Anda di halaman 1dari 9

Nama : Listia Zulfa

Nim. : 04194832

Kelas : B/KP/V

Tugas : Siroh Nabawiyah

Materi 1-2

Secara bahasa, sirah (‫)سية‬


‫ ر‬berasal dari kata sara (‫ )سار‬yang artinya jalan. Sebagaimana
mahfuzhat:

‫م ْن س ا ر ع ل ى ا ل د ْ ر ِ ب و ص ل‬

“Siapa berjalan pada jalurnya akan sampai pada tujuannya”

Sehingga sirah berarti perjalanan. Yakni perjalanan hidup.

Sirah secara bahasa juga berarti tingkah laku (‫)السلوك‬, cerita/kisah (‫)التاري خ‬, jalan .)‫ (الطارق‬atau cara

Secara istilah, sirah nabawiyah adalah perjalanan hidup Nabi atau sejarah hidup Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun setelah diangkat
menjadi Rasul, termasuk seluruh peristiwa dalam kehidupan beliau, sifat fisik dan akhlak beliau,
serta hal-hal yang terkait dengan peperangan (ghazwah) dan ekspedisi (sariyah) beliau.

PENGERTIAN SIROH NABI SAW YANG BENAR

Untuk meluruskan persepsi tentang siroh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam diperlukan satu
pengertian yang benar terhadap siroh tersebut. Maka yang dimaksud dengan siroh Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini adalah kumpulan berita-berita yang diriwayatkan atau
dikisahkan tentang peri kehidupan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang meliputi nasab,
kandungan beliau di perut ibunya, kelahirannya dan keadaan kehidupan yang menyertainya,
pemeliharaannya, masa kecilnya, masa remaja dan kedewasaan beliau, pengangkatan beliau
sebagai Nabi, turunnya wahyu kepada beliau dan permulaan dakwahnya, masa-masa dakwah di
Makkah dan setelah hijrohnya ke Madinah, pembentukan negara di Madinah dan pembelaan
beliau terhadap negara tersebut, jihad beliau melawan musuh-musuh agama di dalam negara
dan di luarnya, pengiriman duta, utusan-utusan dan angkatan perang, kepemimpinan beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam, perang-perang penting, pengembangan dakwah Islam di Jaziroh
Arab dan di luarnya, sakit dan kematian beliau dan pengaruhnya terhadap para sahabat
Radhiyallahu ‘anhum sampai perawatan jenazah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Sudah tidak diragukan lagi bahwa sejarah (siroh) Rasulullah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam merupakan bidang yang sangat penting yang digeluti kaum muslimin dahulu
dan sekarang, dan dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa menjadi tempat perhatian
kaum muslimin karena siroh Rasulullah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan
aplikasi kongkrit dari syariat Ilahi dan penjelas hukum-hukumnya.

TARGET DAN FAEDAH MEMPELAJARI SIROH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Di antara target dan faedah mempelajari siroh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

1.Mendapatkan dan menemukan aplikasi kongkrit (pengejawantahan) dari hukum-hukum Islam


yang terkandung dalam ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi dalam ragam bidang kehidupan.

2. Mencontoh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menuntut seorang untuk mengetahui


sifat-sifat dan keadaan kehidupan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam segala bidang
kehidupan karena beliau adalah suri teladan yang baik yang harus dicontoh. sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala.

3. Mencontoh dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘ alaihi wa sallam merupakan tanda


kecintaan seseorang terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan yang melakukannya akan
mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan-Nya

4. Mendapatkan dan menemui dalil-dalil mukjizat yang dapat menguatkan dan menambah iman.

5. Menguatkan azzam kaum mukminin yang mengikuti jalannya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan memantapkan mereka dalam membela agama dan kebenaran serta memberikan
ketenangan dalam hati mereka dengan mengenal apa yang terdapat dan terkandung dari siroh
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berupa sikap-sikap keimanan dan kekuatan aqidah beliau
dalam menghadapi cobaan dan musuh-musuhnya

6.Menghimpun tsaqafah islamiyah. Dengan mempelajari sirah nabawiyah, setiap muslim dapat
menghimpun porsi terbesar wawasan dan pengetahuan Islam yang benar baik terkait dengan
aqidah, hukum maupun akhlak.

7. Model dalam dakwah dan mendidik umat. Dengan memahami sirah nabawiyah, para dai dan
murabbi memiliki contoh yang hidup bagaimana berdakwah dan mendidik umat. Bagaimana
strategi beliau pada periode Makkiyah dan Madaniyah yang tidak persis sama. Bagaimana
pendekatan beliau menghadapi pemimpin kaum, orang yang belum masuk Islam dan
orang-orang yang baru masuk Islam.

Materi 3 - 4

Kondisi Arab Pra Islam

Sebelum mengkaji sirah nabawiyah lebih lanjut, kita mulai dari bagaimana kondisi Arab sebelum
Islam. Mengetahui ini, kita akan memahami betapa luar biasa dakwah Rasulullah mengubah
masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat Islami.

Sejarah Kota Mekah

Pada abad ke IX SM, Nabi Ibrahim ‘alaihi shalatu wa salam keluar dari kampung halamannya di
Syam menuju tanah Hijaz, menuju suatu lembah yang gersang, tidak memiliki tanaman, dan
dipagari bukit-bukit berbatu. Di sinilah lahir sebagian dari keturunan Nabi Ibrahim, mengemban
dakwah tauhid, dan kemudian tersebar ke seluruh penjuru dunia. Di kemudian hari negeri
tersebut disebut Mekah.

Kapan Mekah Pertama Dihuni Manusia?

Tidak ada sumber yang benar-benar bisa dijadikan pijakan, kapan Mekah pertama kali dihuni atau
siapa yang pertama kali memimpin di Mekah. Oleh karena itu, sejarawan berbeda pendapat
dalam masalah ini. Ada 2 pendapat yang mengatakan,

Pendapat pertama penghuni pertama Mekah adalah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Alasannya,

(1) Dalam doa Nabi Ibrahim di atas, beliau tidak menyebutkan balad (negeri), tetapi disebut
dengan wadi (lembah), artinya tempat tersebut sepi tak berpenghuni.

(2)Tidak ada ayat-ayat atau hadis-hadis yang shahih menjelaskan atau mengisayaratkan tentang
kisah Mekah sebelum kedatangan Nabi Ibrahim.

(3) Tidak ada syariat mensucikan Ka’bah dan menjadikan Mekah sebagai tanah haram serta
menyeru manusia untuk mendatanginya kecuali setelah Nabi Ibrahim meninggali tempat
tersebut.

Pendapat yang kedua menyatakan bahwa sejarah Mekah tidak hanya dimulai pada masa Nabi
Ibrahim atau nabi dan rasul sebelum beliua, bahkan sejarah Mekah telah ada sejak zaman Nabi
Adam ‘alaihissalam. Mereka yang berpendapat demikian berargumentasi dengan ayat Alquran:

Kondisi masyarakat Makkah sebelum diutusnya Rasulullah Gambaran dari Al Qur’an

Al Quran menggambarkan kondisi masyarakat Arab sebelum Islam dengan istilah dholalun mubin
(‫مبي‬
‫)ضالل ر‬, kesesatan yang nyata. Allah Subahanahu wa Ta’ala berfirman:
ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ
ِ ِ
ْ َ ُ َ ْ ْ
ْ ‫مآياته ويز‬ ْ ْ
‫والحكمة ِوإن كانوا ِمنقب ِللفي‬
ِ ‫مالكتا ب‬
ِ ‫كيهم وي ِعلمه‬
ِ ِ ِ ِ ‫ِم ِّي ري ر سول ِمنهم يتلو عل ِيه‬ ِ ‫فيال‬
ِ ِ ‫والذي بع ث‬
ِ ‫ه‬

‫ض لٍ ل مِ بيٍ ن‬

“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan mereka Kitab
dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan
yang nyata” (QS. Al Jumu’ah: 2)

Kondisi Sosial Masyarakat

Sebelum Rasulullah diutus, terdapat beberapa kelas masyarakat di Arab, khususnya Makkah. Yang
paling dihormati adalah kelas bangsawan. Wanita bangsawan bisa mengumpulkan kabilah untuk
perdamaian atau peperangan. Namun kepemimpinan tetap di tangan laki-laki.

Hubungan laki-laki dan perempuan mencapai kerusakan yang sangat parah. Pada masa jahiliyah
itu, di Arab dikenal empat model pernikahan:

1. Pernikahan spontan

Yakni laki-laki datang ke wali perempuan untuk melamar lalu pernikahan dilangsungkan. Model
pernikahan ini yang disetujui dalam Islam. Bedanya, pada masa jahiliyah sering kali pernikahan ini
berlangsung spontan, dilakukan di hari itu juga.

2. Nikah istibdha’

Yakni suami menyuruh istrinya mendatangi bangsawan agar mendapatkan keturunan darinya. Hal
ini dimotivasi oleh keinginan suami tersebut mendapatkan anak yang lebih baik. Dengan bibit
dari bangsawan, ia berharap cita-cita itu bisa tercapai.

Pernikahan istibdha’ ini termasuk zina dalam pandangan Islam. Dan hukuman zina sangat keras
sebagaimana dijelaskan dalam Surat An Nur ayat 2.

3. Poliandri

Yakni seorang wanita berhubungan dengan sejumlah laki-laki. Setelah anaknya lahir, wanita itu
kemudian mengundang seluruh lak-laki tersebut dan bebas menunjuk siapa ayah bayi itu

4. Pelacuran

Ditandai dengan adanya bendera khusus di rumah tertentu. Adanya bendera itu menunjukkan
bahwa di dalam rumah tersedia wanita untuk dinikmati siapa saja. Ini tak ubahnya dengan
lokalisasi di zaman modern.

Selain itu, perzinaan meraja lela dan poligami tidak memiliki batasan. Bahkan tidak sedikit yang
menikahi dua wanita yang bersaudara.

Akhlak Masyarakat Arab Sebelum Islam

Banyak kebejatan dan amoral di masyarakat Arab jahiliyah. Namun masih ada akhlak terpuji yang
terjaga dan menjadi kelebihan bangsa Arab:

1. Kedermawanan

2. Memenuhi janji
3. Harga diri

4. Pantang mundur

5. Menolong orang lain

6. Kesederhanaan Arab Badui

Kelahiran Nabi Muhammad

Rasulullah Muhammad lahir di Mekkah pada hari Senin, tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah.
Bertepatan 20 April 571 M. Ayahnya adalah Abdullah dan ibunya adalah Aminah.

Rasulullah biasa puasa Senin Kamis. Ketika ditanya tentang hari senin, beliau menjelaskan bahwa
itu adalah hari lahirnya.

Rasulullah ditanya tentang puasa hari Senin. Beliau bersabda: “Hari tersebut adalah hari aku
dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (HR. Muslim)

Sesungguhnya Allah memilih Kinanah di antara keturunan Ismail, dan memilih Quraisy di antara
keturunan Kinanah, dan memilih Bani Hasyim di antara suku Quraisy. Dan Allah memilihku di
antara Bani Hasyim. (HR. Muslim dan Ahmad)

Materi 5-6

Kehidupan Masa Kecil Nabi Muhammad hingga Menikah dengan Khadijah

Ketika dikabari bahwa cucunya lahir, Abdul Muthalib sangat gembira. Ia kemudian membawa
cucunya ke Ka’bah dan memberi nama Muhammad. Nama yang belum familiar di kalangan
orang Arab karena belum ada yang memakainya.

Pada hari ketujuh, Rasulullah dikhitan oleh kakeknya. Inilah pendapat yang dikuatkan Ibnu
Qayyim Al Jauziyah. Sedangkan pendapat yang menyebutkan Rasulullah lahir dalam kondisi
dikhitan tidak memiliki dalil yang kuat.

Nabi Muhammad di Bani Sa’d

Wanita ketiga yang menyusui Rasulullah adalah Halimah binti Abu Dzu’aib. Darinya Rasulullah
memiliki saudara sepersusuan: Abdullah bin Al Harits, Unaisah binti Al Harits, Hadzafah binti Al
Harits, Abu Sufyan Al Harits bin Abdul Muthalib, dan Hamzah.

Ibunda Wafat, Diasuh Kakek

Pada usia 6 tahun, Nabi Muhammad diajak Aminah ke Yatsrib untuk ziarah makam ayahnya.
Bersama pembantunya, Ummu Aiman, mereka tinggal di Yatsrib selama satu bulan. Dalam
perjalanan pulang, Aminah meninggal di Abwa, antara Makkah dan Madinah.

Mendengar Aminah wafat, Abdul Muthalib menjemput Muhammad lalu diasuhnya. Ia sangat
menyayangi beliau melebihi anak-anaknya, hingga dibolehkan duduk di dipannya dekat kabah.
Pada saat Muhammad berusia 8 tahun, Abdul Muthalib wafat.

Diasuh Paman (Abu Thalib)

Sepeninggal Abdul Muthalib, Abu Thalib mengambil tanggung jawab mengasuh Rasulullah.
Disayang melebihi anak-anaknya. Pada usia 12 tahun, diajak berdagang ke Syam hingga bertemu
Buhaira.

“Dia pemimpin semesta alam. Akan diutus Allah jadi rahmat bagi seluruh alam,” kata Buhaira
kepada Abu Thalib.

Nabi Muhammad Menggembala Kambing

Semasa remaja, Rasulullah menggembalakan kambing di Bani Sa’ad bin Ba’kar dan Makkah.
Meskipun imbalannya tidak seberapa dibanding fasilitas yang bisa didapatkan dari Abu Thalib.
Namun dari situlah terlihat tanggung jawab Rasulullah, perannya sebagai Nabi telah disiapkan
Allah.

Di saat itu pula, Allah mentarbiyah Rasulullah untuk tidak memiliki keinginan sebagaimana
anak-anak sebaya pada umumnya. Dan Allah menyelamatkannya dari dua hiburan yang ingin
ditontonnya.

Perang Fijar dan Hilful Fudul

Pada usia 15 tahun, beliau ikut perang Fijar. Beliau bertugas mengumpulkan anak panah untuk
diberikan kepada Abu Thalib.

Pasca Perang Fijar, terjadi perjanjian pada bulan Dzulqa’dah yang dinamakan Hilful Fudul.
Orang-orang Quraisy sepakat untuk tidak membiarkan orang dizalimi di Makkah.

Dukungan Istri Tercinta

Rasulullah kemudian bergegas pulang dalam kondisi menggigil seperti demam. “Selimuti aku,
selimuti aku,” kata beliau kepada Khadijah. Setelah diselimuti Khadijah dan badannya tak lagi
menggingil, Rasulullah menceritakan apa yang dialamin

Terputusnya Wahyu

Selama beberapa hari, belum turun wahyu lagi. Pada hari-hari terputusnya wahyu Rasulullah
hanya diam dan termenung gelisah. Bahkan Imam Bukhari dalam kitab At Ta’bir pada Shahih-nya
meriwayatkan, Rasulullah beberapa kali lari ke gunung dan ingin menjatuhkan diri ke jurang.
Namun begitu sampai ke puncak gunung, Malaikat Jibril menampakkan dirinya seraya
mengatakan, “Wahai Muhammad, sesungguhnya engkau benar-benar utusan Allah.”
Menurut Ibnu Qayyim Al Jauziyah ada delapan tingkatan wahyu:

1. Mimpi yang hakiki (ru’ya shadiqah).

2. Sesuatu yang dibisikkan ke dalam hati Rasulullah, tanpa dilihatnya.

3. Malaikat muncul di hadapan Rasulullah menyerupai seorang laki-laki lalu

berbicara kepada beliau.

4. Wahyu menyerupai bunyi lonceng.

5. Rasulullah melihat Malaikat Jibril dalam wujudnya yang asli, lalu ia

menyampaikan wahyu. (QS. An Najm: 13-14 dan At Takwir: 22-23)

6.Wahyu yang disampaikan Allah Subhanahu wa Ta’ala di atas langit.

7.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman secara langsung dengan Rasulullah

tanpa perantara.

8.Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman secara langsung kepada Rasulullah

tanpa tabir. Namun ini diperselisihkan para ulama.

Materi 6-7

Dakwah Terang-Terangan

Sebelumnya, kita telah membahas Dakwah Sembunyi-Sembunyi.

Selama sekitar tiga tahun, Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wasallam berdakwah secara
sembunyi-sembunyi. Di antara hasilnya, Rasulullah mendapatkan 40 hingga 50 orang assabiqunal
awwalun. Merekalah sahabat nabi yang paling awal masuk Islam. Mayoritasnya adalah para
pemuda.

Memulai Dakwah Terang-Terangan

Allah menurunkan perintah untuk berdakwah secara terang-terangan, dimulai dengan


firman-Nya:

‫و أ ْن ِذ ْر ع ِش ي ر ت ك ا ْ ْل ْق ر ِب ي ن‬

“Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang terdekat.” (QS. Asy Syu’ara: 214)

Setelah menerima perintah tersebut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengundang


keluarga terdekatnya, Bani Hasyim. Rasulullah menjamu mereka. Ketika Rasulullah ingin berbicara
di forum yang dihadiri 45 orang laki-laki itu, tiba-tiba Abu Lahab memotongnya.

Dakwah Menggema ke Seluruh Makkah

Seruan dakwah Rasulullah mulai menggema ke seluruh Makkah. Beliau berdakwah secara
terbuka, menyeru dengan terang-terangan.

Lalu turunlah ayat yang memerintahkan Rasulullah berpaling dari orang-orang musyrik.

‫ف ا ْص د ْ ع ِ ب م ا ت ْ ؤ م ر و أ ْ ع ِ ر ْض ع ِ ن ا ْ ل م ْ ش ِ ر ِ ك ي ن‬

“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan

(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik” (QS. Al Hijr: 94)

Setelah turunnya ayat ini, Rasulullah bangkit menyerang berbagai khurafat dan kebohongan syirik.
Juga menyebutkan kedudukan berhala dan hakikatnya yang sama sekali tak bernilai, tak bisa
memberikan manfaat dan madharat.

Makkah pun mulai memanas. Mereka yang tadinya menganggap lalu dakwah Muhammad saat
fase sembunyi-sembunyi, mulai pasang badan setelah Rasulullah mengumpulkan berbagai suku
di bukit shafa, dan kini mereka mulai memusuhi dengan permusuhan yang sengit.

Orang-orang kafir Quraisy marah saat mengetahui dakwah Rasulullah adalah menafikan seluruh
penyembahan kepada selain Allah. Mereka menyadari datangnya revolusi yang tak bisa
dikompromikan dengan penyembahan berhala. Mereka juga khawatir kehilangan kekuasaan
seiring semakin banyaknya orang yang masuk Islam.

Tokoh Quraisy Mendatangi Abu Thalib

Sejumlah pemuka Quraisy mendatangi Abu Thalib. Mereka tahu tokoh berpengaruh itu
memberikan perlindungan kepada keponakannya. Dan tak mungkin bagi mereka mencelakai
orang yang dilindungi oleh tokoh yang mereka hormati.

“Wahai Abu Thalib, sesungguhnya anak saudaramu telah mencaci maki sesembahan kami. Ia
mencela agama kami, membodohkan harapan-harapan kami dan menyesatkan nenek moyang
kami. Cegahlah dia agar tidak mengganggu kami atau biarkan kami menanganinya sendiri,” kata
mereka seraya berharap Abu Thalib mau menghentikan Rasulullah atau mencabut
perlindungannya.

Namun Abu Thalib menolak mereka dengan halus. Para pemuka Quraisy itu pun pulang dengan
tangan hampa. Rasulullah tetap melanjutkan dakwah.

Cara Quraisy Menghadang Dakwah

1.ejekan dan celaan


2.menjelekan dalwah rasulullah

3.penawaran dan kompromi

4.tekanan dan penyiksaan

Anda mungkin juga menyukai