RASULULLAH SAW
1. Masyarakat Jahiliyah
Kondisi Sosial
Terdapat beragam klasifikasi dalam tatanan masyarakat Arab dimana antar satu dengan lainnya, kondisinya berbeda-beda. Hubungan
seorang laki-laki dengan keluarganya di lapisan kaum bangsawan mendapatkan kedudukan yang amat terpandang dan tinggi,
kemerdekaan berkehendak dan pendapat yang mesti didengar mendapatkan porsi terbesarSementara kondisi kaum bangsawan
demikian, kondisi yang dialami oleh lapisan masyarakat lainnya amat berbeda. Dalam sebuah riwayat Imam Bukhari, 'Aisyah
radhiallâhu 'anha meriwayatkan bahwa pernikahan pada masa Jahiliyah terdiri dari empat macam:
Pertama , Pernikahan seperti pernikahan orang sekarang; yaitu seorang laki-laki mendatangi laki-laki yang lain dan melamar wanita
yang dibawah perwaliannya atau anak perempuannya, kemudian dia menentukan maharnya dan menikahkannya.
Kedua, seorang laki-laki berkata kepada isterinya manakala ia sudah suci dari haidnya, "pergilah kepada si fulan dan bersenggamalah
dengannya", kemudian setelah itu, isterinya ini ia tinggalkan dan tidak ia sentuh selamanya hingga tampak tanda kehamilannya dari
laki-laki tersebut. Dan bila tampak tanda kehamilannya, bila si suaminya masih berselera kepadanya maka dia akan menggaulinya.
Hal tersebut dilakukan hanyalah lantaran ingin mendapatkan anak yang pintar. Pernikahan semacam ini dinamakan dengan nikah al-
Istibdha'.
Ketiga , sekelompok orang dalam jumlah yang kurang dari sepuluh berkumpul, kemudian
mendatangi seorang wanita dan masing-masing menggaulinya. Jika wanita ini hamil dan
melahirkan, kemudian setelah berlalu beberapa malam dari melahirkan, dia mengutus kepada
mereka (sekelompok orang tadi), maka ketika itu tak seorang pun dari mereka yang dapat
mengelak hingga semuanya berkumpul kembali dengannya, lalu si wanita ini berkata kepada
mereka: "kalian telah mengetahui apa yang telah kalian lakukan dan aku sekarang telah
melahirkan, dan dia ini adalah anakmu wahai si fulan!". Dia menyebutkan nama laki-laki yang dia
senangi dari mereka, maka anaknya dinasabkan kepadanya.
Keempat , Banyak laki-laki mendatangi seorang wanita sedangkan si wanita ini tidak menolak
sedikitpun siapa pun yang mendatanginya. Mereka ini adalah para pelacur; di pintu-pintu rumah
mereka ditancapkan bendera yang menjadi simbol mereka dan siapa pun yang menghendaki
mereka maka dia bisa masuk. Jika dia hamil dan melahirkan, laki-laki yang pernah mendatanginya
tersebut berkumpul lalu mengundang ahli pelacak (al-Qaafah) kemudian si ahli ini menentukan
nasab si anak tersebut kepada siapa yang mereka cocokkan ada kemiripannya dengan si anak lantas
dipanggillah si anak tersebut sebagai anaknya. Dalam hal ini, si laki-laki yang ditunjuk ini tidak
boleh menyangkal. Maka ketika Allah mengutus Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam,
beliau hapuskan semua pernikahan kaum Jahiliyah tersebut kecuali pernikahan yang ada saat ini.
Dalam tradisi mereka, antara laki-laki dan wanita harus selalu berkumpul bersama dan diadakan
dibawah kilauan ketajaman mata pedang dan hulu-hulu tombak. Pemenang dalam perang antar
suku berhak menyandera wanita-wanita suku yang kalah dan menghalalkannya. Anak-anak yang
ibunya mendapatkan perlakuan semacam ini akan mendapatkan kehinaan semasa hidupnya.
Kondisi Ekonomi
Kondisi sosial diatas berimbas kepada kondisi ekonomi. Hal ini diperjelas dengan melihat cara
dan gaya hidup bangsa Arab. Berniaga merupakan sarana terbesar mereka dalam menggapai
kebutuhan hidup, namun begitu, roda perniagaan tidak akan stabil kecuali bila keamanan dan
perdamaian membarenginya. Akan tetapi kedua situasi tersebut lenyap dari Jazirah Arab kecuali
pada "al-Asyhurul Hurum" saja. Dalam bulan-bulan inilah pasar-pasar Arab terkenal seperti
'Ukazh, Dzil Majaz, Majinnah dan lainya beroperasi.
Sedangkan dalam kegiatan industri mereka termasuk bangsa yang amat jauh jangkauannya dari
hal itu. Sebagian besar hasil perindustrian yang ada di kalangan bangsa Arab hanyalah berupa
tenunan, samak kulit binatang dan lainnya. Kegiatan ini ada pada masyarakat Yaman, Hirah, dan
pinggiran kota Syam. Benar, di kawasan domestik Jazirah ada sedikit industri bercocok tanam,
membajak sawah, dan beternak kambing, sapi serta onta. Kaum wanita rata-rata menekuni seni
memintal. Namun barang-barang tersebut sewaktu-waktu dapat menjadi sasaran peperangan.
Kemiskinan, kelaparan serta kehidupan papa menyelimuti masyarakat.
Kondisi Moral
Kita tidak dapat memungkiri bahwa masyarakat Jahiliyah
identik dengan kehidupan nista, pelacuran dan hal-hal lain
yang tidak dapat diterima oleh akal sehat dan ditolak oleh
perasaan. Namun begitu, mereka juga mempunyai akhlak
mulia dan terpuji yang amat menawan siapa saja dan
membuatnya terkesima dan takjub. Diantara akhlak tersebut
adalah: Kemurahan hati, menepati janji, kebanggan pada
diri sendiri, tekad yang pantang surut, lemah lembut dan
waspada.
2. Biografi Nabi Muhammad SAW
a. Perjanjian Aqobah I
Proses terjadinya perjanjian aqobah I diawali dengan datangnya rombongan dari Madinah di Makkah,
mereka datang untuk menunaikan haji, lalu kedatangan mereka diketahui oleh nabi, maka beliau segera
menemui mereka di dekat bukit aqabah untuk menyampaikan seruan islam. Mendengar dakwah yang
disampaikan oleh nabi, kemudian mereka berkata: bangsa kami telah lama terjadi permusuhan, yaitu
antara suku Khajraj dan suku ‘Aus. Mereka benar-benar merindukan perdamaian. Kiranya tuhan
mempersatukan mereka kembali dengan perantaraan enkau dan ajaran-ajaran yang engkau bawa. Oleh
karena itu kami akan berdakwah agar mereka mengatahui agama yang kami terima dari engkau.
Setelah berselang dua tahuan, yaitu pada tahun ke dua belas, mereka datang lagi menemui nabi dengan
jumlah 12 orang (10 kaum Khazraj dan 2 kaum ‘Aus). Mereka menemui Nabi pada tempat yang sama,
yang mana dalam pertemuan ini mereka telah membuat suatu perjanjian dengan nabi yang kemudian
dikenal dengan Perjanjian Aqobah I ”perjanjian wanita”.
b. Perjanjian Aqobah II
Pada musim haji berikutnya, jamaah haji yang datang dari madinah makin tambah banyak, yaitu
berjumlah 73 orang, diantaranya 2 orang perempuan dari suku ‘Aus. Mereka kemudian menemui nabi
pada tempat yang sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, pertemuan ini kemudian dikenal
C. ISLAM PERIODE MADINAH
• Menurut al-Faruqi bahwa yang melatar belakangi hijrah Rasulullah saw ke Madinah
adalah gerakan untuk mencari keselamatan. Dan ini merupakan upaya untuk
mencari tempat yang dapat dijadikan sebagai titik tolak bagi perkembangan
keimanan baru sekaligus untuk menata ulang masyarakat muslim, baik sebagai
tatanan sosial maupun Negara. Hal tersebut dipertegas oleh Abdullah al-Hatib,
bahwa hijrah selain penghindaran dari fitnah dan cobaan, juga juga untuk menjalin
ikatan yang kuat, menghimpun kekuatan, memperoleh daerah strategis untuk
membentuk suatu kekuatan politik.
• Sedangkan menurut Ali Syariati bahwa latar belakang hijra Nabi saw dan kaum
Muslimin ke Madinah, Pertama, mengembangkan dan menyebarluaskan pemikiran
dan Aqidah ke wilayah-wilayah lain dalam rangka menunaikan tugas risalah
kemanusiaan yang universal, serta melaksanakan tanggung jawab dalam rangka
menyadarkan, membebaskan dan menyelamatkan umat manusia dari kehancuran
aqidah. Kedua, mengaharapkan tercapainya kemungkinan-kemungkinan baru dan
ditemukannya lingkungan yang mendukung perjuagan di luar wilayah sosial-politik
yang zalim, guna melakukan perjuangan menentang kezaliman tersebut.
1. Perkembangan Islam Di Madinah
Perkembangan Islam di Madinah
Dalam rangka memperkokoh masyarakat dan negara baru itu, ia segera meletakkan dasar-dasar
kehidupan bermasyarakat.
• Dasar pertama, pembangunan masjid. Selain untuk tempat shalat, juga sebagai sarana penting
untuk mempersatukan kaum muslimin dan mempertalikan jiwa mereka, disamping sebagai tempat
bermusawarah merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid pada masa nabi bahkan juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan.
• Dasar kedua adalah ukhuwah islamiyah. Persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan
anatara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Makah ke Madinah, dan Anshar, penduduk
Madinah yang sudah masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin tersebut. Dengan demikian,
diharapkan setiap muslim merasa terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Apa yang
dilakukan Rasulullah ini berarti menciptakan suatu bentuk persaudaraan yang baru, yaitu persaudaraan
berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan darah.
• Dasar ketiga, hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam. Di
Madinah, di samping orang-orang Arab Islam, juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-
orang Arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat
diwujudkan, Nabi Muhammad mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka. Sebuah piagam yang
menjamin kebebasan beragama orang-orang Yahudi sebagai komunitas dikeluarkan. Setiap golongan
masyarakat memiliki hak tertentu dalam bidang politik dan keagamaan. Kemerdekaan beragama
dijamin dan seluruh anggota masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri itu dari
serangan luar. Dalam perjanjian itu disebutkan bahwa Rasulullah menjadi kepala pemerintahan karena
sejauh menyangkut peraturan dan tata tertib umum, otoritas mutlak diberikan kepada beliau. Dalam
bidang sosial, dia juga meletakkan dasar persamaan antar sesama manusia. Perjanjian ini, dalam
pandangan ketatanegaraan sekarang, sering disebut dengan Konstitusi Madinah.
2.Perkembangan Islam Di Madinah
Ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW rupanya membawa perubahan suasana yang
kondusif bagi timbulnya peradaban manusia dalam segala bidang. Disamping, kebenaran ajaran Islam
itu sendiri.
Diantara perubahan yang terjadi yang dibawa oleh Rasulullah adalah:
•Segi Agama : bangsa Arab yang semula menyembah berhala berubah menganut agama Islam
yang setia.
•Segi kemasyarakatan : yang semula terkenal sebagai masyarakat yang tidak mengenal
perikemanusiaan, misalnya saling membunuh, tidak menghargai martabat wanita, berubah
menjadi bangsa yang disiplin resprektif terhadap nilai–nilai kemanusiaan sehingga tidak lagi terlihat
eksploitasi wanita, dan perbudakan.
•Segi politik : masyarakat Arab tidak lagi sebagai bangsa yang cerai berai karena kesukuan,
tetapi berkat ajaran Islam berubah menjadi bangsa yang besar bersatu dibawah bendera Islam,
sehingga dalam tempo yang relatif singkat bangsa Arab menjadi bangsa besar yang dikagumi oleh
bangsa lainnya).
Dengan terbentuknya negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang
pesat itu membuat orang-orang Makah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan ini
akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-
kemungkinan gangguan dari musuh, Nabi Muhammad sebagai kepala pemerintahan mengatur siasat
dan membentuk pasukan tentara. Umat Islam diizinkan berperang dengan dua alasan :
1. Untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya,
2. Menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang–
2.Piagam Madinah Dan Implikasinya
Piagam Madinah memuat nilai-nilai yang sangat penting, terutama dalam hal
kesetaraan antarwarga, kebebasan beragama dan jaminan keamanan. Ketiga hal ini
menjadi nilai yang sangat penting apalagi nilai-nilai tersebut merupakan keniscayaan
dalam konsep demokrasi. Muatan piagam ini menggambarkan hubungan antara Islam
dengan agama dan suku-suku yang lain diletakkan dalam bingkai ketatanegaraan dan
undang-undang, untuk menata kehidupan sosial politik masyarakat
Isi piagam Madinah antara lain :
1. Kebebasan agama terjamin untuk semua kelompok.
2. Kewajiban saling membantu dan menolong antara penduduk madinah muslim dan
yahudi madinah.
3. Setiap masyarakat berkewajiban mempertahankan keamanan negeri dari serangan
musuh.
4. Saling mengadakan kerjasama antar penduduk madinah dalam rangka menjaga
keamanan kondisi Madinah.
5. Rasulullah sebagai pemimpin tertinggi di Madinah.
Piagam Madinah merupakan konteks perjanjian tertulis yang pertama dalam sejarah
manusia dan termodern. Sebelum masyarakat mengenal undang-undang tertulis,
penduduk Madinah sudah mempunyai sebuah peraturan yang menjamin kehidupan dan
kerukunan masyarakat dan merupakan khazanah penting dalam pembentukan sebuah
bangsa yang dikenali dalam konteks sosio-politik modern.
3.Implikasi Piagam Madinah
1. Semua kaum bertanggungjawab mempertahankan madinah.
- Penduduk madinah harus sama-sama pertahankan madinah tidak kira yangberagama islam atau bukan islam
daripada serangan musuh.
- Tidak dibenarkan mengadakan hubungan dengan musuh islam yang bertujuan menentang negara islam di
madinah
- Semangat cinta akan kota madinah dipupuk dalam kalangan masyarakat bagi menghindari permusuhan
sesama sendiri.- Perbedaan agama tidak menghalang seseorang itu daripada diterima menjadirakyat dalam
negara.
2. Menjamin kebebasan kaum yahudi
- Masyarakat di madinah di beri kebebasan untuk menganut dan mengamalkanibadat agama mereka sendiri.
- Ini untuk mengelakkan kaum yahudi menyebarkan agamma mereka di madinah dan mengelakkan permusuhan
kaum.
- Islam menghormati kebebasan beragama.
- Tiada paksaan dalam kepercayaan seseorang adalah antara perkara yang dipersetujui oleh baginda dalam
piagam ini.
3. Terbentuk sebuah kerajaan islam yang kuat dan utuh.
- Masyarakatnya bebas berhimpun untuk membincangkan masalah politik dan permasalahan negara.
- Ia mampu wujudkan satu masyarakat yang kuat dan bersatu padu, malahmadinah adalah hak milik bersama.
- Piagam ini mengakui hak dan tanggungjawab penduduk madinah termasuk orang yang bukan islam.
- Mendapat hak perlindungan dan keselamatan yang sama dari segi keadilan dan perundangan.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana yang telah kami sampaikan
sebelumnya, maka kami mampu menarik kesimpulan bahwa:
• Bangsa Arab sebelum masuknya ajaran Islam sangatlah memprihatinkan dan
jauh dari kemanusiawian, contoh misal: perzinahan terjadi dimana-mana,
derajat kaum hawa dipandang rendah, maraknya perjudian, perbudakan,
pembunuhan menjadi hal biasa dan lain sebagainya.
• Rasulullah sebelum menerima wahyu dan bergelar Nabi dan Rasul, merupakan
sosok panutan. Bahkan oleh orang-orang Quraisy Beliau menerima julukan Al-
amin (orang yang dapat dipercaya).
• Dakwah Rasulullah selama periode Mekkah berlangsung selama 13 tahun,
dan banyak mengalami intimidasi serta penolakan ajaran Islam selama periode
ini, khususnya setelah Rasulullah melaksanakan Dakwah bil jahr / secara
terang-terangan.
• Dakwah di masa Periode Madinah mulanya langkah untuk menghindari
ancaman Kafir Quraisy selama di Mekah. Namun atas izin Allah disertai
perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW, Islam di Madinah mampu tumbuh
dan berkembang dengan pesat disertai munculnya peradaban yang baru.
Daftar Pustaka
• Abdurrahman, Dudung. SEJARAH PERADABAN ISLAM Dari Masa Klasik Hingga Modern,
YOGYAKARTA : LESFI, 2009.
TERIMA KASIH