Anda di halaman 1dari 20

KISAH ABU LAHAB

Nama sebenarnya dari Abu Lahab adalah Abdul Uzza ibn Abdul
Muthalib ibn Hisyam ibn Abd Manaf. Jadi ia sendiri adalah anak dari Abdul
Muthalib yang juga merupakan salah satu tokoh Quraisy.

Nama Uzza sendiri merupakan salah satu dari nama berhala yang
disembah kaum Jahiliyah waktu itu. Selain itu ada juga Latta yang sering
disebut-sebut oleh mereka saar bersumpah.

Adapun pemberian lakab Abu Jahal karena diambil dari ciri fisiknya
yang mana wajahnya terlihat sangat putih. Namun, terkadang juga ia
dipanggil dengan sebutan Abu Utbah, yang mana sesuai dengan nama
dari salah satu putranya.

Dalam sejaranya, Abu Lahab merupakan salah satu dari 10 anak


Abdul Muthalib yang diidam-idamkan saat melaksanakan tugas menggali
ulang sumur sumber air zam-zam yang saat itu bersama dengan putranya.
Adapun ibunya, bernama Lubna bint Hajir ibn Abdul Manaf ibn Khathir.

Dari banyak riwayat yang menceritakan tentangnya, ia dikenal sebagai


orang yang bengis dan kasar. Hatinya keras dan sangat mudah marah.
Pada ciri tubuhnya juga diketahui memiliki tubuh yang tinggi dan tegap
serta bersuara nyaring. Dalam berbagai kisah juga diketahui bahwa ia
sering kali melakukan tindakan yang buruk pada Rasulullah saw, baik itu.

1
Berita kelahiran Muhammad

Pagi itu bulan Rabiul Awal. Saat fajar baru saja menyingsing. Tak
seperti hari-hari biasanya, Abu Lahab bangun agak pagi. Udara segar pagi
hari yang berbaur dengan aroma wangi waktu itu membuatnya terbangun
dan berusaha mencari dari mana sumber keharuman tersebut. Ternyata,
dari budak perempuannya, Tsuwaibah.

Tak lama berselang, Tsuwaibah yang tak sabar memberikan berita


gembira pada majikannya langsung berkata, Tuan Abu Lahab, hari ini
Nyonya Aminah telah melahirkan putranya. Bocah yang tampan, yang
cahayanya menerangi sekitar.

Karena ucapan sang budak tersebut, membuat majikannya, Abu


Lahab, teramat senang. Dan karena tak mampu membendung rasa suka
citanya tersebut maka seketika ia berkata pada Tsuwaibah, Wahai
Tsuwaibah, pergilah engkau. Mulai saat ini kamu merdeka.

Sungguh keadaan yang berbeda dari apa yang diancamkan dalam


surat al Lahab karena di moment ini ia menunjukkan kecintaannya yang
mendalam pada calon Rasul Allah, Muhammad. Tapi, sayang seribu
sayang, keadaan ini hanya berlangsung sampai ia mendengar ajakan
Rasulullah untuk meninggalkan penyembahan berhala.

Tak mengira kejadian tersebut, Tsuwaibah lantas terheran-heran, tak


menyangka majikannya yang terkenal kejam berbuat baik kepadanya.
Hingga akhirnya, mulai saat itu ia pun menjadi orang yang merdeka
layaknya orang lain. Ya, berkat lahirnya manusia Agung, Muhammad saw.

Kebiasaan menyembah berhala dan menenggak khamer.


Sebagaimana pemuda Makkah lainnya, Abu lahab juga banyak
bermain dan menikmati masa mudanya. Tapi walau begitu, ia juga orang
yang taat beribadah pada tuhan berhalanya.

Ia kerap kali merawat tuhannya yang tuli dan tidak bisa berbuat apa-
apa tersebut, mulai dari ujung kepala dan kaki berhala Latta dan Uzza ia
bersihkan dengan teliti sebagai bentuk penghormatan anggapannya.

2
Terkadang pula, setelah merawt tuhannya yang hina tersebut, Abu
Lahab pergi ke padang pasir untuk berburu binatang buas. Ia akan merasa
sangat senang kalau bisa membawa hasil tangkapannya pulang.

Dan di sore hari, seperti kebiasaan pemuda Makkah kala itu, ia


berkunjung ke kedai kaki lima untuk bercengkrama bersama teman-
temannya, sembari menenggak khamar untuk memuaskan nafsunya yang
ia anggap bukan sebagai perbuatan buruk. Walu begitu, ayahnya, Abdul
muthalib sering kali mengingatkannya untuk menghentikan kebiasaan
buruknya tersebut. Tapi karena karakter Abu Jahal yang senang dengan
kehidupan bebas membuatnya tak mau meninggalkan kebiasaan tersebut.
Hingga akhirnya ayahnya membiarkan perbuatannya.

Walau dikenal sebagai orang yang keras dan suka kehidupan bebas,
sikap kesetiaan dan penyembahannya pada berhala tak pernah redup
sedikit pun. Bahkan, setelah menikah dengan Ummu Jamil bertambah
kuatlah sikap fanatiknya pada berhala.

Singkat cerita, setelah beberapa lama mengarungi bahtera rumah


tangga, akhirnya Abu Jahal dikaruniai dua putra, yakni Mutab dan Utbah,
yang kemudian tumbuh pula menjadi remaja. Dan dikeluarga lain,
keponakannya, Muhammad yang dulu dielu-elukan kelahirannya juga
sudah berkeluarga dan melahirkan anak perempuan dari pernikahannya
dengan Khadijah ra. Anak beliau, Ruqayyah dan Ummu Kaltsum, juga
sudah tumbuh menjadi dewasa.

Dan karena menurut Abu Lahab, Muhammad adalah seorang


teladan, sedang istrinya Khadijah sebagai seorang wanita terhormat yang
kaya, hingga akhirnya ia memutuskan untuk melamar dua putri Muhammad
sekaligus untuk dua anak laki-lakinya tadi. Dan kebetulan, Muhammad tak
keberatan sehingga terjadilah perkawinan tersebut yang mana semakin
mengakbrabkan hubungan antara Nabi Muhammda dan Abu Lahab, yakni
selain sebagai keponakan juga sebagai besan.

(dalam Thabaqat ibn Sad, jilid X, halaman 36-38 disebutkan bahwa


hubungan antara Anak Abu Lahab dan Nabi bukanlah pernikahan tapi
hanya sekedar pertunangan semata. Dan juga, Utbah dan Mutab tak
sejahat ayahnya, bahkan keduanya masuk Islam dan ikut dalam perang
Hunain membela Islam)

3
Awal mula permusuhan Abu Jahal kepada Muhammad.

Setelah Muhammad diangkat sebagai Rasul Allah swt. yang mana


dalam hal ini Jibril as. yang menjadi perantara pengembanan tugas berat
tersebut. Beliau ditugaskan untuk menyeru pada umat sekalian agar masuk
Islam dan menghentikan penyembahan pada berhala dan segala yang
mempersekutukan Allah swt.

Namun, karena merasa beratnya tugas yang diberikan kepada Nabi,


lantas beliau berpikir keras bagaimana cara menyampaikan amanah
tersebut pada kaumnya yang sudah sejak lama mejadikan berhala sebagai
tuhan mereka. Dan karena itu, Nabi akhirnya lama tidak keluar dari
rumahnya.

Heran dengan kebiasaan baru Nabi, Shafiyyah yang juga anak dari
Abdul Muthalib yang merupakan bibi Rasulullah akhirnya mendatanginya
dan menanyakan prihal keadaannya. Dan saat ditanya, Nabi pun berkata:
Tidak apa-apa . Aku hanya diberi perintah oleh Allah untuk memberi
peringatan kepada kerabat dekatku.

Dalam cerita Abu Lahab ini disebutkan, lantas Shafiyyah berkata,


Sampaikan pada kerabatmu apa yang dipertintahkan Tuhan kepadamu.
Tetapi jangan sampaikan kepada Abu Lahab. Sebab, alih-alih
mengindahkanmu, ia malah akan mendustakanmu.

Akhirnya, para kerabat Nabi saw. pun diundang. Waktu itu, sekitar 45
orang yang datang, termasuk di dalamnya Abu Lahab. Dan sebagai
strategi, Rasulullah waktu itu menyiapkan jamuan makan. Dan barulah
setelah semua selesai menyantap makanannya, Rasulullah kemudian
menyampaikan maksudnya yang intinya memberitahukan bahwa ia telah
diutus oleh Allah untuk menjadi Nabi dan Rasul dan juga menyampaikan
bahwa kelak manusia akan dibangkitkan dan dihisab amalnya.

Setelah mengutarakan maksud beliau, lantas pamanya, Abu Thalib


berkata, Laksanakanlah apa yang Allah perintahkan kepadamu. Aku akan
selalu mendukung dan menjagamu. Akan tetapi, aku tidak bisa
meninggalkan agama Abdul Muthalib. Ali pun berucap, Aku akan selalu
membantumu. Aku akan memerangi siapa saja yang memerangimu.

4
Namun, dalam kisah Abu Lahab ini, bagaimana sikap yang diambil
oleh paman Nabi tersebut? Apakah langsung menerima ajakan Nabi?
Ternyata, seperti dugaan Shafiyyah sebelumnya. Walau ia belum
menunjukkan kemarahannya, ia sudah terang-terangan mengaku tidak
percaya dan menolak ajakan Rasulullah.

Di suatu pagi yang mengejutkan


Waktu itu masih pagi, dalam cerita abu Lahab ini, Muhammad yang
sudah resmi diangkat sebagai Rasul naik ke atas bukit Shafa, kemudian
berkata, Wahai sekalian kamu Quraisy!

Karena begitu besarnya suara Nabi waktu itu, maka orang-orang


yang sedang tawaf atau pun sai di Masjidil Haram mendengar suaranya
dan menengok ke arahnya. Mereka yang ada di sana waktu itu telah
mengenal baik sikap bijaksana Muhammad, terutama saat peristiwa
pemindahan Hajar Aswad yang berakhir dengan kedamaian.

Tak lama kemudian, orang-orang mulai berkumpul karena


mendengar seruan beliau. Dan barulah Rasulullah saw. bersabda, Wahai
kaum Quraisy, percayakah kalian jika kukatakan bahwa di bawah bukit ini
ada unta? Mereka menjawab, Ya, Muhammad, karena kami belum
pernah mendengarmu berbohong.

Nabi lantas melanjutkan seruannya, Sesungguhnya aku ingin


memberi peringatan kepada kalian, Wahai Bani Abdul Muthalib, dst.
bahwa Allah memerintakanku untuk mengajak kalian bersaksi: Tiada
Tuhan selain Allah.

Tiba-tiba suara kecil yang riuh terdengar di kerumunan orang


tersebut karena mereka semua saling berbicara dengan suara kecil,
sebagian menerima dan sebagian lagi mengingkari. Akan tetapi, tiba-tiba
suara mereka langsung terhenti ketika mendengar suara dari Abu Lahab
yang berkata, Celakalah engkau, wahai Muhammad. (hanya) untuk inikah
engkau mengumpulkan kami?

Sejak saat itulah, permusuhan yang digaungkan oleh kaum Quraisy


terhadap Rasulullah dimulai. Dan jadilah hubungan antara Abu Lahab
selaku paman, dengan Nabi selaku keponakannya yang dulu membuatnya
begitu bergembira mengetahui kelahirannya, menjadi terpisah jauh
dikarenakan keimanan yang sudah berbeda, yakni Musyrik dan Muslim.
5
Ditambah lagi, istri si pembangkang tersebut, Ummu Jamil, sebagaimana
disebutkan dalam Surat Al-Lahab, juga ikut membantunya.

Hari demi hari pun berlalu. Sikap Abu Jahal, istrinya, dan Abu Sufyan
tak hentinya menyakiti Rasulullah, mulai dari mencaci maki hingga
melemparkan kotoran di jalan yang dilewati Rasulullah saw. Bahkan ketika
mereka tau Allah swt. menurunkan ayat ancaman bahwa mereka akan
dimasukkan ke dalam neraka, terutama pada Ummu Jamil, dendamnya
pun semakin menjadi-jadi. Ummu Jamil bahkan sampai memerintahkan
kedua anaknya untuk menjauhi putri Muhammad yang telah menjadi
tunangannya.

Nasib Abu Lahab setelah perang badar

Tak lama berselang, setelah Rasulullah hijrah ke Yastrib (sekarang


Madinah), terjadilah perang Badar. Namun, Abu Lahab sendiri, waktu itu ia
tak bisa ikut perang melawan kaum Muslimin, bisa jadi karena fisiknya
tidak kuat, atau mungkin mengkhawatirkan keselamatan dirinya.

Karena ia memilih tinggal di Makkah bukan berarti ia tidak berbuat


apa-apa. Ia lantas mengutus Al-Ash ibn Hisyam untuk mewakilinya. Abu
Lahab yang sangat menginginkan keberhasilannya menyediakan kuda
terbaik untuknya dan juga perlengkapan perang lainnya, termasuk pedang
dan perbekalan. Dan apa yang dilakukannya ini diabadikan dalam salah
satu ayat Al-Quran, yakni pada surah Al-Anfal: 36.

Alhasil, perang Badar dimenangkan oleh umat Muslim. Berkat


pertolongan Allah, orang-orang kafir akhirnya pulang dengan kegagalan.

Lalu apa yang terjadi dengan Abu Lahab setelah mendengar


kekalahan kaumnya tersebut? Sikap pemarahnya membuatnya geram. Ia
bahkan tampak sangat sedih dengan kekalahan telat tersebut. Belum lagi
banyak dari pasukan kafir Quraisy yang terbunuh dan terluka, di antaranya
Aqabah ibn Abi Muith dan Umayyah ibn Khalaf. Selain itu, sebagian lagi
banyak yang ditawan dan tak akan dilepaskan hingga mereka membayar
fidyah sebagai gantinya. Semua keadaan tersebut menunjukkan betapa
semakin kuatnya kaum Muslimin waktu itu, sedangkan kaum kafir Quraisy
merasa diinjak-injak dengan kekalahan tersebut. Itulah mengapa dalam
cerita abu Lahab ini, ia merasa sangat sedih.

6
Kesedihan dan amarah Abu Lahab teramat dalam atas peristiwa
kekalahan dalam Perang Badar tersebut. Taka da suasana yang dapat
menenangkan hatinya dari penderitaan tersebut. Amarah tersebut terus ia
pendam dalam hatinya.

Lama-kelamaan, penyakit hati Abu Lahab berbuah penyakit fisik yang


parah. Tubuhnya ditumbuhi banyak bisul. Ia bahkan tak bisa bangun dari
tidurnya akibat penyakit yang dideritanya. Dan karena keadaan tersebut,
kedua anak dan orang-orang yang sebelumnya mendukungnya menjadi
menjauhinya karena takut ketularan.

Hari demi hari berlalu, penyakit Abu Lahab tak kunjung sembuh,
bahkan semakin parah. Mengapa tidak? Tak ada seorang pun yang mau
mengobatinya. Jangankan mengobati, mendekatinya saja mereka tidak
mau. Tak lama kemudian, tubuhnya semakin kurus, napasnya tak lagi
sempurna. Akhirnya, musah Allah tersebut meninggal sebelum sempat
menyadari perbuatannya.

Sungguh tragis kisah Abu Jahal ini. Karena Utbah dan Mutab tak
berani mendekatinya, mereka pun membiarkan jasadnya membusuk
hingga tiga hari di pembaringan terakhirnya di rumah. Bahkan ketika
dimandikan, anakanya hanya mengguyurnya dengan air dari kejauhan.
Sungguh, janji Allah swt. dalam surat Al Lahab sudah terlihat walau ia
belum masuk neraka.

Adapun, ketika ia hendak dimakamkan, karena anaknya tak bisa


menggali kubur, akhirnya jasad Abu Lahab dikubur dengan cara dilempari
batu hingga tertimbun.

Itulah akhir kisah Abu Lahab. Janji Allah swt. dalam surat Al Lahab
kini menantinya. Dan sebelum hari yang ditunggu tiba ia juga akan
merasakan beratnya siksa kubur. Nauzu billah min dzalik!

7
KISAH ABU JAHAL

Nama asli Abu Jahal adalah Al-Hakam ibn Hisyam atau yang dikenal
juga dengan Firaun Makkah. Orang Mekah umumnya mengenal pribadinya
sebagai orang yang berwatak keras. Dari raut wajahnya terlihat jelas
bahwa ia memeiliki hati yang keras dan pendendam. Bukan hanya itu,
wajahnya tampak kelam seakan penyakit hati dalam dirinya tak pernah
sembuh. Orang yang bertemu dengannya pasti akan merasa takut dan
miris, karena selain kedudukannya di kalangan kaum kafir Quraisy, juga
karena wataknya yang galak dan berperangai buruk. Bahkan dari
kemampuan face reader saja sudah bisa diketahui bahwa pandangan
matanya yang tajam tampak menakutkan bagi kebanyakan orang. Ia juga
sering mengeluarkan kata-kata yang menyakiti hati orang lain. Pokoknya,
siapa saja yang telah mengenal perangainya pasti akan berusaha
menjauhinya, kecuali para sahabatnya yang berwatak sama.

nilah kisah dari manusia yang juga dijuluki Firaum Mekah, walah
badannya tampak tak terlalu tegap dan gagah, tapi sifatnya yang keras
membuat banyak orang takut padanya. Tapi walau demikian, karena
prilakunya yang buruk terhadap Islam, Nabi dan Sahabatnya sehingga ia
harus berakhir di tangan 2 anak muda yang gagah berani dalam perang
badar. Berikut alur singkat kehidupan si durjana ini:

Perlakuannya Al-Hakam ibn Hisyam pada Rasulullah saw.

Dalam hati Abu Jahal sebenarnya punya impian untuk menjadi


pemuka bagi kaum Quraisy. Ia berharap bahwa suatu hari nanti bisa jadi
pemimpin bagi kaumnya dan juga pemimpin kota Makkah. Tapi angan-
angannya hanyalah impian semata karena Allah swt. tidak pernah merhidai
iitu, bahkan hingga ajal menjemputnya pada perang Badar ia dihinakan
oleh Allah swt.

Ketika Muhammad putra Abdullah mendapat tugas mulia untuk


menjadi Nabi dan Rasul Allah swt. dan mengumumkan dakwahnya pada
masyarakat Mekah kala itu, Abu Jahal yang dikenal dengan wataknya yang

8
pendengki merasa bahwa impiannya untuk menjadi orang nomor satu di
kalangan kaum Quraisy semakin jauh dari kenyataan. Kini,

ia merasa bahwa kepempinan atas kota suci tidak akan jatuh ke


tangannya, apalagi saat itu banyak sekali anggota keluarganya yang
mempercayai ajaran Muhammad dan memutuskan untuk memeluk Islam
sebagai agama mereka yang baru, yang penuh dengan kebenaran dan
kasih sayang. Dan mulai pada saat itu, sakit hatinya semakin menjadi-jadi
setiap kali mengetahui kabar tentang keislaman penduduk Mekah.

Dikarenakan situasi tersebut, dalam kisah Abu Jahal ini, diketahui


bahwa ia kemudian memutuskan untuk bergabung dengan pasukan kafir,
yakni kaum Quraisy yang bersepakat menghentikan dakwah Muhammad
saw. yang mereka anggap mengancam eksistensi Tuhan mereka.
Semenjak itu, Abu Jahal tanpa hentinya melakukan berbagai usaha dan
upaya untuk menyakiti dan mencelakakan Muhammad beserta para
pengikutnya. Di tambah lagi dengan kebiasaannya minum arak,
sebagaimana kebiasaan yang banyak dilakukan pemuda Mekah kala itu,
membuat hati dan pikirannya dipenuhi dengan kebencian.

Peran Abu Jahal terhadap penyiksaan budak-budak yang masuk


Islam.

Semenjak diproklamirkannya kerasulan Muhammad saw., suasana


kota Mekah menjadi panas, di sana-sini terjadi penyiksaan, terutama pada
kaum budak yang tidak memiliki kuasa atas dirinya sendiri dan penolong
yang dapat membelanya.

Penduduk Mekah kala itu menyaksikan dengan jelas bagaimana para


pemimpin mereka melakukan penyiksaan dan penindasan terhadap
pengikut nabi Muhammad saw. Cuma satu tujuan mereka, yakni memaksa
agar setiap orang yang telah murtad dari agama nenek moyang mereka,
yakni menyembah berhala terkutuk, kembali dan meninggalkan agama
9
Muhammad yang mereka anggap memecah-belah persaudaraan di antara
mereka dan mengancam kedudukan mereka, ya karena ajaran Islam
mengajarkan kesetaraan dan yang membedakan hanya Taqwa kita kepada
Allah swt.

Salah satu kisah dari keluarga budak yang tak luput dari siksa
majikannya adalah kelurga budak yang terdiri dari Yasir ibn Amir dari
Yaman, dan istrinya Samiyyah bint Khayyath dan juga anaknya Ammar bin
Yasir, mereka merupakan budak dari keluarga Bani Makhzum. Karena
keputusan mereka memeluk Islam sebagai agama baru mereka, hingga
akhirnya mendapat penyiksaan dari para pemuka Quraisy, termasuk di
dalamnya Abu Jahal.

Dalam kisah dari Profil Abu Jahal ini dikisahkan bahwa pada suatu
hari Abu Jahal mengunjungi tempat keluarga Makhzum yang mana di
tempat itu dilakukan penyiksaan terhadap Yasir dan keluarganya. Abu
Jahal terlihat senang sekali melihat meraka kesakitan sambil terbelunggu
oleh rantai besi yang berat. Tubuh dari masing-masing budak itu terlihat
lemas tak berdaya akibat beratnya siksa yang mereka derita. Di samping
itu, majikannya juga sering memberikan siksaan yang tak manusiawi pada
mereka, mereka bahkan sering dijemur di bawah terik panas matahri yang
memanggang kulit. Terkadang pula mereka disiksa dengan diberi
lempengan besi yang sangat panas di tubuh mereka sehingga tampak kulit
mereka melepuh dan mengelupas.

Lalu apa yang bisa dilakukan oleh keluarga Yasir terhadap


penyiksaan tersebut? Mereka tak bisa berbuat apa-apa karena status
mereka sebagai budak yang tak mempunyai kuasa atas diri mereka
sendiri. Bahkan Rasulullah saw. sewaktu melihat mereka disiksa tak bisa
berbuat apa-apa (karena dalam aturan Jahiliyyah waktu itu sama sekali tak
memungkinkan beliau melakukan tindakan apa-apa, selain karena jumlah
umat Islam waktu itu masih sangat sedikit). Rasulullah saw. pun kala
melihat keadaan pengikutnya tersebut memberikan kabar gembira berupa
surga dengan bersabda, Bersabarlah, wahai keluarga Yasir. Tempat
kembali kalian adalah surga!

Walau penyiksaan demi penyiksaan dilakukan oleh Abu Jahal dan


keluarga Makhzum, tapi tetap saja keluarga Yasir tak bergeming sedikit
pun untuk meninggalkan agama Muhammad. Hingga suatu ketika, ketika
Abu Jahal berkata pada Samiyyah, istri Yasir, yang ketika itu sedang

10
dipanggang di bawah terik panas matahari, di atas pasir yang panas,
dengan kalimat Kafirlah dari agama Muhammad. Hinalah dan
campakkanlah Muhammad.! Abu jalah berjanji bahwa jika ia kembali pada
agama lamanya ia akan dibebaskan.

Namun apa yang terjadi.? Sikap Samiyyah semakin kukuh dalam


keislamannya. Ia sama sekali tak tertarik dengan tawaran tersebut. Bahkan
di tengah rintihannya tersebut ia masih bisa berucap dengan tegas bahwa
Tidak. aku tidak akan kafir dari agama Muhammad. Ia adalah Nabi yang
diutus Tuhan.!

Jawaban Samiyyah tersebut seperti tamparan bagi Abu Jahal.


Ternyata penyiksaan yang ia lakukan selama ini tak ada hasilnya.
Samiyyah bahkan semakin keras menolak ancamannya. Hingga pada
akhirnya Abu Jahal kehilangan kendali, amarahnya memuncak, sehingga
akhirnya ia tusukkan tombaknya (dalam keterangan lain disebutkan
belatinya) pada perut wanita suci tersebut. Akhinya, darah suci pertama,
yang disebut sebagai syahid pertama dalam Islam, tumpah membasahi
pasir bumi Mekah.

Selanjutnya, kejadian demi kejadian terus terjadi. Sikap Abu Jahal


yang memusuhi Islam kian menjadi-jadi. Sepertinya, kebenciannya tak
akan sirna hingga ajalnya menjemput.

Berbagai usaha dilakukan oleh Abu Jahal agar orang-orang mau


membenci Muhammad dan juga pada pengikut-pengikutnya. Ia sungguh
ingin melihat Islam padam di bumi Mekah. Setiap mendengar kabar
tentang kesilaman seseorang ia selau melakukan berbagai usaha untuk
mengajak orang tersebut kembali pada agamanya, mulai dari
membujuknya dengan harta, hingga mengancam dan menyiksa.

Pada suatu hari

Abu Jahal juga punya kebiasaan ngumpul dan duduk bersama


sahabat-sahabatnya yang sefaham dengannya. Dari pertemuan-pertemuan
semacam itu, mereka merencanakan berbagai siasat untuk melemahkan
Islam dan pngikutnya.

Suatu ketika, Abu Jahal dan kawan-kawannya tengah membicarakan


strategi untuk menyakiti Muhammad. Dan kebetulan, waktu itu mereka
sedang melihat Nabi berjalan menuju Kabah, tempat dimana mereka
11
sedang duduk waktu itu. Dengan wajah yang ceria beliau berjalan, dan
ketika telah dekat, Abu Jahal pun bangkit dari duduknya dan berkata
dengan nada sinis, Apakah kalian pernah melihat Muhammad bersujud
menundukkan kepalanya?

Kawan-kawannya dengan karakter yang kurang lebih sama lantas


menjawab, Benar! Kami biasa melihatnya sujud dan mengatakan bahwa ia
sedang salat kepada Tuhannya. Tuhan Yang ESA.

Lantas Abu Jahal berkata dengan nada membanggakan diri, Demi


Latta dan Uzza, jika aku melihatnya bersujud, aku akan tendang
bokongnya, dan akan kulumuri dengan tanah wajahnya, tanah Makkah.

Singkat cerita, Rasulullah saw. pun tiba di Masjidil Haram lalu salat.
Dan karena telah bersumpah sebelumnya, maka Abu Jahal pun bangkit
agar bisa mewujudkan janjinya tersebut, yakni melakukan seperti apa yang
ia katakan sebelumnya. Namun, apa yang terjadi? Ia sama sekali tidak bisa
melancarkan rencananya. Jangankan melakukan seperti apa yang ia
katakan, menghampiri Nabi saja tidak, karena ia seakan dihalangi oleh
dinding yang kuat. Dan tak lama berselang, Allah swt. pun menurunkan
ayat kepada Rasul-Nya:

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas,


karena ia melihat dirinya serba cukup. Sesungguhnya hanya kepada
Tuhanmulah kembali(mu). (Al-Alaq: 6-8)

Di hari yang lain, Abu Jahal kembali melakukan hal yang sama.
Setelah Rasulullah saw. salat, Abu Jahal memandangi Nabi dengan
pandangan sinis. Ia lalu mendekatinya dan berkata dengan suara yang
menandakan bahwa ia sangat benci dengan utusan Tuhan tersebut,
Wahai Muhammad, aku melarangmu salat dan jangan pernah mendekati
tempat ini (Masjidil Haram dan Kabah). Jika kau bersikeras, maka lihatlah
apa yang akan kulakukan kepadamu.

Namun, waktu itu, Rasulullah sama sekali tidak menghiraukannya


dan pergi menjauhinya. Dan belum lama setelah itu Allah pun menurunkan
ayat mengenai sikap Abu Jahal tersebut:

Bagaimana pendapatmu jika orang yang melarang itu berada di atas


kebenaran atau ia menyuruh bertakwa (kepada Allah)? Bagaimana
pendapatmu jika orang yang melarang itu mendustakan dan berpaling?
12
Tidaklah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat segala
perbuatannya? Ketahuilah, sesungguhnya jika ia tidak berhenti (berbuat
demikian), nisacaya Kami tarik ubun-ubunnya, (yaitu) ubun-ubun orang
yang mendustakan lagi durhaka. (QS. Al-Alaq: 9-16)

Di hari yang lain lagi Abu Jahal kembali ingin menghentikan rutinitas
Nabi melakukan salat. Namun, setiap kali mau mendekati beliau ia melihat
seekor unta yang sangat besar menghalanginya. Dan bersamaan dengan
ini juga turun surah Al-Alaq ayat 17-19.

Kisahnya dengan Abdul Muththalib.

Suatu hari, ketika Hamzah bin Abdul Muththalib pulang dari berburu.
Seperti biasa, sebelumnya ia singgah di kabah untuk berdoa kepada
tuhan-tuhannya. Waktu itu ia belum masuk Islam. Akan tetapi saat baru
saja masuk di Masjidil Haram datang seorang wanita dan berkata
kepadanya, Wahai Abu Imarah, seandainya kau melihat apa yang dialami
oleh putra saudaramu, Muhammad, dan mendengar penhinaan yang
dilontarkan Abu Jahal kepadanya, entah apa yang akan kau perbuat
kepadanya.

Kemudian wanita itu menceritakan apa yang dilkukan Abu Jahal


kepada Muhammad. Dan tak lama setelah itu, Hamzah bin Abdul
Muththalib bergegas menemui Abu Jahal dalam keadaan marah. Dan
tanpa berkata-kata ia langsung menarik baju Abu Jahal lalu
membantingnya ke tanah dan memukul kepalanya dengan sangat keras.
Dan karena tak terima, para pengikutnya berniat membalas perlakukan
Hamzah tersebut, tapi dilarang oleh Abu Jahal karena ia tak mau keluarga
Makhzum bermusuhan dengan keluarga Hasyim. Dan sejak itulah,
kebencian dari Abu Jahal kepada Muhammad menjadikan Hamzah
memeluk Islam dan menjadi muslim yang sangat taat.

Abu Jahal dan si Pedagang Asing.

Pernah juga seorang pedangan unta dari Irak melakukan transaksi


dengan Abu Jahal. Perjanjiannya, setelah beberapa hari, Unta yang dibeli
oleh Abu Jahal darinya akan dibayar. Namun, setelah beberapa hari Abu
Jahal tak kunjung membayarnya. Setiap kali ingin ditemui, ia tak pernah
muncul entah kemana. Sehingga akhirnya, karena tak bisa lagi berbuat

13
apa-apa, ia mendatangi para pemuka Mekkah yang tengah berkumpul di
Kabah guna menceritakan masalahnya.

Singkat cerita, karena para pemuka tersebut menyadari kesalahan


yang dilakukan Abu Jahal, sembari mereka merasa seakan-akan
mendapat kesempatan emas untuk meruncingkan permusushan antara
Abu Jahal dan Muhammad, maka pada akhirnya mereka pun meminta
pedagang tersebut menemui Muhammad untuk menagihkan utangnya.
Mereka berpikir bahwa beliau tak akan sanggup melakukannya karena tak
punya pengaruh untuk menekan Abu Jahal. Namun apa yang terjadi? Baru
mendengar kedatangan Nabi di depan pintunya, Abu Jahal langsung
merasa gemetaran. Ia terkejut saat melihat nabi berdiri di depannya.
Mukanya tampak sangat pucat. Dan ketika Rasulullah bertaka dengan
tegas, Berikan hak laki-laki ini sekarang juga! ia tak mampu mengelak
dan segera mengambil uang untuk membayar utangnya.

Dan karena pedangan tersebut meceritakan kejadiannya pada para


pemuka Mekah yang sebelumnya memintanya untuk minta bantuan pada
Nabi, para pemuka tersebut merasa heran dan berusaha menanyakan
kepada Abu Jahal mengapa hal tersebut bisa terjadi. Dan Abu Jahal pun
berkata bahwa ia melakukan hal tersebut karena dirinya diliputi rasa takut,
karena ketika Nabi berdiri di depan pintu rumahnya ia melihat binatang
buas yang siap menerkamnya dengan mulut menganga. Tapi apakah ia
sadar setelah itu? Sama sekali tidak, ia malah semakin memusihi Islam.

Rencananya membunuh Nabi Muhammad saw.

Abu Jahal dan juga para pengikutnya tak pernah merasa tenang
selama Islam masih terus tumbuh di tanah leluhur mereka. Di samping itu,
mereka juga sangat benci pada penduduk Yastrib (sekarang Madinah)
karena banyak dari mereka menyatakan sumpah setia kepada Nabi untuk
mendukung dakwahnya dan menjaganya dari segala bencana.

Karena merasa sangat khawatir, dikarenakan banyak kesatria dan


pemuka Mekah yang beralih mendukung Muhammad karena telah beralih
memeluk agams Islam, kaum kafir Quraisy pun akhirnya melakukan
pertemuan untuk membahas masalah ini. Singkat cerita, dalam profil Abu
Jahal ini, diputuskanlah untuk membunuh Muhammad. Dan agar tak ada
orang yang menuntut kematiannya, khususnya keluarga Hasyim, maka

14
setiap kabilah yang bersekongkol mengirimkan seorang pemuda untuk
membunuh Muhammad.

Namun, sayang seribu sayang, karena tak ada yang luput dari
pengawasan Allah swt. akhirnya rencana busuk mereka diketahui oleh
Nabi yang mana disampaikan oleh Jibril. Untuk itu, beliau dipertintahkan
untuk hijrah ke Yastrib yang mana waktuitu ditemani oleh sahabatnya
tercinta, yakni Abu Bakr. Hingga akhrinya rencara Abu Jahal tesebut lagi-
lagi gagal dan berujung kekesalan.

Akhirnya perang Badar pun terjadi!

Seperti halnya dalam film perang, dalam kisah perang badar ini, saat
dua pasukan saling berhadapan dan siap menyerang, dimulai dengan
pemanasan yang mana pertama dilakukan duel antara 3 kaum kafir dan 3
dari kamu Muhajirin. Dari kamu kafir ada Utbah dan Syaibah serta al-Walid
ibn Utbah, sedang dari pihak muslim ada Hamzah ibn Abdul Muththalib, Ali
ibn Abu Thalib, dan Ubaidah ibn Al-Harits. Hingga akhirnya, pada waktu itu
Syaibah dan Al-Walid bisa terbunuh, hanya saja Utbah tidak dan berhasil
melukai Al-Harits.

Kemudian, perang pun akhirnya pecah Waktu itu, Abu Jahal mengambil
peran sebagai pemimpin kaum kafir, sedang Ali ibn Abu Thalib sebagai
pemimpin kaum muslim.

Dalam profil dan kisah Abu Jahal ini dikisahkan bahwa ketika perang
berkecamuk dimana waktu itu sang pemimpin kafir berdiri dengan
angkuhnya sambil menghunus pedangnya, tanpa ia sadari ada dua anak
muda yang sedang mengawasinya, mengendap-ngendap sambil sesekali
mengayungkan pedangnya untuk bisa mendekati dedengkot kafir tersebut.

Kedua anak yang dimaksud tersebut adalah Muaz ibn Amr ibn Jamuh
dan Muaz ibn Afra. Mereka sebelumnya telah mendengar tentang
kejahatan dan kebengisan pemimpin kafir tersebut. Karenanya, keduanya
sangat berhasrat ingin menghabisi Abu Jahal dengan pedang mereka
sendiri.

Singkat cerita, sebelum penyerangan keduanya dimulai, Muaz ibn


Amr mendekati Abdurrahman ibn Auf dan bertanya, Paman, manakah
orang yang bernama Abu Jahal? beliu lantas menjawab, Apa yang akan
kau lakukan kepadanya?
15
Pemuda dengan penuh semangat itu menjawab, Aku mendengar
bahwa ia sering mencela Rasulullah saw. Demi Zat yang menguasai ubun-
ubunku, seandainya kami bertemu dengannya, aku akan membunuh dan
menghitamkan wajahnya sehingga ia mati tesungkur dengan pedang
kami. Abdurrahman bin Auf terkejut mendengar ucapan pemuda tadi. Dan
tak ingin kalah, ibn Auf juga berkata, Aku juga paman. Aku telah
bersumpah kepada Allah untuk membunuhnya atau terbunuh olehnya.

Abdurrahman bin Auf lalu mengarahkan tangannya ke kerumuman


pasukan kafir untuk menunjuk Abu Jahal yang dijaga ketat dan berlapis-
lapis oleh pasukan pengamanannya. Kebetulan sekali, waktu itu Abu Jahal
tengah berdiri angkuh sambil berkata Demi Latta dan Uzza, kita tidak akan
pulang sehingga kita cerai-beraikan tubuh mereka di gunung-gunung.

Dan tanpa banyak bicara dan tanpa pikir panjang sebagaimana


karakter banyak anak muda, maka kedua pemuda tersebut langsung
berlari berusaha mendekati dedengkot kafir tersebut. Dengan sigap ia
mengayungkan pedangnya untuk menyingkirkan orang-orang yang
menjaga Abu Jahal. Dan tak lama setelah itu, setelah pedang kedua anak
muda itu sudah mampu mencapai sasarannya, dengan cepat Muaz bin
Amr menyabet kaki Abu Jahal. Dan tak ingin kehilangan kesempatan emas
tersebut, Muaz ibn Afra juga langsung menusukkan pedangnya ke tubuh
Abu Jahal hingga ia tak mampu lagi berdiri dan jatuh terkapar di pasir
Badar.

Dan di moment tersebut Al-Harits ibn Hisyam (saudara Abu Jahal)


juga menyaksikan kejadian tersebut, namun karena melihat pasukannya
mulai terdesak, ia pun akhirnya kabur dari medan perang. Adapun Ikrimah
bin Abu Jahal, ia berhasil menebas tangan Muaz bin Amr dan berhasil
melepaskan zirahnya.

Akhirnya. Perang Badar pun berakhir yang mana umat muslim menjadi
pemenangnya. Setelah perang tersebut usai, Rasulullah saw. menanyakan
keberadaan Abu Jahal. Beliau lalu berkata, Carilah orang yang kedua
lututnya terluka. (ucapan nabi ini juga mengisyaratkan mukjizat
kenabiannya karena mampu mengetahui ciri-ciri kematian Abu Jahal walau
tak menyaksikan proses terbunuhnya). Dan Abdullah ibn Masud pun
mencarinya di antara mayat-mayat kaum kafir yang bergelimpangan.
Akhirnya ia melihat orang yang ciri-cirnya disebutkan oleh Nabi tersebut,
dan ternyata betul, orang yang kedua lututnya terluka karena sabetan

16
pedang dan sedang mengalami sakratul maut tersebut adalah si Abu
Jahal. Ibn Masud pun lalu menginjak dadanya dan berkata, Allah telah
menghinakanmu, wahai musuh Allah!

Akhir dari kisah Abu Jahal Amr Bin Hisyam ini sungguh tragis.
Setelah meningga dunia, Ibn Masud lalu memenggal kepalanya lalu
membawanya ke hadapan Nabi Muhammad saw. Itulah cerita sebenarnya
dari orang yang dijuluki Firaun Makkah, yang terkapar tak berdaya hanya
karena serangan dua pemuda muslim.

17
KISAH MUSAILAMAH

Musailamah bin Habib atau dikenal juga dengan nama Musailamah


al-Kazzab (Musailamah si Pembohong) adalah seorang yang mengaku
sebagai nabi pada zaman Nabi Muhammad melakukan dakwah di jazirah
Arab. Menurut ajaran Islam Musailamah adalah seorang nabi palsu..
Musailamah al-Kazzab lahir dengan nama Musailamah bin Habib dari Bani
Hanifah, salah satu suku terbesar di jazirah Arab dengan wilayah domisili
di Yamamah. Berdasarkan suatu temuan sejarah, ia telah membangun
Yamamah sebelum hijrahnya Nabi Muhammad ke Madinah.

Setelah tersebarnya Islam di jazirah Arab, kemudian Musailamah


menyatakan diri sebagai seorang Muslim. Ia juga kemudian membangun
Masjid di Yamamah. Pada saat yang bersamaan Musailamah juga
mempelajari sihir,[1] dan menyatakan sebagai mukjizat. Musailamah melalui
kemampuan sihirnya membuat orang-orang percaya bahwa ia juga
seorang nabi. Musailamah juga menyatakan bahwa ia juga memperoleh
wahyu dari Allah dan berbagi wahyu dengan Nabi Muhammad.[2] Bahkan,
ia menyebut dirinya sebagai Rahman,[3] dan menyatakan dirinya memiliki
sifat ketuhanan. Setelah itu, beberapa orang menerimanya sebagai nabi
bersama dengan Nabi Muhammad.

Perlahan-lahan pengaruh dan wewenang Musailamah meningkat


terhadap orang-orang dari sukunya. Setelah itu Musailamah berusaha
menghapuskan kewajiban untuk melaksanakan salat serta memberikan
kebebasan untuk melakukan seks bebas dan konsumsi alkohol.[2] Ia juga
kemudian menyatakan sebagai utusan Allah bersama dengan Nabi
Muhammad, dan menyusun ayat-ayat, yang dinyatakan sebagai tandingan
ayat Alquran. Sebagian besar ayat-ayat buatan Musailamah memuji
keunggulan sukunya, Bani Hanifah, atas Bani Quraisy.

Musailamah bin Habib berasal dari suku Bani Hanifah. Musailamah


mengaku dirinya sebagai Nabi. Dia menemui Nabi Muhammad SAW di
Madinah. Pada perjalanannya menuju Madinah Musailamah berangkat
bersama-sama tokoh dari sukunya. Tujuan awal keberangkatan ke
Madinah adalah untuk masuk Islam.

18
Keinginan untuk dianggap Nabi ini muncul ketika di perjalanan pulang
dari Madinah. Bani Hanifah terhitung sebagai kelompok yang besar
disbanding golongan-golongan yang lain. Pada suatu saat Musailamah
mengatakan kepada Bani Hanifah, Aku ingin tahu kenapa orang Quraisy
lebih banyak dibanding kalian untuk menjadi khalifah dan imam?
Musailamah berserapah bahwa jumlah Bani Quraisy tidak lebih banyak dari
Bani Hanifah. Bani Hanifah memiliki banyak daerah, wilayah, dan asset.
Bahkan Bani hanifah memiliki keberanian yang tinggi.

Musailamah mengaku dirinya seorang Nabi. Pada suatu


kesempatan Musailamah mengirimkan surat kepada Nabi Muhammad
SAW, Aku kini mitramu dalam kenabian, separuh daerah milik Kami,
sedangkan separuh lagi milik Quraisy. Orang Quraisy adalah orang yang
cenderung membawa madharat bagi orang lain.

Nabi Muhammad SAW menjawab surat dari Musailamah. Surat dari


Nabi berbunyi. Bumi ini milik-Nya, dan kenabian adalah milik orang-orang
yang saleh.Proses surat menyurat antara nabi dan Musailamah
berlangsung pada tahun ke 10 Hijrah. Setelah Rasulullah wafat,
musailamah pun merasa mendapat peluang besar untuk menarik pengikut
sebanyak-banyaknya. Musailamah semakin gencar menyerukan kepada
orang-orang bahwa dirinya adalah seorang Nabi. Orang-orang ditarik untuk
menjadi pengikutnya.

Kegiatan pemurtadan yang dilakukan Musailamah semakin menjadi-


jadi. Musailamah pun suka menggubah prosa berirama untuk meniru Al-
Quran. Lalu Musailamah membacakan untuk para pengikutnya.
Musailamah telah berusaha meniru Al Quran yang diterapkannya pada
prosa untuk memikat pengikutnya.

Kebohongan yang banyak dilakukan oleh Musailamah


mengakibatkan dirinya mendapat sebutan Al Kadzab yang artinya
pembohong. Musailamah Al Kadzab artinya Musailamah si tukang bohong.
Kebohongannya pada akhirnya menjadikan dirinya sebagai orang yang
sesat dan tidak dipercaya.

19
Kesesatan Musailamah semakin menjadi-jadi. Kepada orang-orang
Musailamah menyatakan telah membebaskan mereka dari kewajiban salat
Subuh dan salat Magrib. Musailamah betul-betul mengingkari bahwa Nabi
Muhammad SAW adalah Nabi terakhir.

Pada suatu saat, Sajah, anak perempuan Harits Tamim juga


mengaku Nabi. Setelah bertemu Musailamah, Sajah menikah dengan
Musailamah. Dalam pernikahan tersebut mahar yang diberikan berupa
membebaskan orang dari kewajiban salat Subuh dan salat Magrib. Hal ini
betul-betul sebuah kesesatan. Musailamah berkata, Untuk mahar Anda,
maka aku bebaskan bangsa Anda dari kewajiban salat Subuh dan salat
Magrib.

Pada pertemuan dengan musailamah, Sajah berkata bahwa Aku


telah mendengar sifat-sifat terpuji Anda. Sajah mengatakan bahwa
kedatangannya kepada Musailamah untuk menjadi istri dan sama-sama
bias menjadi Nabi. Sajah bertekad membuat dunia taat kepadanya dan
Musailamah.

Ketika perjalanan kaum muslimin ke Yamamah di bawah komando


Khalid bin Walid mereka bertemu sebagian pengikut Musailamah. Kepada
pengikut Musailamah ditanyakan tentang agama mereka. Mereka
mengatakan, Kami punya Nabi sendiri, kalian punya Nabi sendiri.

20

Anda mungkin juga menyukai