Anda di halaman 1dari 20

Kisah diangkatnya Nabi Muhammad SAW menjadi Rasul

Pada saat Nabi Muhammad SAW hampir berusia 40 th kesukaannya mengasingkan diri
dengan berbekal Roti dan pergi ke Gua Hira di Jabal Nur. Rasulullah di Gua Hira
beribadah dan memikirkan keagungan alam. Pada usia genap 40 th Nabi dianggkat
menjadi Rasul. Beliau menerima wahyu yang pertama di gua Hira dengan perantaraan
Malaikat jibril yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5.
Ketika Nabi berada di gua Hira datang malaikat Jibril dan memeluk Nabi sambil berkata
"Bacalah". Jawab Nabi "Aku tidak dapat membaca" Lantas Malaikat memegangi dan
merangkul Nabi hingga sesak kemudian melepaskannya dan berkata lagi "Bacalah".
Jawab Nabi"Aku tidak bisa membaca". Lantas Malaikat memegangi dan merangkulnya
lagi sampai ketiga kalinya sampai Nabi merasa sesak kemudian melepasknnya. Lalu Nabi
bersedia mengikutinya (Surat Al-Alaq ayat 1-5). QS 96 : 1-5)
Rasulullah mengulang bacaan ini dengan hati yang bergetar lalu pulang dan menemui
Khadijah (isterinya) untuk minta diselimutinya. Beliau diselimuti hingga tidak lagi
menggigil tapi khawatir akan keadaan dirinya.

Khadijah menemui Waraqah bin Naufal dan menceritakan kejadian yang dialami oleh
Nabi. Waraqah menanggapi "Maha suci, Maha suci, Dia benar-benar nabi umat ini,
katakanlah kepadanya, agar dia
berteguh hati.

1. Dakwah Nabi Muhammad SAW


Rasulullah SAW di kala mengasingkan diri di Gua Hira dengan perasaan cemas dan
khawatir tiba-tiba terdengan suara dari langit, beliau menengadah tampak malaikat jibril.
Beliau menggigil, ketakutan dan pulang minta kepada isterinya untuk menyelimutinya.
Dalam keadaan berselimut itu datang Jibril menyampaikan wahyu yang ke dua yaitu surat
Al Muddatsir (QS 74 ayat 1-7).
Dengan turunnya wahyu ini Rasulullah SAW mendapat tugas untuk menyiarkan agama
Islam dan
mengajak umat manusia menyembah Allah SWT.

Menyiarkan Agama Islam Secara Sembunyi-Sembunyi


Setelah Rasulullah SAW menerima wahyu kedua mulailah beliau dakwah secara
sembunyi-sembunyi dengan mengajak keluarganya dan sahabat-sahabat beliau seorang
demi seorang masuk Islam.
Orang-orang yang pertama-tama masuk Islam adalah:
a). Siti Khadijah (Istri Nabi SAW)
b). Ali Bin Abi Thalib (Paman Nabi SAW)
c). Zaid Bin Haritsah (Anak angkat Nabi SAW)
d). Abu Bakar Ash-Shidiq (Sahabat Dekat Nabi SAW)
Orang-orang yang masuk Islam dengan perantaraan Abu Bakar Ash-Shidiq yaitu:
a). Utsman Bin Affan
b). Zubair Bin Awwam
c). Saad Bin Abi Waqqash
d). Abdurahman Bin Auf
e). Thalhah Bin "Ubaidillah
f). Abu Ubaidillah Bin Jarrah
g). Arqam Bin Abil Arqam
h). Fatimah Binti Khathab
Mereka itu diberi gelar "As-Saabiqunal Awwaluun" Artinya orang-orang yang terdahulu
dan yang pertama-tama masuk Islam dan mendapat pelajaran tentang Islam langsung dari
Rasulullah SAW di
rumah Arqam Bin Abil Arqam.

Menyiarkan Agama Islam Secara Terang-Terangan


Tiga tahun lamanya Rasulullah SAW dakwah secara sembunyi sembunyi dari satu rumah
ke rumah lainnya. Kemudian turun surat Al Hijr: 94 (QS 15 ayat 94). Artinya"Maka
sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang telah diperintahkan kepadamu dan
berpalinglah dari orang-orang musyrik (QS Al Hijr : 15). Dengan turunnya ayat ini
Rasulullah SAW menyiarkan dakwah secara terang-terangan dan meninggalkan cara
sembunyi-sembunyi. Agama Islam menjadi perhatian dan pembicaraan yang ramai
dikalangan masyarakat Makkah. Islam semakin meluas dan pengikutnya
semakin bertambah.

Tanggapan orang-orang QuraisyOrang-orang quraisy marah dan melarang penyiaran


islam bahkan nyawa Rasul terancam. Nabi beserta sahabatnya semakin kuat dan tangguh
tantangan dan hambatan dihadapi dengan tabah serta sabar walaupun ejekan, cacian,
olok-olokan dan tertawaan, menjelek-jelekkan, melawan al-Qur'an dan memberikan
tawaran bergantian dalam penyembahan.
Dakwah secara terangan ini walaupun banyak tantangan banyak yang masuk Agama
Islam dan untuk penyiaran Islam Nabi SAW ke Habasyah (Etiopia),Thaif, dan Yatsrib
(Madinah). Sehingga Islam meluas dan banyak pengikutnya.
Pada masa kerasulan Nabi Muhammad SAW th ke 10 pada saat "Amul Khuzni"artinya
tahun duka cita yaitu Abu Thalib (pamannya wafat) dan siti Khadijah (istri nabi juga
wafat) serta umat Islam pada sengsara. Ditengah kesedihan ini Nabi Muhammad
dijemput oleh Malaikat Jibril untuk Isra' Mi'raj yaitu sebuah perjalanan dari masjidil
Aqsha ke Masjidil Haram dan dari Masjidil Haram menuju ke Sidratul Muntaha untuk
menghadap Allah SWT untuk menerima perintah shalat lima
waktu.
2. Peristiwa besar sebelum diangkat menjadi rasul
A.Pembelahan Dada
Terjadi ketika Muhammad berusia 4 atau 5 tahun. Dua malaikat mendatangi Muhammad
dan melakukan pembelahan dada untuk membersihkannya dari penyakit hati.
B.Perjalanan bisnis ke manca negara
Abu thalib akan mengadakan perjalanan ke Syam untuk berdagang, saat itu nabi 12
tahun. Mengingat sulitnya
medan yaitu padang pasir, tak pernah terpikirkan untuk mengajak Muhammmad. Tapi
Muhammad dengan ikhlas ingin menemani pamannya. Dalam buku-buku riwayat
diceritakan bahwa perjalanan ke Syam inilah , Muhammad bertemu rahib Bahira. Rahib
Bahira melihat tanda -tanda kenabian sesuai petunjuk cerita-cerita Kristen
C. Perang Fijar
Rasulullah mendapat pengalaman kemiliteran pertama usia 15 tahun. Perang Fijar terjadi
antara Bani Quraisy, Bani Kinanah dan Bani Qais Ailan. Perang terjadi karena
pelanggaran terhadap kesucian tanah haram dan bulan-bulan suci. Perang Fijar ada
empat. Perang Fijar yang diikuti Rasulullah adalah perang fijar keempat, Perang fijar
antara Bani Quraisy bersama Bani Kinanah berhadapan dengan Bani Qais Ailan
D.Hilf'l Fudzul
beliau sudah mengikuti rapat politik pada usia belia . Perjanjian ini merupakan
momentum penguat persaudaraan di antara kabilah. salah satu bentuk nota kesepahaman
adalah tak seorangpun dari penduduk Mekkah dan lainnya.yang dibiarkan teraniaya.
Siapa yang teraniaya mereka sepakat untuk berdiri di sampingnya. Barangsiapa yang
zalim, kezaliman akan berbalik kearahnya.
E.Penengah sengketa kabah
Peristiwa ini terjadi saat kabilah Arab bersama-sama merenovasi ka'bah. Sengketa terjadi
saat penentuan peletakan Hajar Aswad. Akhirnya Muhammad datang membawa solusi
yang memuaskan semua kabilah
F.Menikah dengan Siti Khadijah
Sebelum menikah , Muhammad menjalankan perdagangan Khadijah. Muhammad mahir
berdagang. Kejujuran
dan budinya membuat Khadijah, wanita pedagang kaya raya dan dihormati di Makkah
jatuh hati
Menikah dengan Khadijah adalah karunia luar biasa. Di saat orang-orang
mengingkarinya, Khadijah
mengimani, menjunjung dan memberi support . Begitu pula Khadijah, dia memperoleh
anugrah terbesar dalam hidupnya. Saat pernikahan Muhammad berusia 25 tahun,
Khadijah 40 tahun. Mas kawin Muhammad untuk menikahi Khadijah adalah 20 ekor
unta. Satu harga yang sangat prestisius bagi seorang pemuda.

Pilihan Allah :
Pada awal tahun menginjak usia 40 tahun, Rasulullah sering menyendiri di gua Hira
untuk beribadah, bertahanuts {menyendiri} dan memikirkan kondisi kejahiliyahan
masyarakat kala itu.
Lalu Jibril datang dengan membawa wahyu yang dibebankan pada beliau untuk
disampaikan pada umatnya, Ia telah diangkat Allah menjadi Rasul.

Babak baru dakwah dimulai. Dengan keimanan dan keikhlasan yang tinggi Rasulullah
memulai dakwahnya sembunyi-sembunyi. Orang pertama mengimani beliau adalah
istrinya. lalu ali bin Abi thalib, Abu bakar, Usman Bin Affan, Abdurrahman Bin Auf,
Talhah bin Ubaidillah, Sa'ad bin Abi waqash dan Zubair bin Awam. Lalu Abu Ubaidah
bin Al Jarah. Karena permusuhan yang sangat keras dari kafir Quraiys, dakwah kaum
muslim dilakukan dengan sembunyi. Jika ingin shalat mereka pergi ke celah-celah
gunung di Makkah. Keadaan ini berjalan selama 3 tahun. Sementara itu Islam semakin
meluas di kalangan penduduk Mekkah.
Dakwah berkembang , dari sembunyi-sembunyi menjadi terang--terangan QS Al Hijr :
94.
3.Ujian untuk Rasulullah :
1. Ejekan , penghinaan dan pelecehan terhadap ajaran Rasulullah
2. Propaganda, Black campaign terhadap Islam dan pengikutnya
3. Melawan Al Qur'an dengan dongeng-dongeng palsu
4. tawaran -tawaran keduniawian
5. Tekanan psikologis sampai dengan tribulasi. Puncaknya kaum Muslimin terpaksa
hijrah ke Madinah
6. Pemboikotan oleh seluruh kabilah arab terhadap kaum Muslim, bani Hasyim dan bani
Tamim
7. Meninggalnya dua mutiara , pamannya Abu Thalib dan Khadijah istrinya
8. Dipukuli dan dilempari batu hingga berdarah saat berdakwah di Thaif.
Setelah beberapa ujian ini berlalu, lalu Allah menghiburnya dengan perintah Isra' Mi,raj
sampai ke Sidratul Muntaha.
Nabi wafat di usia 63 tahun. Sebagian besar menyebutkan beliau meninggal pada tgl 12
Robiul awal 11 Hijriyah atau 9 juni 632 M.

Birrul Walidain merupakan kebaikan-kebaikan yang dipersembahkan oleh


seorang anak kepada kedua orang tuanya, kebaikan tersebut mencakup dzahiran wa
batinan dan hal tersebut didorong oleh nilai-nilai fitrah manusia meskipun mereka tidak
beriman. Manakala wajibatul walid(kewajipan orang tua) adalah untuk mempersiapkan
anak-anaknya agar dapat berbakti kepadanya seperti sabda Nabi SAW., Allah
merahmati orang tua yang menolong anaknya untuk boleh berbakti kepadanya.

Sedangkan Uquud Walidain bermaksud durhaka terhadap mereka dan


tidak berbuat baik kepadanya.

Berkata Imam Al Qurtubi mudah-mudahan Allah merahmatinya -: Termasuk


Uquuq (durhaka) kepada orang tua adalah menyelisihi/ menentang keinginan-
keinginan mereka dari (perkara-perkara) yang mubah, sebagaimana Al Birr (berbakti)
kepada keduanya adalah memenuhi apa yang menjadi keinginan mereka. Oleh karena
itu, apabila salah satu atau keduanya memerintahkan sesuatu, wajib engkau mentaatinya
selama hal itu bukan perkara maksiat, walaupun apa yang mereka perintahkan bukan
perkara wajib tapi mubah pada asalnya, demikian pula apabila apa yang mereka
perintahkan adalah perkara yang mandub (disukai/ disunnahkan).[i]

Berkata Syaikhul Islam Ibn Taimiyyah mudah-mudahan Allah merahmatinya -:


Berkata Abu Bakr di dalam kitab Zaadul Musaafir Barangsiapa yang menyebabkan
kedua orang tuanya marah dan menangis, maka dia harus mengembalikan keduanya
agar dia bisa tertawa (senang) kembali.[ii]
Hukum Birrul Walidain
Para Ulama Islam sepakat bahwa hukum berbuat baik (berbakti) pada kedua orang tua
hukumnya adalah wajib selain terhadap perkara yang haram.

Syariat Islam meletakkan kewajipan birrul walidain menempati ranking ke-dua setelah
beribadah kepada Allah SWT. dengan mengesakan-Nya. Dalil-dalil Shahih dan Sharih
(jelas) banyak sekali, diantaranya terdapat tiga ayat yang menunjukkan kewajipan yag
khusus untuk berbuat baik kepada kedua orang tua:

Dan hendaklah kamu beribadat kepada Allah dan janganlah kamu sekutukan Dia
dengan sesuatu apa jua dan hendaklah kamu berbuat baik kepada kedua ibu bapa.
(QS. An Nisa : 36).

Dan Tuhanmu telah perintahkan, supaya engkau tidak menyembah melainkan


kepadaNya semata-mata dan hendaklah engkau berbuat baik kepada ibu bapa. Jika
salah seorang dari keduanya atau kedua-duanya sekali, sampai kepada umur tua dalam
jagaan dan peliharaanmu, makajanganlah engkau berkata kepada mereka (sebarang
perkataan kasar) sekalipun perkataan Ha dan janganlah engkau menengking
menyergah mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang
bersopan santun).. (QS. Al Isra: 23).

Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya; ibunya telah
mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal
mengandung hingga akhir menyusunya) dan tempoh menceraikan susunya ialah dalam
masa dua tahun; (dengan yang demikian) bersyukurlah kepadaKu dan kepada kedua
ibubapamu; dan (ingatlah), kepada Akulah jua tempat kembali (untuk menerima
balasan). (QS. Luqman : 14).
Berkata Ibnu Abbas mudah-mudahan Allah meridhoinya, Tiga ayat dalam Al Quran
yang saling berkaitan dimana tidak diterima salah satu tanpa yang lainnya, kemudian
Allah menyebutkan diantaranya firman Allah SWT.: bersyukurlah kepadaKu dan
kepada kedua ibubapamu, Berkata beliau. Maka, barangsiapa yang bersyukur
kepada Allah akan tetapi dia tidak bersyukur pada kedua ibubapanya, tidak akan
diterima (rasa syukurnya) dengan sebab itu.[iii].

Berkaitan dengan ini, Rasulullah SAW. bersabda: Keridhaan Rabb (Allah) ada pada
keridhaan orang tua dan kemurkaan Rabb (Allah) ada pada kemurkaan orang tua
(HR. Tirmidzi)[iv].

Al Mughirah bin Syubah mudah-mudahan Allah meridhainya meriwayatkan


daripada i Nabi SAW. beliau bersabda: Sesungguhnya Allah mengharamkan atas
kalian mendurhakai para Ibu, mengubur hidup-hidup anak perempuan, dan tidak mahu
memberi tetapi meminta-minta (bakhil) dan Allah membenci atas kalian (mengatakan)
katanya si fulan begini si fulan berkata begitu (tanpa diteliti terlebih dahulu), banyak
bertanya (yang tidak bermanfaat), dan membuang-buang harta. (HR Muslim)

Keutamaan Birrul Walidain


1. ( amal yang paling dicintai disisi Allah SWT selepas

Solat) (

Sebagaimana dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abdir Rahman Abdillah Ibni Masud
ra Aku pernah bertanya kepada Nabi SAW amal apa yang paling di cintai disisi
Allah ? Rasulullah bersabda Solat tepat pada waktunya. Kemudian aku tanya lagi
Apa lagi selain itu ? bersabda Rasulullah Berbakti kepada kedua orang tua Aku
tanya lagi Apa lagi ?. Jawab Rasulullah Jihad dijalan Allah. (HR. Bukhari dan
Muslim)

Ini tidak beerti jika melakukan Solat tepat pada waktu dan jihad fisabilillah menafikan
kewajipan birrul walidain kerana Rasulullah SAW. pernah menolak permohonan salah
seorang sahabat untuk jihad fisabilillah kerana masalah hubungan dengan kedua ibu
bapanya. Lantas Rasulullah SAW. memerintahkan beliau segera pulang menyelesaikan
permasalahan tersebut dahulu.
2. ( doa mereka mustajab)

Di antara buktinya adalah kisah ulama besar hadits yang sudah maruf di tengah-tengah
kaum muslimin, Imam Bukhari rahimahullah. Beliau buta sewaktu kecil lalu ibunya
seringkali berdoa agar Allah SWT. memulihkan penglihatan beliau.

Suatu malam di dalam mimpi, ibunya melihat Nabi Allah, al-Khalil, Ibrahim alaihis
salam yang berkata kepadanya, Wahai wanita, Allah telah mengembalikan penglihatan
anakmu karena begitu banyaknya kamu berdoa.

Pada pagi harinya, ia melihat anaknya dan ternyata benar, Allah telah mengembalikan
penglihatannya.[v]

Hal di atas menunjukkan benarnya sabda Rasul kita shallallahu alaihi wa sallam akan
manjurnya doa orang tua pada anaknya.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Tiga doa yang tidak tertolak yaitu doa orang tua, doa orang yang berpuasa dan doa
seorang musafir. (HR. Al Baihaqi[vi])

3. ( sebab turunnya rahmat)

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda, Barangsiapa yang ingin rezkinya


diperluas, dan agar usianya diperpanjang (dipenuhi berkah), hendaknya ia menjaga tali
silaturahim. (HR. Bukhari dan Muslim)

4. Bukan beerti membalas budi kerana jasa mereka tidak mungkin terbalas

Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam bersabda:

Seorang anak tidak akan dapat membalas budi baik ayahnya, kecuali bila ia
mendapatkan ayahnya sebagai hamba, lalu dia merdekakan. (HR. Muslim)

5. Al ummu hiya ahaqu suhbah (prioriti untuk mendapat perlakuan yang lebih dekat
dari kedua orang tua ialah ibu)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, Datang seseorang kepada
Rasulullah SAW. dan berkata, Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali ? Nabi SAW. menjawab, Ibumu! Orang tersebut kembali
bertanya, Kemudian siapa lagi ? Nabi SAW. menjawab, Ibumu! Ia bertanya lagi,
Kemudian siapa lagi? Nabi SAW. menjawab, Ibumu!, Orang tersebut bertanya
kembali, Kemudian siapa lagi, Nabi SAW. menjawab, Bapakmu (HR. Bukhari
dan Muslim)

6. Taat kepada orang tua adalah salah satu penyebab masuk Syurga.

Rasulullah SAW. bersabda, Sungguh kasihan, sungguh kasihan, sungguh kasihan.


Salah seorang sahabat bertanya, Siapa yang kasihan, wahai Rasulullah? Beliau
menjawab, Orang yang sempat berjumpa dengan orang tuanya, kedua-duanya, atau
salah seorang di antara keduanya, saat umur mereka sudah tua, namun tidak dapat
membuatnya masuk Surga. (HR. Muslim)

7. Durhaka kepada orang tua, termasuk dosa besar yang terbesar.

Dari Abu Bakrah diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW. bersabda, Mahukah kalian
kuberitahukan dosa besar yang terbesar? Para Sahabat menjawab, Tentu mahu,
wahai Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam. Beliau bersabda, Berbuat syirik
kepada Allah, dan durhaka terhadap orang tua. Kemudian, sambil bersandar, beliau
bersabda lagi, ..ucapan dusta, persaksian palsu.. Beliau terus meneruskan mengulang
sabdanya itu, sampai kami (para Sahabat) berharap beliau segera terdiam. (HR Bukhari
dan Muslim)

Melaksanakan Birrul Walidain


Semasa Mereka Masih Hidup

1. Mentaati Mereka Selama Tidak Mendurhakai Allah

Saad bin Abi Waqas semoga Allah merahmatinya menerapkan bagaiman


konteks Birrul Walidain mempertahankan keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Saat ibunya mengetahui bahwa Saad memeluk agama Islam, ibunya mempengaruhi dia
agar keluar dari Islam sedangkan Saad terkenal sebagai anak muda yang sangat
berbakti kepada orang tuanya. Ibunya sampai mengancam kalau Saad tidak keluar dari
Islam maka ia tidak akan makan dan minum sampai mati. Dengan kata-kata yang lembut
Saad merayu ibunya Jangan kau lakukan hal itu wahai Ibunda, tetapi saya tidak
akan meninggalkan agama ini walau apapun gantinya atau risikonya.

Sehubungan dengan peristiwa itu, Allah menurunkan ayat:

Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang
tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti
keduanya (QS. Luqman: 15)

Tidak bosan-bosannya Saad menjenguk ibunya dan tetap berbuat baik kepadanya serta
menegaskan hal yang sama dengan lemah lembut sampai suatu ketika ibunya menyerah
dan menghentikan mogok makannya.

2. Berbakti dan Merendahkan Diri di Hadapan Kedua Orang Tua

Allah Subhanahu wa Taala juga berfirman:


Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tua ibu
bapanya(QS. Al-Ahqaaf: 15)

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun.


Dan berbuat baiklah kepada dua orang tua ibu bapa (QS. An-Nisaa': 36)

Perintah berbuat baik ini lebih ditegaskan jika usia kedua orang tua semakin tua dan
lanjut hingga keadaan mereka melemah dan sangat memerlukan bantuan dan perhatian
daripada anaknya.

Abu Bakar As Siddiq ra. adalah sahabat Rasulullah SAW yang patut ditauladani dalam
berbaktinya terhadap orang tua. Disaat orang tuanya telah memasuki usia yang
sangat udzur, beliau masih melayan bapanya dengan lemah lembut dan tidak pernah
putus asa untuk mengajak ayahnya beriman kepada Allah. Penantian beliau yang cukup
lama berakhir apabila ayahnya menerima tawaran untuk beriman kepada Allah dan Rasul-
Nya.

Allah berfirman dalam QS. 14 : 40 41 ayat yang doa agar anak, cucu dan seluruh
anggota keluarganya menjadi orang-orang yang muqiimas Solat (mendirikan Solat) dan
diampuni dosa-dosanya. Ayat ini merupakan suatu kemuliaan yang diberikan Allah SWT
kepada kelurga Abu Bakar As Siddiq ra.

3. Merendahkan Diri Di Hadapan Keduanya

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:


Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kami jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: Wahai, Rabb-ku, kasihilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil. (QS. Al-Israa': 23-24)

4. Berbicara Dengan Lembut Di Hadapan Mereka

Nabi Ibrahim alaihiisalam mempunyai ayah yang bernama Azar yang aqidah-nya
menyalahi dengan Nabi Ibrahim alaihiisalam tetapi tetap menunjukan birrul walidain
yang dilakukan seorang anak kepada bapaknya. Dalam menegur ayahnya beliau
menggunakan kata-kata yang mulia dan ketika mengajak ayahnya agar kejalan yang lurus
dengan kata-kata yang lembut sebagaimana dikisahkan Allah pada QS. 19 : 41-45.

5. Menyediakan Makanan Untuk Mereka

Dari Anas bin Nadzr al-Asyjai, beliau bercerita, suatu malam ibu dari sahabat Ibnu
Masud meminta air minum kepada anaknya. Setelah Ibnu Masud datang membawa
air minum, ternyata si Ibu sudah tidur. Akhirnya Ibnu Masud berdiri di dekat kepala
ibunya sambil memegang bekas berisi air tersebut hingga pagi. (Diambil dari kitab Birrul
walidain, karya Ibnu Jauzi)

6. Meminta Izin Kepada Mereka Sebelum Berjihad dan Pergi Untuk Urusan Lainnya

Izin kepada orang tua diperlukan untuk jihad yang belum ditentukan. Seorang laki-laki
datang menghadap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan bertanya: Ya,
Raslullah, apakah aku boleh ikut berjihad? Beliau balik bertanya: Apakah kamu
masih mempunyai kedua orang tua? Laki-laki itu menjawab: Masih. Beliau
bersabda: Berjihadlah (dengan cara berbakti) kepada keduanya. (HR. Bukhari no.
3004, 5972, dan Muslim no. 2549, dari Ibnu Amr radhiyallahu anhu)

7. Memberikan Harta Kepada Orang Tua Menurut Jumlah Yang mereka Inginkan

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda kepada seorang laki-laki


ketika ia berkata: Ayahku ingin mengambil hartaku. Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: Kamu dan hartamu milik ayahmu. (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan
Ibnu Majah)

Oleh sebab itu, hendaknya seseorang jangan bersikap bakhil (kikir) terhadap orang yang
menyebabkan keberadaan dirinya, memeliharanya ketika kecil dan lemah, serta telah
berbuat baik kepadanya.

8. Membuat Keduanya Ridha Dengan Berbuat Baik Kepada Orang-orang yang Dicintai
Mereka

Hendaknya seseorang membuat kedua orang tua ridha dengan berbuat baik kepada para
saudara, karib kerabat, teman-teman, dan selain mereka. Yakni, dengan memuliakan
mereka, menyambung tali silaturrahim dengan mereka, menunaikan janji-janji (orang tua)
kepada mereka. Akan disebutkan nanti beberapa hadits yang berkaitan dengan masalah
ini.

9. Memenuhi Sumpah Kedua Orang Tua

Apabila kedua orang tua bersumpah kepada anaknya untuk suatu perkara tertentu yang di
dalamnya tidak terdapat perbuatan maksiat, maka wajib bagi seorang anak untuk
memenuhi sumpah keduanya karena itu termasuk hak mereka.

10. Tidak Mencela Orang Tua atau Tidak Menyebabkan Mereka Dicela Orang Lain

Mencela orang tua dan menyebabkan mereka dicela orang lain termasuk salah satu dosa
besar. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Termasuk dosa besar adalah seseorang mencela orang tuanya. Para Sahabat
bertanya: Ya, Rasulullah, apa ada orang yang mencela orang tuanya? Beliau
menjawab: Ada. Ia mencela ayah orang lain kemudian orang itu membalas mencela
orang tuanya. Ia mencela ibu orang lain lalu orang itu membalas mencela ibunya. (HR.
Bukhari dan Muslim)

Apabila Mereka Meninggal Dunia ()

1. Mensolati/Berdoa terhadap Keduanya

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu bahwa Nabi SAW bersabda, Apabila manusia
sudah meninggal, maka terputuslah amalannya kecuali tiga hal: sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak shalih yang mendoakan dirinya. (HR. Muslim)

2. Beristighfar Untuk Mereka Berdua

Allah Subhanahu wa Taala menceritakan kisah Ibrahim Alaihissalam dalam Al-


Quran:
Ya, Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku (QS. Ibrahim: 41)

3. Menunaikan Janji/Wasiat Kedua Orang Tua

4. Memuliakan Rakan-Rakan Kedua Orang Tua

Ibnu Umar berkata aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda: Sesungguhnya bakti anak yang terbaik ialah seorang anak yang
menyambung tali persahabatan dengan keluarga teman ayahnya setelah ayahnya
tersebut meninggal. (HR. Muslim)

5. Menyambung Tali Silaturahim Dengan Kerabat Ibu dan Ayah

Barang siapa ingin menyambung silaturahim ayahnya yang ada di kuburannya, maka
sambunglah tali silaturahim dengan saudara-saudara ayahnya setelah ia
meninggal. (HR. Ibnu Hibban)

Rasulullah SAW. yang telah ditinggal ayahnya Abdullah kerana meninggal dunia saat
Rasulullah SAW. masih dalam kandungan ibunya Aminah. Dalam pendidikan birrul
walidain ibunya mengajak Rasulullah ketika berusia enam (6) tahun untuk berziarah
kemakam ayahnya dengan perjalanan yang cukup jauh. Dalam perjalanan pulang ibunda
beliau jatuh sakit tepatnya didaerah Abwa hingga akhirnya meninggal dunia. Setelah itu
Rasulullah diasuh oleh pamannya Abdul Thalib, beliau menunjukan sikap yang mulia
kepada pamannya walaupun aqidah pamannya berbeda dengan Rasulullah. Dan
Rasulullah SAW. berbakti pula kepada pengasuhnya yang bernama Sofiah binti Abdil
Mutthalib.

#Keutamaan Birrul Walidain di dalam Islam


Selain birrul walidain merupakan kewajiban bagi setiap Muslim atau Muslimah, birrul
walidain mempunyai banyak keutamaan di dalam Islam. Kalau kita gali dan telaah
banyak keterangan baik itu dalam Al Quran maupun hadist yang disampaikan oleh
Rasululloh Sholallohualaihi wa salla kepada kita tentang keutamaan birrul walidain di
dalam Islam. Di antara keutamaan tersebut adalah:

1. Birul walidain menjadi salah satu sebab panjangnya umur dan


melimpahnya rezeky
Dalam sebuah hadist, Rasululloh Sholallohualaihi wa Sallam pernah menjelaskan
tentang masalah ini yang artinya:
Dari Anas bin Malik dia berkata, Rosululloh bersabda. Barangsiapa yang
menginginkan untuk dipanjangkan umur baginya dan ditambah rezekinya, maka
hendaklah berbakti pada kedua orang tuanya serta menyambung silaturahmi. (HR.
Ahmad)

2.Birrul walidain merupakan salah satu wasilah/perantara untuk


menghilangkan bencana dan kesempitan yang melanda.
Semua orang tentu pernah merasakan yang namanya bencana dan kesempitan hidup,
kesusahan serta masalah yang datang silih berganti tida henti menghapiri. Dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori dan imam Muslim dari Abdulloh Ibnu
Umar yang menceritakan tentang kisah 3 orang yang terjebak di dalam gua. Di antara 3
orang tersebut ada satu orang yang bertawassul dengan birrul walidainnya kepada orang
tuanya.
Seorang dari mereka berkata yang artinya: Ya Alloh , aku memiliki orang tua yang
telah renta serta lanjut usianya dan aku tidak pernah memberi minum kepada siapapun
sebelum keduanya, baik kepada keluarga ataupun hamba sahaya. Kemudian pada suatu
hari amat jauhlah aku mencari kayu yang dimaksud adalah daun-daunan untuk
makanan ternak. Aku belum lagi pulang pada kedua orang tua itu sampai mereka tertidur.
Selanjutnya akupun terus memerah minuman untuk keduanya dan ketika keduanya aku
temui ternyata telah tertidur telah tidur. Aku enggan untuk membangunkan mereka
ataupun memberikan minuman kepada seseorang sebelum keduanya, baik pada keluarga
atau hamba sahaya. Seterusnya aku tetap dalam keadaan menunggu mereka bangun dari
tidurnya dan gelas itu tetap pula di tanganku, sehingga fajarpun menyingsing, Anak-anak
kecil pun sama mereka menangis karena kelaparan sedang mereka berada di dekat kedua
kakiku. Selanjutnya setelah keduanya bangun lalu mereka minum minumannya. Ya
Alloh , jikalau aku mengerjakan yang sedemikian itu dengan niat benar-benar
mengharapkan keridhoan-Mu, maka lapangkanlah kesukaran yang sedang kita hadapi
dari batu besar yang menutupi ini. Batu besar itu tiba-tiba membuka sedikit, tetapi
mereka belum lagi dapat keluar dari gua.
Dari penggalan hadits tersebut jelas bahwa birrul walidain bisa menjadi sarana
bertawassul kepada Alloh Subhanahuwataala untuk menghilangkan segala bencana
yang melanda kita.

3.Birrul walidain salalah satu sebat mustajabnya doa.


Dari Umar bin Khoththob berkata, Aku mendengar Rosululloh sholallhualaihi wa
sallam pernah bersabda yang artinya;
Akan datang kepada kalian Uwais bin Amir bersama gerombolan musafir dari negeri
Yaman yang berasal dari daerah Murod kemudian berdiam di daerah Qorn. Dia diuji oleh
Alloh dengan penyakit kusta disekujur tubuhnya kemudian sembuh kecuali tinggal
bercakan sebesar dirham di tubuhnya. Dia mempunyai ibu dan sangat berbakti
kepadanya. Seandainya dia bersumpah dalam doanya tentu Alloh Taala akan
mengabulkannya. Jika kalian mampu agar dia memohonkan ampun kepada Alloh untuk
kalian, maka lakukanlah. (HR. Muslim)

4.Birrul walidain merupakan salah satu sarana untuk menghapus


dosa.
Siapa didunia ini yang tidak memiliki dosa, entah itu dosa kecil atau pun dosa besar yang
mengundang kemurkaan Alloh Taala baik didunia maupun diakhirat nanti. Birrul
walidain merupakan salah satu sarana yang dapat kita lakukan sebagai penghapus dosa-
dosa yang kita miliki. Hal ini sebagaimana hadits Nabi Sholallohualaihi wa sallam .
Dari Umar bahwasanya seorang laki-laki datang kepada Nabi dan berkata: Wahai
Rosululloh sesungguhnya aku telah terjatuh kepada suatu perbuatan dosa besar. Apakah
masih ada taubat bagi saya?. Nabi bersabda, Apakah engkau masih mempunyai Ibu?
Diapun menjawab, Tidak. Apakah engkau masih memiliki bibi dari pihak ibu?.
Diapun menjawab,Ya. Nabi bersabda; Maka berbuat baiklah kepadanya. (HR. at-
Tirmidzi)
Tentang kedudukan bibi dari pihak ibu Nabi Sholallohualaihi wa sallam pernah
bersabda;
Bibi dari pihak ibu itu kedudukannya sama seperti seorang ibu (ketika ibu telah
meninggal). (HR. at-Tirmidzi)
Dari hadits di atas jelas sekali bahwa berbakti kepada kedua orang tua terutama kapada
seorang ibu bisa menghapuskan dosa-dosa seseorang sekalipun dosa yang dimilikinya
adalah dosa yang besar tentunya dengan izin Alloh Subhanahuwataala.
5.Birrul walidain merupakan jalan menuju Jannah.
Tentu semua orang sangat menginginkan untuk menjadi salah satu penghuni Surga atau
Jannah yang penuh dengan kenikmatan. Berbuat baik kepada kedua orang tua merupakan
salah satu sarana untuk seseorang yang ingin memasuki jannah. Dalam hal ini, ada hadist
yang disampaikan oleh imam Al Baihaqi yang artinya:
Dari Aisyah dia berkata, Rosululloh bersabda: Aku telah bermimpi berada di dalam
surga, maka aku mendengar seorang pembaca yang melantunkan bacaan. Akupun
bertanya siapakah dia? Maka malaikatpun menjawab dia adalah sahabat Haritsah bin an-
Numan . Maka Rosululloh menjawab itulah berbakti. Itulah berbakti. Dia adalah
sebaik-baik manusia yang berbakti kepada ibunya. (HR. al Baihaqi)
Di dalam riwayat yang lain disebutkan.
Dari Abu Hurairoh dia berkata, Rosululloh bersabda, Sungguh celaka, sungguh celaka,
Sungguh celaka. Dikatakan oleh Para sahabat siapakah mereka wahai Rosululloh .
Nabi menjawab, yaitu mereka yang mendapati salah satu atau kedua orang tuanya telah
berusia lanjut akan tetapi tidak memasukkan kedalam jannah. (HR. Muslim)
Dari hadits di atas jelas bahwa birrul walidain adalah sarana menuju jannah Alloh
subhanahuwataala yang penuh dengan kenikmatan. Untuk itu jangan sampai kita tunda
Lagi kesempatan ini. Jika orang tua kita masih ada, maka jangan sampai kita
menelantarkan mereka. Berbuatbaklah semampu yang kita bisa, senangkan mereka dan
jangna sampai menyinggung perasaan keduanya. Jika hari ini orang tua kita telah tiada,
maka kita pun masih bisa berbuat baik keapda mereka baik dengan senantiasa mendoakan
keduanya atau berupa sedekah yang pahalanya kita tujukan bagi mereka. Jika Anda
hendak bersedekah saat ini juga, silahkan kunjungi situsnya di: http://takrim-alquran.org
(salah satu tempat penyaluran sedekah untuk pembelian Al Quran yang akan disalurkan
ke pesantren-pesantren di seluruh indonesia). Jika Anda putuskan untuk ikut bersedekah
al Quran, keutamannya banyak sekali. (Baca : Keutaman Sedekah Al Quran).
Jika selama ini kita telah berbakti kepada kedua orang tua, maka bersyukurlah dengan
karunia yang telah Alloh berikan tersebut. Selanjutnya berusahalah istiqomah karena
memang ini bukan amalan yang mudah. Adapun jika selama ini kita tidak paham akan
keutamaan berbakti kepada orang tua, maka mulailah dari sekarang dan jangan ditunda
lagi. Inilah ladang kita meraup pahala sekaligus pintu kita masuk surga. Semoga kita
selalu dimudahkan dalam birul walidain atau berbakti kepada kedua orang tua kita.
Semoga artikel ini dapat memberikan manfaat baik bagi kami maupun bagi kaum
muslimin secara umum Wallohu alam bishowab. Terimaksih telah berkunjung.
SEJARAH SINGKAT KHULAFAUR RASYIDIN
Khulafaur Rasyidin adalah para kholifah yang arif bijaksana. Mereka adalah keempat
sahabat yang terpilih menjadi pemimpin kaum muslim setelah Nab Muhammad
Rasulullah saw. wafat. Keempat kholifah tersebut ialah:
1. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.;
2. Umar bin Kaththab ra.;
3. Utsman bin Affan ra.; dan
4. Ali bin Abi Thalib ra.
Keempat kholifah itu selain berhasil melanjutkan perjuangan Rasulullah saw.
menegakkan ajaran tauhid, juga sukses memperluas penyebaran dan mengharumkan
nama Islam. Berikut ini kami uraikan sekelumit riwayat hidup dan jasa keempat kholifah
tersebut.

A. Abu Bakar Ash-Shiddiq ra (11-13 H/632-634)

Nama aslinya adalah Abdul Kabah. Lalu Nabi Muhammad saw. mengganti namanya
dengan Abdullah. Lengkapnya Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Ia terlahir dari
pasangan Usman (Abu Quhafah) bin Amir dan Ummu Khoir Salma binti Sakhr, yang
berasal dari suku Taim, suku yang melahirkan tokoh-tokoh terhomat.

Sejak kecil ia terkenal sebagai anak yang baik. Perilakunya yang lemah-lembut, jujur, dan
sabar, membuatnya disenangi masyarakat. Karena sifat-sifatnya yang mulia itulah sejak
masa remajanya ia sudah bersahabat dengan Nabi Muhammad saw.
Ia dilahirkan dua tahun satu bulan setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. kemudian
terkenal dengan julukan Abu Bakar, sedangkan gelar Shiddiq diberikan oleh para sahabat,
karena ia sangat membenarkan Rosulullah saw. dalam segala hal. Ialah yang menemani
Nabi Muhammad saw. di gua Hira, dan yang pertama kali memeluk Islam dari kalangan
orang tua terhormat. Tentang Abu Bakar ra., Rasulullah saw. bersabda, Sungguh orang
yang paling dekat kepadaku persahabatan dan hartanya, ialah Abu Bakar. Andaikata aku
boleh memilih ternan di antara umnatku, rnaka akan kupilih Abu Bakar. Tetapi kecintaan
dan persaudaraan dalarn Islam cukup memadai. Tidak satu pun pintu dalarn rnasjid yang
terbuka kecuali pintu Abu Bakar. (HR. Bukhori) Sampai saat ini di masjid Madinah
masih ada sebuah pintu yang disebut pintu Abu Bakar ra. Yakni pintu yang selalu beliau
lalui semasa hidupnya jika masuk ke masjid melalui rumah beliau.

Todaklah mengherankan jika sewaktu Nabi saw sakit, ia dipercaya oleh para sahabat
menjadi Imam sholat. Juga pantaslah apabila kaum muslimin kemudian memilihnya
sebagai kholifah/pemimpin setelah Rosulullah saw. wafat.
Keagungan kepribadian Abu Bakar dapat disimak dari penggalan-penggalan pidatonya
ketika dilantik menjadi kholifah, antara lain beliau katakan, Saya bukan orang yang
terbaik di antara kalian, tetapi saya akan memelihara amanah yang telah kalian serahkan
kepada saya. Kalau saya mengikuti ajaran Allah SWT dan petunjuk Rasul-Nya, maka
ikutilah saya. Sebaliknya jika saya menyimpang, luruskanlah (koreksilah) saya.
Kebenaran adalah kejujuran, dan kebohongan adalah ketidakjujuran. Orang yang paling
kuat dalam pandangan saya, adalah orang-orang yang lemah di antara kalian oleh sebab
itu saya akan menjamin hak-hak mereka. Dan orang-orang yang paling lemah dalam
pandangan saya, adalah orang-orang yang kuat di antara kalian, dan saya akan
mengambil sebagian dari hak-hak mereka (zakatnya).

Program pertama yang dicanangkan Abu Bakar setelah ia menjadi kholifah, adalah
meredam pemberontakan, memerangi orang-orang yang membangkang tidak mau
membayar zakat, orang-orang murtad yang saat itu terjadi di mana-mana dan
menimbulkan kekacauan. Sepeninggal Muhammad Rosulullah saw., memang banyak
umat Islam yang kembali memeluk agamanya semula. Mereka merasa berhak berbuat
sekehendak hati. Bahkan lebih tragis lagi muncul orang-orang yang mengaku nabi, antara
lain Musallamah Al-Kadzdzab, Tulaiha Al-Asadi, dan Al Aswad Al Ansi.

Untuk meluruskan akidah orang-orang murtad tersebut, Abu Bakar mengirim sebelas
pasukan perang ke sebelas daerah tujuan, di antaranya pasukan Kholid b Walid
ditugaskan menundukan Thulaiha Al Asadi, Pasukan Amer bin Ash ditugaskan di
Qudhoah, Suwaid bin Muqrim ditugaskan ke Yaman, dan Kholid bin Said ditugaskan
Syam.
Program Abu Bakar selanjutnya, memproyekkan pengumpulan dan penulisan ayat-ayat
Al Qur-an. Progran ini dicanangkan atas usulan Umar bin Khoththob sedangkan
pelaksanaannya di percayakan kepada Zaid b Tsabit.

Pengumpulan dan penulisan ayat-ayat Al Qur-an itu dilakukan dengan pertimbangan:


1. Banyak sahabat yang hafal Al Qur-an gugur dalsm perang penumpasan orang-
orang murtad;
2. Ayat-ayat Al Qur-an yang ditulis pada kulit-kulit kurma, batu-batu dan kayu-kayu
sudah banyak yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan;
3. Penulisan ayat-ayat Al Qur-an dan membukukannya ini bertujuan agar dapat
dijadikan pedoman bagi umat Islam sepanjang zaman.

Semasa pemerintahannya, Abu Bakar juga berhasil memperluas daerah dakwah


Islamiyah, antara lain ke Irak yang ketika itu termasuk wilayah jajahan Kerajaan Persia,
dan ke Syam yang di bawah jajahan Romawi.
Setelah memerintah selama dua tahun, Abu Bakar berpulang ke Rahmatullah pada
tanggal 23 Jumadil Akhir 13H dalam usia 63 tahun dan dimakamkan dekat makam
Rasulullah saw. Beliau dikenal oleh para
sahabat sebagai kholifah yang sangat taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya serta berbudi
luhur.

B. Umar bin Khatthab (13-23 H/634-644 M)

Ia lebih muda tiga belas tahun dari Nabi Muhammad saw. Sejak kedl ia sudah terkenal
cerdas dan pemberani. Tidak pernah takut menyatakan kebenaran di hadapan siapapun.
Tidaklah mengherankan jika setelah Umar memeluk Islam, barisan kaum muslimin
ditakuti oleh orang kafir Quraisy. Ia yang sebelum memeluk Islam paling berani
menentang Islam, setelah memeluk Islam paling berani menghadapi musuh-musuh Islam.
Kemudian terkenalah Umar sebagai Singa Padang Pasir yang sangat disegani.

Umar memiliki kepribadian yang sangat kuat, dan tegas memperjuangkan kebenaran.
Oleh karena itu masyarakat menggelarinya Al Faruq, artinya yang dengan tegas
membedakan yang benar dan yang salah. Sedemikian gigih Umar dalam menegakkan
syariat Islam, sehingga Abdullah bin Masud mengatakan, Sejak Islamnya Umar
kami merasa mulia. (H.R. Bukhori)

Mengenai kualitas keimanannya, diungkapkan dalam sebuah hadits. Muhammad


Rosulullah saw. bersabda, Ketika sedang tidur, aku bermimpi melihat orang-orang
yang memakai gamis. Ada yang gamisnya menutupi dada dan ada pula yang kurang dari
itu. Lalu diperlihatkan kepadaku Umar bin Khoththob mengenakan gamis yang panjang
sehingga ia berjalan dengan menyeretnya. Seseorang bertanya, Ya Rosulullah,
apakah takwilnya? Nabi saw. menerangkan, Kualitas keimanannya. (HR. Bukhori
dan Muslim dari Abu Said Al Khudri ra.)

Dalam pidato pelantikannya, Umar menyampaikan, antara lain: Saya adalah seorang
pengikut Sunnah Rasul, bukan seorang yang berbuat bidah. Ketahuilah, bahwa kalian
berhak menuntut saya tentang tiga hal selain Kitab Allah dan Sunnah Nabi, yakni:
1. Mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang sebelum saya dalam masalah yang
telah kalian sepakati dan telah kalian tradisikan;
2. Membuat kebiasaan baru yang baik bagi ahli kebajik dalam masalah yang belum
kalian jadikan kebiasa dan
3. Mencegah saya bertindak atas kalian kecuali dalam hal hal yang kalian sendiri
penyebabnya.

Pada masa pemerintahan Khalifah Umar, wilayah Islam semakin meluas sampai ke
Mesir, Irak, Syam, dan negeri-negeri Persia lainnya. Umarlah yang pertama kali
membentuk badan kehakiman dan menyempurnakan pemerintahan. Juga meneruskan
usaha Abu Bakar dalam membukukan Al Qur-an.
Kholifah Umar wafat pada usia 63 tahun setelah memerintah selama sepuluh tahun enam
bulan. Ia wafat oleh tikaman pedang Abu Luluah, seorang budak milik Al-Mughiroh
bin Syubah saat sholat subuh. Ia diimakamkan di rumah Aisyah, dekat makam Abu
Bakar. Ia dikenang oleh umat Islam sebagai pahlawan yang sangat sederhana, sportif, dan
menyayangi rakyat kecil. Kata katanya yang sangat terkenal, Siapa yang melihat pada
diriku membelok, maka hendaklah ia meluruskannya.

Jasa-jasa Umar sewaktu menjadi Kholifah, antara lain :


1. Penetapan tahun Hijriyah sebagai tahun resmi;
2. Bea cukai sebagai pendapatan negara;
3. Tunjangan sosial bagi orang-orang miskin di kalangan Yahudi dan Kristen;
4. Pembangunan kota-kota dan saluran air untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyatnya;
5. Pemberian gaji bagi imam dan muazin;
6. Penghapusan perbudakan;
7. Pembangunan sekolah-sekolah;
8. Kodifikasi Al-Quran;
9. Tradisi sholat tarawih berjamaah;
C. Utsman bin Affan ra. (23-35 H/644-656 M)

Ia seorang saudagar kaya-raya, dan salah seorang penulis wahyu yang terkenal. Usianya
lima tahun lebih muda dari Nabi Muhammad saw. Sejak muda Utsman dikenal sebagai
seorang pendiam, dan memiliki budi pekerti yang terpuji. lalah yang membeli sumur
Roumah untuk dijadikan sumur umum. Sedemikian banyak amal kebajikannya, sehingga
masyarakat menggelarinya Ghoniyyun Syakir (orang kaya yang banyak bersyukur
kepada Allah SWT)

Abdurrohman bin Samuroh ra. mengungkapkan, Utsman bin Affan datang menemui
Rosulullah saw. dengan membawa uang sebanyak seribu dinar yang dibungkus
pakaiannya. Kala itu beliau sedang mempersiapkan usroh (Pasukan dalam Perang
Tabuk). Usai menerima sumbangan dari Ustman bin Affan ra. untuk jihad fisabilillah,
Rasulullah saw. bersabda, Tidak ada yang merugikan ibnu Affan atas apa yang
dilakukannya setelah hari ini. Beliau mengulangi ucapan tersebut beberapa kali. (HR.
Ahmad, dan Tirmidzi)

Sekalipun kaya-raya, Utsman tidak pernah menjaga jarak dengan masyarakat kelas
bawah, bahkan ia tidak segan-segann untuk turut serta berperang. Karena kebaikannya
itulah, ia dinikahkan dengan putri Nabi bernama Ruqoyyah. Setelah Ruqoiyah meninggal
dunia, ia dikawinkan dengan putri Nabi lagi bernama Ummu Kultsum. Oleh sebab itu
masyarakat menggelarinya Dzun Nurain (yang mempunyai dua cahaya)

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Khalifah Utsman ra., adalah mengganti gubernur-
gubernur negara taklukan Islam yang ingin memisahkan diri setelah Umar wafat.
Kemudian Ia memperbanyak naskah Al Qur-an yan sudah dibukukan menjadi tujuh
eksemplar yang antara lain dikirim ke Syam, Yaman, Bahrain, Basroh, dan Kufah.
Utsman wafat pada usia 82 tahun, setelah memerintah selama 12 tahun. Ia menemui ajal
saat membaca Al Quran oleh tikaman pedang Humron bin Sudan. Jasa Utsman terbesar
adalah memelihara Al Qur-an sebagaimana yang tersebar sekarang ini.

D. Ali bin Abu Tholib ra. (35-40 H/656-661 M)

Ia adalah putra Abu Tholib, paman Nabi Muhammad saw. Sebagai sepupu yang usianya
32 tahun lebih muda, memungkinkan Ali diasuh langsung oleh Nabi Muhammad saw.
Tidaklah megherankan jika dari golongan anak-anak yang pertama memeluk Islam adalah
Ali. Pantaslah jika pengetahuan Ali tentang Islam sangat luas, dan sangat teguh
memegang ajaran Islam.

Sejak masa pemerintahan Khalifah Ali inilah, Islam mulai mengalami kemunduran.
Bermula dari banyaknya pihak yang menuntut dendam atas terbunuhnya Utsman bin
Affan ra., terutama dari golongan Bani Umaiyyah dari kelompok Aisyah ra., janda
Nabi Muhammad saw. Suasana tersebut semakin memanas dengan adanya kebijaksanaan
Khalifah Ali mengganti sebagian besar pejabat pemerintah yang telah diangkat oleh
Utsman.
Setelah usaha menenangkan banyak golongan yang menuntut balas atas kematian Utsman
dengan jalan damai tidak berhasil, maka ditempuhlah dengan peperangan. Pertama
terjadilah Perang Waqatul Jamali (penamaan tersebut karena Aisyah bersama
pasukannya mengendarai unta) atau peperangan unta. Kedua, Perang Shiffin atau
peperangan unta antara pasukan Khalifah Ali dan pasukan Aisyah. Perang saudara ini
terjadi pada tahun 36 H/657 M, akibat hasutan Abdullah bin Saba. Perang ini
dimenangkan oleh pasukan Ali. Setelah diberi penjelasan tentang duduk perkara yang
sebenarnya, Aisyah dikembalikan

Anda mungkin juga menyukai