Anda di halaman 1dari 10

Keteladanan Rasulullah SAW (Periode

Makkah)

Perjalanan Dakwah Rasulullah di Makkah


A. Sebelum Mendapatkan Kerasulan

Pada zaman sebelum Muhammad menyebarkan agama Islam kawasan Arab adalah kawasan
jahiliah, dengan masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Kebodohan masyarakat pada waktu
itu terdapat dalam bidang agama, moral, dan hukum.
Dalam bidang agama , masyarakat Arab jahiliah sudah menyimpang dari ajaran Tauhid.
Umumnya mereka beragama watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala tersebut
mereka letakkan di Ka’bah yang jumlahnya lebih dari 300. Berhala yang terkenal yaitu: Ma’abi,
Hubal, Khuza’ah, Lata, Uzza, dan Manat. Ada pula sebagian dari mereka yang menyembah malaikat,
binatang, jin, matahari, dan bulan.
Dalam bidang moral , masyarakat jahiliah telah menempuh cara yang sesat, yaitu:
• Bila terjadi peperangan antarkabilah , maka kabilah yang menang
akan menjadikan kabilah yang kalah sebagai budak.

• Menempatkan perempuan pada kedudukan rendah. Dalam


masyarakat Arab jahiliah perempuan tidak boleh menerima harta
warisan meskipun dari suami atau keluarganya.

• Memiliki kebiasaan yang buruk seperti berjudi, meminum minuman


keras, mencuri, dan berzina.

B. Setelah Mendapatkan Kerasulan

B.1. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi


Allah SWT tidak membiarkan umat manusia, khususnya masyarakat Arab dalam
kebodohan. Sehingga Allah SWT mengutus seorang nabi dan Rasul-Nya yang terakhir yaitu
Nabi Muhammad SAW.
Seperti yang diriwayatkan ialah Shahih Bukhar berkata, awal permulaan wahyu
kepada Rasulullah saw. adalah mimpi yang benar. Beliau tidak melihat sesuatu mimpi,

1
kecuali mimpi tersebut datang seperti cahaya subuh. Kemudian beliau menyendiri di Gua
Hira beberapa kilo meter sebelah utara kota Mekah dan berada di lerengnya pada 17
Ramadha 610 M untuk beribadah beberapa malam sebelum kembali ke keluarganya dan
mengambil bekal untuk kegiatannya itu, sampai beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat
Jibril. Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata, “Bacalah!” Rasulullah saw. menjawab,
“Saya tidak dapat membaca.” Beliau mengatakan, lalu malaikat itu memegang dan
mendekapku sampai aku merasa lelah. Kemudian ia melepaskanku dan megnatakan,
“Bacalah!” Aku menjawab, “Aku tidak dapat membaca!’ Malaikan itu mengulanginya untuk
yang ketiga sambil mengatakan, “Iqra’ bismi rabbikal ladzii khalaq; bacalah, dengann
menyebut nama Rabbmu yang menciptakan.” (Al Alaq : 1)

"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari


segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar
manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya." (QS Al Alaq 96: 1-5)

Kemudian Rasulullah saw. pulang. Kepada isterinya, Khadijah, beliau berkata,


“Selimuti aku, selimuti aku.” Lalu beliau diselimuti sampai rasa keterkejutannya hilang.
Kemudian beliau menceritakan apa yang terjadi kepada Khadijah. “Aku Khawatir terhadap
diriku.” Khadijah menjawab, “Tidak. Demi Allah, sama sekali Dia tidak akan
menghinakanmu selamanya. Sebab, engkau orang yang mempererat tali persaudaraan dan
memikul beban orang lain. Engkau orang yang menghormati tamu, membantu orang yang
susah, dan membela orang-orang yang berdiri di atas kebenaran.” Maka Rasulullah SAW pun
memulai dakwahnya. Dilakukan dengan membatasi dakwahnya untuk orang-orang
terdekatnya, para pemuda yang tidak puas dengan kondisi masyarakat Mekkah, dan orang-
orang lemah, tertindas dan miskin yang membutuhkan pertolongan.
Dari kalangan keluarga, yang menerima dakwah beliau adalah istrinya, Ali bin Abi
Thalib, Zaid bin Harisah. Dari kalangan teman dekat, yaitu Attiq bin Usman (Abu Bakar).
Lewat Abu Bakar, orang yang turut memeluk Islam antara lain Usman bin Affan,
Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Zubair, Ubaidillah bin Jarrah, Arqam bin Abil Arqam,
Fatimah binti Khattab, Said bin Zaid al-‘Adawi.
B.2. Dakwah Secara Terang-Terangan

2
Awalnya Nabi Muhammad SAW berdakwah secara sembunyi- sembunyi, saat itu
hanya sedikit pengikut beliau. Sampai akhirnya beliau mendapat wahyu dari Allah untuk
berdakwah secara terang- terangan:

“Maka jalankanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu danberpalinglah dari orang-
orang musyrik” (QS Al-Hijr:94)

Sejak saat itu beliau mulai berdakwah secara terang- terangan. Dimulailah hari- hari
dimana beliau dicemooh orang- orang karena menyebarkan agama Islam. Ada suatu masa
dimana Muhammad terus dilempari pasir saat ia berjalan diluar rumah, dan kembali dengan
wajah penuh pasir. Sungguh menyedihkan, patut kita tiru ketabahan beliau dalam menjalani
tugasnya. Namun rasulullah tetap pada pendiriannya, tetap menebarkan agama Allah. Beliau
tidak pernah membalas perbuatan orang- orang kafir yang mengejeknya. Nabi Muhammad
SAW selalu menekankan cara berdakwah dengan perdamaian, kasih sayang, tolong-
menolong,dan juga bantu- membantu. Oleh karenya melekatlah sifat- sifat terpuji seperti
siddiq ( benar), amanah ( dapat dipercaya), tabligh ( menyampaikan dakwah), fathonah (
pandai).

Hijrah Ke Madinah
Rasulullah saw. memberi izin kaum muslimin untuk hijrah ke Yatsrib. Maka
bergegaslah mereka hijrah diam-diam secara sendiri-sendiri atau berombongan. Hingga kaum
muslimin di Mekkah hanya tersisa Rasulullah saw. bersama Abu Bakar dan Ali bin Abu
Thalib serta beberapa orang lagi yang ditahan paksa musyrikin Quraisy.
Kaum Quraisy tahu betul bahwa kaum muslimin hijrah ke tepat yang strategis. Yatsrib adalah
lintasan kafilah dagang kaum Quraisy menuju Syam. Karena itu, mereka khawatir jika
Rasulullah saw. sampai ikut hijrah ke Yatsrib akan membuat fatal urusan dagang mereka.
Maka mereka berkumpul di Darun Nadwah. Mereka sepakat masing-masing kabilah akan
mengirim seorang pemuda dengan pedang terhunus untuk membunuh Rasulullah saw. secara
bersama-sama. Dengan demikian, darah Rasulullah saw. menjadi noda seluruh kabilah yang
ada di Mekkah dan Bani Abdi Manaf tidak dapat menuntut balas.
Rencana jahat itu disampaikan Ibis dalam bentuk seorang tokoh dari Nejed, sehingga
secara aklamasi disetujui oleh orang-orang yang hadir. Allah swt. mengutus Jibril a.s. untuk
mengabarkan rencana jahat itu. Kata Jibril, “Engkau jangan tidur malam ini di atas tempat
tidur yang biasa engkau gunakan.” Lalu Rasulullah saw. memerintahkan Ali bin Abu Thalib

3
tidur di tempat tidurnya dengan berselimut.
Para pemuda utusan seluruh kabilah memata-matai rumah Rasulullah saw. Rasulullah saw.
mengambil segenggam tanah lalu melemparkan ke atas kepala mereka sambil membaca ayat
ke-9 surat Yasin, “Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka
dinding pula; dan Kami tutup mata mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.”
Rasulullah saw. dan Abu Bakar bergegas menuju Gua Tsur. Di sana mereka
bersembunyi selama 3 hari. Seekor laba-laba menutupi mulut gua dengan anyaman jaring-
jaringnya. Seekor burung merpati bertelur di depan gua. Abu Fuhairah, pesuruh Abu Bakar,
ditugaskan mengembalakan kambing untuk menghapus jejak Rasulullah saw. Namun, para
pencari jejak kaum Musyrikin Quraisy sampai juga ke mulut Gua Tsur. “Jika salah seorang di
antara mereka melihat ke bawah, niscaya mereka akan melihat kami,” kata Abu Bakar.
Namun Rasulullah saw. berkata kepada Abu Bakar, “Bagaimana engkau mengira kita dua
orang, padahal Allah yang ketiga.” Di hari ketiga Abdullah bin Uraiqit yang bukan muslim,
datang membawa unta dan menjadi petunjuk jalan hijrah Rasulullah saw. menuju Yatsrib.
Sementara kaum Quraisy yang merasa kecolongan, mengumumkan hadiah bagi siapa saja
yang berhasil mendatangkan kembali Rasulullah saw. dan Abu Bakar. Suraqah berharap
mendapat hadiah itu. Ia menemukan jejak Rasulullah saw. Namun ketika mencoba mendekat,
Rasulullah saw. berdoa. Dua kaki depan kuda Suraqah terbenam ditelan bumi. Suraqah
memohon agar Rasulullah saw. mendoakan kudanya keluar dari himpitan bumi dan ia
berjanji akan menghalau para pemburu hadiah dari Nabi dan Abu Bakar. Rasulullah saw.
mengabulkan bahkan menjanjikan gelang Kaisar Persia. “Bagaimana pendapatmu, wahai
Suraqah, jika engkau memakai gelang-gelang Kisra?” Janji ini terpenuhi di masa
Kekhalifahan Umar bin Khaththab.
Rute yang ditempuh Rasulullah saw. menuju Yatsrib bukan rute biasa. Rasulullah
saw. dibawa Abdullah bin Uraiqit menyusuri pesisir Laut Merah. Dalam perjalanan itu
Rasulullah saw. melawati kemah milik Ummu Ma’bad. Tahun itu adalah musim kering dan
tandus. Tidak ada air. Rasulullah saw. meminta izin kepada Ummu Ma’bad untuk memerah
seekor kambing kurus miliknya. Rasulullah saw. memerah susu kambing itu. Satu bejana
penuh mereka minum. Sebelum pergi melanjutkan perjalanan, Rasulullah saw. memerah lagi
satu bejana penuh untuk Ummu Ma’bad. Ketika suaminya tiba, Ummu Ma’bad menceritakan
peristiwa itu. Suaminya berkata, “Demi Allah, aku berpendapat, dialah orang yang sedang
dicari-cari oleh orang Quraisy.”

Tiba Di Madinah

4
Sejak mendengar kabar Rasulullah saw. telah keluar dari Kota Mekkah, setiap hari
kaum muslimin Yatsrib keluar rumah menunggu-nunggu kedatangan beliau. Hingga orang
yang ditunggu itu tiba pada hari Senin tanggal 12 Rabi’ul Awwal di tahun ke-13 kenabian.
Seorang Yahudi berteriak-teriak di atas bangunan tertinggi Yatsrib menginformasikan
kedatangan Rasulullah saw. Orang-orang menyambut Rasulullah saw. yang kemudian
menginap di perkampungan Bani Amr bin ‘Auf selama 14 hari. Di sini Rasulullah saw.
membangun Masjid Kuba. Di hari Jum’at Rasulullah saw. meninggalkan Kuba dan shalat
Jum’at di Bani Salim bin ‘Auf. Rasulullah saw. kembali meneruskan perjalanan. Orang-orang
berebut memegang tali kekang unta beliau dan menawarkan singgah ke rumah-rumah
mereka. Rasulullah saw. berkata, “Biarkan saja unta ini karena ia berjalan menurut perintah.”
Unta Rasulullah saw. berhenti di tanah milik dua orang anak yatim yang diasuh As’ad
bin Zurarah. Rasulullah saw. membebaskan tanah itu dengan harga yang layak dan
membangun masjid. Itulah Masjid Nabawi. Selama pembangunan masjid dan rumah,
Rasulullah saw. tinggal sebagai tamu di rumah Abu Ayyub Al-Anshari.
Setelah beberapa hari Rasulullah saw. mengutus Zaid bin Haritsah dan Abu Rafi menjemput
keluarga Rasulullah saw. yang tertinggal di Mekkah, kecuali putri Rasulullah yang bernama
Zaenab.

Mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar


Selain membangun masjid, mengubah nama kota dari Yatsrib menjadi Madinah, dan
membuat perjanjian dengan kelompok-kelompok Yahudi dan kabilah lainnya, Rasulullah
saw. juga mempersaudarakan antara kaum muslimin asal Mekkah -disebut Muhajirin-dengan
kaum muslimin asal Madinah -disebut Anshar–. Jumlah mereka seluruhnya 90 orang pria.
Mereka dipersaudarakan untuk saling tolong menolong dan saling memberi warisan setelah
mereka meninggal kelak, selain memberi warisan kepada kaum kerabat mereka sendiri.
Sampai ketentuan saling mewarisi ini dihentikan oleh Allah swt. dengan turunnya ayat 75
surat Al-Anfal. Dengan persaudaraan ini, beban sosial dari peristiwa hijrahnya kaum
Muhajirin dari Mekkah yang tanpa membawa harta sedikitpun, terselesaikan.

Perubahan Arah Kiblat


Selama 16 bulan Rasulullah saw. melaksanakan shalat menghadap ke Baitul Maqdis,
Palestina. Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa Rasulullah saw. menyamai kiblat mereka.
Mereka berkata bahwa arah kiblatnya sama dengan mereka, maka agama Rasulullah hampir
menyamai agama mereka.

5
Karena itu, Rasulullah saw. menginginkan agar Allah swt. mengubah arah kiblat ke
Mekkah. Atas harapan Rasulullah saw. ini, Allah swt. menurunkan ayat 144 surat Al-
Baqarah. “Sungguh kami sering melihat wajahmu menengadah ke langit, maka sungguh
Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram.”
Atas perintah Allah swt. ini, seluruh kaum muslimin membalikan arah kiblat 180
derajat, dari Baitul Maqdis menuju Baitullah di Mekkah. Peristiwa besar ini menjadi ujian
bagi kaum muslimin dan juga kaum kafirin.

Strategi Dakwah Rasulullah SAW

A. Tahapan Marhalah Tasqif (Pembinaan dan Pengkaderan)

Tahap ini dimulai sejak Baginda SAW menerima wahyu pertama di Gua Hira dan diutus
menjadi Rasul , setelah firman Allah SWT :

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah, lalu berilah peringatan!” [Al-
Muddatstsir: 1-2]

1. Pemantapan Aqidah

Aqidah dijadikan sebagai asas perbaikan individu, asas masyarakat, dan asas
penyelenggaraan negara., maka dari itu Pemantapan akidah dilakukan supaya para sahabat
tetap teguh dalam mengtauhidkan Allah. Contohnya :

a. Bilal Bin Rabbah disiksa tuannya di bawah terik matahari, namun masih bertahan
dengan keislamannya.

6
b. Keluarga Yasir disiksa dengan begitu azab sekali, namun tetap berpegang teguh
dengan islam. Sehingga Rasulullah bersabda: “Bersabarlah Keluarga Yasir, bagimu
surga Allah..” akhirnya syahidlah Sumayah dan Yasir.

c. Abu Bakar dan Mus’ab meninggalkan semua harta mereka demi Allah, Rasulullah,
dan dakwah Islam

2. Pembentukan Syakhsiyah Islamiyah

Syakhsiyah Islamiyah (kepribadian yang islami) tidak tumbuh seketika. Bagaikan


bibit tanaman, ia perlu dipelihara dan ditumbuhkan secara bertahap berkesinambungan. Ia
perlu dijaga dari hama yang bisa mematikan pertumbuhannya. Ia perlu disirami agar tetap
segar dan terus tumbuh. Ia perlu dikenai sinar matahari agar senantiasa berkembang dengan
normal. Bahkan suatu bibit tanaman perlu dipilihkan lahan yang subur yang bisa menjamin
dirinya agar bisa terus tumbuh, berkuncup, berkembang dan berbuah.

Sebagai contohnya;

-Umar, semasa jahiliyah merupakan seorang yang bengis, pemabuk dan pernah
menanam anak perempuan. Apabila telah memeluk islam syakhsiyahnya bertukar 100%.

- Peristiwa turunnya ayat pengharaman khamar. (Al-Maidah : 90)

* Semua sahabat yang masih meminum arak memecahkan bejana yang berisi arak.Juga ada
yang memuntahkan arak yang telah diminumnya.

- Turunya ayat mewajibkan pemakaian tudung. (An Nur: 24)

*Para muslimah dengan tidak berfikir panjang mengoyakkan kain mereka dan

terus menutup kepala.

3. Pembentukan Kutlah (kelompok) Dakwah.

- Pembentukan kelompok ini berlaku masih ditahap pertama. Sebagai contoh;

7
Terjadinya Mayirah (demontrasi aman) parti Rasulullah mengelilingi Kota Mekah yang
diketuai oleh Rasulullah sendiri berserta 40 orang muslim lainnya.(Rujuk kelengkapan
Tarikh,Moenawar Chalil).

B. Tahapan marhalah tafa’ul kiffah (Interaksi Dan Perjuangan)

Merupakan fasa yang paling getir bagi Rasulullah saw dan para sahabat, fase Fasa
dimana Rasulullah berdakwah secara terang-terangan, dan fase dimana Rasulullah dan para
sahabat mengalami sekasaan yang dasyat.

1. Pertarungan Pemikiran (shira’ul fikr)

Perang ini bertujuan memutuskan kepercayaan umat daripada penguasa yang zalim.
Maka dari itu Rasulullah mulai menyerang ‘aqidah serta ideologi yang bertentangan dengan
Islam.

Contohnya; “Kecelakaan besar bagi orang yang curang (dalam timbangan dan
sukatan)” (Al Muthaffifin : 1 )

Merupakan ayat makkiyah. Dalamnya Allah swt mencela golongan peniaga yang
menipu di dalam timbangan.

2. Perjuangan Politik (Kifahus siyasi)

Pada tahap ini dakwah Rasulullah berubah dari sembunyi-sembunyi


menjadi terang-terangan. Dari aktiviti mendekati individu-individu kemudian membentuk
kutlah (kelompok) menjadi menyeru secara langsung dan terbuka kepada masyarakat
seluruhnya. Hal tersebut dilakukan setelah Rasulullah mendapat perintah dari Allah SWT :

"Maka sampaikanlah secara terang-terangan segala apa yang


diperintahkan kepadamu dan berpalinglah dari orang-orang musyrik." [Al-Hijr: 94]

8
Ajaran Rasulullah SAW

Ajaran Islam periode Mekah yang harus didakwahkan Nabi Muhammad SAW diawal
kenabiannya yaitu:
a. Keesaan Allah SWT

Islam mengajarkan bahwa pencipta dan pemelihara alam semesta adalah Allah SWT,
Tuhan yang Maha Esa. Allah SWT tempat bergantung apa saja dari makhluk-Nya, tidak
beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada selain Allah SWT, yang menyamainya
(Q.S.Al-Ikhlas, 112: 1-4).

Umat manusia harus beribadah kepada Allah SWT, beribadah kepada selain Allah
termasuk perbuatan syirik yang hukumnya haram dan merupakan dosa yang besar
(Q.S.An-Nisa, 4: 48).

b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan

Manusia yang ketika di dunianya taat beribadah, berperilaku terpuji, giat beramal
sholeh, akan mendapat balasan yang menyenangkan. Dialam kubur akan memperoleh
berbagai kenikmatan dan di akhirat akan ditempatkan di surga. Tetapi manusia yang
ketika di dunianya durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat jahat, tentu setelah
matinya akan mendapat siksa kubur dan dicampakkan ke dalam neraka (Q.S.Al-Qariah,
101:1-11).

c. Kesucian jiwa

Seseorang dianggap suci jiwanya apabila selama hayat di kandung badan senantiasa
beriman dan bertakwa serta menjauhi segala perbuatan dosa, dan dianggap kotor jiwanya
apabila durhaka kepada Allah SWT dan banyak berbuat dosa.

9
Sungguh beruntung orang yang senantiasa memelihara kesucian jiwanya, dan
alangkah ruginya orang yang mengotori jiwanya (Q.S.Asy-Syams, 91: 9-10).

d. Persaudaraan dan Persatuan

Persaudaraan merupakan landasan bagi terwujudnya persatuan. Islam mengajarkan


bahwa sesama orang beiman adalah bersaudara. Rasulullah bersabda:

“Tidak dianggap beriman seorang muslim diantara kamu, sehingga ia mencintai


saudaranya, seperti mencintai dirinya.” (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i).

Sesama umat Islam, hendaknya kita saling menolong dan saling membantu satu sama
lain. Sedangkan umat Islam yang mampu disuruh untuk memberikan pertolongan kepada
saudaranya yang du’afa (Q.S.Al-Maun, 107: 1-7).

10

Anda mungkin juga menyukai