Anda di halaman 1dari 28

Dakwah Nabi Muhammad SAW.

periode Mekah
BIOGRAFI SINGKAT NABI MUHAMMAD SAW
Nasab-nya ialah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdi Manaf bin
Qushayyi bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luay bin Ghalib bin Fihir bin Malik bin anNadhar bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Muiddu bin Adnan.
Itulah batas nasab Rasulullah saw yang telah disepakati. Selebihnya dari yang telah disebutkan
masih diperselisihkan. Tetapi, hal yang sudah tidak diperselisihkan lagi ialah, bahwa Adnan
termasuk anak Ismail, Nabi Allah, bin Ibrahim, kekasih Allah. Dan bahwa Allah telah
memilihnya dari kabilah yang paling bersih, keturunan yang paling utama dan suci. Tak sedikit
pun dari karat-karat jahiliyah menyusup ke dalam nasabnya.
Nabi Muhammad saw dilahirkan pada tahun gajah, yakni tahun dimana Abraham al-Asyram
berusaha menyerang Mekah dan menghancurkan Kabah. Lalu Allah menggagalkannya dengan
mujizat yang mengagumkan, sebagaimana diceritakan dalam al-Quran. Menurut riwayat yang
paling kuat jatuh pada hari Senin malam, 12 Rabiul Awwal. Ia dilahirkan dalam keadaan yatim.
Bapaknya Abdullah, meninggal ketika ibunya mengandungnya dua bulan. Lalu ia diasuh oleh
kakeknya, Abdul-Muththalib, dan disusukannya-sebagaiman tradisi Arab pada waktu itu-kepada
seorang wanita dari Bani Sad bin Bakar, bernama Halimah binti Abu Dzuaib.
Ketika sudah berumur enam tahun, ibunya, Aminah, meninggal dunia. Kemudian berada dalam
asuahan kakeknya, Abdul Muththalib. Tetapi setelah genap berusia delapan tahun, ia ditinggal
mati oleh kakeknya. Setelah itu ia diasuh oleh pamannya, Abu Thalib.
SEKILAS KONDISI OBJEKTIF MASYARAKAT ARAB PRA-RISALAH

Sebelum risalah Nabi Muhammad saw., kondisi kehidupan masyarakat Arab secara umum
dikenal sebagai masyarakat Jahiliyah, zaman kebodohan, atau dalam istilah Al-Qur`an
diisyaratkan sebagai kehidupan adz-dzulumat. Dekandesi moral masyarakat tampak dalam
aktifitas tercelanya seperti minum-minuman keras, berjudi, berzina, riba dan mengubur anak
perempuan hidup. Disebut demikian, karena kondisi sosial, politik, dan kehidupan spiritualnya,
yang dalam waktu cukup lama, tidak memiliki nabi, kitab suci, ideology agama, dan tokoh besar
yang membimbingnya. Mereka tidak memiliki sistim pemerintahan dan hukum yang ideal, dan
tidak mengindahkan nilai-nilai moral. Tingkat keberagamannya hampir kembali pada masyarakat
primitif yang jauh dari nur Ilahi.
Mereka terpecah belah menjadi berbagai suku yang saling bermusuhan sehingga secara politis
tidak mengenal sistim pemerintahan pusat yang dapat mengendalikan perpecahan dan

permusuhan. Sebagian mereka belum mengenal sistim hukum. Hukum yang berlaku bagaikan
hukum rimba, yang kuat menindas yang lemah.
Secara geografis dan demografis, wilayah Arab merupakan daerah gersang dan mata pencaharian
sebagian besar penduduknya adalah beternak. Kelompok bangsawan menguasai hubungan
perdagangan domestik dan luar negeri. Sistim perekonomian didominasi oleh kaum aristokrat
yang konglomerat. Masyarakat pada umumnya miskin dan menderita, sebagai akibat dari
kesenjangan sosial ekonomi yang melahirkan ketidakadilan dan penindasan.
Dari segi kebudayaan, masyarakat Arab terkenal mahir dalam bidang bahasa dan syair (sastra).
Bahasanya sangat kaya sebanding dengan bahasa bangsa Eropa dewasa ini. Hal tersebut
merupakan kontribusi yang cukup penting dalam pengembangan dan penyebaran Islam. Menurut
Pilihip K. Hitti, keberhasilan penyebaran Islam di antaranya didukung oleh keleluasaan bahasa
Arab, khususnya bahasa Al-Qur`an. Namun, kemajuan kebudayaan mereka dalam bidang sya`ir
khususnya, diwarnai semangat kesukuan.
Adapun dari sisi keagamaan, mayoritas masyarakat bangsa Arab merupakan penyembahan
berhala, kecuali sebagian kecil menganut agama Yahudi dan Nasrani. Selain penyembah berhala,
ada juga yang menyembah matahari, bintang, dan angin. Di antara mereka ada yang atheis, tidak
mempercayai Tuhan YME., adanya hari pembalasan, dan tidak mempercayai keabadian jiwa
manusia. Setiap daerah dan suku mempunyai dewa dewi (berhala). Di antara berhala yang paling
dipuja merka adalah Al-Uzza, Al-Latta, Manah, dan Hubbal. Tidak kurang dari 360 berhala yang
ditata disekeliling kabah untuk disembah. Setiap tahun masyarakat Arab datang ke kabah untuk
melakukan penyembahan massal terhadap berhala tersebut, bersamaan dengan
diselenggarakannya pekan raya yang dikenal dengan Pekan Raya Ukaz.
Dalam kondisi sosial dan moral, khususnya yang berkaitan dengan martabat kaum wanita,
masyarakat Arab pra-Islam memandang bahwa wanita ibarat barang mainan, binatang piaraan,
atau lebih hina. Wanita sama sekali tidak mendapatkan penghormatan sosial dan tidak memiliki
hak apa pun. Derajat wanita pada waktu itu menempati kedudukan yang terendah sepanjang
sejarah umat manusia.
Adapun faktor positif dari sifat dan karakter masyarakat Arab, antara lain adalah: mempunyai
ketahanan fisik yang perima; pemberani, daya ingat yang kuat, kesadaran akan harga diri dan
martabat, cinta kebebasan, setia terhadap suku dan pemimpinnya, pola kehidupannya sederhana,
ramah tamah, dan mahir dalam bersyair. Namun, sifat-sifat dan karakter yang baik tersebut
seakan tidak ada artinya karena diselimuti kondisi ketidak adilan, kekejaman, dan keyakinan
terhadap khurafat.
Tahapan Dakwah Rasulullah
1. Dawah Secara Rahasia (Sirriyatud Dawah)

Nabi mulai menyambut perintah Allah dengan mengajak manusia untuk menyembah Allah
semata dan meninggalkan berhala. Tetapi dawah Nabi ini dilakukannya secara rahasia untuk
menghindari tindakan buruk orang-orang Quraisy yang fanatik terhadap kemusyrikan dan
paganismenya. Nabi saw tidak menampakan dawah di majelis-majelis umum orang-orang
Quraisy, dan tidak melakukan dawah kecuali kepada orang-orang yang memiliki hubungan
kerabat atau kenal baik sebelumnya.
Orang-orang pertama kali masuk Islam ialah Khadijah binti Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib,
Zaid bin Haritsah mantan budak Rasulullah saw dan anak angkatnya, Abu bakar bin Abi
Quhafah, Utsaman bin Affan, Zubair bin Awwan, Abdur-Rahman bin Auf, Saad bin Abi
Waqqash dan lainnya.
Mereka ini bertemu dengan Nabi secara rahasia. Apabila diantara mereka ingin melaksanakan
salah satu ibadah, ia pergi ke lorong-lorong Mekah seraya bersembunyi dari pandangan orang
Quraisy.
Ketika orang-orang yang menganut Islam lebih dari tiga puluh lelaki dan wanita, Rasulullah
memilih rumah salah seseorang dari mereka, yaitu rumah al-Arqam bin Abil Arqam, sebagai
tempat pertama untuk mengadakan pembinaan dan pengajaran. Dawah pada tahap ini
menghasilkan sekitar empat puluh lelaki dan wanita telah menganut Islam. Kebanyakan mereka
adalah orang-orang fakir, kaum budak dan orang-orang Quraisy yang tidak memiliki kedudukan.
Dakwah Islam dimulai di Mekah dengan cara sembunyi-sembunyi. Dan Ibnu Ishaq
menyebutkan, dakwah dengan cara ini berjalan selama tiga tahun. Demikian pula dengan Abu
Naim: ia mengatakan dakwah tertutup ini berjalan selama tiga tahun.
2. Dawah Secara Terang-terangan (Jahriyatud Dawah)
Ibnu Hisyam berkata: kemudian secara berturut-turut manusia, wanita dan lelaki, memeluk
Islam, sehingga berita Islam telah tersiar di Mekah dan menjadi bahan pembicaraan orang. Lalu
Allah memerintahkan Rasul-Nya menyampaikan Islam dan mengajak kepadanya secara terangterangan, setelah selama tiga tahun Rasulullah saw melakukan dawah secara tersembunyi,
kemudian Allah berfirman kepadanya:
Maka siarkanlah apa yang diperintahkan kepadamu dan janganlah kamu pedulikan orang
musyrik. (al-Hijr : 94)
Dan berilah peringatan kepada kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap
orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. (Asy-Syuara: 214-215)
Dan katakanlah, sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang menjelaskan. (al-Hijr: 89)
Pada waktu itu pula Rasulullah saw segera melaksanakan perintah Allah, kemudian menyambut
perintah Allah dengan pergi ke atas bukit Shafa lalu memanggil, Wahai Bani Fihir, wahai Bani
Adi, sehingga mereka berkumpul dan orang yang tidak bisa hadir mengirimkan orang untuk
melihat apa yang terjadi. Maka Nabi saw berkata, Bagaimanakah pendapatmu jika aku kabarkan

bahwa di belakang gunung ini ada sepasukan kuda musuh yang datang akan menyerangmu,
apakah kamu mempercayaiku?Jawab mereka, Ya, kami belum pernah melihat kamu berdusta.
kata Nabi, Ketahuilah, sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian
dari sisksa pedih. Kemudian Abu lahab memprotes, Sungguh celaka kamu sepanjang hari,
hanya untuk inikah kamu mengumpulkan kami. Lalu turunlah firman Allah:
Binasalah kedua belah tangan Abu Lahab, dan sesungguhnya dia akan binasa.
Kemudian Rasulullah saw turun dan melaksanakan firman Allah, Dan berilah peringatan kepada
kerabatmu yang terdekat dengan mengumpulkan semua keluarga dan kerabatnya, lalu berkata
kepada mereka, Wahai Bani Kab bin Luai, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani
Murrah bin Kab, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdi Syams, selamatkanlah
dirimu dari api neraka! Wahai Bani Abdul Muthalib, selamatkanlah dirimu dari api neraka!
Wahai Fatimah, selamatkanlah dirimu dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa dapat
membela kalian di hadapan Allah, selain bahwa kalian mempunyai tali kekeluargaan yang akan
aku sambung dengan hubungannya.
Dawah Nabi saw secara terang-terangan ini ditentang dan ditolak oleh bangsa Quarisy, dengan
alasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek
moyang mereka, dan sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. Pada saat itulah
Rasullulah mengingatkan mereka akan perlunya membebaskan pikiran dan akal mereka dari
belenggu taqlid. Selanjutnya di jelaskan oleh Nabi saw bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah
itu tidak dapat memberi faidah atau bahaya sama sekali. Dan, bahwa turun-temurunya nenek
moyang mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengikuti mereka secara taqlid buta. Firman Allah menggambarkan mereka:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,mereka
menjawab,(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan)
nenek moyang kami. (Apakah mereka akan mengikuti juga,) walaupun nenek moyang mereka
itu tidak mengetahui suatu pun, dan tidak mendapat petunjuk? (al-Baqarah: 170)
Ketika Nabi saw mencela tuhan mereka, membodohkan mimpi mereka, dan mengecam tindakan
taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentang dan
sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya, Abu Thalib, yang membelanya.
Dakwah kepada berbagai Kabilah & Individu
Sejumlah kabilah yang mendapatkan penawaran dari Rasulullah saw, dan penolakan mereka, di
antaranya:
1. Bani Kalb, Rasulullah saw datang sendiri ke perkampungan mereka, yang juga disebut Bani
Abdullah. Beliau menyeru mereka kepada Allah dan berhadapan langsung dengan mereka.
Beliau bersabda kepada mereka, Wahai Bani Abdullah,, sesungguhnya Allah SWT telah
membaguskan nama Bapak kalian. Namun mereka tetap menolak apa yang ditawarkan itu.

2. Bani Hanifah. Beliau mendatangi mereka, dari pintu ke pintu, dari rumah ke rumah, dan
beliau sendiri yang menawarkan kepada mereka. Namun, tak seorang pun di antara orang-orang
Arab yang lebih buruk penolakannya daripada penolakan mereka.
3. Bani Amir bin Shashaah. Beliau mendatangi mereka dan menyeru mereka kepada Allah
SWT. Baiharah bin Firas, salah seorang pemuka mereka berkata, Demi Allah, andaikan aku
boleh menculik pemuda ini, tentu orang-orang Arab akan melahapnya. Kemudian dia
melanjutkan, Apa pendapatmu jika kami berbaiat kepadamu untuk mendukung agamamu,
kemudian Allah SWT memenangkan dirimu dalam menghadapi orang-orang yang
menentangmu, apakah kami masih mempunyai kedudukan sepeninggalmu? dan Rasulullah saw
menjawab, Kedudukan itu hanya pada Allah SWT. Dia meletakkannya menurut kehendak-Nya.
Tetap saja kaum ini menolak penawaran Rasulullah saw.
Dakwah dengan korespondensi ke sejumlah Raja & Amir
Pada awal bulan Muharram tahun 7 H, beberapa hari sebelum pergi ke Khaibar, Rasulullah saw
mengutus para kurir untuk menemui beberapa raja, dengan membawa surat yang berisi seruan
kepada Islam, yang disertai cincin stempel terbuat dari perak dengan cetakan yang berbunyi,
Muhammad Rasul Allah.
Diantara sejumlah Raja & Amir tersebut adalah:
1. Raja Habasyah, Najasyi. Surat yang sampai kepada beliau adalah surat yang dibawa Jafar
ketika dia hijrah ke Habasyah bersama rekan-rekannya semasa periode Makkah. Di akhir surat
disebutkan orang-orang yang hijrah dengan bunyi, dengan bunyi : Aku telah mengutus kepada
kalian anak pamanku, Jafar bersama beberapa orang Muslim. Jika dia telah datang, maka
terimalah dia, dan janganlah berbuat sewenang-wenang kepadanya. Setelah Amr bin Umayyah
adh-Dhamry menyampaikan surat Nabi saw kepada Raja Najasyi, maka dia langsung memungut
surat itu, dan meletakkannya di depan matanya. Dia turun dari kasurnya ke atas lantai, lalu
masuk Islam di hadapan Jafar bin Abu Thalib. Langsung saat itu juga Raja menulis balasan
kepada Rasulullah saw.
2. Raja Mesir, Muqauqis. Raja Mesir telah mengetahui adanya ajaran Rasulullah saw, setelah
surat itu sampai kepadanya, dia meminta sekretaris untuk menuliskan surat balasan yang
didiktekan olehnya, yang isi surat tersebut tidak ada pernyataan beliau masuk Islam, hanya saja
dituliskan bahwa Raja Mesir mengirimkan dua gadis yang memiliki kedudukan terhormat di
masyarakat Qibthi, beberapa lembar kain, dan seekor Baghal agar dapat dipergunakan oleh
Rasulullah saw sebagai tunggangan. Salah seorang gadis tersebut adalah Mariyah, yang dinikahi
oleh Rasulullah saw, dan dari rahimnya lahir Ibrahim, putra beliau.
Dan masih ada Raja Persia, Raja Romawi, Raja Uman, dan yang lainnya, dengan berbagai reaksi
dan tindakan yang mendukung juga ada yang menolak.

Dakwah dengan menikahi janda ataupun tawanan perang.

Sejumlah pernikahan yang beliau lakukan, bukanlah hanya dorongan gejolak dalam diri manusia
dan mencari kepuasan, tetapi ada berbagai tujuan yang hendak diraih melalui pernikahan
tersebut.
Beliau memutuskan untuk berbesan dengan Abu Bakar dan Umar, dengan menikahi Aisyah dan
Hafshah. Juga menikahkan putri beliau, Fathimah dengan Ali bin Abu Thalib, Ruqayyah, dan
disusul Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan, mengisyaratkan bahwa beliau ingin menjalin
hubungan yang benar-benar erat dengan empat orang tersebut, yang dikenal paling banyak
berkorban untuk kepentingan Islam pada masa-masa krisis.
Di antara tradisi bangsa Arab adalah menghormati hubungan per-besan-an. Keluarga besan
menurut mereka merupakan salah satu pintu untuk menjalin kedekatan antara beberapa suku
yang berbeda. Menurut anggapan mereka, mencela dan memusuhi besan merupakan aib yang
dapat mencoreng muka. Maka dengan menikahi beberapa wanita yang menjadi UmmahatulMukminin, Rasulullah saw hendak mengenyahkan gambaran permusuhan beberapa kabilah
terhadap Islam, dan memadamkan kemarahan mereka terhadap Islam.
Setelah Ummu Salamah dari Bani Makhzum, yang satu perkampungan dengan Abu Jahal dan
Khalid bin Walid, dinikahi Rasulullah saw, membuat sikap Khalid bin Walid tidak segarang
sikapnya sewaktu perang Uhud. Bahkan akhirnya dia masuk Islam tak lama setelah itu dengan
penuh kesadaran dan ketaatan. Begitu pula Abu Sufyan yang tidak berani menghadapi beliau
dengan permusuhan setelah beliau menikahi putrinya, Ummu Habibah. Begitu pula yang terjadi
dengan Bani Al-Musthaliq dan Bani An-Nadhir, yang tidak lagi melancarkan permusuhan setelah
beliau menikahi Juwairiyah dan Shafiyah. Bahkan Juwairiyah merupakan wanita yang paling
banyak mendatangkan barakah bagi kaumnya. Setelah dia dinikahi Rasulullah saw, para sahabat
membebaskan seratus keluarga dari kaumnya, karena itu para sahabat itu berkata, Mereka
adalah para besan Rasulullah saw. Tentu saja hal ini sangat mengundang simpati manusia dan
berkesan di dalam jiwa.
Para Ummahatul-Mukminin mempunyai keutamaan yang amat besar dalam mengajarkan
berbagai kondisi kehidupan rumah tangga kepada manusia, terutama mereka yang memiliki
umur yang relatif panjang, seperti Aisyah. Dia meriwayatkan sekian banyak perbuatan dan
ucapan beliau.
Demikianlah berbagai aspek dakwah, dengan aneka strategi yang dilakukan Rasulullah saw,
mulai dari sembunyi-sembunyi, hingga menjadikan dirinya sendiri sebagai pemersatu berbagai
kabilah, dengan tujuan menjaga dan melindungi kaumnya, serta memberikan contoh teladan
bagi ummat manusia lainnya.
D. Kaum Quraisy Mulai Menentang Rasulullah
Seruan Rasulullah saw telah diketahui oleh kaum Quraisy, akan tetapi dengan cara rahasia ini
mereka tidak mempedulikan dampak yang akan terjadi, mereka tidak mengira bahwa dakwah
Rasul terhadap Islam akan sangat pesat dan dapat diterima oleh masyarakat. Kemudian setelah
Rasul mulai berdakwah secara terang-terangan, kaum Quraisy mulai menyatakan tantangannya

dan berkonfrontasi terhadap agama Islam yang baru didakwahkan oleh Rasulullah saw. Kaum
Quraisy berusaha menghentikan tindakan Rasulullah dengan cara apapun.

E. Faktor Faktor yang Mendorong Kaum Quraisy Menentang Seruan Islam


Sebab-sebab yang mendorong kaum Quraisy menentang agama Islam dan kaum Muslimin, yaitu
sebagai berikut :
a. Persaingan berebut kekuasaan
Kaum Quraisy tidak dapat membedakan antara kenabian dan kekuasaan, atau antara kenabian
dan kerajaan. Mereka mengira bahwa tunduk kepada agama Muhammad adalah berarti tunduk
kepada kekuasaan Bani Abdul Mutthalib.
Bagi kaum Quraisy untuk menyerahkan pimpinan kepada Muhammad, karena menurut mereka
berarti suku-suku bangsa Arab akan kehilangan kekuasaan dan pengaruh dalam masyarakat.
b. Persamaan antara hak bangsawan dan hamba sahaya
Bangsa Arab hidup berkasta-kasta. Tiap-tiap manusia digolongkan kepada kasta yang tidak boleh
dilampauinya. Tetapi, seruan memberikan hak sama kepada manusia. Hak sama ini adalah suatu
dasar yang penting dalam agama Islam. Hamba sahaya itu dipandang lebih mulia dari tuannya
apabila lebih bertakwa dari tuannya itu.
c. Takut dibangkitkan kembali
Agama islam mengajarkan bahwa pada hari kiamat manusia akan bangkit dari kuburnya, dan
semua perbuatan manusia akan dihisab. Oleh yang berbuat baik, kebaikannya itu akan dibalas
sebagaimana orang yang berdosa akan disiksa, karena kejahatan-kejahatan dan dosa-dosanya.
Manusia diharapkan kembali dalam keadaan tiada mempunyai kekuasaan dan pengaruh.
Kemudian diadakan perhitungan terhadap segala perbuatannya dengan adil, hemat, dan cermat.
Gambaran inilah yang mendorong mereka menolak agama baru itu yang menyebabkan mereka
tidak mau mengikuti dan menganutnya. Gambaran ini adalah gambaran keadilan yang tidak
diinginkan oleh tiap-tiap penganiaya. Gambaran pertanggungan jawab yang amat ditakuti oleh
orang-orang yang berdosa.
d. Taklid kepada nenek moyang
Taklid kepada nenek moyang secara membabi buta, dan mengikuti langkah-langkah mereka
dalam soal-soal peribadatan dan pergaulan adalah suatu kebiasaan yang berurat berkat pada
bangsa Arab.
e. Patung sebagai komoditi perdagangan

Orang Arab zaman dahulu, ialah memahat patung yang menggambarkan al Lata, al Uzza,
Manat, dan Hubal. Patung-patung itu mereka jual kepada jamaah-jamaah haji. Agama Islam
melarang menyembah, memahat, dan menjual patung. Saudagar-saudagar patung memandang
agama Islam sebagai penghalang rezeki, dan akan menyebabkan perniagaan mereka mati dan
lenyap. Penjaga-penjaga Kabah pun merasa pula bahwa mereka akan kehilangan kekayaan dan
pengaruh, dahulu mereka peroleh karena mengabdi kepada patung-patung, dan melayani orangorang yang datang ke Mekkah untuk mengunjungi patung-patung itu.
f. Konfrontasi kaum Quraisy terhadap Islam
Pada permulaan Islam, kaum Quraisy berjumlah mencurahkan perhatiannya untuk menentang
agama Islam. Pertama kali, mereka menghalangi hamba-hamba dan orang-orang yang lemah.
Kalau Muhammad bebas mengatakan apa yang diinginkannya, tetapi hamba-hamba sahaya
menurut pandangan mereka tidaklah bebas atas jasmani dan rohani mereka sendiri. Ammar serta
isterinya Sumaiyah, begitu juga Bilal, Khabab Ibnu Aris dan lain-lain menderita siksaan yang
berat, di luar perikemanusiaan. Siksaan-siksaan ini berbagai macam, umpamanya pukulan dan
tidak diberi makan dan minum. Yasir sampai meninggal dunia waktu dia sedang disiksa.
Perempuan Yasir terpekik ditikam oleh Abu Jahal dengan lembing, sampai meninggal dunia.
Akan tetapi Nabi tidak dapat mereka siksa, karena Bani Hasyim mempunyai kedudukan yang
tinggi pada pandangan mereka. Dan Rasul sendiri mendapat penjagaan dari Abu Thalib paman
beliau.
Perlawanan kaum Quraisy pun makin tambah pula. Perlawanan itu tidak hahnya dihadapkan
kepada hamba sahaya dan orang-orang yang lemah. Nabi mereka tuduh mengadakan perpecahan
antara orang-orang dengan keluarga dan hamba-hamba sahayanya, serta menghasut pemudapemuda yang menjadi pengikutnya, menghinakan nenek moyang mereka dan dewa-dewa yang
mereka sembah.
PRINSIP-PRINSIP DAWAH RASULULLAH
Prinsip dakwah Rasulullah saw dapat diturunkan dari fase atau pembabakan kehidupan
Muhammad saw. Banyak ahli yang merumuskan kehidupan Rasulullah dalam beberapa fase,
yakni fase pertama Muhammad saw sebagai pedagang, fase kedua Muhammad saw sebagai nabi
dan rasul. Kedua fase ini berlangsung dalam periode Mekah. Fase ketiga Muhammad saw
sebagai politisi dan negarawan, dan fase keempat Muhammad saw sebagai pembebas. Fase
ketiga dan keempat berlangsung dalam periode Madinah.
Dari keempat fase tersebut, terlihat bahwa perjuangan Rasululllah saw dalam menegakan amanat
risalahnya, mengalami perkembangan dan peningkatan yang cukup penting, strategis, dan
sistimatis, menuju keberhasilan dan kemenangan yang gemilang, terutama dengan terbentuknya
masyarakat muslim di Madinah dan terjadinya futuh Mekah. Juga sebagai dasar bagi
perkembangan dan perjuangan untuk menegakan dan menyebarkan ajaran Islam ke segala
penjuru dunia.

Dilihat dari langkah-langkah dan sudut pandang pengembangan dan pembangunan masyarakat,
terdapat tiga posisi penting fungsi Rasulullah saw sebagai figur pemimpin umat, yakni: Pertama,
Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, kedua, Rasulullah saw sebagai pendidik masyarakat,
ketiga Rasulullah saw sebagai negarawan dan pembangun masyarakat.
Rasulullah saw sebagai peneliti masyarakat, berlangsung ketika beliau menjadi pedagang. Ketika
itu beliau sering kali melakukan perjalanan ribuan mil ke sebelah utara jazirah Arab. Dalam
perjalannya, Rasulullah saw berhubungan dengan berbagai ragam orang dari berbagai bangsa,
suku, agama, bahasa, tradisi, dan kebudayaan, dengan bermacam watak dan sifatnya. Beliau
berinteraksi dan berkomunikasi dengan berbagai agama dan kepercayaan yang dianut; yaitu
Yahudi, Nasrani, Majusi, dan orang-orang Romawi.
Dalam perjalannya ini, beliau mengadakan fact-finding, (menghimpun data dan fakta) mengenai
berbagai aspek hidup dan kehidupan berbagai bangsa. Hal ini menjadi pengalaman dan
pengetahuan beliau tentang geografis, sosiologis, etnografis, religius, psikologis, antropologis,
karakter dan watak dari berbagai bangsa. Pengeahuan tentang situasi dan kondisi ini sangat
bermanfaat dalam menentukan taktik, strategi, dan metode perjuangannya.
Dari data dan fakta yang menjadi pengetahuan dan pengalamannya itu, Rasulullah saw sering
mengadakan tafakur (merenung), dan kadang-kadang berkhalwat, bersemedi (tahannus) di suatu
tempat sunyi yang terkenal dengan Gua Hira. Di tempat inilah beliau mengolah, menganalisis,
mengklarifikasi, dan mengambil kesimpulan yang akan menjadi bahan pertimbangan dalam
sikap, langkah, dan pendekatan strategi perjuangan hidup dan kehidupannya. Objektivitas,
akurasi, dan validitas hasil penelitian dan perenungan itu tidak diragukan lagi karena beliau
termasyhur sebagai orang jujur (al-amin). Kesimpulan utama dari hasil penelitian dan
perenungan adalah masyarakat Arab harus diselamatkan dari jurang kehancuran serta
membangun landasan yang baru. Upaya kerja keras Rasulullah saw dalam mencari solusi dari
masalah yang sedang dihadapinya itu, kemudian dijemput oleh hidayah ilahi dengan turunnya
wahyu pertama, lima ayat surat al-alaq. Dengan ayat Al-Quran yang mulia inilah, dimulai
kegiatan dakwah dan risalah Islamiyah yang ditugaskan kepada Muhammad Ibn Abdillah untuk
disampaikan kepada segenap manusia, melalui pembinaan dan pendidikan yang berdasarkan la
ilaha illa al-llah (nilai dasar ketahuidan).
Dengan demikian, dari turunnya wahyu pertama ini, Rasulullah saw mulai berfungsi sebagai
pendidik dan pembimbing masyrakat (social educator), melalui perombakan dan revolusi mental
masyarakat Arab dari kebiasaan menyembah berhala yang merendahkan derajat kemanusiaan
dan tidak menggunakan akal pikiran yan sehat, tidak memiliki peri kemanusiaan dan
menghinakan kaum wanita dan sebagainya, menuju sikap mental yang mengangkat derajat
kemanusiaan yang penuh percaya diri dan hanya menyembah dan memohon perlindungan
kepada Allah SWT.
Adapun sistim pembinaan dan pendidikan yang dikembangkan Rasulullah saw adalah sistim
kaderisasi dengan membina beberapa orang sahabat. Kemudian para sahabat ini
mengembangkan Islam ke berbagai penjuru dunia. Dimulai dari Khulafa Ar-Rasyidin, kemudian
generasi berikutnya. Dimulai dari pembinaan dan kaderisasi di Mekah yang agak terbatas,
kemudian dikembangkan di Madinah dengan membentuk komunitas muslim di tengah-tengah

masyrakat Madinah yang cukup heterogen. Pembinaan dan pendidikan di Mekah lebih
dioerientasikan pada pembinaan ketauhidan sehingga ayat Al-Quran yang turun dalam periode
ini lebih ditekankan pada pembinaan akidah dan ibadah. Ayat-ayat dan surat yang turun biasanya
pendek-pendek dan diawalii ungkapan Ya ayyuha an-nasa.
Adapun di Madinah, pembinaan yang dilakukan Rasulullah saw lebih banyak ditekankan pada
pembentukan masyarakat muslim di tengah-tengah masyarakat nonmuslim. Ayat-ayat Al-Quran
yang turun di periode ini lebih ditekankan pada masalah muamalah, sistim kemasyarakatan,
kenegaran, hubungan sosial, hubungan antaragama (toleransi), taawun, ukhuwah, dan
sebagainya. Ayat-ayat yang turun pada periode ini biasanya panjang-panjang dan diawali
ungkapan Ya ayyuha al-ladzina amanu.
Pada peride Madinah ini, lahirlah suatu peristiwa yang monumental dan sangat penting sebagai
cermin bagi kehidupan beragama dan bermasyarakat di masa mendatang, yakni terumuskannya
suatu naskah perjanjian dan kerja sama antara kaum muslimin dan masyarakat Madinah
(nonmuslim), yang kemudian terkenal dengan sebutan Piagam Madinah
Di Madinah itulah Rasulullah saw mulai membangun sistim hukum, tatanan masyarakat, dan
kenegaraan. Fungsi Rasulullah saw meningkat dari fungsi pendidik menjadi negarawan
pembangun masyarakat (community builder) atau pembangun Negara (state builder). Di bawah
pembinaan dan kepemimpinan Rasulullah saw, kota Madinah menjadi sebuah kota masyarakat
yang beradab, sadar hukum, penuh toleran, bersikap saling tolong menolong, dihiasi
persaudaraan dan semangat kerja sama antara warga masyarakat. Gambaran masyarakat seperti
itu, kemudian dikenal dengan sebutan masyarakat madani.
Pada masa awal-awal perkembangan Islam, masyarakat Islam menampilkan diri sebagai
masyarakat alternative, yang memberi warna tertentu pada kehidupan manusia. Karakter yang
paling penting yang ditampilkan oleh masyarakat Islam ketika itu adalah kedamaian dan kasih
sayang.
Masyarakat model seperti ini tampil di tengah kehadiran Rasulullah saw, baik di Mekah atau
Madinah, yang banyak disebut sejarawan sebagai model masyarakat ideal dalam level
masyarakat Arab yang masih sangat sederhana. Sejumlah karakteristik penting yang
diperlihatkan masyarakat Islam pada masa Rasulullah saw ini, diantaranya adalah: memiliki
akidah yang kuat dan konsisten dalam beramal (berkarya). Semua itu dipandu oleh
kepemimpinan yang penuh wibawa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan beberapa prinsip dakwah Rasulullah saw, yaitu sebagai
berikut:
1. Mengetahui medan (madu) melalui penelitian dan perenungan.
2. Melalui perncanaan pembinaan, pendidikan, dan pengembangan serta pembangunan
masyarakat.

3. Bertahap, diawali dengan cara diam-diam (marhalah sirriyah), kemudian cara terbuka
(marhalah alaniyyah). Diawali dari keluarga dan teman terdekat, kemudian masyarakat
secara umum.
4. Melalui cara dan strategi hijrah, yakni menghindari siutasi yang negative untuk
menguasai suasana yang lebih positif.
5. Melalui syiar dan pranata Islam, antara lain melalui khotbah, adzan, iqamah, dan shalat
berjamaah, taawun, zakat, dan sebagainya.
6. Melalui musyawarah dan kerja sama, perjanjian dengan masyarakat sekitar, seperti
dengan Bani Nadhir, Bani Quraidzah, dan Bani Qainuqa.
7. Melalui cara dan tindakan yang akomodatif, toleran, dan saling menghargai.
8. Melalui nilai-nilai kemanusiaan, kebebasan, dan demokratis.
9. Menggunakan bahasa kaumnya, melalui kadar kemampuan pemikiran masyarakat (ala
qadri uqulihim).
10. Melalui surat. Sebagaimana yang telah dikirim ke raja-raja berpengaruh pada waktu itu,
seperti pada Heraklius.
11. Melalui uswah hasanah dan syuhada ala an-nas, dan melalui peringatan, dorongan dan
motivasi (tarhib wa targhib).
12. Melalui Kelembutan dan pengampunan. Seperti pada peristiwa Fathul Mekah disaksikan
para pemimpin kafir Quraisy sambil memendam kemarahan dan kebencian. Begitu pula
isi hati Fadhalah, yang begitu dalam kebenciaanya kepada Rasulullah sehingga ingin
membunuhnya. Tanpa ia duga, Rasulullah mengetahui suara hatinya tersebut. ketika
ditegur dengan lembut, fadhalah menjadi ketakutan dan mencoba berbohong untuk
membela diri. Tetapi Rasulullah tidak marah, bahkan melempar dengan senyumnya.
Seketika Fadhalah terpesona dengan reaksi orang yang hendak dibunuhnyatersebut. Ia
yang berada dalam puncak ketakutan merasakan kelegaan luar biasa. Tumbuh simpatinya
dan kebenciannya mulai surut. Hatinya benar-benar berbalik ketika Rasulullah meletakan
tangan kanan tepat di dadanya. Sentuhan fisik refleksi dari kasih sayang Rasulullah ini
benar-benar mengharubiru perasaan Fadhalah. Kedengkian dan kebenciaan berubah
menjadi kecintaan yang mendalam.
E. KAIDAH-KAIDAH DAWAH RASULULLAH
Dari prinsip dan langkah-langkah perjuangan Rasulullah saw di atas, dapat diturunkan kaidahkaidah dakwah Rasulullah saw sebagai berikut:
1) Tauhidullah, yakni sikap mengesakan Allah dengan sepenuh hati, tidak menyekutukan-Nya,
hanya mengabdi, memohon, dan meminta pertolongan kepada Allah SWT. Sebagai pencipta dan

pemelihara alam semesta. Kaidah ini bertujuan untuk membersihkan akidah (tathir al-itiqad)
masyrakat dari berbagai macam khurajat dan kepercayaan yang keliru, menuju satu landasan,
motivasi, tujuan hidup dan kehidupan dari Allah dan dalam ajaran Allah menuju mardhatillah
(min al-Lah, fi al-Allah, dan ila Allah).
2) Ukhuwah Islamiah, yakni sikap persaudaraan antarsesama muslim karena adanya kesatuan
akidah, pegangan hidup, pandangan hidup, sistim sosial, dan peradaban sehingga terjalinlah
kesatuan hati dan jiwa yang melahirkan persaudaraan yang erat dan mesra, dan terjalin pula
kasih sayang, perasaan senasib sepenanggungan, serta memperhatikan kepentingan orang lain,
seperti mementingkan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian, terhindar dari sikap
individualisme, fanatisme golongan, firaunisme, materialisme, dan dari segala penyakit jiwa
lainnya.
3) Muswah, yakni sikap persamaan antar sesama manusia, tidak arogan, tidak saling
merendahkan dan meremehkan orang lain, tidak saling mengaku paling tinggi. Ini karena
perbedaan dan penghargaan di sisi Allah adalah dilihat prestasi pengabdian dan ketakwaannya.
4) Musyawarah, yakni sikap kompromis dan menghargai pendapat orang lain, tidak menonjolkan
kepentingan kelompok, memperhatikan kepentingan bersama untuk meraih kemaslahatan dan
kebaikan bersama. Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw, antara lain di Madinh, yaitu dengan
munculnya Piagam Madinah. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini,
antara lain: Q.S. Ali-Imran: 159, Q.S. Asuara: 38.
5) Taawun, yakni sikap gotong-royong, saling membantu, kebersamaan dalam menghadapi
persoalan dan tolong-menolong dalam hal-hal kebaikan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam
kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Al-Maidah: 2, Q.S. At-Taubah: 71, q.s. Al-Anfal:
46.
6) Takaful al-ijtima, yakni sikap pertanggungjawaban bersama senasib sepenanggungan,
kebersamaan dan sikap solidaritas sosial. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan
kaidah ini, antara lain: Q.S. At-Tahrim: 6, Q.S. Al-Baqarah:195.
7) Jihad dan Ijtihad, yakni sikap dan semangat kesungguh-sungguhan, serius menunjukan etos
kerja yang tinggi, kreatif, inovatif dalam penyelesaian yang dihadapi. Ayat-ayat yang dapat
dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Ash-Shaff: 4, 10-13.
8) Fastahiq al-khayrat, yakni sikap dan semangat berlomba-lomba dalam kebaikan, pada
berbagai lapangan hidup dan kehidupan. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan
kaidah ini, antara lain: Q.S. Ali-Imran: 114, Q.S. Al-Muminun: 57,61, Q.S. Al-Hadid: 21.
9) Tasamuh, yakni silap toleransi, tenggang rasa, tidak memaksakan kehendak, mengikuti dan
melaksanakan sesuatu dengan landasan ilmu, saling menghargai perbedaan pandangan. Ayat-ayat
yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan kaidah ini, antara lain: Q.S. Az-Zumar: 18, Q.S. AlBaqarah: 256, Q.S. Al-Ankabut: 46, Q.S. An-Nahl: 125, 109, 1-6.

10) Istiqamah, yakni sikap dan semangat berdisiplin, tidak goyah, berjalan terus di atas ajaran
yang benar dengan penuh kesabaran. Ayat-ayat yang dapat dirujuk dalam kaitannya dengan
kaidah ini, antara lain Q.S. Fushshilat: 6, 30, 32, Q.S. Al-Ahqaff: 13-14, Q.S. Asy-Syuara: 1315.
F. KEBERHASILAN DAN PENGARUH DAWAH ISLAM

Sebelum kita melangkah untuk melihat masa-masa terakhir kehidupan Rasulullah saw,
sepatutnya kita memberikan perhatian sekilas terhadap aktivitas agung yang menjadi inti
kehidupan beliau dan yang membedakan beliau dari seluruh Nabi dan Rasul, sehingga Allah
mengangkat beliau sebagai pemimpin orang-orang terdahulu maupun orang-orang di kemudian
hari.
Dikatakan kepada Rasulullah saw: Wahai orang yang berselimut, bangunlah (untuk shalat), di
malam hari, kecuali sedikit (daripadanya). (al-Muzzamil: 1-2)
Wahai orang yang berselimut, bangunlah, lalu berilah peringatan! (al-Muddatstsir: 1-2)
Maka, beliau pun bangkit dan terus bangkit lebih dari dua puluh tahun, memikul beban amanat
besar di bumi ini, seluruh beban aqidah, beban perjuangan dan jihad di berbagai medan.
Beliau memikul beban perjuangan dan jihad di medan perasaan manusia yang tenggelam dalam
angan-angan dan konsepsi jahiliyah serta terbelenggu oleh kehidupan dunia dan syahwat. Ketika
perasaan manusia berhasil dibersihkan dari noda-noda jahiliyah dan kehidupan dunia, mulailah
peperangan lain di medan yang lain pula, bahkan peperangan ini tiada putus-putusnya. Yaitu,
peperangan melawan musuh-musuh dawah Islam yang bersekongkol untuk menghancurkan
dawah ini sampai ke akarnya sebelum berkembang dan kokoh akarnya. Peperangan di jazirah
Arab hampir saja berakhir, Romawi sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi umat yang
baru ini serta menghadangnya di perbatasan bagian utara.
Ketika semua ini berlangsung, peperangan pertama yaitu peperangan perasaan tidaklah berhenti,
karena peperangan ini bersifat abadi, peperangan melawan syaithan. Sesaat pun syaithan tidak
akan pernah meninggalkan aktivitasnya di dalam hati manusia. Di sanalah, Muhammad saw
bangkit menyerukan dawah Allah, dan melakukan peperangan yang tiada henti-hentinya di
berbagai medan. Beliau berjuang menghadapi kesulitan hidup, padahal dunia berada di
hadapannya. Beliau berjuang keras tidak kenal lelah, ketika orang-orang mumin beristirahat
menikmati ketenangan dan ketentraman. Semua itu beliau lakukan dengan semangat yang tak
pernah kendor dan kesabaran tinggi. Beliau berjuang dalam melakukan qiyamul lail dan
beribadah kepada Rab-Nya, membaca Al-Quran, dan bermunajat kepada-Nya sebagaimana yang
diperintah-Nya.
Demikianlah, beliau hidup dalam perjuangan dan peperangan yang tiada henti-hentinya lebih
dari dua puluh tahun. Selama itu, tidak pernah melalaikan suatu urusan karena sibuk dengan
urusan yang lain. Sehingga, dawah meraih suatu keberhasilan yang gemilang, sulit dicerna oleh

akal manusia. Jazirah Arab tunduk kepada dawah Islam, debu-debu jahiliyah tidak berhamburan
lagi di kawasan jazirah Arab, dan akal yang menyimpang telah lurus kembali. Sehingga, berhalaberhala ditinggalkan, bahkan dihancurkan. Udarapun dipenuhi oleh gema suara tauhid. Suara
adzan terdengar membelah angkasa di celah-celah padang pasir yang telah dihidupkan oleh iman
yang baru. Para dai bertolak ke arah utara dan selatan membacakan ayat-ayat Al-Quran dan
menegakkan hukum-hukum Allah.
Berbagai bangsa dan kabilah bertebaran di mana-mana bersatu padu. Manusia pun keluar dari
penyembahan terhadap hamba menuju peribadatan kepada Allah. Di sana, tidak ada pihak yang
memaksa dan dipaksa, tidak ada tuan dan hamba, penguasa dan rakyat, orang yang zhalim dan
terzhalimi. Semuanya adalah hamba Allah, bersaudara dan saling mmencintai, dan melaksanakan
hukum-hukum Allah. Allah telah menyingkirkan penyaki-penyakit jahiliyah dan pengagungan
terhadap nenek moyang dari diri mereka. Di sana, tidaka ada kelebihan yang dimiliki oleh orang
yang berkulit merah atas orang berkulit hitam, kecuali ketaqwaannya. Seluruh manusia adalah
anak keturunan Adam, dan adam tercipta dari tanah.
Berkat dawah Islam, terwujudlah kesatuan Arab, keadilan sosial, kebahagiaan manusia dalam
segala urusan dunia dan akhirat. Perjalanan hari dan wajah bumi pun berubah, demikian garis
sejarah dan pola pikir.
Sebelum ada dawah Islam, dunia di kuasai oleh semangat kejahiliyahan, sehingga perasaannya
memburuk, jiwanya membusuk, nilai-niali moral dan norma-norma sosialnya jadi kacau,
dipenuhi kezhaliman dan perbudakan, dirongrong oleh gelombang kemewahan dan kemiskinan,
diliputi oleh kekufuran, kesesatan dan kegelapan, meskipun pada saat itu sudah terdapat agamaagama langit. Namun, agama itu telah jauh diselewengkan oleh manusia, sehingga menjadi
lumpuh, tidak berdaya menguasai manusia dan berubah menjadi beku, tidak hidup dan tidak
memiliki ruh.
Setelah dawah Islam tampil dan memainkan perannya dalam kehidupan manusia, jiwa manusia
menjadi bersih dari khayalan dan khurafat, perbudakan, kerusakan dan kebusukan, kekotoran dan
kemerosotan. Masyarakat pun menjadi bersih dari kezhaliman dan kesewenang-wenangan,
perpecahan dan kehancuran, perbedaan kelas, kediktatoran penguasa, dan pelecehan para dukun.
Dawah ini tampil membangun dunia di atas kesucian dan kebersihan, hal-hal yang bersifat
positip dan membangun, kebebasan dan pembaruan, pengetahuan dan keyakinan, kepercayaan,
keadilan, kehormatan, serta kinerja yang berkesinambungan untuk meningkatkan taraf kehidupan
dan menjamin setiap orang untuk memperoleh hak-hak dalam kehidupan.
Berkat perkembangan-perkembangan ini, jazirah Arab mengalami suatu kebangkitan yang penuh
berkah, yang belum pernah dialaminya sejak adanya bangunan di atas jazirah tersebut.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah
Moch Abiet Qosim Bcr
Published in: dakwah rasulullah saw periode

Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil orang untuk
beriman dan taat kepada Allah SWT sesuai dengan garis aqidah, syari'at dan akhlak
Islam. Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ini terjadi pada 12 Rabi`ul Awwal tahun
pertama Hijrah, yang bertepatan dengan 28 Juni 621 Masehi. Hijrah adalah sebuah
peristiwa pindahnya Nabi Muhammad Saw dari Mekkah ke Madinah atas perintah Allah,
untuk memperluas wilayah penyebaran Islam dan demi kemajuan Islam itu sendiri.

SEJARAH

Rencana hijrah Rasulullah diawali karena adanya perjanjian antara Nabi Muhammad
SAW dengan orang-orang Yatsrib yaitu suku Aus dan Khazraj saat di Mekkah yang
terdengar sampai ke kaum Quraisy hingga Kaum Quraisy pun merencanakan untuk
membunuh Nabi Muhammad SAW. Pembunuhan itu direncanakan melibatkan semua
suku. Setiap suku diwakili oleh seorang pemudanya yang terkuat. Rencana pembunuhan
itu terdengar oleh Nabi SAW, sehingga ia merencanakan hijrah bersama sahabatnya, Abu
Bakar. Abu Bakar diminta mempersiapkan segala hal yang diperlukan dalam perjalanan,
termasuk 2 ekor unta. Sementara Ali bin Abi Thalib diminta untuk menggantikan Nabi
SAW menempati tempat tidurnya agar kaum Quraisy mengira bahwa Nabi SAW masih
tidur.
Pada malam hari yang direncanakan, di tengah malam buta Nabi SAW keluar dari
rumahnya tanpa diketahui oleh para pengepung dari kalangan kaum Quraisy. Nabi SAW
menemui Abu Bakar yang telah siap menunggu. Mereka berdua keluar dari Mekah
menuju sebuah Gua Tsur, kira-kira 3 mil sebelah selatan Kota Mekah. Mereka
bersembunyi di gua itu selama 3 hari 3 malam menunggu keadaan aman.
Pada malam ke-4, setelah usaha orang Quraisy mulai menurun karena mengira Nabi SAW
sudah sampai di Yatsrib, keluarlah Nabi SAW dan Abu Bakar dari persembunyiannya.
Pada waktu itu Abdullah bin Uraiqit yang diperintahkan oleh Abu Bakar pun tiba dengan
membawa 2 ekor unta yang memang telah dipersiapkan sebelumnya. Berangkatlah Nabi
SAW bersama Abu Bakar menuju Yatsrib menyusuri pantai Laut Merah, suatu jalan yang
tidak pernah ditempuh orang.
Setelah 7 hari perjalanan, Nabi SAW dan Abu Bakar tiba di Quba, sebuah desa yang
jaraknya 5 km dari Yatsrib. Di desa ini mereka beristirahat selama beberapa hari. Mereka

menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi SAW membangun
sebuah masjid yang kemudian terkenal sebagai Masjid Quba. Inilah masjid pertama yang
dibangun Nabi SAW sebagai pusat peribadatan.
Tak lama kemudian, Ali menggabungkan diri dengan Nabi SAW. Sementara itu penduduk
Yatsrib menunggu-nunggu kedatangannya. Menurut perhitungan mereka, berdasarkan
perhitungan yang lazim ditempuh orang, seharusnya Nabi SAW sudah tiba di Yatsrib.
Oleh sebab itu mereka pergi ke tempat-tempat yang tinggi, memandang ke arah Quba,
menantikan dan menyongsong kedatangan Nabi SAW dan rombongan.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu pun tiba. Dengan perasaan bahagia, mereka
mengelu-elukan kedatangan Nabi SAW. Mereka berbaris di sepanjang jalan dan
menyanyikan lagu Thala' al-Badru, yang isinya:
Telah tiba bulan purnama, dari Saniyyah al-Wad'i (celah-celah bukit). Kami wajib
bersyukur, selama ada orang yang menyeru kepada Ilahi, Wahai orang yang diutus kepada
kami, engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati. Setiap orang ingin agar Nabi
SAW singgah dan menginap di rumahnya.
Tetapi Nabi SAW hanya berkata,
"Aku akan menginap dimana untaku berhenti. Biarkanlah dia berjalan sekehendak
hatinya."

Ternyata unta itu berhenti di tanah milik dua anak yatim, yaitu Sahal dan Suhail, di depan
rumah milik Abu Ayyub al-Anshari. Dengan demikian Nabi SAW memilih rumah Abu
Ayyub sebagai tempat menginap sementara. Tujuh bulan lamanya Nabi SAW tinggal di
rumah Abu Ayyub, sementara kaum Muslimin bergotong-royong membangun rumah
untuknya.
Sejak itu nama kota Yatsrib diubah menjadi Madnah an-Nab (kota nabi). Orang sering
pula menyebutnya Madnah al-Munawwarah (kota yang bercahaya), karena dari sanalah
sinar Islam memancar ke seluruh dunia.
Terbentuknya Negara Madinah
Setelah Nabi SAW tiba di Madinah dan diterima penduduk Madinah, Nabi SAW menjadi
pemimpin penduduk kota itu. Ia segera meletakkan dasar-dasar kehidupan yang kokoh
bagi pembentukan suatu masyarakat baru.

Dasar pertama yang ditegakkannya adalah Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan di dalam


Islam), yaitu antara kaum Muhajirin (orang-orang yang hijrah dari Mekah ke Madinah)
dan Anshar (penduduk Madinah yang masuk Islam dan ikut membantu kaum Muhajirin).
Nabi SAW mempersaudarakan individu-individu dari golongan Muhajirin dengan
individu-individu dari golongan Anshar.
Misalnya, Nabi SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah bin Zaid, Ja'far bin
Abi Thalib dengan Mu'az bin Jabal. Dengan demikian diharapkan masing-masing orang
akan terikat dalam suatu persaudaraan dan kekeluargaan. Dengan persaudaraan yang
semacam ini pula, Rasulullah telah menciptakan suatu persaudaraan baru, yaitu
persaudaraan berdasarkan agama, menggantikan persaudaraan berdasarkan keturunan.
Dasar kedua adalah sarana terpenting untuk mewujudkan rasa persaudaraan tsb, yaitu
tempat pertemuan. Sarana yang dimaksud adalah masjid, tempat untuk melakukan
ibadah kepada Allah SWT secara berjamaah, yang juga dapat digunakan sebagai pusat
kegiatan untuk berbagai hal, seperti belajar-mengajar, mengadili perkara-perkara yang
muncul dalam masyarakat, musyawarah, dan transaksi dagang.

Nabi SAW merencanakan pembangunan masjid itu dan langsung ikut membangun
bersama-sama kaum muslimin. Masjid yang dibangun ini kemudian dikenal sebagai
Masjid Nabawi. Ukurannya cukup besar, dibangun di atas sebidang tanah dekat rumah
Abu Ayyub al-Anshari. Dindingnya terbuat dari tanah liat, sedangkan atapnya dari daundaun dan pelepah kurma. Di dekat masjid itu dibangun pula tempat tinggal Nabi SAW dan
keluarganya.
Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak
beragama Islam. Di Madinah, disamping orang-orang Arab Islam juga masih terdapat
golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang Arab yang masih menganut agama nenek
moyang mereka. Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi Muhammad SAW
mengadakan ikatan perjanjian dengan mereka.
Perjanjian tersebut diwujudkan melalui sebuah piagam yang disebut dengan Msq
Madnah atau Piagam Madinah. Isi piagam itu antara lain mengenai kebebasan beragama,
hak dan kewajiban masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban negerinya,
kehidupan sosial, persamaan derajat, dan disebutkan bahwa Rasulullah SAW menjadi
kepala pemerintahan di Madinah.
Masyarakat yang dibentuk oleh Nabi Muhammad SAW di Madinah setelah hijrah itu
sudah dapat dikatakan sebagai sebuah negara, dengan Nabi Muhammad SAW sebagai

kepala negaranya. Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat.
Perkembangan Islam yang pesat itu membuat orang-orang Mekah menjadi resah. Mereka
takut kalau-kalau umat Islam memukul mereka dan membalas kekejaman yang pernah
mereka lakukan. Mereka juga khawatir kafilah dagang mereka ke Suriah akan diganggu
atau dikuasai oleh kaum muslimin.
Untuk memperkokoh dan mempertahankan keberadaan negara yang baru didirikan itu,
Nabi SAW mengadakan beberapa ekspedisi ke luar kota, baik langsung di bawah
pimpinannya maupun tidak. Hamzah bin Abdul Muttalib membawa 30 orang berpatroli
ke pesisir L. Merah. Ubaidah bin Haris membawa 60 orang menuju Wadi Rabiah. Sa'ad
bin Abi Waqqas ke Hedzjaz dengan 8 orang Muhajirin. Nabi SAW sendiri membawa
pasukan ke Abwa dan disana berhasil mengikat perjanjian dengan Bani Damra, kemudian
ke Buwat dengan membawa 200 orang Muhajirin dan Anshar, dan ke Usyairiah. Di sini
Nabi SAW mengadakan perjanjian dengan Bani Mudij.
EkspedEsi-ekspedisi tersebut sengaja digerakkan Nabi SAW sebagai aksi-aksi siaga dan
melatih kemampuan calon pasukan yang memang mutlak diperlukan untuk melindungi
dan mempertahankan negara yang baru dibentuk. Perjanjian perdamaian dengan kabilah
dimaksudkan sebagai usaha memperkuat kedudukan Madinah.
Perang Badar
Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah dan kaun
musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H. Perang ini merupakan puncak dari
serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak kaum muslimin Madinah dan kaum
musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar setelah berbagai upaya perdamaian yang
dilaksanakan Nabi Muhammad SAW gagal.
Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan perlengkapan senjata sederhana
yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah. Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW dan semangat pasukan yang membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang.
Abu Jahal, panglima perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad
SAW sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy, dan 70
orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14 yang gugur sebagai
syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan pertolongan Allah SWT (QS. 3: 123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum muslimin. Mereka
memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian yang dibuat antara mereka dan
Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah.

Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi Muhammad SAW
memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan tebusan sesuai kemampuan
masing-masing. Tawanan yang pandai membaca dan menulis dibebaskan bila bersedia
mengajari orang-orang Islam yang masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak
memiliki kekayaan dan kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga.
Tidak lama setelah perang Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan
suku Badui yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan
melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja kekuatan
semata.
Sesudah perang Badr, Nabi SAW juga menyerang Bani Qainuqa, suku Yahudi Madinah
yang berkomplot dengan orang-orang Mekah. Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu
ke Suriah.
Perang Uhud
Perang yang terjadi di Bukit Uhud ini berlangsung pada tahun 3 H. Perang ini disebabkan
karena keinginan balas dendam orang-orang Quraisy Mekah yang kalah dalam perang
Badr. Pasukan Quraisy, dengan dibantu oleh kabilah Tihama dan Kinanah, membawa
3.000 ekor unta dan 200 pasukan berkuda di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Tujuh
ratus orang di antara mereka memakai baju besi.
Adapun jumlah pasukan Nabi Muhammad SAW hanya berjumlah 700 orang. Perang pun
berkobar. Prajurit-prajurit Islam dapat memukul mundur pasukan musuh yang jauh lebih
besar itu. Tentara Quraisy mulai mundur dan kocar-kacir meninggalkan harta mereka.
Melihat kemenangan yang sudah di ambang pintu, pasukan pemanah yang ditempatkan
oleh Rasulullah di puncak bukit meninggalkan pos mereka dan turun untuk mengambil
harta peninggalan musuh. Mereka lupa akan pesan Rasulullah untuk tidak meninggalkan
pos mereka dalam keadaan bagaimana pun sebelum diperintahkan. Mereka tidak lagi
menghiraukan gerakan musuh. Situasi ini dimanfaatkan musuh untuk segera melancarkan
serangan balik. Tanpa konsentrasi penuh, pasukan Islam tak mampu menangkis serangan.
Mereka terjepit, dan satu per satu pahlawan Islam berguguran. Nabi SAW sendiri terkena
serangan musuh. Sisa-sisa pasukan Islam diselamatkan oleh berita tidak benar yang
diterima musuh bahwa Nabi SAW sudah meninggal. Berita ini membuat mereka
mengendurkan serangan untuk kemudian mengakhiri pertempuran itu.
Perang Uhuh ini menyebabkan 70 orang pejuang Islam gugur sebagai syuhada.
Perang Khandaq

Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum muslimin
Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke Khaibar yang
bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang ini juga disebut sebagai Perang
Ahzab (sekutu beberapa suku).

Pasukan gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat
Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit pertahanan di bagianbagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini disebut sebagai Perang Khandaq yang
berarti parit.
Tentara sekutu yang tertahan oleh parit tsb mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup membuat
masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan dunia luar menjadi
terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh pengkhianatan orang-orang Yahudi
Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah pimpinan Ka'ab bin Asad.
Namun akhirnya pertolongan Allah SWT menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan
mengadakan pengepungan, persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu
pada malam hari angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan
menerbangkan kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka
terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing tanpa suatu
hasil.
Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi hukuman mati.
Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzb: 25-26.
Perjanjian Hudaibiyah
Pada tahun 6 H, ketika ibadah haji sudah disyariatkan, hasrat kaum muslimin untuk
mengunjungi Mekah sangat bergelora. Nabi SAW memimpin langsung sekitar 1.400 orang
kaum muslimin berangkat umrah pada bulan suci Ramadhan, bulan yang dilarang adanya
perang. Untuk itu mereka mengenakan pakaian ihram dan membawa senjata ala
kadarnya untuk menjaga diri, bukan untuk berperang.
Sebelum tiba di Mekah, mereka berkemah di Hudaibiyah yang terletak beberapa
kilometer dari Mekah. Orang-orang kafir Quraisy melarang kaum muslimin masuk ke
Mekah dengan menempatkan sejumlah besar tentara untuk berjaga-jaga.
Akhirnya diadakanlah Perjanjian Hudaibiyah antara Madinah dan Mekah,

yang isinya antara lain:


1. Kedua belah pihak setuju untuk melakukan gencatan senjata selama
10 tahun.
2. Bila ada pihak Quraisy yang menyeberang ke pihak Muhammad, ia
harus dikembalikan. Tetapi bila ada pengikut Muhammad SAW yang
menyeberang ke pihak Quraisy, pihak Quraisy tidak harus
mengembalikannya ke pihak Muhammad SAW.
3. Tiap kabilah bebas melakukan perjanjian baik dengan pihak
Muhammad SAW maupun dengan pihak Quraisy.
4. Kaum muslimin belum boleh mengunjungi Ka'bah pada tahun tsb,
tetapi ditangguhkan sampai tahun berikutnya.
5. Jika tahun depan kaum muslimin memasuki kota Mekah, orang
Quraisy harus keluar lebih dulu.
6. Kaum muslimin memasuki kota Mekah dengan tidak diizinkan
membawa senjata, kecuali pedang di dalam sarungnya, dan tidak
boleh tinggal di Mekah lebih dari 3 hari 3 malam.

Tujuan Nabi SAW membuat perjanjian tsb sebenarnya adalah berusaha merebut dan
menguasai Mekah, untuk kemudian dari sana menyiarkan Islam ke daerah-daerah lain.

Ada 2 faktor utama yang mendorong kebijaksanaan ini :

Mekah adalah pusat keagamaan bangsa Arab, sehingga dengan


melalui konsolidasi bangsa Arab dalam Islam, diharapkan Islam
dapat tersebar ke luar.

Apabila suku Quraisy dapat diislamkan, maka Islam akan


memperoleh dukungan yang besar, karena orang-orang Quraisy
mempunyai kekuasaan dan pengaruh yang besar di kalangan bangsa
Arab.

Setahun kemudian ibadah haji ditunaikan sesuai perjanjian. Banyak orang Quraisy yang
masuk Islam setelah menyaksikan ibadah haji yang dilakukan kaum muslimin, disamping
juga melihat kemajuan yang dicapai oleh masyarakat Islam Madinah.

Di Sisi Lain

Keberhasilan dakwah di madinah tak terlepas dari sosok sahabat nabi, yang bernama
MUSH'AB BIN 'UMAIR. Beliau adalah salah satu sahabat nabi. Sebelum masuk hidayah
tertanam didadanya, beliau adalah seorang pemuda tampan, anak seorang bangsawan dan
hartawan. pemuda yang menjadi buah bibir warga mekah, khususnya para wanita. Ia
lahir dan dibesarkan dalam kesenangan, dan tumbuh dalam lingkungannya. Sampai
akhirnya hidayah Allah datang kepada beliau, dan beliau masuk islam dalam usia yang
masih muda, sekira 24 tahun berbagai kesenangan dunia serta kekayaannya ia tinggalkan
demi memilih islam sebagai agamanya.
Seorang Mush'ab yang memilih hidup miskin dan sengsara demi Islam sebagai tuntunan
hidupnya Pemuda ganteng itu, kini telah menjadi seorang melarat dengan pakaiannya
yang kasar dan usang, sehari makan dan beberapa hari menderita lapar. Sampai akhirnya
Nabi Muhammad mengutus beliau sebagai sebagai duta dakwah pertama ke madinah.
Sejarah mengisahkan betapa Al-Amin mempercayakan kepadanya. Mush'ab dipilih
menjadi seorang utusan. Seorang duta pertama dalam Islam. Ada amanah indah yang
harus segera ia tunaikan. Tugasnya mengajarkan tentang Islam kepada kaum Anshar yang
telah beriman dan berbaiat kepada Rasulullah di Aqabah. Sebuah misi yang tentu saja
tidak mudah. Saat itu telah 12 orang kaum Anshar yang beriman.
Tak lama berselang, Allah yang maha besar, memperlihatkan hasil usaha sungguh sungguh
dari seorang Mushaib. Berduyun-duyun manusia berikrar mengesakan Allah dan
mengakui Rasulullah sebagai utusan Allah. Jika saat ia pergi ada 12 orang golongan kaum
Anshar yang beriman, maka pada musim haji selanjutnya umat muslim Madinah
mengirim perwakilan sebanyak 70 orang laki-laki dan 2 orang perempuan ke Makkah
untuk menjumpai Nabi yang Ummi. Madinah semarak dengan cahaya.
Usaha gigih yang diperbuat Mushab membuat Benih benih islam tersemai dengan subur di
madinah kesungguhan Musab bin Umair dalam berdakwah. Setiap hari dalam hidupnya
senantiasa memberikan konstribusi baru bagi Islam di dalam dakwah dan jihad yang
dilakukannya. Beliau adalah dai pertama dalam Islam di kota Madinah. Di tangannyalah
sebagian besar penduduk Madinah berhasil diislamkan. Dia adalah peletak pertama
fondasi Negara Islam Madinah. Dia adalah kontributor sesungguhnya bagi Islam dan
jamaah kaum Muslim.
STRATEGI DAKWAH DI MADINAH
Beberapa strategi dirangka khusus setibanya Rasulullah s.a.w di Madinah. Semua strategi
berpandukan kepada arahan dan tindakan Rasulullah s.a.w serta pengiktirafan baginda
terhadap ide-ide daripada para sahabat baginda.
PEMBINAAN MASJID

Masjid merupakan institusi dakwah pertama yang dibina oleh Rasulullah s.a.w setibanya
baginda di Madinah. Ia menjadi nadi pergerakan Islam yang menghubungkan manusia
dengan Penciptanya serta manusia sesama manusia. Masjid menjadi lambang akidah umat
Islam atas keyakinan tauhid mereka kepada Allah s.w.t.
Pembinaan masjid dimulakan dengan membersihkan persekitaran kawasan yang dikenali
sebagai mirbad dan meratakannya sebelum menggali lubang untuk diletakkan batu-batu
sebagai asas binaan. Malah, Rasulullah s.a.w sendiri yang meletakkan batu-batu tersebut.
Batu-batu itu kemudiannya disimen dengan tanah liat sehingga menjadi binaan konkrit.
Masjid pertama ini dibina dalam keadaan kekurangan tetapi penuh dengan jiwa
ketaqwaan kaum muslimin di kalangan muhajirin dan ansar. Di dalamnya, dibina sebuah
mimbar untuk Rasulullah s.a.w menyampaikan khutbah dan wahyu daripada Allah.
Terdapat ruang muamalah yang dipanggil sirdauntuk pergerakan kaum muslimin
melakukan aktiviti kemasyarakatan.[2] Pembinaan masjid ini mengukuhkan lagi dakwah
baginda bagi menyebarkan risalah wahyu kepada kaum muslimin serta menjadi pusat
perbincangan di kalangan Rasulullah s.a.w dan para sahabat tentang masalah ummah.
MENGUKUHKAN PERSAUDARAAN
Rasulullah SAW mengeratkan hubungan di antara Muhajirin dan Ansar sebagai platform
mempersatukan persaudaraan di dalam Islam. Jalinan ini diasaskan kepada kesatuan
cinta kepada Allah serta pegangan akidah tauhid yang sama. Persaudaraan ini
membuktikan kekuatan kaum muslimin melalui pengorbanan yang besar sesama mereka
tanpa mengira pangkat, bangsa dan harta. Selain itu, ia turut memadamkan api
persengketaan di kalangan suku kaum Aus dan Khajraz.[3]
PEMBENTUKAN PIAGAM MADINAH
Madinah sebagai sebuah Negara yang menghimpunkan masyarakat Islam dan Yahudi
daripada pelbagai bangsa memerlukan kepada satu perlembagaan khusus yang menjaga
kepentingan semua pihak. Justeru, Rasulullah s.a.w telah menyediakan sebuah piagam
yang dikenali sebagai Piagam Madinah bagi membentuk sebuah masyarakat di bawah
naungan Islam.
Piagam ini mengandungi 32 fasal yang menyentuh segenap aspek kehidupan termasuk
akidah, akhlak, kebajikan, undang-undang, kemasyarakatan, ekonomi dan lain-lain. Di
dalamnya juga terkandung aspek khusus yang mesti dipatuhi oleh kaum Muslimin seperti
tidak mensyirikkan Allah, tolong-menolong sesama mukmin, bertaqwa dan lain-lain.
Selain itu, bagi kaum bukan Islam, mereka mestilah berkelakuan baik bagi melayakkan
mereka dilindungi oleh kerajaan Islam Madinah serta membayar cukai.

Piagam ini mestilah dipatuhi oleh semua penduduk Madinah sama ada Islam atau bukan
Islam. Strategi ini telah menjadikan Madinah sebagai model Negara Islam yang adil,
membangun serta digeruni oleh musuh-musuh Islam.
STRATEGI KETENTERAAN
Peperangan merupakan strategi dakwah Rasulullah di Madinah untuk melebarkan
perjuangan Islam ke seluruh pelusuk dunia. Strategi ketenteraan Rasulullah s.a.w digeruni
oleh pihak lawan khususnya puak musyrikin di Mekah dan Negara-negara lain. Antara
tindakan strategik baginda menghadapi peperangan ialah persiapan sebelum berlakunya
peperangan seperti pengitipan dan maklumat musuh. Ini berlaku dalam peperangan
Badar, Rasulullah s.a.w telah mengutuskan pasukan berani mati seperti Ali bin Abi Talib,
Saad Ibnu Waqqash dan Zubair Ibn Awwam bagi mendapatkan maklumat sulit musuh.[4]
Maklumat penting musuh memudahkan pasukan tentera Islam bersiap-sedia menghadapi
mereka di medan perang.
RasUlullah s.a.w turut membacakan ayat-ayat al-Quran bagi menggerunkan hati-hati
musuh serta menguatkan jiwa kaum Muslimin. Antara firman Allah Taala bermaksud:
Dan ingatlah ketika Allah menjajikan kepadamu bahawa salah satu dari dua golongan
yang kamu hadapi adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahawa yang tidak
mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmy, dan Allah menghendaki untuk
membenarkan yang benar dengan ayat-ayatNya dan memusnahkan orang-orang kafir.
(Surah al-Anfal: 7)
Rasulullah s.a.w turut mengambil pandangan daripada para sahabat baginda dalam
merangka strategi peperangan. Sebagai contoh, dalam peperangan Badar, baginda
bersetuju dengan cadangan Hubab mengenai tempat pertempuran. Hubab mencadangkan
agar baginda menduduki tempat di tepi air yang paling dekat dengan musuh agar air boleh
diperolehi dengan mudah untuk tentera Islam dan haiwan tunggangan mereka. Dalam
perang Khandak, Rasulullah s.a.w bersetuju dengan pandangan Salman al-Farisi yang
berketurunan Parsi berkenaan pembinaan benteng. Strategi ini membantu pasukan
tentera Islam berjaya dalam semua peperangan dengan pihak musuh.
PEMBERIAN COP MOHOR
Rasulullah s.a.w mengutuskan surat dan watikah kepada kerajaan kerajaan luar seperti
kerajaan Rom dan Parsi bagi mengembangkan risalah dakwah. Semua surat dan watikah
diletakkan cop yang tertulis kalimah la ila ha illahlah wa ana Rasullah[5] Tujuannya
adalah untuk menjelaskan kedudukan Rasulullah s.a.w sebagai utusan Allah dan Nabi di
akhir zaman. Dalam watikahnya, baginda turut menyeru agar mereka menyembah Allah

dan bersama-sama berjuang untuk Islam sebagai agama yang diiktiraf oleh Allah.
Kebanyakan watikah baginda diterima baik oleh kerajaan-kerajaan luar.
Contoh surat Nabi kepada Raja Parsi :
Nabi mengutuskan Abdullah bin Huzaifah bin Saham yang membawa surat kepada Kaisar
Humuz, Raja Parsi yang bunyinya sebagai berikut :
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang dari Nabi Muhammad
Rasulullah kepada Kaisar penguasa Parsi. Semoga sejahtera kepada sesiapa sahaja yang
mengikut pimpinan Allah dan beriman kepadaNya dan rasulNya dan bersaksi tidak ada
Tuhan selain Allah yang Esa tidak ada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Nabi
Muhammad adalah hamba dan rasulNya.
Saya mengajak anda dengan ajakan Allah kepada umat manusia dan untuk
memperingatkan manusia yang masih hidup, bahawa siksaan akan ditimpakan atas orangorang kafir. Masuklah Islam dan hendaklah menerimanya. Jika anda menolaknya, maka
berdosalah bagi penyembah api.[6]
HUBUNGAN LUAR
Hubungan luar merupakan orientasi penting bagi melabarkan sayap dakwah. Ini terbukti
melalui tindakan Rasulullah s.a.w menghantar para dutanya ke negara-negara luar bagi
menjalinkan hubungan baik berteraskan dakwah tauhid kepada Allah. Negara-negara itu
termasuklah Mesir, Iraq, Parsi dan Cina. Sejarah turut merakamkan bahawa Saad Ibn
Waqqas pernah berdakwah ke negeri Cina sekitar tahun 600 hijrah. Sejak itu, Islam
bertebaran di negeri Cina sehingga kini. Antara para sahabat yang menjadi duta
Rasulullah ialah Dukyah Kalibi kepada kaisar Rom, Abdullah bin Huzaifah kepada kaisar
Hurmuz, Raja Parsi, Jaafar bin Abu Talib kepada Raja Habsyah.[7]
Strategi hubungan luar ini diteruskan pada pemerintahan khalifah Islam selepas
kewafatan Rasulullah s.a.w. Sebagai contoh, pasukan Salehuddin al-Ayubi di bawah
pemerintahan Bani Uthmaniah telah berjaya menawan kota suci umat Islam di Baitul
Maqdis. Penjajahan dan penerokaan ke Negara-negara luar merupakan strategi dakwah
paling berkesan di seluruh dunia.
KESIMPULAN
Strategi dakwah Rasulullah s.a.w di Madinah lebih agresif dan besar. Madinah, sebagai
Negara Islam pertama menjadi nadi pergerak dakwah Islam ke seluruh dunia. Tapak yang
disediakan oleh Rasulullah s.a.w begitu kukuh sehingga menjadi tauladan kepada
pemerintahan Islam sehingga kini. Strategi yang bersumberkan kepada dua perundangan

utama iaitu al-Quran dan Hadis menjadi intipati kekuatan perancangan Islam dalam
menegakkan kalimah Tauhid.
Sukses hijrah Nabi Muhammad SAW ditandai, antara lain, keberhasilannya
mencerdaskan masyarakat Muslim yang bodoh menjadi umat yang cerdas,
menyejahterakan sosial ekonomi umat dan masyarakat dengan asas keadilan dan
pemerataan, serta penegakan nilai etik-moral dan norma hukum yang tegas. Pendeknya,
Nabi Muhammad SAW berhasil membangun kesalehan ritual yang paralel dengan
kesejahteraan material, ketaatan individual yang seiring dengan kepatuhan sosial, dan
terwujudnya kesejahteraan duniawiah-temporal yang seimbang dengan keberkahan
ukhrawiah yang kekal.
Sebuah fakta sejarah kemudian membuktikan bahwa proses penyebaran Islam dengan
dakwah jauh lebih cepat dan berkembang pada periode Madinah ini dibandingkan periode
Mekkah. Selain itu juga di Madinah, Rasulullah dan Umat Islam berhasil membangun tata
peradaban baru, tata pemerintahan, tata ekonomi dan sosial yang demikian pesat
perkembangannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam proses Hijrah
Pengorbanan
Nilai ini ditunjukan oleh Ali bin Abi Thalib, yaitu ketika beliau tanpa ragu
menyanggupiuntuk menggantikan Nabi untuk tetap berada didalam rumah, bahkan beliau
kemudian tidur dan mengenakan sorban Nabi. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat
heroik dimana Ali yang ketika itu masih seorang pemuda, rela untuk menjadi tameng bagi
kelangsungan hidup Rasulnya, yang berarti pula kelangsungan dakwah Islam
Nilai ini juga ditunjukan oleh Abu Bakar as Shidiq, yakni ketika beliau berkata Biar saya
yang masuk kedalam gua (Tsur) dulu, kalau ada binatang buas atau binatang berbisa
didalam sana, saya rela mati, biar anda meneruskan perjuangan dan dakwah anda.
Lagi sebuah epik kepahlawanan dan pengorbanan yang luar biasa. Kemudian
dalamsebuah cerita kemudian benar Abu Bakar digigit ular berbisa, namun ataskehendak
Allah, beliau selamat dalam peristiwa itu.
Keyakinan dan Tawakal
ketika berada dalam gua tsur yang gelap dan dalam keadaan yang sedemikian rupa,
kemudian terucap kata-kata yang hanya akan keluar dari lisan orang yang memiliki
keyakinan dan sikap tawakal yang demikian sempurna La Tahzan, innallah ma ana
jangan bersedih, sesungguhnya Allah bersama kita

Kebersamaan
Peristiwa Hijrah ini melibatkan Nabi Muhammad yang mewakili Pemimpin, Ali bin Abi
Thalib yang mewakili generasi muda, Abu Bakr, yang mewakili golongan tua, bahkan
konon ada seorang perempuan yang bertugas menyupalai makanan kepada Nabi dan Abu
Bakar selama mereka berada dalam gua yang menurut seorang ulama, ini
menggambarkan sebuah kesatuan, antara pemimpin, pemuda, orang tua dan perempuan,
sebagai salah satu syarat keberhasilan, seperti kemudian digambarkan bagaimana
proses Hijrah ini adalah menjadi tonggak sejarah dan momentum perkembangan Islam.
Kondisi yang Kondusif
Sebagaimana diketahui, ketika sampai ditempat yang baru, Nabi mengganti nama Yatsrib
Mengecam, menjadi Madinah Kota Peradaban. Ini mencerminkan bahwa sebuah
proses keberhasilan tidak akan dicapai ketika orang-orang yang berada didalamnya saling
mengecam satu sama lain, kritik yang tidak konstruktif, asal ganti dan lebih
mementingkan kepentingan golongan dan pribadinya semata. Penggantian nama menjadi
Madinah menyimbolkan bahwa keberhasilan hanya akan dicapai dalam tata kehidupan
yang beradab, ada sopan santun dan etika ketika hendak menyampaikan pendapat, kritik
dan masukan, ada tata aturan yang mesti dipenuhi oleh orang-orang beradab, yang
kemudian dibuktikan dalam sejarah masa kini, bahwa dimanapun, tidak akan pernah bisa
mencapai keberhasilan, ketika individu-individu yang terlibat dalam proses itu saling
mengecam bahkan tak jarang menyebarkan fitnah-fitnah keji. Sebaliknya, sebuah kondisi
yang beradab, yang berdasarkan tata aturan dan norma kesusilaan-lah yang mengantar
sebuah bangsa, sebuah kelompok atau apapun untuk mencapai keberhasilannya.
Demikianlah beberapa kisah-kisahnya rosullulloh s.a.w berdakwah memperjuangkan
islam untuk kita dan kita semua diseluruh dunia bagi umat islam untuk itu mari kita
berjuang dan meneruskan dakwahnya rosulluloh s.a.w sebagai suri tauladan semoga kita
dapat barokah dan syafaatnya yang akan menyelamatkan diri kita dari siksa kubur

FAKTOR-FAKTOR
SOSIAL
YANG
MEMPENGARUHI
DAKWAH
RASULULLAH
PERIODE MEKKAH DAN MADINNAH.

NAMA KELOMPOK :
1.ADHI KRISNA
2.CHAIRUL DHIKA
3.DANIL SAPUTRA
4.GEMA NANDA PUTRA
5.M.REZA SAPUTRA
6.MUNAZAH ANJAR ISTIQOMAH

SMK OTOMINDO

Anda mungkin juga menyukai