Anda di halaman 1dari 16

Perkembangan Islam pada

masa Nabi Muhammad


SAW
ADHIATMA YUDHANTORO SUSILO
PERIODE MAKKAH

 Sebelum diangkat menjadi Rasul


Secara masif Nabi dikenal sebagai seorang pemaaf, rendah hati, berani dan jujur, sehinggaia
dijuluki al-Amin. Pada usia 25thn Nabi dinikahkan oleh pamannya Abu Thalib pada Khadijah binti
Khuwailid. Dalam usia 35 Tahun, Muhammad telah memperlihatkan kualitasnya sebagai seorang
pemimpin. Ketika itu, kaum Quraisy memperbaiki dinding Ka’bah dan kemudian mereka
bertengkar. Masing-masing kabilah merasa lebih berhak meletakkan kembali Hajar al-Aswad pada
tempatnya. Akhirnya mereka meminta Muhammad untuk menyelesaikan persoalan itu. Nama
Muhammad semakin popular di kalanagan penduduk Makkah, setelah berhasil mendamaikan
para pemuka Quraisy tersebut. Dari peristiwa di atas dapat diketahui bahwa Muhammad sebagai
seorang al-Amin telah mendapat kepercayaan penuh dari pemimpin Quraisy untuk
menyelesaikan persoalan perselisihan yang terjadi di antara mereka. Modal kepercayaan inilah
yang kelak menjadi kunci sukses Muhammad di dalam mengemban misi kerasulannya.
PERIODE MAKKAH

 Diangkat menjadi Rasul Nabi Muhammad menceritakan peristiwa yang


dialaminya itu kepada istrinya Khadijah.
Menjelang usia 40thn, selama satu bulan Rasulullah dibawa Khadijah menghadap seorang
penuh disetiap tahunnya Nabi Muhammad pendeta Nasrani yang berpengetahuan luas,
mengasingkan diri ke Gua Hira’ untuk bernama Waraqah bin Naufal. Setelah Nabi
berkontemplasi. Khadijah sebagai istri menceritakan pengalamannya itu, Waraqah
memberikan dukungan dengan sepenuh hati berkata : “Inilah malaikat yang diturunkan Allah
dengan senantiasa membawakan makanan Swt. pada Nabi-nabi sebelummu…”
sebagai bekal ketika uzlah. Ketika usianya 40
Setelah wahyu pertama itu datang, terputuslah
tahun, pada tanggal 17 Ramadhan 611 M, wahyu selama lebih kurang dua tahun,
malaikat Jibril mendatanginya menyampaikan kemudian Jibril datang lagi untuk membawa
wahyu Allah yang pertama surat al-Alaq (ayat wahyu yang kedua, Surah al-Mudatsir (ayat 1-7).
1-5). Berarti secara simbolis Muhammad Dengan turunnya wahyu kedua itu, maka berarti
telah dilantik sebagai Nabi akhir zaman. Nabi sudah mulai wajib menyampaikan dakwah.
PERIODE MAKKAH

 Tahap-tahap dakwah
Rasulullah berdakwah melalui beberapa tahap. Pertama, secara diam-diam di lingkungan keluarga dan
sahabat dekatnya. Diterima oleh istrinya Khadijah, anak pamannya Ali, anak angkatnya Zaid bin Hãritsah,
serta sahabat dekatnya Abu Bakar. Melalui Abu Bakar, masuk Islam pula Utsman bin Affan, Zubeir bin
Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, Talhah bin Ubaidillah, Abu Ubaidah bin Jarrah, dan
beberapa budak dan fakir miskin. Dakwah ini berlangsung selama tiga tahun. Kedua, dakwah kepada
keturunan Abdul Muthalib. Hal ini dilakukan setelah turunnya wahyu ketiga, sûrah Al-Syu’ara’ (ayat 214).
Nabi mengumpulkan dan mengajak mereka supaya beriman. Akan tetapi Abu Lahab beserta istrinya
mengutuk Nabi, sehingga turun Sûrah al-Masad (ayat 1-5). Ketiga, dakwah kepada semua orang setelah
wahyu Allah sûrah al-Hijir (ayat 94). Pada tahap ini dakwah ditujukan kepada semua lapisan masyarakat,
tidak terbatas hanya kepada penduduk Makkah saja, tetapi juga termasuk orang-orang yang mengunjungi
kota itu. Setelah dakwah Nabi dilakukan secara terangterangan itu, semakin hari semakin bertambah
jumlah pengikut Nabi dan pemimpin Quraisy mulai pula berusaha menghalangi dakwah Rasul tersebut,
bahkan semakin keras tantangan yang dilancarkan mereka
PERIODE MAKKAH

 Tantangan kaum Quraisy


Pertama, membujuk, karena kekuatan Nabi terletak pada perlindungan Abu Thalib yang amat
disegani itu. mereka meminta Abu Thalib memilih satu di antara dua: yaitu memerintahkan
Muhammad agar berhenti dari dakwahnya atau menyerahkannya kepada mereka untuk dibunuh.
Kedua, mengintimidasi. Karena gagal dengan cara membujuk, para pemimpin Quraisy melakukan
tindakantindakan kekerasan lebih intensif dari sebelumnya. Budak-budak yang masuk Islam disiksa
tuannya dengan sangat kejam. Para pemimpin Quraisy menyuruh setiap keluarga untuk menyiksa
anggota keluarganya yang masuk Islam sampai dia murtad kembali.
Ketiga, memboikot seluruh keluarga Bani Hasyim. Untuk melumpuhkan kekuatan kaum muslimin,
pemimpin Quraisy melakukan pemboikotan terhadap seluruh keluarga Bani Hasyim. Karena
menurut mereka kekuatan Nabi terletak pada keluarganya yang melindunginya, baik yang belum
maupun yang sudah masuk Islam. Mereka memutuskan segala bentuk hubungan dengan suku ini.
PERIODE MAKKAH

 Wafatnya Abu Thalib dan Khadijah


Tidak lama setelah pembaikotan itu dihentikan, pada tahun ke-10 dari kenabian, Nabi Muhammad
berganti menghadapi tiga peristiwa yang menyedihkan pula sehingga tahun itu disebut dengan tahun
duka cita.
Pertama, pamannya, Abu Thalib, pelindung utamanya, meninggal dunia dalam usia 87 tahun.
Kedua, tiga hari setelah itu, meninggal dunia pula istrinya, Khadijah, dalam usia 65 tahun. Sepeninggal
dua pendukung utamanya itu, kafir Quraisy tidak segansegan lagi melampiaskan nafsu amarah mereka
terhadap Nabi. Melihat reaksi penduduk Makkah yang semakin brutal itu, terutama pamannya Abu
Lahab dan istrinya. Nabi kemudian berusaha menyebar luaskan Islam keluar kota Makkah, yaitu ke
negeri Thaif.
Ketiga, ketika Nabi berdakwah di Thaif, beliau diejek, disoraki, dan dilempari batu, bahkan sampai
terluka di bagian kepala dan badannya.
PERIODE MAKKAH

 Tahun duka cita dan Isra’ Mi’raj Pertama, pada tahun ke-11 kenabian, 6 orang dari
suku Khazraj menemui Nabi dan menyatakan diri
Dalam situasi berduka cita di tahun duka cita yang masuk Islam. Mereka mengharapkan Nabi agar
dialami Nabi secara beruntun tahun ke-10 dari bersedia mempersatukan kaum mereka yang saling
kenabian tersebut di atas Allah mengisra’ mi’rajkan bermusuhan di Yatsrib. Kedua, pada tahun ke-12
Nabi Muhammad pada tahun ke-10 itu juga, antara kenabian, terdiri dari 10 orang suku Khazraj, 2 orang
lain, tujuannya adalah untuk menghibur hati Nabi suku Aus dan seorang wanita menemui Nabi dan
yang sedang berduka cita tersebut. Melalui isra’ menyatakan ikrar kesetiaan kepada Nabi; “Kami
mi’raj itu, kewajiban sholat lima kali sehari tidak akan mencuri, tidak berbuat zina, tidak akan
semalam mulai dilaksanakan. Ternyata setelah membunuh anak-anak kami, tidak akan fitnah
peristiwa Isra’ mi’raj, muncul perkembangan besar memfitnah dan tidak akan mendurhakai Nabi
bagi dakwah Islam. Karena sejumlah penduduk Muhammad. Rombongan ini kembali ke Yatsrib
Yatsrib yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj yang sebagai juru dakwah Nabi di Yatsrib. Ketiga, pada
berhaji ke Makkah, mereka menemui Nabi dan tahun ke-13 kenabian, sebayak 73 orang dari Yatsrib
masuk Islam dalam tiga gelombang meminta kepada Nabi agar berkenan pindah ke
Yatsrib
PERIODE MADINAH

 Hijarah ke Yatsrib Pada hari Jum’at 12 Rabiulawwal 13 Kenabian / 24 September


622 M, Nabi meninggalkan Quba, di tengah perjalanan di
Setelah mendapat perintah hijrah dari Allah Swt. perkampungan Bani Salim, Nabi melaksanakan shalat Jum’at
Rasulullah menemui Abu Bakar agar mempersiapkan pertama di dalam sejarah Islam. Sesudah melaksanakan shalat
segala sesuatu yang diperlukan dalam perjalanan. Nabi Jum’at, Nabi melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib dan
juga menemui Ali dan meminta kepadanya agar tidur di disambut oleh Bani Najjar. Begitu Rasulullah tiba di kota Yatsrib
kamarnya guna mengelabui musuh. Senin malam Selasa ini beliau melepaskan tali kekang untanya dan membiarkannya
itu, Nabi ditemani Abu Bakar dalam perjalanan menuju berjalan sekehendaknya. Unta itu berhenti di sebidang kebun
Yatsrib. Keduanya singgah di Gua Tsur, untuk menghindar korma milik dua anak yatim bernama Sahl dan Suhail yang
dari pengejaran orang kafir Quraisy. Mereka bersembunyi diasuh oleh Abu Ayyub. Kebun itu dijual dan di atasnya
dibangun masjid atas perintah Rasulullah. Sejak itu nama kota
di situ selama tiga malam. Malam ketiga mereka keluar
Yatsrib ditukar menjadi “Madinatun Nabi”, tetapi dalam
dari persembunyiannya dan melanjutkan perjalanan
kehidupan sehari-hari biasa disebut “Madinah” saja. Berbeda
menuju Yatsrib. Setelah tujuh hari dalam perjalanan Nabi dengan periode Makkah di mana umat Islam merupakan
Muhammad, dan Abu Bakar sampai di Quba dan kelompok minoritas, pada periode Madinah mereka menjadi
menginap beberapa hari di rumah Kalmsum bin Hindun. kelompok mayoritas. Di Makkah Rasulullah hanya berfungsi
Di halaman rumah ini Nabi membangun sebuah mesjid sebagai seorang Rasul, tetapi di Madinah beliau selain sebagai
yang pertama kali dibangunnya yang dikenal dengan seorang Rasul dia juga sebagai Kepala Negara
masjid Quba.
PERIODE MADINAH

 Membangun masyarakat Islam Kedua, Nabi mempersaudarakan antara


Guna membina masyarakat yang baru itu, Nabi golongan Muhajirin (muslim asal Makkah)
meletakkan dasar-dasar kehidupan dan kaum Ansar (muslim Madinah).
bermasyarakat di kalangan internal umat Islam. Dengan demikian, setiap muslim terikat
Pertama, pembangunan mesjid. Setiap kabilah dalam suatu persaudaraan dan
sebelum Islam datang, mereka memiliki tempat kekeluargaan. Abu Bakar, misalnya,
pertemuan sendiri-sendiri. Nabi menginginkan dipersaudarakan Nabi dengan Kharijah bin
agar seluruh umat Islam hanya memiliki satu Zaid, Ja’far bin Abi Thalib dengan Mu’az bin
tempat pertemuan. Maka beliau membangun
Jabal. Hal ini berarti Rasulullah
sebuah masjid yang diberi nama “Baitullah”. Di
masjid ini, selain dijadikan tempat shalat, juga
menciptakan suatu bentuk persaudaraan
belajar, tempat bermusyawarah merundingkan yang baru, berdasarkan agama,
masalah-masalah yang dihadapi, bahkan juga menggantikan persaudaraan berdasarkan
berfungsi sebagai pusat pemerintahan. kesukuan, di zaman jahiliah.
PERIODE MADINAH

 Mengadakan Perjanjian Dengan Non-Muslim/ Ketiga, Masing-masing kelompok tidak dibenarkan


Konstitusi Madinah membuat perjanjian dalam bentuk apapun dengan
orang Quraisy. Keempat, Masing-masing kelompok
Penduduk Madinah di awal kedatangan Rasulullah bebas menjalankan ajaran agamanya tanpa campur
terdiri dari tiga kelompok, yaitu bangsa Arab tangan kelompok lain. Kelima, Kewajiban penduduk
muslim, bangsa Arab non-muslim dan orang Madinah, baik kaum Muslimin, non-Muslim,
Yahudi. Untuk menyelaraskan hubungan antara ataupun bangsa Yahudi, saling bantu membantu
tiga kelompok itu, Nabi mengadakan perjanjian moril dan materiil. Keenam, Nabi Muhammad
dalam piagam yang disebut “Konstitusi Madinah”, adalah pemimpin seluruh penduduk Madinah dan
yang isinya antara lain : dia menyelesaikan masalah yang timbul antar
kelompok. Di Madinah Nabi Muhammad
Pertama, Semua kelompok yang menandatangani
mempunyai kedudukan bukan saja sebagai Rasul
piagam merupakan suatu bangsa. Kedua, Bila
agama, tetapi juga sebagai kepala negara. Dengan
salah satu kelompok diserang musuh, maka
kata lain, dalam diri Nabi terkumpul dua kekuasaan,
kelompok lain wajib untuk membelanya.
kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi.
PERIODE MADINAH

 Permusuhan Kafir Quraisy dengan Nabi Perang badar, yang dipicu oleh
Meskipun Nabi dan umat Islam telah informasi yang diterima Abu Sofyan
meninggalkan Makkah, tetapi kafir Quraisy bahwa akan dicegat umat Islam
tidak menghentikan permusuhannya karena Madinah. Perang Uhud,
jika Islam berkembang di Madinah bukan dilatarbelakangi oleh kekalahan kaum
hanya mengancam kepercayaan mereka
tetapi juga ekonomi. Sebab letak Madinah
Quraisy dalam perang Badr. Perang
berada di jalur dagang mereka ke Syam. Khandaq, Dapat pula dikatakan
Maka tidak mengherankan jika terjadi sebagai perang sekutu, karena pihak
peperangan antara umat Islam dengan kafir Quraisy bersekutu dengan Yahudi dan
Quraisy selama 8 tahun dalam puluhan kali suku Arab lainnya.
pertempuran. Yang terpenting di antaranya
adalah :
PERIODE MADINAH

 Permusuhan Yahudi dengan Nabi


Seperti telah disebutkan bahwa pada mulanya orang Yahudi termasuk di antara
orang yang menantinantikan kedatangan Nabi Muhammad s.a.w., tetapi karena
Nabi berasal dari bangsa Arab, mereka menolaknya. Sewaktu Rasulullah
mengadakan konstitusi Madinah mereka termasuk yang ikut serta menandatangani
perjanjian tersebut, tetapi tidak dengan hati yang jujur dan melanggarnya.
Kedengkian mereka semakin bertambah kepada umat Islam setelah mereka
menyaksikan pesatnya perkembangan Islam di Madinah. Mereka memusuhi Islam
dengan bertahap. Mulamula bergabung dengan orang Quraisy, dengan tipu
muslihat agar orang Arab sendiri yang menghancurkan orang Arab dengan pedang
mereka. Kemudian mereka dengan terang-terangan memusuhi Islam.
PERIODE MADINAH

 Permusuhan orang Arab lain dengan Nabi


Dua suku Arab yang masih menentang Nabi, yaitu Bani Tsaqif di Thaif dan Bani
Hawazin di antara Thaif dan Makkah. Kedua suku ini bergabung membentuk
pasukan untuk memerangi Islam. Mereka menuntut bela atas berhala-berhala
mereka yang dihancurkan Nabi dan umat Islam di Ka’bah. Nabi mengerahkan
24.000 pasukan menuju Hunain untuk menghadapi mereka. Pasukan ini dipimpin
langsung oleh Nabi, sehingga umat Islam memenangkan pertempuran dalam waktu
yang tidak terlalu lama. Dengan ditaklukkannya Bani Tsaqif dan Bani Hawazin pada
tahun 8 H, seluruh Jazirah Arab telah berada di bawah kekuasaan Rasulullah.
PERIODE MADINAH

 Tahun perutusan/delegasi
Pada tahun 9 dan 10 H (630 – 632 M) disebut tahun delegasi karena berbagai suku
dari pelosok-pelosok Arab mengutus delegasinya kepada Nabi menyatakan diri
tunduk di bawah kekuasaan Islam. Masuknya orang Makkah ke dalam agama Islam
rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir yang
liar itu. persatuan bangsa Arab telah terwujud. Peperangan antara suku
sebelumnya, telah berubah menjadi persaudaraan beragama.
PERIODE MADINAH

 Haji wada’
Pada tahun 10 H Nabi menunaikan ibadah Haji yang dikenal dengan Haji Wada’. Didepan
kurang lebih 100.000 orang kaum muslimin Nabi berkhutbah yang isinya antara lain:
Pertama, jangan menumpahkan darah kecuali dengan hak. Kedua, jangan mengambil
harta orang lain dengan bathil. Ketiga, jangan riba dan menganiaya. Keempat, jangan
balas dendam dengan tebusan dosa. Kelima, memperlalukuan para istri dengan baik dan
lemah lembut. Keenam, perintah menjauhi dosa. Ketujuh, perintah saling memaafkan
atas semua pertengkaran antara mereka di zaman jahiliyah, Kedelapan, tegakkan
persaudaraan dan persamaan antara manusia. Kesembilan, perintah memperlakukan
hamba sahaya dengan baik. Kesepuluh, perintah harus berpegang teguh kepada dua
sumber yang ditinggalkan Nabi, yaitu al-Qur’an dan Sunnah.
PERIODE MADINAH

 Nabi wafat
Tiga bulan setelah Nabi kembali ke Madinah, beliau menderita sakit. Abu Bakar disuruh Nabi
mengimami kaum muslimin dalam sholat sebanyak tiga kali, bila beliau tidak sanggup
melakukannya. Sakit Nabi itu berlangsung selama 14 hari. Akhirnya beliau menghembuskan nafas
terakhir pada hari Senin, 12 Rabiul Awwal 11 H, dalam usia 63 tahun di rumah istrinya ‘Aisyah.
Kaum muslimin yang diberitahukan atas wafatnya Nabi itu dicekam kebingungan, tetapi Abu Bakar
tampil membacakan ayat al-Qur’an Sûrat Ali ‘Imran ayat 144, dan berpidato : “wahai manusia,
barang siapa memuja Nabi Muhammad, maka Nabi Muhammad telah wafat. Tetapi barang siapa
memuja Allah Swt. maka Allah Swt. hidup selama-lamanya. Dari perjalanan sejarah Rasulullah di
atas, dapat disimpulkan bahwa Nabi Muhammad s.a.w. di Makkah hanya sebagai seorang Rasul.
Sedang di Madinah selain sebagai Rasul pemimpin agama, Nabi juga seorang Kepala Negara,
komandan perang, pemimpin politik dan adminstrator yang cakap, sehingga dalam waktu 10 tahun
beliau berhasil mewujudkan penduduk sahara itu ke dalam kekuasaannya.

Anda mungkin juga menyukai