Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAI

Disusun Oleh :
Devya Aulia

Kelas : X MIPA 2

SMA NEGERI 1 GUNUNG ALIP KAB. TANGGAMUS


TAHUN 2020
Substansi Dakwah Rasulullah Di Mekah

1. Jelaskan secara singkat letak geografis kota Makkah!


Jawab: 
Kota makkah merupakan salah salah satu kota yang berada di
Jazirah Arab. Arab artinya sahara, dikatakan Jazirah Arab karena
Arab merupakan semenanjung yang terdiri dari gurun sahara
sangat luas. Jazirah Arab terletak di bagian barat benua asia, yang
sekarang terkenal dengan sebutan negara Saudi Arabia, dengan
ibukotanya Riyadh.

2. Dilihat dari keturunan dan cikal-bakalnya, suku Arab terbagi


menjadi tiga kelompok. Sebutkan dan jelaskan!

Jawab:
- Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang
sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti
Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq, dan lain-lainnya.
- Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Ya’ruf Yasyjub bin Qahthan atau disebut pula Arab
Qahthaniyah.
- Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan ‘Ismail yang disebut pula Arab Adnaniyah.

3. Jika dilihat dari kehidupannya (kondisi sosial), masyarakat


Arab terbagi menjadi dua macam, yaitu baduwi dan Hadlari.
Jelaskan pengertian keduanya!

Jawab:
- Golongan baduwi adalah suku-suku yang tidak hidup menetap
dan suka menyerang kabilah-kabilah yang dianggap
musuhnya. Keberanian bagi mereka adalah kebanggaan. 
- Golongan Hadlar adalah golongan yang hidup di kota-kota dan
pedusunan. Rata-rata mereka mempunyai mata pencaharian
yang tetap. Penduduk ini nampaknya lebih mempunyai
peradaban dibanding orang Baduwi.

4. Sebutkan kepercayaan-kepercayaan (agama) yang dianut


bangsa Arab sebelum Islam!

Jawab:
- mengundi nasib
- menyembah bebatuan
- takhayul dan khurafat
- menyembah berhala (paganisme)
- menyembah benda-benda langit (bintang dan planet)
- menyembah api
5. Sebutkan kebiasaan-kebiasaan buruk bangsa Arab sebelum
Islam (kebiasaan jahiliyyah kaum Quraisy)!

Jawab:
- Berjudi (al-maisir)
- Minum minuman keras (khamr)
- Berzina
- Membunuh 
- Menyembah berhala, patung, api, dan benda-benda langit
- Perbudakan
- Kebiasaan buruk wanita Arab jahiliyyah jika keluar rumah mereka
memperlihatkan bentuk keindahan tubuhnya
Strategi Dakwah nabi Muhammad ‫ﷺ‬ di
Makkah
Strategi merupakan cara-cara yang dipergunakan Nabi Muhammad saw. untuk
menyampaikan dakwah Islam dengan tujuan agar dakwah tersebut bisa dengan
mudah diterima oleh umatnya. Untuk tujuan tersebut, beliau melakukan strategi
berdakwah secara bertahap agar substansi materi dakwahnya dapat diterima
dengan mudah di kalangan masyarakat Arab.

Secara garis besar, dakwah Nabi Muhammad saw. dibagi menjadi dua periode,
yaitu: Periode Mekah dan Periode Madinah. Proses dakwah Nabi saw. di
Mekah berlangsung selama 13 tahun (3 tahun dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan 10 tahun secara terang-terangan). Sedangkan
dakwah di Madinah berlangsung selama 10 tahun, terhitung mulai dari
hijrah Nabi saw. ke Madinah sampai beliau wafat.

1. Dakwah Secara Sembunyi-sembunyi

Pada mulanya, Nabi Muhammad saw. memulai kegiatan dakwahnya secara


sembunyi-sembunyi dengan harapan tidak menimbulkan kecurigaan dari kaum
Quraisy Mekah. Pada mulanya beliau hanya menyeru kepada keluarga inti dan
beberapa kerabat dekatnya. Pada tahap ini, Nabi saw. hanya menyampaikan
beberapa ajaran dasar dari agama Islam. Inti ajaran tersebut mencakup tiga hal,
yaitu: pertama, keesaan Tuhan; kedua, penghapusan patung-patung berhala; dan
ketiga, kewajiban manusia untuk beribadah ritual dan sosial untuk mencari keridaan
Allah swt. semata.

Orang-orang yang pertama kali menerima ajakan dan seruan Nabi Muhammad saw.
disebut dengan as-sabiqunal awwalun, atau orang-orang yang pertama masuk
Islam. Mereka adalah Khadijah (istri Nabi saw.), Zaid bin Harisah (anak angkat Nabi
saw.), Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi saw.), serta Abu Bakar (sahabat karib Nabi
saw.). Pada perkembangan selanjutnya, mereka juga turut serta menyebarkan
ajaran Islam, dan berhasil mempengaruhi beberapa orang di sekitarnya. Abu Bakar
misalnya, berhasil mengajak lima orang untuk memeluk agama Islam, mereka
adalah Sa'ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah,
Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Selain keluarga dan kerabat dekat,
Nabi Muhammad juga menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang yang sudah
dikenalnya secara baik dan mereka pun mengenal baik kepribadian beliau. Sikap
mereka menerima langsung dakwah Nabi saw. karena didasari keyakinan kuat
bahwa apa yang disampaikannya adalah benar adanya.

Menurut Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri, peran generasi pertama Islam


sangat besar dalam mendukung dan mensukseskan dakwah Islam. Abu Bakar
adalah sahabat yang sangat aktif menemani beliau dalam gerakan dakwah Islam.
Beliau merupakan tokoh yang disenangi dan mudah berkomunikasi dengan
masyarakat umum. Setelah beberapa tokoh tersebut di atas, kemudian disusul
generasi selanjutnya yang menyatakan masuk Islam, mereka adalah Bilal bin Rabah
Al-Habsyi, Amin Al-Ummah orang kepercayaan umat yaitu Abu Ubaidah `Amir bin
Al-Jarah dari Bani Al-Haris bin Fihr, Abu Salamah bin Abdul Al-Asad Al-Makhzumi,
Al-Arqam bin Abu Al-Arqam Al-Makhzumi, Usman bin Maz'un dan dua saudaranya
Qudamah dan Abdullah, Ubaidah bin Al-Haris bin Al-Muthalib bin Abdul Manaf, Sa`id
bin Zaid Al-Adawi Al-Urus dan istrinya Fatimah binti Al-Khattab Al-Adwiah adik
perempuan Umar bin Al-Khattab, Khabbab bin Al-Arat, Abdullah bin Mas`ud Al-
Huzali, dan lain-lain, mereka dianggap sebagai pelengkap generasi pertama
menganut Islam (As-Sabiqun Al-Awwalun). Mereka seluruhnya adalah keturunan
Quraisy, menurut sejarawan Ibnu Hisyam, jumlah mereka mencapai 40 orang.
Namun, pada mulanya mereka memeluk Islam secara rahasia, Nabi Muhammad
saw. secara terus-menerus mengadakan pertemuan dengan mereka, mengajarkan
kepada mereka mengenai agama Islam secara rahasia.

Pada saat-saat itu, wahyu turun tanpa putus, yaitu setelah turunnya awal surah Al-
Muddatsir, bagian-bagian surah yang turun pada masa-masa ini merupakan ayat-
ayat yang pendek-pendek, struktur ayatnya indah, bagus, dan lembut, seni
susunannya sesuai dengan tuntutan suasana damai, bertemakan pembersihan jiwa
dan mengecam perilaku-perilaku buruk duniawi, menggambarkan keindahan surga
dan keburukan neraka, membimbing manusia mukmin dalam satu suasana yang
jauh berbeda dari suasana manusia pada masa itu.

Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama tiga tahun. Dalam jangka


waktu tersebut, mula-mula Nabi Muhammad saw. dan beberapa sahabatnya hanya
berhasil membentuk sebuah kelompok kecil (umat Islam). Sampai akhirnya turun
wahyu yang mengharuskan beliau menyampaikan dakwah secara terang-terangan.
Menginjak tahun keempat kenabian, Nabi Muhammad saw. menerima wahyu
perintah memberikan peringatan kepada para kerabatnya. Menurut para ahli, wahyu
ini dinilai sebagai awal kegiatan dakwah secara terang-terangan. Allah swt.
berfirman:

َ ‫ك ٱأۡل َ ۡق َر ِب‬
‫ين‬ َ ِ‫َوأَنذ ِۡر َعش‬
َ ‫ير َت‬
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang
terdekat." (Asy-Syu'ara: 214)

Berikut ini langkah-langkah yang ditempuh Nabi Muhammad saw. dalam


menyampaikan dakwah secara terang-terangan.

2. Dakwah Secara Terang-terangan

Nabi Muhammad saw. mengumpulkan orang-orang dari Bani Al-Muthalib dan Bani
Abdi Manaf, jumlah mereka yang hadir pada pertemuan tersebut sekitar 45 orang.
Beliau bermaksud menyampaikan dakwah Islam dalam pertemuan tersebut, namun
belum sempat berbicara, Abu Lahab sudah menyela terlebih dahulu seraya berkata,
"Mereka yang hadir di sini adalah paman-pamanmu beserta anak-anaknya, maka
bicaralah jika ingin berbicara, dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah,
bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu.
Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan keluarga bapakmu.
Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka akan lebih mudah bagi seluruh
kabilah Quraisy untuk menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan
dalam urusanmu. Karena sesungguhnya engkau tidak pernah melihat seseorang
dari mereka yang pernah berbuat macam-macam seperti yang engkau perbuat saat
ini." Mendengar ucapan Abu Lahab tersebut, Nabi Muhammad saw. hanya diam dan
tidak berkata sepatah kata pun.

Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad saw. mengundang mereka untuk kedua
kalinya. Saat itulah beliau bersikap lebih mantap dan bersabda, "Segala puji bagi
Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan. percaya dan tawakal kepada-
Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-
Nya. Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya.
Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian
benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangunkan lagi
layaknya bangun tidur. Kalian akan benar-benar dihisab (dihitung amal
perbuatannya) terhadap apa pun yang kalian perbuat. Lalu di sana ada surga yang
abadi dan neraka yang abadi pula."

Mendengar ucapan Nabi, Abu Thalib berkata, "Kami tidak suka menolongmu,
menjadi penasehatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi
keluarga bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara
mereka. Namun, akulah orang pertama yang mendukung apa yang engkau sukai.
Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa
akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk
meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib". Kemudian Abu Lahab berkata, "Demi
Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan kepada dirinya sebelum orang lain
yang melakukannya." Abu Thalib kembali berkata, "Demi Allah, kami akan tetap
melindunginya selama kami masih hidup."

Setelah Abu Thalib mengeluarkan pernyataan sekaligus jaminan untuk senantiasa


menjaga keselamatan beliau, maka Nabi Muhammad saw. semakin berani
melakukan dakwah secara terang-terangan. Di samping itu, secara langsung
maupun tidak langsung, pernyataan Abu Thalib tersebut merupakan dukungan atas
kegiatan dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Tidak lama setelah
pertemuan tersebut, perlahan-lahan tapi pasti semakin banyak penduduk Mekah
yang memeluk agama Islam. Perkembangan ini mendorong Nabi Muhammad saw.
untuk menampakkan kegiatan dakwahnya secara formal dan terang-terangan. Oleh
karena itu, pada suatu kesempatan, beliau mengundang seluruh penduduk Mekah
ke Bukit Shafa untuk mendengarkan khutbahnya. Dalam khutbahnya, Nabi
menyampaikan inti ajaran agama Islam yang dibawanya dan menegaskan bahwa
dirinya adalah utusan Allah. Oleh sebab itu, beliau mengajak mereka kepada agama
tauhid (mengesakan Allah) serta beriman kepada risalahnya dan juga kepada hari
akhir (hari kiamat).

Bukit Shafa
Karena dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad saw. benar-benar merupakan
hal baru, dan berkaitan dengan masalah agama yang dalam perspektif ilmu sosiologi
dan antropologi, adalah termasuk masalah yang sangat sulit berubah, karena
berkaitan dengan keyakinan, maka muncullah berbagai reaksi dari kaum Quraisy
Mekah. Sebagian kecil dari mereka ada yang langsung percaya dan mengimani
Islam, dan sebagian besar lainnya menolak, khususnya dari para tokoh dan
pembesar Quraisy yang memang sudah merasa mapan dengan kepercayaan lama.
Reaksi keras datang dari pembesar Quraisy, Abu Lahab. Setelah mendengar
khutbah beliau, Abu Lahab marah dan berkata, "Celakalah engkau wahai
Muhammad untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami
semua di sini?" Setelah ucapan tesebut keluar dari mulut Abu Lahab, Allah swt.
berfirman yang artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar
binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia
usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di
lehernya ada tali dari sabut yang dipintal." (QS. Al-Lahab: 1-5).

Gertakan dan ejekan Abu Lahab ketika beliau menyampaikan dakwahnya di Bukit
Shafa tersebut tidak membuat semangat dakwah Nabi Muhammad saw. surut
apalagi berniat menghentikan kegiatan dakwah. Sebaliknya, dengan turunnya surah
Al-Lahab di atas, beliau semakin gigih, bersemangat dan gencar dalam berdakwah.
Seruan beliau terus bergema di pelosok kota Mekah, hingga kemudian turun ayat
yang artinya: "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang
yang musyrik." (A1-Hijr: 94).

Ayat tersebut di atas semakin mengukuhkan posisi Muhammad sebagai seorang


rasul utusan Allah guna menyampaikan risalahnya secara tegas dan terang-
terangan, serta menentang perbuatan orang kafir Mekah.

Anda mungkin juga menyukai