Disusun Oleh :
Devya Aulia
Kelas : X MIPA 2
Jawab:
- Arab Ba’idah, yaitu kaum-kaum Arab terdahulu yang
sejarahnya tidak bisa dilacak secara rinci dan komplit, seperti
Ad, Tsamud, Thasm, Jadis, Imlaq, dan lain-lainnya.
- Arab Aribah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan Ya’ruf Yasyjub bin Qahthan atau disebut pula Arab
Qahthaniyah.
- Arab Musta’rabah, yaitu kaum-kaum Arab yang berasal dari
keturunan ‘Ismail yang disebut pula Arab Adnaniyah.
Jawab:
- Golongan baduwi adalah suku-suku yang tidak hidup menetap
dan suka menyerang kabilah-kabilah yang dianggap
musuhnya. Keberanian bagi mereka adalah kebanggaan.
- Golongan Hadlar adalah golongan yang hidup di kota-kota dan
pedusunan. Rata-rata mereka mempunyai mata pencaharian
yang tetap. Penduduk ini nampaknya lebih mempunyai
peradaban dibanding orang Baduwi.
Jawab:
- mengundi nasib
- menyembah bebatuan
- takhayul dan khurafat
- menyembah berhala (paganisme)
- menyembah benda-benda langit (bintang dan planet)
- menyembah api
5. Sebutkan kebiasaan-kebiasaan buruk bangsa Arab sebelum
Islam (kebiasaan jahiliyyah kaum Quraisy)!
Jawab:
- Berjudi (al-maisir)
- Minum minuman keras (khamr)
- Berzina
- Membunuh
- Menyembah berhala, patung, api, dan benda-benda langit
- Perbudakan
- Kebiasaan buruk wanita Arab jahiliyyah jika keluar rumah mereka
memperlihatkan bentuk keindahan tubuhnya
Strategi Dakwah nabi Muhammad ﷺ di
Makkah
Strategi merupakan cara-cara yang dipergunakan Nabi Muhammad saw. untuk
menyampaikan dakwah Islam dengan tujuan agar dakwah tersebut bisa dengan
mudah diterima oleh umatnya. Untuk tujuan tersebut, beliau melakukan strategi
berdakwah secara bertahap agar substansi materi dakwahnya dapat diterima
dengan mudah di kalangan masyarakat Arab.
Secara garis besar, dakwah Nabi Muhammad saw. dibagi menjadi dua periode,
yaitu: Periode Mekah dan Periode Madinah. Proses dakwah Nabi saw. di
Mekah berlangsung selama 13 tahun (3 tahun dilakukan secara
sembunyi-sembunyi dan 10 tahun secara terang-terangan). Sedangkan
dakwah di Madinah berlangsung selama 10 tahun, terhitung mulai dari
hijrah Nabi saw. ke Madinah sampai beliau wafat.
Orang-orang yang pertama kali menerima ajakan dan seruan Nabi Muhammad saw.
disebut dengan as-sabiqunal awwalun, atau orang-orang yang pertama masuk
Islam. Mereka adalah Khadijah (istri Nabi saw.), Zaid bin Harisah (anak angkat Nabi
saw.), Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi saw.), serta Abu Bakar (sahabat karib Nabi
saw.). Pada perkembangan selanjutnya, mereka juga turut serta menyebarkan
ajaran Islam, dan berhasil mempengaruhi beberapa orang di sekitarnya. Abu Bakar
misalnya, berhasil mengajak lima orang untuk memeluk agama Islam, mereka
adalah Sa'ad bin Abi Waqash, Zubair bin Awwam, Thalhah bin Ubaidillah,
Abdurrahman bin Auf, dan Utsman bin Affan. Selain keluarga dan kerabat dekat,
Nabi Muhammad juga menyampaikan dakwahnya kepada orang-orang yang sudah
dikenalnya secara baik dan mereka pun mengenal baik kepribadian beliau. Sikap
mereka menerima langsung dakwah Nabi saw. karena didasari keyakinan kuat
bahwa apa yang disampaikannya adalah benar adanya.
Pada saat-saat itu, wahyu turun tanpa putus, yaitu setelah turunnya awal surah Al-
Muddatsir, bagian-bagian surah yang turun pada masa-masa ini merupakan ayat-
ayat yang pendek-pendek, struktur ayatnya indah, bagus, dan lembut, seni
susunannya sesuai dengan tuntutan suasana damai, bertemakan pembersihan jiwa
dan mengecam perilaku-perilaku buruk duniawi, menggambarkan keindahan surga
dan keburukan neraka, membimbing manusia mukmin dalam satu suasana yang
jauh berbeda dari suasana manusia pada masa itu.
َ ك ٱأۡل َ ۡق َر ِب
ين َ َِوأَنذ ِۡر َعش
َ ير َت
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang
terdekat." (Asy-Syu'ara: 214)
Nabi Muhammad saw. mengumpulkan orang-orang dari Bani Al-Muthalib dan Bani
Abdi Manaf, jumlah mereka yang hadir pada pertemuan tersebut sekitar 45 orang.
Beliau bermaksud menyampaikan dakwah Islam dalam pertemuan tersebut, namun
belum sempat berbicara, Abu Lahab sudah menyela terlebih dahulu seraya berkata,
"Mereka yang hadir di sini adalah paman-pamanmu beserta anak-anaknya, maka
bicaralah jika ingin berbicara, dan tidak perlu bersikap kekanak-kanakan. Ketahuilah,
bahwa tidak ada orang Arab yang berani mengernyitkan dahi terhadap kaummu.
Dengan begitu aku berhak menghukummu. Biarkanlah urusan keluarga bapakmu.
Jika engkau tetap bertahan pada urusanmu ini, maka akan lebih mudah bagi seluruh
kabilah Quraisy untuk menerkammu dan semua bangsa Arab ikut campur tangan
dalam urusanmu. Karena sesungguhnya engkau tidak pernah melihat seseorang
dari mereka yang pernah berbuat macam-macam seperti yang engkau perbuat saat
ini." Mendengar ucapan Abu Lahab tersebut, Nabi Muhammad saw. hanya diam dan
tidak berkata sepatah kata pun.
Pada kesempatan lain, Nabi Muhammad saw. mengundang mereka untuk kedua
kalinya. Saat itulah beliau bersikap lebih mantap dan bersabda, "Segala puji bagi
Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan. percaya dan tawakal kepada-
Nya. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah semata yang tiada sekutu bagi-
Nya. Sesungguhnya seorang pemandu itu tidak akan mendustakan keluarganya.
Demi Allah yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah
kepada kalian secara khusus dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian
benar-benar akan mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangunkan lagi
layaknya bangun tidur. Kalian akan benar-benar dihisab (dihitung amal
perbuatannya) terhadap apa pun yang kalian perbuat. Lalu di sana ada surga yang
abadi dan neraka yang abadi pula."
Mendengar ucapan Nabi, Abu Thalib berkata, "Kami tidak suka menolongmu,
menjadi penasehatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang menjadi
keluarga bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir orang di antara
mereka. Namun, akulah orang pertama yang mendukung apa yang engkau sukai.
Maka lanjutkanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa
akan menjaga dan melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk
meninggalkan agama Bani Abdul Muthalib". Kemudian Abu Lahab berkata, "Demi
Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah tindakan kepada dirinya sebelum orang lain
yang melakukannya." Abu Thalib kembali berkata, "Demi Allah, kami akan tetap
melindunginya selama kami masih hidup."
Bukit Shafa
Karena dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad saw. benar-benar merupakan
hal baru, dan berkaitan dengan masalah agama yang dalam perspektif ilmu sosiologi
dan antropologi, adalah termasuk masalah yang sangat sulit berubah, karena
berkaitan dengan keyakinan, maka muncullah berbagai reaksi dari kaum Quraisy
Mekah. Sebagian kecil dari mereka ada yang langsung percaya dan mengimani
Islam, dan sebagian besar lainnya menolak, khususnya dari para tokoh dan
pembesar Quraisy yang memang sudah merasa mapan dengan kepercayaan lama.
Reaksi keras datang dari pembesar Quraisy, Abu Lahab. Setelah mendengar
khutbah beliau, Abu Lahab marah dan berkata, "Celakalah engkau wahai
Muhammad untuk selama-lamanya, untuk inikah engkau mengumpulkan kami
semua di sini?" Setelah ucapan tesebut keluar dari mulut Abu Lahab, Allah swt.
berfirman yang artinya: "Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan benar-benar
binasa dia! Tidaklah berguna baginya hartanya dan apa yang dia
usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak (neraka).
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah). Di
lehernya ada tali dari sabut yang dipintal." (QS. Al-Lahab: 1-5).
Gertakan dan ejekan Abu Lahab ketika beliau menyampaikan dakwahnya di Bukit
Shafa tersebut tidak membuat semangat dakwah Nabi Muhammad saw. surut
apalagi berniat menghentikan kegiatan dakwah. Sebaliknya, dengan turunnya surah
Al-Lahab di atas, beliau semakin gigih, bersemangat dan gencar dalam berdakwah.
Seruan beliau terus bergema di pelosok kota Mekah, hingga kemudian turun ayat
yang artinya: "Maka sampaikanlah (Muhammad) secara terang-terangan
segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang
yang musyrik." (A1-Hijr: 94).