhammad SAW, ia berkata, “Itu adalah Namus
(Jibril) yang pernah datang kepada Nabi Isa. Alangkah baiknya kalau
aku masih muda dan masih hidup sewaktu kamu diusir oleh kaummu.”
Nabi Muhammad SAW berkata, “Apakah kaumku akan mengusirku?”
Jawab Waraqah, “Ya, tidak seorangpun datang dengan membawa
seperti apa yang kamu bawa (ajaran Islam), yang tidak dimusuhi. Jika
sekiranya aku masih hidup pada masa itu, tentu aku akan menolongmu
dengan sekuat tenagaku.” (H.R. Ahmad, Al-Bukhari dan Muslim).
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq:
1-5) turun pula Surah Al-Muddassir: 1—7, yang berisi perintah Allah
SWT agar Nabi Muhammad berdakwah menyiarkan ajaran Islam
kepada umat manusia. Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW
berada di Mekah (periode Mekah) selama 13 tahun (610—622 M),
secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa
A1-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah
yang diturunkan pada periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
Materi dakwah Rasulullah SAW di awal kenabiannya berupa ajaran
Islam, yang terkandung dalam 89 Surah Makkiyah dan hadis yakni
wahyu Allah SAW yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, tetapi
tidak tertulis dalam lembaran Al-Qur’an. C. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW
di awal kenabiannya adalah sebagai berikut : 1. Keesaan Allah SWT
Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta
adalah Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa. Allah SWT tempat
bergantung segala apa saja dan makhluk-Nya, tidak beranak dan tidak
diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamai- Nya
(baca dan pelajari QS. A1-Ikhlãs, 112: 1-4).
4. Umat manusia harus beribadah atau menghambakan diri hanya
kepada Allah SWT. Beribadah atau menyembah kepada selain Allah
SWT, termasuk ke dalam perilaku syirik, yang hukumnya haram, dan
merupakan dosa yang paling besar (lihat Q.S An-Nisã’, 4: 48). 2. Hari
Kiamat sebagai hari pembalasan Islam mengajarkan bahwa mati yang
dialami oleh setiap manusia, bukanlah akhir kehidupan, tetapi
merupakan awal dan kehidupan yang panjang, yakni kehidupan di alam
kubur dan di alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya taat
beribadah, giat beramal saleh, dan senantiasa berbudi pekerti yang
terpuji, tentu akan memperoleh balasan yang menyenangkan. Di alam
kubur akan memperoleh berbagai kenikmatan dan di alam akhirat akan
ditempatkan di surga yang penuh dengan hal-hal yang memuaskan.
Tetapi manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan
banyak berbuat jahat, tentu setelah matinya akan mendapat siksa kubur
dan dicampakkan ke dalam neraka yang penuh dengan berbagai
macam siksaan. (Baca dan pelajari Q.S. Al-Qari’ah, 101: 1-11!) 3.
Kesucian jiwa Islam menyerukan umat manusia agar senantiasa
berusaha mensucikan jiwanya dan melarang keras mengotorinya.
Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat dikandung
badan senantiasa beriman dan bertakwa atau meninggalkan segala
perbuatan dosa, dan dianggap mengotori jiwanya apabila durhaka pada
Allah SWT dan banyak berbuat dosa. Sungguh beruntung orang yang
senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan alangkah ruginya orang
yang mengotori jiwanya (baca Q.S. Asy-Syams, 91: 9-10). 4.
Persaudaraan dan Persatuan Persaudaraan mempunyai hubungan yang
erat dengan persatuan, bahkan persaudaraan landasan bagi
terwujudnya persatuan. Islam mengajarkan bahwa sesama orang
beriman adalah bersaudara. Mereka dituntut untuk saling mencintai dan
sayang-menyayangi, di bawah naungan rida Ilahi. Rasulullah SAW
5. bersabda: “Tidak dianggap beriman seorang Muslim di antara kamu,
sehingga ia mencintai saudaranya, seperti mencintai dirinya.” (H.R.
Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i). Selain itu sesama umat Islam,
hendaknya saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, jangan
sekali-kali tolong-menolong dalam dosa serta permusuhan. Jangan
saling menganiaya dan jangan pula membiarkan saudaranya yang
teraniaya tanpa diberikan pertolongan. Sedangkan umat Islam yang
mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada saudaranya
yang duafa, yakni para fakir miskin dan anak-anak yatim terlantar (baca
dan pelajari Q.S. Al-Mã’un, 107: 1-7). D. STRATEGI DAKWAH
RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH Tujuan dakwah Rasulullah SAW
pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab meninggalkan
kejahiliahannya di bidang agama, moral, dan hukum. Sehingga menjadi
umat yang meyakini kebenaran kerasulan Nabi Muhammad SAW dan
ajaran Islam yang disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Jika masyarakat Arab telah mengamalkan
seluruh ajaran Islam dengan niat ikhlas karena Allah SWT dan sesuai
dengan petunjuk-petunjuk Rasulullah SAW, tentu mereka akan
memperoleh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan di dunia dan
di akhirat. Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai
tujuan yang luhur tersebut sebagai berikut: 1. Dakwah secara
Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun Cara ini ditempuh oleh
Rasulullah SAW karena beliau begitu yakin, bahwa masyarakat Arab
jahiliah, masih sangat kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisi
warisan leluhur mereka. Sehingga mereka bersedia berperang dan rela
mati dalam mempertahankannya. Pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk Islam,
6. orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan
kerabat serta sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah
memenuhi seruan dakwah Rasulullah SAW tersebut adalah : Khadijah
binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10 dari kenabian),
Ali bin Abi Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal
serumah dengannya, waktu masuk Islam ia baru berusia 10 tahun), Zaid
bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW, wafat tahun 8 H = 625 M),
Abu Bakar Ash-Shiddiq (sahabat dekat Rasulullah SAW, yang hidup dan
tahun 573- 634 M), dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada
waktu kecil). Sesuai dengan ajaran Islam, bahwa berdakwah bukan
hanya kewajiban Rasulullah SAW, tetapi juga kewajiban para
pengikutnya (umat Islam), maka Abu Bakar Ash-Shiddiq, seorang
saudagar kaya, yang dihormati dan disegani banyak orang. Karena budi
bahasanya yang halus, ilmu pengetahuannya yang luas, dan pandai
bergaul telah meneladani Rasuliillah SAW, yakni berdakwah secara
sembunyi-sembunyi. Usaha dak’wah Abu Bakar Ash-Shiddiq berhasil
karena ternyata beberapa orang kawan dekatnya menyatakan diri
masuk Islam, mereka adalah : Abdul Amar dan Bani Zuhrah, Abdul
Amar berarti hamba milik si Amar. Karena Islam melarang perbudakan,
kemudian nama itu diganti oleh Rasulullah SAW menjadi Abdurrahman
bin Auf, yang artinya hamba Allah SWT, Yang Maha Pengasih. Abu
Ubaidah bin Jarrah dan Bani Hari. Utsman bin Affan. Zubair bin
Awwam. Sa’ad bin Abi Waqqas. Thalhah bin Ubaidillah.
7. Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara
sembunyi-sembunyi, yang namanya sudah disebutkan di atas disebut
Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi awal). 2. Dakwah
Secara terang-terangan Dakwah secara terang-terangan ini dimulai
sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah turunnya wahyu yang
berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-
terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216
(coba kamu cari dan pelajari). Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW
secara terang-terangan ini antara lain sebagai berikut : a. Mengundang
kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak mereka agar masuk Islam. Tetapi karena cahaya
hidayah Allah SWT waktu itu belum menyinari hati mereka, mereka
belum menerima Islam sebagai agama mereka. Namun ada 3 orang
kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sebenarnya sudah masuk
Islam, tetapi merahasiakan keislamannya, pada waktu itu dengan tegas
menyatakan keislamannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin
Abu Thalib, dan Zaid bin Haritsah. b. Rasulullah SAW mengumpulkan
para penduduk kota Mekah, terutama yang berada dan bertempat
tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul Bukit Shafa, yang letaknya
tidak jauh dan Ka’bah. Rasulullah SAW memberi peringatan kepada
semua yang hadir agar segera meninggalkan penyembahan terhadap
berhala-berhala dan hanya menyembah atau menghambakan diri
kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta dan Pemelihara
alam semesta. Rasulullah SAW juga menegaskan, jika peringatan yang
disampaikannya itu dilaksanakan tentu akan meraih rida Ilahi bahagia di
dunia dan di akhirat. Tetapi
8. apabila peringatan itu diabaikan tentu akan mendapat murka Allah
SWT, sengsara di dunia dan di akhirat. Menanggapi dakwah Rasulullah
SAW tersebut di antara yang hadir ada kelompok yang menolak disertai
teriakan dan ejekan, ada kelompok yang diam saja lalu pulang. Bahkan
Abu Lahab, bukan hanya mengejek tetapi berteriak-teriak bahwa
Muhammad orang gila, seraya ia berkata “Celakalah engkau
Muhammad, untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” Sebagai
balasan terhadap kutukan Abu Lahab itu turunlah ayat Al- Qur’an yang
berisi kutukan Allah SWT terhadap Abu Lahab, yakni Surat Al-Lahab,
111: 1-5 (coba kamu cari dan pelajari ayat Al-Qur’an tersebut). Pada
periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri
masuk Islam dua orang kuat dari kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu
Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan Umar bin Khattab.
Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M), tidak lama setelah sebagian
kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah atau Ethiopia pada tahun 615 M.
c. Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para
penduduk di luar kota Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar
kota Mekah yang masuk Islam antara lain : Abu Zar Al-Giffari, seorang
tokoh dan kaum Giffar, yang bertempat tinggal di sebelah barat laut
Mekah atau tidak jauh dari laut Merah, menyatakan diri di hadapan
Rasulullah SAW masuk Islam. Keislamannya itu kemudian diikuti oleh
kaumnya. Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari
kaum Daus yang bertempat tinggal di wilayah barat kota Mekah,
menyatakan diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW.
Keislamannya itu diikuti oleh bapak, istri, keluarganya, serta kaumnya.
Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yatsrib (Madinah), yang
datang ke Mekah untuk berziarah nampak berhasil. Berkat cahaya
hidayah Allah SWT, para
9. penduduk Yatsrib, secara bergelombang telah masuk Islam di
hadapan Rasulullah SAW. Gelombang pertama tahun 620 M, telah
masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang
kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang dan pada gelombang ketiga
tahun berikutnya lebih banyak lagi. Pada gelombang ketiga ini telah
datang ke Mekah untuk berziarah dan menemui Rasulullah SAW, umat
Islam penduduk Yatsrib yang jumlahnya mencapai 73 orang di
antaranya 2 orang wanita. Waktu itu ikut pula berziarah ke Mekah,
orang-orang Yatsrib yang belum masuk Islam. Di antaranya Abu Jabir
Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah, yang kemudian menyatakan
diri masuk Islam di hadapan Rasulullah SAW. Pertemuan umat Islam
Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi pada
tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi
Bai’atul Aqabah tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib
bahwa mereka akan melindungi dan membela Rasulullah
SAW.Walaupun untuk itu mereka harus mengorbankan tenaga, harta,
bahkan jiwa. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan
para pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib. Setelah terjadinya peristiwa
Bai’atul Aqabah itu, kemudian Rasulullah SAW menyuruh para
sahabatnya yakni orang-orang Islam yang bertempat tinggal di Mekah,
untuk segera berhijrah ke Yatsrib. Para sahabat Nabi SAW
melaksanakan suruhan Rasulullah SAW tersebut. Mereka berhijrah ke
Yatsrib secara diam-diam dan sedikit demi sedikit, sehingga dalam
waktu dua bulan sebanyak 150 orang umat Islam penduduk Mekah telah
berhijrah ke Yatsrib. Sedangkan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar
Ash-Shiddiq r.a., dan Ali bin. Abu Thalib masih tetap tinggal di Mekah,
menunggu perintah dari Allah SWT untuk berhijrah. Setelah datang
perintah dari Allah SWT, kemudian Rasulullah SAW berhijrah bersama
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a., meninggalkan kota Mekah tempat
kelahirannya
10. menuju Yatsrib. Peristiwa hijrah Rasulullah SAW ini terjadi pada awal
bulan Rabiul Awal tahun pertama hijriah (622 M). Sedangkan Ali bin Abu
Thalib, tidak ikut berhijrah bersama Rasulullah SAW, karena beliau
disuruh Rasulullah SAW untuk mengembalikan barang-barang orang
lain yang dititipkan kepadanya. Setelah perintah Rasulullah SAW itu
dilaksanakan, kemudian Ali bin Abi Thalib menyusul Rasulullah SAW
berhijrah ke Yatsrib. 3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah
Rasulullah Kaum kafir Quraisy menolak dakwah Rasulullah SAW,
setelah berdakwah itu dilakukan secara terang-terangan, yakni
semenjak tahun ke-4 kenabian. Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya
Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-sebab kaum kafir
Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni : a. Rasulullah SAW
mengajarkan tentang adanya persamaan hak dan kedudukan antara
semua orang. Mulia tidaknya seseorang tergantung ketakwaannya
kepada Allah SWT. Orang miskin yang bertakwa, di hadapan Allah SWT
Lebih mulia daripada orang kaya yang durhaka (lihat Q.S. Al Hujurãt, 49:
13). Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan
dengan ajaran persamaan hak ini. Mereka mempertahankan tradisi
hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka ingin mempertahankan
perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya. b.
Islam mengajarkan adanya kehidupan sesudah mati yakni hidup di alam
kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa
maka di alam kuburnya akan memperoleh kenikmatan dan di alam
akhiratnya akan masuk surga. Sedangkan manusia yang ketika di
dunianya durhaka dan banyak berbuat jahat, maka di alam kuburnya
akan disiksa. Dan di alam akhiratnya akan masuk neraka.
11. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam tersebut,
karena mereka merasa ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka. c.
Kaum kafir Quraisy menolak ajaran Islam karena mereka merasa berat
meninggalkan agama dan tradisi hidup bermasyarakat warisan leluhur
mereka. Mereka berkata, “Cukuplah bagi kami apa yang telah kami
terima dari nenek moyang kami.” (Q.S. AI-Mã’idah, 5: 104) d. Islam
melarang menyembah berhala, memperjualbelikan berhala-berhala, dan
melarang penduduk Mekah dan luar Mekah berziarah memuja berhala,
padahal itu semua mendatangkan keuntungan di bidang ekonomi
terhadap kaum kafir Quraisy. Oleh karena itulah, kaum kafir Quraisy
menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah Rasulullah SAW.
Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan
dakwah Rasulullah SAW bermacam-macam antara lain : - Para budak
yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais
an-Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleb
para pemiliknya atau tuannya di luar batas perikemanusiaan. Bahkan,
Az-Zanirah disiksa hingga mengalami kebutaan dan Ummu Amr binti
Yasir, budak milik Bani Makhzum disiksa oleh tuannya sampai mati. Abu
Bakar Ash-Shiddiq r.a., tidak tega melihat saudara-saudaranya seiman
disiksa seperti itu, lalu beliau memerdekakan beberapa orang dari
mereka termasuk Bilal, dengan cara memberikan sejumlah uang
tebusan kepada tuannya. - Setiap keluarga dari kalangan kaum kafir
Quraisy diharuskan menyiksa anggota keluarganya yang telah masuk
Islam, sehingga ia kembali menganut agama keluarganya (agama
Watsani). - Nabi Muhammad SAW sendiri dilempari kotoran oleh Ummu
Jamil (istri Abu Lahab) dan dilempari isi perut kambing oleh Abu Jahal.
Nama asli Abu Jahal
12. adalah Amr Abu al-Hakam yang artinya Amr, bapak juru damai.
Umat Islam mengganti nama itu menjadi Abu Jahal yang artinya bapak
kebodohan. - Kaum kafir Quraisy meminta Abu Thalib, paman dan
pelindung Rasulullah SAW, agar Rasulullah SAW menghentikan
dakwahnya. Namun tatkala Abu Thalib menyampaikan keinginan kaum
kafir Quraisy tersebut Rasulullah SAW bersabda : “Wahai pamanku demi
Allah, biarpun mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan
bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama
Allah ini hingga aku menang, atau aku binasa karenanya.” - Kaum kafir
Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di
antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy
menganut Islam dan melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam
menganut agama kaum kafir Quraisy dan melakukan penyembahan
terhadap berhala. Usul tersebut ditolak oleh Nabi SAW, karena menurut
ajaran Islam mencampuradukkan akidah dan ibadah Islam dengan
akidah dan ibadah bukan Islam, termasuk perbuatan haram dan
merupakan dosa besar (silakan baca dan pahami Q.S. Al-Kafirun 109 :
1-6). Menghadapi tantangan dan kekerasan kaum kafir Quraisy terhadap
orang-orang Islam, selain Nabi SAW bersabar, bertawakal dan berdoa,
beliau menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman
bin Affan dan 4 orang wanita untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia),
karena Raja Negus di negeri itu suka memberikan jaminan keamanan
kepada orang-orang yang meminta perlindungan kepadanya. Peristiwa
hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M. Suatu saat
keenam belas orang yang hijrah ke Habasyah ini kembali ke Mekah,
karena mereka menduga Mekah keadaannya sudah normal, dengan
masuk Islamnya seorang bangsawan Quraisy yang gagah berani yakni
Umar bin Khattab.
13. Namun dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal,
pimpinan kaum kafir Quraisy memerintahkan agar setiap keluarga dan
kabilah Quraisy meningkatkan tekanan dan siksaannya terhadap
anggota keluarganya yang masuk Islam. Menghadapi situasi yang
demikian, akhirnya Rasulullah SAW menyuruh para sahabatnya, untuk
yang kedua kalinya agar kembali hijrah ke Habasyah. Jumlah para
sahabat yang berhijrah pada saat itu sebanyak 83 orang laki-laki dan 18
orang wanita, di bawah pimpinan Ja’far bin Abu Thalib. Di negeri
Habasyah ini selain memperoleh jaminan keamanan dan Raja Negus,
para sahabat Nabi SAW juga memiliki kebebasan untuk melaksanakan
peribadahan sesuai dengan ajaran Islam. Pada tahun ke-10 dari
kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan pelindungnya
wafat dalam usia 87 tahun. Empat hari setelah itu istri tercintanya
Khadijah juga wafat dalam usia 65 tahun. Dalam sejarah Islam tahun
wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun duka cita).
Wafatnya Abu Thalib sebagai pemimpin Bani Hasyim, menyebabkan
Abu Lahab seorang kafir yang sangat keras dalam memusuhi Nabi
SAW, menggantikan kedudukan Abu Thalib sebagai pemimpin.
Semenjak itu Rasulullah SAW tidak lagi memperoleh perlindungan dari
kaum kerabatnya yakni Bani Hasyim. Allah SWT senantiasa melindungi
Nabi Muhammad SAW dari berbagai malapetaka. Tidak lama setelah
Bani Hasyim dipimpin Abu Lahab, Mut’im bin Adi pemimpin kaum Naufal
menyatakan perlindungannya terhadap Nabi SAW. Bahkan menjelang
peristiwa hijrah tahun 622 M, umat Islam Yatsrib telah bersumpah setia
akan melindungi Rasulullah SAW beserta para pengikutnya.
14. KISAH TELADAN Dakwah Rasulullah SAW Ke Thaif Setelah Abu
Thalib (paman Rasulullah SAW) dan Khadijah (istri Rasulullah SAW)
wafat, tepatnya tahun ke-10 dari kenabian (620 M), Rasulullah SAW
dengan ditemani anak angkatnya Zaid bin Haritsah pergi ke Thaif yang
terletak di sebelah timur kota Mekah. Maksud Rasulullah SAW
berkunjung ke Thaif adalah untuk menyeru para pemimpin Bani Sakif
dan kaumnya agar masuk Islam dan memberikan perlindungan kepada
Nabi SAW dan umat Islam, dari tekanan dan kekerasan kaum kafir
Quraisy. Rasulullah SAW menemui tiga orang bersaudara pemimpin
Bani Sakif, yakni Abdul Jalil, Mas’ud, dan Habib, yang ketiga-tiganya
putra dan ‘Amru bin Umair. Beliau menjelaskan maksud kunjungannya,
seperti tersebut di atas kepada tiga pemimpin Bani Sakif itu. Namun
mereka bertiga bukan hanya menolak seruan dakwah Rasulullah SAW,
tetapi secara diam-diam menyuruh anak-anak dan para budak agar
berteriak mengusir Nabi Muhammad SAW dan Zaid bin Haritsah supaya
segera meniriggalkan kota Thaif. Selain itu mereka mengejek,
mengolok- olok, dan melempari Rasulullah SAW dengan batu sehingga
kakinya berdarah. Menanggapi sikap keras pemimpin-pemimpin dan
kaum Bani Sakif seperti itu, Rasulullah SAW tidak menaruh rasa
dendam sedikit pun. Bahkan beliau berdoa, “Ya Allah berilah mereka
petunjuk, karena mereka termasuk orang-orang yang belum paham.”

Anda mungkin juga menyukai