Anda di halaman 1dari 9

RANGKUMAN SIROH ROSUL PERTEMUAN 1-7

NAMA : AN INDAH NUR IZZATI


KELAS : A/KP/V
NIM : 04194781
DOSEN PENGAMPU : Condro Ws, SE.I
Materi 1 dan 2
Pengertian Sirah Nabawiyah
Secara bahasa, sirah (‫ )س يرة‬berasal dari kata sara (‫ )س ار‬yang artinya jalan. Secara istilah, sirah
nabawiyah adalah perjalanan hidup Nabi atau sejarah hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun setelah diangkat menjadi Rasul, termasuk seluruh
peristiwa dalam kehidupan beliau, sifat fisik dan akhlak beliau, serta hal-hal yang terkait dengan
peperangan (ghazwah) dan ekspedisi (sariyah) beliau.
PENGERTIAN SIROH NABI SAW YANG BENAR
Yang dimaksud dengan siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah kumpulan berita-berita
yang diriwayatkan atau dikisahkan tentang peri kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang meliputi nasab, kandungan beliau di perut ibunya, kelahirannya dan keadaan kehidupan yang
menyertainya, pemeliharaannya, masa kecilnya, masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan
beliau sebagai Nabi, turunnya wahyu kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah di
Makkah dan setelah hijrohnya ke Madinah, pembentukan negara di Madinah dan pembelaan beliau
terhadap negara tersebut, jihad beliau melawan musuh-musuh agama di dalam negara dan di luarnya,
pengiriman duta, utusan-utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam, perang-perang penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh Arab dan di luarnya, sakit dan
kematian beliau dan pengaruhnya terhadap para sahabat Radhiyallahu ‘anhum sampai perawatan
jenazah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam [As-Siroh An-Nabawiyah oleh Muhammad Abdul Qadir
Abu Faaris hal. 49.]
TARGET DAN FAEDAH MEMPELAJARI SIROH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA
SALLAM
1. Mendapatkan dan menemukan aplikasi kongkrit (pengejawantahan) dari hukum-hukum Islam
yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi dalam ragam bidang
kehidupan.
2. Mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntut seorang untuk mengetahui
sifat-sifat dan keadaan kehidupan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala bidang
kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh.
3. Mencontoh dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan tanda
kecintaan seseorang terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Mendapatkan dan menemui dalil-dalil mukjizat yang dapat menguatkan dan menambah iman.
5. Menguatkan azzam kaum mukminin yang mengikuti jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam dan memantapkan mereka dalam membela agama dan kebenaran serta memberikan
ketenangan dalam hati.
6. Menghimpun tsaqafah islamiyah.
7. Model dalam dakwah dan mendidik umat.
Materi 3 dan 4
Kondisi Arab Pra Islam
Sejarah Kota Mekah
Pada abad ke IX SM, Nabi Ibrahim ‘alaihi shalatu wa salam keluar dari kampung halamannya di
Syam menuju tanah Hijaz, menuju suatu lembah yang gersang, tidak memiliki tanaman, dan dipagari
bukit-bukit berbatu. Di sinilah lahir sebagian dari keturunan Nabi Ibrahim, mengemban dakwah
tauhid, dan kemudian tersebar ke seluruh penjuru dunia. Di kemudian hari negeri tersebut disebut
Mekah.
Ada dua pendapat tentang kapan pertama kali Mekah di huni manusia. Pendapat pertama penghuni
pertama Mekah adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Alasannya, Dalam doa Nabi Ibrahim di atas,
beliau tidak menyebutkan balad (negeri), tetapi disebut dengan wadi (lembah), artinya tempat tersebut
sepi tak berpenghuni. Tidak ada syariat mensucikan Ka’bah dan menjadikan Mekah sebagai tanah
haram serta menyeru manusia untuk mendatanginya kecuali setelah Nabi Ibrahim meninggali tempat
tersebut. Pendapat yang kedua menyatakan bahwa sejarah Mekah tidak hanya dimulai pada masa
Nabi Ibrahim atau nabi dan rasul sebelum beliua, bahkan sejarah Mekah telah ada sejak zaman Nabi
Adam ‘alaihissalam.
Dengan demikian –menurut orang-orang yang memegang pendapat yang kedua-, Mekah sudah
dimakmurkan sebelum Nabi Ibrahim memakmurkannya, bahkan ada yang mengatakan Mekah
memiliki fase-fase yang berbeda di setiap zamannya.
Kondisi masyarakat Makkah sebelum diutusnya Rasulullah
Gambaran dari Al Qur’an
Al Quran menggambarkan kondisi masyarakat Arab sebelum Islam dengan istilah dholalun mubin (
‫)ضالل مبين‬, kesesatan yang nyata. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:

ٍ ِ‫ضاَل ٍل ُمب‬
‫ين‬ َ ‫ث فِي اُأْل ِّميِّينَ َر ُسواًل ِم ْنهُ ْم يَ ْتلُو َعلَ ْي ِه ْم َآيَاتِ ِه َويُزَ ِّكي ِه ْم َويُ َعلِّ ُمهُ ُم ْال ِكت‬
َ ‫َاب َو ْال ِح ْك َمةَ َوِإ ْن كَانُوا ِم ْن قَ ْب ُل لَفِي‬ َ ‫ه َُو الَّ ِذي بَ َع‬

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab dan
Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang
nyata” (QS. Al Jumu’ah: 2)
Kondisi Sosial Masyarakat
Sebelum Rasulullah diutus, terdapat beberapa kelas masyarakat di Arab, khususnya Makkah. Yang
paling dihormati adalah kelas bangsawan. Wanita bangsawan bisa mengumpulkan kabilah untuk
perdamaian atau peperangan. Namun kepemimpinan tetap di tangan laki-laki.
Hubungan laki-laki dan perempuan mencapai kerusakan yang sangat parah. Pada masa jahiliyah itu,
di Arab dikenal empat model pernikahan: Pernikahan spontan, Nikah istibdha’, Poliandri, Pelacuran.
Kondisi Ekonomi Arab Sebelum Islam
Kemiskinan, kelaparan dan orang-orang yang tidak punya pakaian merupakan pemandangan yang
biasa di masyarakat Arab jahiliyah. Kesenjangan ekonomi sangat tinggi, karena bangsawan sangat
kaya dengan perdagangan, Riba menguasai seluruh kehidupan orang-orang Arab.
Akhlak Masyarakat Arab Sebelum Islam
1. Kedermawanan
2. Memenuhi janji
3. Harga diri
4. Pantang mundur
5. Menolong orang lain
6. Kesederhanaan Arab Badui
Agama dan Keyakinan Arab Sebelum Islam
Awalnya masyarakat Arab bertauhid pada masa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Sejak Nabi Ismail,
tidak ada lagi Nabi yang turun dari kalangan mereka hingga 20 generasi. Semakin lama semakin
banyak penyimpangan. Terutama ketika Amr bin Luhay membawa berhala Hubal dari Syam dan
diletakkan di dalam Ka’bah. Sebelum Rasulullah diutus, mayoritas penduduk Makkah menyembah
berhala. Demikian pula penduduk Yatsrib, meskipun di sana juga ada Yahudi dan Nasrani.
Orang-orang Arab jahiliyah memiliki sejumlah ritual penyembahan berhala, antara lain:
• Mendatangi berhala, berkomat-kamit berdoa dan minta pertolongan
• Thawaf di sekeliling berhala dan sujud di hadapannya
• Menyembelih qurban untuk berhala
Namun masih ada pula sisa-sisa ajaran Ibrahim yang tidak hilang, di antaranya:
• Memuliakan ka’bah
• Thawaf mengelilingi ka’bah
• Haji dan umrah
• Wuquf di arafah
Kelahiran Nabi Muhammad
Rasulullah Muhammad lahir di Mekkah pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah.
Bertepatan 20 April 571 M. Ayahnya adalah Abdullah dan ibunya adalah Aminah. Rasulullah biasa
puasa Senin Kamis. Ketika ditanya tentang hari senin, beliau menjelaskan bahwa itu adalah hari
lahirnya. Rasulullah ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau bersabda: “Hari tersebut adalah hari aku
dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim)
Nasab Nabi Muhammad
Dari segi nasab (keturunan), Rasulullah adalah orang pilihan. Ia terlahir dari keturunan pilihan
sebagaimana sabda beliau: Sesungguhnya Allah memilih Kinanah di antara keturunan Ismail, dan
memilih Quraisy di antara keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim di antara suku Quraisy. Dan
Allah memilihku di antara Bani Hasyim. (HR. Muslim dan Ahmad)
Peristiwa yang Mengiringi Kelahiran Nabi Muhammad : Hancurnya Pasukan Gajah, Keluar
cahaya saat kelahiran Nabi Muhammad, Runtuhnya 14 balkon istana Kisra, Padamnya api yang biasa
disembah majusi, Runtuhnya gereja di Buhairah,
Materi 5 dan 6
Kehidupan Masa Kecil Nabi Muhammad hingga Menikah dengan Khadijah
Ketika dikabari bahwa cucunya lahir, Abdul Muthalib sangat gembira. Ia kemudian membawa
cucunya ke Ka’bah dan memberi nama Muhammad. Nama yang belum familiar di kalangan orang
Arab karena belum ada yang memakainya. Pada hari ketujuh, Rasulullah dikhitan oleh kakeknya.
Inilah pendapat yang dikuatkan Ibnu Qayyim Al Jauziyah. Sedangkan pendapat yang menyebutkan
Rasulullah lahir dalam kondisi dikhitan tidak memiliki dalil yang kuat. Selain disusui oleh ibunya
sendiri, Rasulullah disusui oleh dua ibu susuan. Pertama, Tsuwaibah, budak Abu Lahab. Tsuwaibah
juga menyusui Masruh, Hamzah dan Abu Salamah bin Abdul Asad Al Makhzumi. Sehingga mereka
semua menjadi saudara sepersusuan Rasulullah.
Nabi Muhammad di Bani Sa’d
Wanita ketiga yang menyusui Rasulullah adalah Halimah binti Abu Dzu’aib. Darinya Rasulullah
memiliki saudara sepersusuan: Abdullah bin Al Harits, Unaisah binti Al Harits, Hadzafah binti Al
Harits, Abu Sufyan Al Harits bin Abdul Muthalib, dan Hamzah.
Semua menolak membawa Rasulullah karena yatim. Tapi Halimah tak punya pilihan. Semua
temannya sudah dapat bayi. Akhirnya dibawalah Nabi Mmuhammad Keberkahan langsung terasa.
Menggendong Nabi Muhammad bayi tidak terasa terbebani. Saat menyusuinya, ASI Halimah
langsung lancar. Bayinya juga kenyang hingga tidur pulas. Keledainya menjadi kuat dan cepat hingga
teman-temannya heran. Untanya mengeluarkan susu hingga dia dan suami kenyang meminumnya.
Setiba di Bani Sa’ad, tanah keluarga Halimah menjadi subur. Domba-dombanya pulang dengan
kenyang dan air susunya penuh. Sampai-sampai warga Bani Sa’ad mengatakan, “Tirulah Halimah
dengan melepaskan domba agar mencari rumput sendiri.” Namun domba mereka pulang dalam
kondisi lapar, tidak seperti domba Halimah. Dua tahun menyusui Muhammad, keluarga Halimah
dipenuhi keberkahan. Saat waktunya mengembalikan ke pangkuan ibu, Halimah minta diperpanjang.
Dalam perjalanan pulang, Aminah meninggal di Abwa, antara Makkah dan Madinah. Mendengar
Aminah wafat, Abdul Muthalib menjemput Muhammad lalu diasuhnya. Ia sangat menyayangi beliau
melebihi anak-anaknya, hingga dibolehkan duduk di dipannya dekat kabah. Pada saat Muhammad
berusia 8 tahun, Abdul Muthalib wafat. Sepeninggal Abdul Muthalib, Abu Thalib mengambil
tanggung jawab mengasuh Rasulullah. Disayang melebihi anak-anaknya. Pada usia 12 tahun, diajak
berdagang ke Syam hingga bertemu Buhaira. Semasa remaja, Rasulullah menggembalakan kambing
di Bani Sa’ad bin Ba’kar dan Makkah. Pada usia 15 tahun, beliau ikut perang Fijar. Beliau bertugas
mengumpulkan anak panah untuk diberikan kepada Abu Thalib. Pasca Perang Fijar, terjadi perjanjian
pada bulan Dzulqa’dah yang dinamakan Hilful Fudul. Orang-orang Quraisy sepakat untuk tidak
membiarkan orang dizalimi di Makkah. Pada usia 25 tahun, beliau berdagang ke Syam dengan modal
dari Khadijah. Maysarah, pembantu Khadijah yang menemaninya, begitu kagum dengan kejujuran,
amanah dan akhlak Muhammad. Kepiawaian bisnis beliau juga membawa keuntungan besar bagi
Khadijah. Saat mengetahui kejujuran dan kemuliaannya, Khadijah meminta Nafisah binti Munayyah
menanyakan kepada Muhammad apakah mau menikah dengan Khadijah. Rasulullah pun menikah
dengan Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Pernikahan itu terjadi dua bulan sepulang dari
Syam. Usia Rasulullah saat itu 25 tahun, sedangkan Khadijah 40 tahun. Dari pernikahan itu lahir
putra-putri beliau: Al Qasim, Abdullah (Ath Tahyyib, Ath Thahir), Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum, Fatimah. Rasulullah mendapat gelar al amin dari masyarakat Quraiys karena kejujurannya.
Karenanya ketika ada renovasi Ka’bah saat usia beliau 35 tahun, tokoh-tokoh Quraisy sangat senang
mendapatkan hakim Muhammad. Ketika mendekati usia 40 tahun, Rasulullah sering uzlah, khalwat
atau tahannuts di gua hira. Dalam setahun, beliau biasa ber-tahannuts satu bulan, merenungkan
kondisi Makkah yang penuh kemusyrikan dan kejahiliyahan. (Kondisi Makkah bisa dibaca di Arab
Sebelum Islam).
Pada bulan Ramadhan saat beliau ber-tahannuts untuk ketiga kalinya, datanglah Malaikat Jibril seraya
mengatakan, “iqra’ (bacalah).” Rasulullah menjawab, “aku tidak bisa membaca.” Lalu Jibril
mendekap Rasulullah hingga beliau kehabisan tenaga. Lalu diulangi lagi hingga tiga kali dan
Rasulullah juga mengulangi jawaban yang sama.
Lalu Jibril pun menyampaikan wahyu pertama:

َ َ‫ا ْق َرْأ بِاس ِْم َربِّكَ الَّ ِذي َخل‬


)1( ‫ق‬

ٍ َ‫ق اِإْل ْنسَانَ ِم ْن َعل‬


)2( ‫ق‬ َ َ‫خَ ل‬
)3( ‫ا ْق َرْأ َو َربُّكَ اَأْل ْك َر ُم‬
)4( ‫الَّ ِذي َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ِم‬
‫عَلَّ َم اِإْل ْنسَانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬
Rasulullah kemudian bergegas pulang dalam kondisi menggigil seperti demam. “Selimuti aku,
selimuti aku,” kata beliau kepada Khadijah. Setelah diselimuti Khadijah dan badannya tak lagi
menggingil, Rasulullah menceritakan apa yang dialaminya. “Aku khawatir terhadap keadaan diriku
sendiri,” kata beliau. Khadijah menenangkan Rasulullah dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan
beliau. “Tidak, demi Allah, Allah takkan menghinakanmu. Karena engkau suka menyambung tali
persaudaraan, membantu orang lain, memberi makan orang miskin, menjamu tamu dan menolong
orang yang menegakkan kebenaran.” Tak hanya menenangkan Rasulullah, Khadijah kemudian
mengajak beliau menemui sepupunya, Waraqah bin Naufal, pendeta Nasrani berusia lanjut yang
menguasai bahasa Ibrani. Setelah mendengar cerita Rasulullah, Waraqah mengatakan, “Itu adalah
Namus yang diturunkan Allah kepada Musa. Andaikan aku masih muda pada masa itu. Andaikan aku
masih hidup saat kaummu mengusirmu.” Turunnya wahyu kedua ini sebagaimana diriwayatkan Imam
Bukhari dalam Shahih-nya. Rasulullah bersabda, “Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba aku
mendengar sebuah suara yang berasal dari langit. Aku mendongakkan pandangan ke langit. Ternyata
di sana ada malaikat yang mendatangiku di gua Hira, sedang duduk di sebuah kursi, menggantung di
antara langit dan bumi. Aku mendekatinya hingga tiba-tiba aku terjerembab ke atas tanah. Kemudian
aku menemui keluargaku dan kukatakan, ‘Selimuti aku, selimuti aku.” Kemudian Allah menurunkan
Surat Al Muddatsir ayat 1-5. Ada pula yang mengatakan ayat 1-7. Dan setelah itu wahyu datang
secara berturut-turut.
ْ‫) َولِ َربِّكَ فَاصْ بِر‬6( ‫) َواَل تَ ْمنُ ْن تَ ْستَ ْكثِ ُر‬5( ْ‫) َوالرُّ جْ َز فَا ْهجُر‬4( ْ‫ك فَطَهِّر‬ َ َّ‫) َو َرب‬2( ْ‫) قُ ْم فََأ ْن ِذر‬1( ‫يَا َأيُّهَا ْال ُم َّدثِّ ُر‬
َ َ‫) َوثِيَاب‬3( ْ‫ك فَ َكبِّر‬
Dari Aisyah Ummul Mukminin radhiyallahu ‘anha bahwa Harits bin Hisyam radhiyallahu ‘anhu
bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, bagaimana caranya wahyu
turun kepada Anda?” Rasulullah menjawab, “Kadang-kadang wahyu itu datang kepadaku seperti
bunyi lonceng. Itulah yang sangat berat bagiku. Setelah bunyi itu berhenti, aku baru mengerti apa
yang disampaikannya.
Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah ada delapan tingkatan wahyu:
1. Mimpi yang hakiki (ru’ya shadiqah).
2. Sesuatu yang dibisikkan ke dalam hati Rasulullah, tanpa dilihatnya.
3. Malaikat muncul di hadapan Rasulullah menyerupai seorang laki-laki lalu berbicara kepada
beliau.
4. Wahyu menyerupai bunyi lonceng.
5. Rasulullah melihat Malaikat Jibril dalam wujudnya yang asli, lalu ia menyampaikan wahyu.
(QS. An Najm: 13-14 dan At Takwir: 22-23)
6. Wahyu yang disampaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas langit.
7. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman secara langsung dengan Rasulullah tanpa perantara.
8. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman secara langsung kepada Rasulullah tanpa tabir. Namun
ini diperselisihkan para ulama.
Syaikh Shafiyyurrahman Al Mubarakfury dalam Ar Rahiqul Makhtum membagi masa dakwah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdasarkan periodenya sebagai berikut:
1. Periode Mekkah (± 13 tahun)
2. Dakwah sembunyi-sembunyi
3. Dakwah terang-terangan
4. Dakwah di luar Makkah
5. Periode Madinah (± 10 tahun)
6. Peletakan dasar masyarakat Islam dan konsolidasi dakwah
7. Perdamaian dengan kafir Quraisy dan ekspansi dakwah di luar Madinah
8. Kemenangan dan berbondong-bondongnya manusia masuk Islam

Sedangkan Syaikh Mahmud Al Misri dalam Sirah Rasulullah dan Syaikh Said Ramadhan Al Buthi
dalam Fiqhus Sirah membagi dakwah Rasulullah dalam empat tahap:
1.Dakwah sembunyi-sembunyi
2.Dakwah terang-terangan hanya dengan lisan
3.Dakwah terang-terangan disertai peperangan untuk membela diri
4.Dakwah terang-terangan disertai peperangan untuk memerangi pihak yang
Menghalangi dakwah
Ada pula ulama lain yang membagi tahapan dakwah Rasulullah menjadi tiga bagian:
1.Sirriyatud da’wah wa sirriyatut tanzhim (Dakwahnya rahasia, strukturnya juga rahasia)
2.Jahriyatud da’wah wa sirriyatut tanzhim (Dakwahnya terbuka, strukturnya rahasia)
3.Jahriyatud da’wah wa jahriyatut tanzhim (Dakwahnya terbuka, strukturnya juga terbuka)
Setelah turunnya Surat Al Muddatsir, Rasulullah segera memulai dakwah Islam secara sembunyi-
sembunyi. Beliau mengajak orang-orang terdekat untuk masuk Islam. Mereka yang didakwahi
Rasulullah langsung menyambut seruan beliau karena telah mengenal dengan baik betapa tingginya
reputasi beliau dan betapa agungnya akhlak beliau.
Orang-orang pertama yang masuk Islam setelah didakwahi Rasulullah adalah:
1.Khadijah (55 tahun), istri Rasulullah
2.Ali bin Abu Thalib (8 tahun), keponakan Rasulullah yang diasuh dan tinggal di rumah beliau
3.Zaid bin Haritsah (20 tahun), pembantu Rasulullah
4.Abu Bakar Ash Shiddiq (37 tahun), sahabat karib Rasulullah
5.Anak-anak Rasulullah; Zainab, Ummu Kultsum, Fatimah dan Ruqayyah
Hikmah Dakwah Sembunyi-Sembunyi
Jika dakwah langsung terang-terangan dan terbuka, orang-orang kafir Quraisy akan langsung
memusuhi dakwah secara frontal dan menghancurkannya sebelum sempat berkembang. Dakwah
sembunyi-sembunyi membuat mereka tidak tahu siapa saja yang sudah Rasulullah dakwahi. Bahkan
mereka tidak tahu secara jelas apa yang Rasulullah dakwahkan. Strategi dakwah ini bukti kecerdasan
Rasulullah yang dibimbing Allah Subhanahu wa Ta’ala. Rasulullah tidak takut resiko dakwah karena
sejak awal beliau sudah diperintah untuk sabar. Beliau tahu resiko dakwah dan beliau tidak takut mati.
Dakwah sembunyi-sembunyi bukan karena Rasulullah takut tetapi karena Rasulullah menginginkan
dakwah ini bersemi. Beliau tidak ingin dakwah yang baru disemai ini lalu dicerabut hinga mati. Di
samping beliau juga ingin orang-orang dhuafa yang mengikutinya terlindungi. Setidaknya di tahun-
tahun awal rintisan dakwah ini.
Materi 7 dan 8
Dakwah secara terang terangan
Setelah mendapat dukungan dari Abu Thalib, Rasulullah mulai memperluas seruan dakwahnya.
Beliau naik ne bukit Shafa dan memanggil orang-orang Quraisy secara terbuka. “Wahai Bani Fihr,
Wahai Bani Adi!” Rasulullah menyeru suku-suku Quraisy hingga mereka berdatangan. “Bagaimana
menurut pendapat kalian bila kuberitahukan bahwa di balik bukit ini ada segerombolan pasukan
berkuda yang akan menyerang kalian? Apakah kalian mempercayaiku?” “Ya, kami tidak pernah tahu
dari dirimu selain kejujuran,” jawab mereka. Demikianlah kecerdasan Rasulullah. Beliau memulai
dengan menguji tingkat kepercayaan mereka atas integritas beliau. Selama ini tak ada satu pun cacat
yang mereka dapati. Bahkan mereka memberikan julukan al amin kepada beliau karena tak pernah
berdusta, senantiasa jujur dan paling dipercaya.
Mendengar seruan Rasulullah, Abu Lahab menimpali. “Celaka engkau Muhammad. Apakah hanya
untuk ini engkau mengumpulkan kami?” Maka Allah menurunkan Surat Al Lahab yang menegaskan
kecelakaan baginya.

ٍ َ‫َّت يَدَا َأبِي لَه‬


َّ‫ب َوتَب‬ ْ ‫ تَب‬.

َ ‫ َما َأ ْغنَى َع ْنهُ َمالُهُ َو َما َك َس‬.


‫ب‬

ٍ َ‫ َسيَصْ لَى نَارًا َذاتَ لَه‬.


‫ب‬
‫ب‬ َ ‫ َوا ْم َرَأتُهُ َح َّمالَةَ ْال َح‬.
ِ ‫ط‬
‫فِي ِجي ِدهَا َح ْب ٌل ِم ْن َم َس ٍد‬
Binasalah kedua tangan Abu lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya
harta benda dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan
(begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang dilehernya ada tali dari sabut. (QS. Al Lahab: 1-5)
Dakwah Menggema ke Seluruh Makkah
Seruan dakwah Rasulullah mulai menggema ke seluruh Makkah. Beliau berdakwah secara terbuka,
menyeru dengan terang-terangan. Lalu turunlah ayat yang memerintahkan Rasulullah berpaling dari
orang-orang musyrik.

َ‫فَاصْ َد ْع بِ َما تُْؤ َم ُر َوَأ ْع ِرضْ َع ِن ْال ُم ْش ِر ِكين‬


“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan
berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. Al Hijr: 94) Setelah turunnya ayat ini, Rasulullah
bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik. Juga menyebutkan kedudukan berhala
dan hakikatnya yang sama sekali tak bernilai, tak bisa memberikan manfaat dan madharat. Makkah
pun mulai memanas. Mereka yang tadinya menganggap lalu dakwah Muhammad saat fase sembunyi-
sembunyi, mulai pasang badan setelah Rasulullah mengumpulkan berbagai suku di bukit shafa, dan
kini mereka mulai memusuhi dengan permusuhan yang sengit. Orang-orang kafir Quraisy marah saat
mengetahui dakwah Rasulullah adalah menafikan seluruh penyembahan kepada selain Allah. Mereka
menyadari datangnya revolusi yang tak bisa dikompromikan dengan penyembahan berhala. Mereka
juga khawatir kehilangan kekuasaan seiring semakin banyaknya orang yang masuk Islam.
Kegelisahan orang-orang kafir Quraisy semakin menjadi. Setelah Abu Thalib menegaskan
perlindungannya kepada Rasulullah, datanglah musim haji. Orang-orang dari seluruh penjuru Arab
akan datang di Makkah. Orang Quraisy takut kalau mereka menjadi pengikut Rasulullah. Digelarlah
rapat di rumah Walid bin Mughirah untuk menyatukan suara. Agar mereka seragam memberikan
stigma status Rasulullah guna menghadang dakwah beliau. Berbagai usulan dikemukakan. Ada yang
mengusulkan menyebut Rasulullah sebagai dukun. Ada yang mengusulkan sebutan orang gila. Ada
yang mengusulkan sebutan penyair. Ada yang mengusulkan sebutan penyihir.
“Thufail, ada orang yang mengaku Nabi. Ia telah merusak dan mencerai beraikan kami. Jangan
sampai bencana itu menimpa kepemimpinanmu. Kami menyarankan, jangan bicara dengannya dan
jangan mendengar apa pun darinya. Kata-katanya berbisa laksana sihir yang memisahkan anak dari
ayahnya dan suami dari istrinya,” kata mereka. Thufail sempat menutup telinganya dengan kapas agar
tak mendengar apa yang dikatakan Rasulullah. Namun takdir berkata lain. Di dekat Ka’bah, lama-
lamat ia mendengar apa yang dikatakan Rasulullah. “Thufail, engkau orang yang cerdas. Penyair
hebat. Bagaimana mungkin engkau takut dengan kata-kata. Coba dengarkan saja. Jika kata-katanya
baik, engkau bisa menerimanya. Jika kata-katanya tidak baik, engkau bisa meninggalkannya,”
demikian suara hati Thufail. Ia pun membuang kapas yang menutupi telinganya. Rupanya apa yang
dikatakan Rasulullah sangat mempesona. Diksinya sangat indah, balaghah-nya sangat tinggi,
maknanya sangat dalam. Hanya mengajarkan kebenaran dan kebaikan. “Ini bukanlah syair, apalagi
sihir,” kata Thufail. Thufail pun mendekati Rasulullah, menceritakan apa yang diperingatkan para
tokoh Quraisy. Rasulullah mengajarkan kepadanya Surat Al Ikhlas dan Al Falaq. Lalu Thufail pun
masuk Islam.
Cara Quraisy Menghadang Dakwah
1. Ejekan dan Celaan
Berbagai ejekan, celaan dan penghinaan dilontarkan kepada Rasulullah dan para sahabatnya. Mereka
ingin melecehkan dan menjatuhkan mental kaum muslimin.
ٌ ُ‫َوقَالُوا يَا َأيُّهَا الَّ ِذي نُ ِّز َل َعلَ ْي ِه ال ِّذ ْك ُر ِإنَّكَ لَ َمجْ ن‬
‫ون‬
Mereka berkata: “Hai orang yang diturunkan Al Quran kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar
orang yang gila. (QS. Al Hijr: 6)
2. Menjelekkan Ajaran Rasulullah
Selain mengolok-olok Rasulullah, mereka juga menjelekkan ajaran Rasulullah dan menghembuskan
keragu-raguan terhadap Al Quran.
ٌ ‫َوقَا َل الَّ ِذينَ َكفَرُوا ِإ ْن ٰهَ َذا ِإاَّل ِإ ْف‬
َ‫ك ا ْفتَ َراهُ َوَأعَانَهُ َعلَ ْي ِه قَوْ ٌم آ َخرُون‬
Dan orang-orang kafir berkata: “Al Quran ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh
Muhammad dan dia dibantu oleh kaum yang lain” (QS. Al Furqan: 4)
3. Berusaha Menandingi Al Quran
Mereka berusaha mengalihkan perhatian manusia agar berpaling dari Al Quran. Di antaranya dengan
dongengan orang-orang dahulu, kisah raja-raja, hingga nyanyian biduan.

َ ‫ُض َّل ع َْن َسبِي ِل هَّللا ِ بِ َغي ِْر ِع ْل ٍم َويَتَّ ِخ َذهَا هُ ُز ًوا ۚ ُأو ٰلَِئ‬
ٌ ‫ك لَهُ ْم َع َذابٌ ُم ِه‬
‫ين‬ ِ ‫اس َم ْن يَ ْشت َِري لَ ْه َو ْال َح ِدي‬
ِ ‫ث لِي‬ ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-
olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan. (QS. Luqman: 6)
4.Tekanan dan Penyiksaan
Ketika empat cara di atas tidak berpengaruh, orang-orang musyrik mengambil langkah baru yang
lebih brutal. Mereka membentuk panitia khusus beranggotakan 25 pemuka Quraisy dipimpin Abu
Lahab. Keputusannya, memerangi Islam dengan berbagai cara termasuk menyiksa orang-orang yang
masuk Islam. Tak hanya kepada muslim yang lemah, mereka juga menyakiti Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Abu Lahab membuang kotoran unta di depan rumah Rasulullah dan Ummu Jamil
memasang duri di jalan yang beliau lewati. Setelah turun surat Al Lahab ia mencari Rasulullah
dengan membawa batu, ingin menimpuk beliau. Abu Jahal hendak menginjak kepala Rasulullah yang
sedang sujud namun dihalangi oleh malaikat. Ubai bin Khalaf meremukkan tulang hingga halus lalu
menaburkannya ke arah Rasulullah. Uqbah bin Abi Muith meletakkan kotoran unta di punggung
beliau saat sedang sholat. Al Akhnas bin Syariq tak kalah dalam menyakiti Rasulullah. Hingga Allah
memberinya sembilan sifat.

َ ِ‫ ُعتُلٍّ بَ ْع َد َذل‬. ‫اع لِ ْل َخي ِْر ُم ْعتَ ٍد َأثِ ٍيم‬


‫ك زَ نِ ٍيم‬ ٍ َّ‫ َمن‬. ‫از َم َّشا ٍء بِنَ ِم ٍيم‬
ٍ ‫ هَ َّم‬. ‫ين‬ ٍ ‫َواَل تُ ِط ْع ُك َّل َحاَّل‬
ٍ ‫ف َم ِه‬
Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina, yang banyak mencela, yang
kian ke mari menghambur fitnah, yang banyak menghalangi perbuatan baik, yang melampaui batas
lagi banyak dosa, yang kaku kasar, selain dari itu, yang terkenal kejahatannya. (QS. Al Qalam: 10-13)
5. Menjanjikan Uang dan Harta
Ketika ada orang masuk Islam, mereka mengancam dengan penyiksaan. Ancaman ini terutama
ditujukan kepada orang-orang miskin dan orang-orang lemah. Sedangkan untuk orang yang sekiranya
tidak efektif diancam, tokoh Quraisy menjanjikan uang dan harta.

Anda mungkin juga menyukai