Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dakwah adalah mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan


yang benar sesuai dengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan
mereka dunia dan akhirat. Merupakan kenyataan bahwa Islam adalah agama
yang paling banyak mempengaruhi hati dan pikiran berbagai ras, bangsa dan
suku dengan kawasan yang luas, yang di dalamnya terdapat kemajemukan
rasial dan budaya.

Dakwah Islam tidak dapat memutuskan hubungan dengan Nabi


Muhammad SAW sebagai rujukan untuk melakukan dakwah. Sejarah hidup
dan perjuangan Nabi Muhammad SAW merupakan contoh terbaik bagi
kehidupan bermasyarakat. Sementara pada periode Madinah, Nabi Muhammad
SAW menghadapi masyarakat yang berbeda dengan masyarakat Mekkah.
Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang plural.

Kenyataan adanya pluralitas itulah yang terjadi dalam masyarakat


Madinah, masyarakat yang terdiri dari berbagai suku, etnis dan agama.
Pluralitas penduduk kota Madinah telah ada sejak sebelum kehadiran Nabi
Muhammad SAW, bahkan telah menjadi bagian dari kehidupan integral kota
itu. Penduduknya, menjelang hijrah Nabi Muhammad SAW, terdiri dari bangsa
Arab dan bangsa Yahudi yang terbagi ke dalam beberapa suku. Sementara
Suku bangsa Arab yang terkemuka adalah suku Aus dan suku Khazraj yang
bermigrasi dari Arabia selatan. Bangsa Yahudi terdiri dari tiga suku utama Bani
Quraizah, Bani Nadhir, dan Bani Qainuqa’. Dalam segi agama, masyarakat
Madinah menganut beberapa agama, yaitu agama Paganisme (menyembah
berhala), agama Yahudi dan agama kristen tetapi minoritas. Sejarah masuknya
orang Yahudi ke Madinah gelombang pertama tidak banyak diketahui dengan
pasti. Bisa jadi mereka tinggal di Madinah sejak sebelum masehi, tetapi

1
gelombang perpindahan mereka yang utama terjadi akibat pengusiran oleh
Kaisar Hardian (Kaisar Romawi) pada tahun 135 M.

Peristiwa awal hijrah tersebut mengisahkan permulaan yang sangat baik.


Penduduk Yastrib setelah mengetahui bahwa Rasulullah SAW telah berangkat
menuju negeri mereka, mereka menunggu kedatangan beliau. Setelah
Rasulullah SAW tiba di Madinah, dan manusia telah berbondong-bondong
masuk agama Islam, mulailah Rasulullah SAW membentuk suatu masyarakat
baru.

Masyarakat Madinah adalah masyarakat yang plural, baik agama, suku,


budaya, dan ekonomi. Sebelum kedatangan Nabi, masyarakat Madinah selalu
diliputi konflik antar sesama suku, dan masyarakat Madinah telah lama
mengalami perang saudara klimaksnya terjadi pada peperangan Bu’ats pada
tahun 618 M di mana hampir semua suku-suku Arab di Madinah terlibat di
dalamnya, demikian juga suku-suku. Yahudi, semuanya bersekutu dengan
kelompoknya masing-masing.

Maka sangat menakjubkan sekali jika Rasulullah SAW telah berhasil


mengubah kota Madinah sebagai awal mula terbentuknya negara muslim.
Mengingat Madinah tidak hanya terdiri dari beberapa kepercayaan, namun dari
beberapa kepercayaan itu terbagi atas beberapa suku. Perjalanan Nabi
Muhammad SAW dalam melakukan dakwahnya untuk merubah masyarakat
menjadi pemeluk agama Islam, khususnya di Madinah tidak lepas dari
penerapan metode dakwah.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaiamana sejarah dakwah nabi muhammad saw di madinah?
2. Bagaimana strategi yang di lakukan Nabi Muhammad SAW dalam
berdakwah di Madinah?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui sejarah dakwah yang dilakukan nbi muhammad saw selama
di madinah.

2
2. mengetahui strategi yang digunakan Nabi Muhammad SAW dalam
berdakah di Madinah.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Dakwah Nabi Muhammad SAW


2.1.1 Latar Belakang Rasulullah Berhijrah ke Madinah
Terjadinya perlawanan yang menentang penyebaran agama Islam dari
Mekkah, menyebabkan Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah dari Mekkah ke
Madinah.Tetapi sebelum hijrah dilakukan, telah terjadi peristiwa yang sangat
penting,yaitu peristiwa Isra` dan Mi’raj pada tanggal 27 Rajab tahun 621
M.Keadaan di Madinah sangat jauh berbeda dengan di Mekkah, kalau di Mekkah,
Nabi Muhammad SAW islam dimusuhi dan mendapat perlawanan sehingga tidak
mungkin untuk berkembang sedangkan di Madinah Nabi Muhammad SAW
disambut dengan gembira, karena kedatangan Nabi sudah lama diharapkan. Di
Madinah perkembangan agama Islam cukup pesat dan penganutnya. Dakwah
Rasulullah yang dilakukan di Mekkah baik secara sembunyi-sembunyi maupun
terang-terangan berlangsung selama 13 tahun. Rintangan makin lama makin
bertambah karena itu Allah Menyediakan Tempat yang subur untuk dakwah yaitu
Madinah. Disinilah membangun umat untuk dijadikan duta keseluruh pelosok
dunia

2.1.2 Kisah Hijrah Rasulullah ke Madinah


Setelah Rasulullah mandapat perintah dari Allah untuk berhijrah maka
beliau berangkat bersama Abu Bakar. semua perbekalan perjalanan telah
disiapkan oleh Asma Binti Bakar. Abu Bakar telah menyewa penunjuk jalan yang
bernama Abdullah Ibnu Uraiqith dari bani Dail Ibnu Bakar. Walau dia masih
musyrik, tapi dapat dipercaya. Abu Bakar berpesan untuk merahasiakan
kepergiannya dan menjemput di Gua Tsur setelah 3 malam. Pada malam tersebut,
bertepatan dengan pelaksanaan rencana rahasia orang-orang Quraisy, Para pemuda
dari semua kalangan kabilah Quraisy mengepung rumah Rasulullah SAW. Pada
saat itu Rasulullah berada di dalam rumahnya. Tatkala saat untuk keluar telah tiba,
Rasullulah memerintahkan anak pamannya, yaitu sahabat Ali, untuk tidur di

4
tempat tidurnya supaya orang-orang Quraisy tidak mencurigai kepergiannya.
Sesungguhnya mereka selalu mengamat-amati semua gerakan Rasulullah dari
celah-celah kubah untuk menyelidiki keberadaannya pada malam itu.
Kemudian Rasulullah SAW menyelimuti sahabat Ali dengan kain
burdahnya, lalu ia keluarmelewati para pemuda Quraisy yang berada di luar pintu
rumahnya seraya membacakanfirmannya:

Artinya : “Dan kami adakan dihadapan mereka dinding Dan di belakang mereka
dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat
melihat”. (Qs. 36 Yasin:9)
Allah menimpakan kepada mereka rasa kantuk yang sangat. Akhirnya
mereka semua tertidur sehingga tiada seorangpun dari mereka yang melihat
kepergian rasulullah.Rasulullah SAW terus berjalan tanpa menoleh hingga
bertemu dengan sahabat Abu Bakar di tempat yang telah dijanjikan, lalu keduanya
melanjutkan perjalanan hingga sampai di Gua Tsur. Kemudian mereka berdua
bersembunyi di dalamnya. Tatkala orang-orang musyrik mengetahui bahwa tipu
muslihatnya itu tidak membawa hasil apa-apa, bahwa mereka semalaman hanya
mengawasi Ali Bin Abu Thalib, bukannya Muhammad Bin Abdullah, maka
kemarahan mereka semakin memuncak. Lalu mereka mengutus orang-orangnya
ke segala penjuru. Mereka menyediakan hadiah yang besar bagi orang yang dapat
menangkap Muhammad atau menunjukan tampat persembunyiannya. Padahal
Rasulullah telah sampai di Gua Tsur sewaktu mereka mencarinya. Seandainya
seorang dari mereka mau melihat ke dalam gua dari arah bawah, niscaya ia akan
melihat orang yang mereka cari. Hal ini membuat Abu Bakar menangis karena
khawatir akan diketahui mereka. Akan tetapi Rasulullah SAW bersabda
kepadanya seraya mengucapkan firmanNya:
Artinya : “Janganlah engkau bersedih hati karena sesungguhnya Allah beserta
kita”. (Qs. At -Taubah:40)
Allah memalingkan pandangan mata mereka. Sehingga tidak ada
seorangpun dari mereka yang memandang ke arah gua. Akhirnya musuh

5
bebuyutan Rasulullah SAW, yaitu Umayyah Ibnu Khalaf, memustahilkan
orang yang dicarinya itu bersembunyi di dalam gua tersebut. Rasulullah SAW dan
sahabat Abu Bakar tinggal di dalam gua Tsur selama 3 malam hingga pencarian
mereka berhenti. Abdullah Ibnu Abu Bakar, anak sahabat Abu Bakar, sebelum
peristiwa tersebut biasa menginap di tempat yang berdekatan dengan orang-orang
Quraisy. Dia adalah seorang pemuda terdidik dan berpengalaman. Bila malam hari
hampir habis, yaitu pada waktu sahur, ia meninggalkan Rasulullah SAW dan
sahabat Abu Bakar. Kemudian pada pagi harinya ia menampakan dirinya di mata
orang-orang Quraisy sehingga mereka menduga bahwa dia bermalam bersama
mereka. Ia selalu mengintai gerak-gerik orang Quraisy dan menyadap semua
rencana orang Quraisy. Kemudian ia berangkat menuju tempat Rasulullah SAW
dan sahabat Abu Bakar berada bila malam telah pekat untuk menyampaikan berita
yang telah diperolehnya itu. Selain itu, Amir Ibnu Fuhairah selalu berangkat
menuju ke arah tempat Rasulullah SAW dan sahabat Abu Bakar berada dengan
membawa domba-domba gembalanya. Apabila Abdullah Ibnu Abu Bakar
berangkat meninggalkan Rasulullah SAW dan sahabat Abu Bakar, lalu Amir
mengikuti jejak Abdullah bersama domba gembalanya supaya jejak Abdullah
terhapus oleh jejak domba. Setelah pencarian orang-orang Quraisy berhenti,
Rasulullah SAW dan sahabat Abu Bakar keluar dari gua. Hal itu terjadi lewat
3 malam. Lalu keduanya menemui petunjuk jalan yang membawa hewan
kendaraan mereka berdua. Pada waktu itu petunjuk jalan telah siap untuk
melakukan tugas sesuai dengan perjanjian semula. Kemudian Rasulullah SAW
dan sahabat Abu Bakar beserta penunjuk jalan berhenti meniti daerah pantai. Akan
tetapi, di tengah jalan mereka disusul Suraqah Ibnu Malik al Mudlaji yang sedang
memburu mereka. Sebelumnya Suraqah telah di datangi utusan dari orang-orang
musyrik kabilah Quraisy. Utusan itu mengatakan bahwa orang-orang Quraisy
telah menyediakan hadiah sebesar tebusan jiwa Rasulullah dan Abu Bakar bagi
siapa saja yang dapat membunuh atau menangkap mereka berdua. Ketika itu
Suraqah sedang duduk-duduk di majelis kaumnya, yaitu Bani Mudlaj. Tiba-
tiba datanglah sesorang dari Bani Mudlajyang langsung berdiri di hadapan mereka
yang sedang duduk-duduk. Ia berkata,”Hai Suraqah, sesungguhnya aku tadi telah

6
melihat titik hitam di daerah pantai. Aku yakinbahwa titik hitam tersebut
Muhammad dan sahabatnya”.
Setelah diam sesaat diantara kaumnya, Suraqah bangkit, lalu ia menaiki
kudanya dan langsung memacu kudanya ke arah pantai hingga ia dekat dengan
Rasulullah dan sahabatnya, Abu Bakar. Akan tetapi tatkala ia mendekat, ternyata
kaki depan kudanya terperosok hingga ia terjatuh. Ia menaiki kembali mengejar
Rasulullah saw hingga ia sempat mendengarkan bacaan Al-Qur`an Rasulullah
SAW. Rasulullah saw tidak pernah menengok kebelakang, tetapi sahabat Abu
Bakar sering menengok kebelakang. Kaki depan kuda Suraqah masuk ke dalam
pasir hingga batas lututnya, Suraqah terjungkal jatuh. Lalu ia kembali menghardik
kudanya supaya bangkit, tetapi ketika kaki depan kudanya hendak tercabut dari
pasir, tiba-tiba keluarlah dari dalamnya debu yang pekat sekali hingga
membumbung ke langit. Debu tampak bagaikan asap. Kini mengertilah Suraqah
bahwa pekerjaanya itu sia-sia belaka, bahkan kini perasaan takut merayap
kedalamnya dirinya. Segera ia berseru meminta perlindungan Rasulullah SAW
dan sahabat Abu Bakar. Mereka menghentikan kendaraannya hingga Suraqah
datang kepada mereka. Suraqah merasa yakin bahwa perkara yang dibawa oleh
Rasulullah ini pasti akan mengalami kemenangan. Lalu Suraqah menawarkan
bekal dan harta bendanya kepada mereka berdua, tetapi keduanya tidak mau
mengambil sesuatu apapun daripadanya, bahkan mereka berdua berkata,
“Sekarang pergilah engkau dari kami.”

Tetapi sebelum Suraqah pergi, terlebih dahulu ia meminta surat jaminan


keamanan dari dirinya. Maka Rasulullah SAW memerintahkan Abu Bakar untuk
menuliskannya. Dengan demikian, selesailah peristiwa tersebut yang menandakan
besarnya perhatian Allah terhadap Rasul-Nya. Sejak penduduk Madinah
mendengar berita tentang keluarnya Rasulullah SAW dari Mekkah untuk
bergabung dengan mereka, mereka selalu keluar menuju ke daerah Harrah, yaitu
suatu daerah yang penuh dengan batu hitam. Bila sudah tengah malam mereka
kembali ke rumah masing-masing. Pada suatu hari, mereka pulang ke rumah
masing-masing. Tatkala mereka baru sampai kerumah masing-masing tiba-tiba
seorang Yahudi yang pada saat itu sedang menaiki sebuah bukit karena ingin
melihat kedatangan Rasullullah SAW dan sahabatnya dari kejahuan, terkadang

7
tampak dan terkadang tidak karena tertutup oleh fatamorgana. Kemudian orang
Yahudi itu berseru sekuat suaranya, “Hai orang Arab semuanya, keberuntungan
kalian yang sedang kalian tunggu-tunggu telah datang.” Mereka bergegas
mengambil senjata masing-masing, lalu berangkat ke daerah Harrah menyambut
kedatangan Rasulullah SAW.

2.1.3 Kondisi Madinah Sebelum Kedatangan Nabi Muhammad SAW


Kota Madinah sekarang ini berada di wilayah kekuasaan pemerintahan
Kerajaan Arab Saudi, terletak sekitar 160 km dari Laut Merah dan pada jarak
kurang lebih 350 km sebelah utara dari kota mekkah. Kondisi tanah kota Madinah
dikenal subur. Di sana terdapat oase-oase untuk tanah pertanian, oleh, karena itu
penduduk kota ini memiliki usaha pertanian, selain berdagang dan beternak.
Usaha pertanian ini menghasilkan sayur-sayuran danbuah- buahan. Tentunya
kondisi Madinah berbeda dengan kondisi Mekkah yang tandus dan gersang.
Sebelum Nabi hijrah Kota Madinah disebut dengan Yastrip. Penamaan Madinah
secara bahasa mempunyai akar kata yang Sama dengan “tamaddun” yang berarti
peradaban. Kondisi masyarakat Yastrip sebelum Islam datang terdiri atas dua suku
bangsa, yaitu bangsa Arab dan bangsa Yahudi. Bangsa Arab yang tinggal di
Yastrip terdiri atas penduduk setempat dan pendatang dari Arab Selatan yang
pindah keYastrip karena pecahnya bendungan Ma`arib. Persoalan yang dihadapi
masyarakat Yastrip waktu itu adalah tidak adanya kepemimpinan yang
membawahi semua suku Yastrip. Hanya ada pemimpin-pemimpin suku yang
saling berebut pengaruh. Akibatnya, perang antar-suku pun sering terjadi.

2.2 Strategi Yang Digunakan Nabi Muhammad SAW Pada Saat


Dakwah Di Kota Madinah
2.2.1 Strategi Dakwah Rasulullah
Strategi dakwah Rasulullah dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut.
1. Anjuran untuk Bersikap Peduli kepada Sesama
Bersikap peduli kepada sesama merupakan hal pokok strategi dakwah yang
dibangun oleh Rasulullah. Hal ini ditunjukkan pada banyak hadis yang

8
menegaskan keharusan untuk saling membantu dan menolong di antara
sesama muslim. Rasulullah saw. tidak hanya menganjurkan umatnya untuk
bersikap peduli terhadap sesama, tetapi memberi contoh. Rasulullah saw.
adalah seorang yang berhati lembut dan penyayang terhadap anak yatim dan
sesama.
2. Menempatkan Diri sebagai Teladan
Rasulullah merupakan suri teladan yang diutus oleh Allah sebagai uswatun
hasanah bagi umat manusia. Banyak orang yang tertarik untuk memeluk
Islam setelah mengetahui kepribadian Rasulullah saw.
3. Membiasakan Musyawarah dalam Menyelesaikan Masalah
Musyawarah telah menjadi kebiasaan Rasulullah untuk menyelesaikan
berbagai persoalan umat. Ketika menghadapi persoalan dan tidak mendapat
wahyu dari Allah Swt. Rasulullah saw. selalu meminta pertimbangan dan
masukan dari para sahabat. Misalnya, dalam menghadapi perang Khandak
Rasulullah saw. bermusyawarah dengan sahabat tentang strategi menghadapi
musuh.
4. Menjunjung Tinggi Nilai-Nilai Keadilan
Rasulullah memberi contoh yang baik dengan selalu menjunjung tinggi nilai-
nilai keadilan kepada siapa saja. Keadilan menjadi hak bagi siapa saja, tidak
pandang bulu. Dalam salah satu hadis dijelaskan bahwa, ”Jika Fatimah
mencuri, akan saya potong tangannya.” HR bukhari
5. Berdakwah dimulai dan diri sendiri, maksudnya sebelum mengajak
orang lain meyakini kebenaran Islam dan mengamalkan ajarannya, maka
terlebih dahulu orang yang berdakwah itu harus meyakini kebenaran Islam
dan mengamalkan ajarannya.
6. Cara (metode) melaksanakan dakwah sesuai dengan petunjuk Allah
SWT dalam Surah An-Nahl, 16: 125.

9
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl/16:125)
7. Berdakwah itu hukumnya wajib bagi Rasulullah SAW dan umatnya.
Dalil wajibnya: Al-Qur’an Surah Ali ‘Imrãn, 3: 104,

Artinya : ” Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang


menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali
Imran/3:104)
dan Hadis Rasulullah SAW: Artinya: “Sampaikanlah, apa yang berasal
dariku (tentang Islam), walaupun hanya satu ayat.“ (HR. Bukhari)
8. Berdakwah dilandasi dengan niat ikhlas karena Allah SWT semata,
bukan dengan niat untuk memperoleh popularitas dan keuntungan yang
bersifat materi.

2.2.2 Usaha Melaksanakan Strategi Dakwah Rasulullah Saw


2.2.2.1. Perjanjian Aqabah
Peristiwa Hijrahnya kaum muslim Mekkah ke Madinah, selain kondisi
dalam masyarakat Mekkah yang sangat keras terhadap dakwah Islam, Juga
disebabkan oleh perjanjian penting yang sudah disepakati, yaitu “Perjanjian
Aqabah” yang berlangsung dua kali di Bukit `Aqabah yang disebut dengan
“Baiatul `Aqabah I Danii”.
Perjanjian Aqabah I terjadi pada tahun kedua belas kenabian atau
sekitar abad ke 621 M. Pada saat itu dua belas orang laki-laki dan seorang
perempuan dari suku Khazraj dan Aus Madinah datang pada Rasulullah di
Mekkah. Mereka menyatakan diri masuk Islam, mereka berjanji bahwa:
“Kami tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kami
tidak akan mencuri, berzina atau membunuh anak-anak kami, tidak akan ada

10
fitnah-memfitnah, dan tidak akan mendurhakai Muhammad dengan sesuatu
yang tidak kami ingini, Melaksanakan apa yang Allah perintahkan, dan
Meninggalkan apa yang Allah larang.” Orang-orang Madinah yang
masuk Islam itu dengan mudah karena sudah pernah mendengar ajaran Taurat
dari kaum Yahudi, yaitu tentang hari kebangkitan, balasan terhadap perbuatan
manusia, dan nabi yang terakhir. Perjanjian Aqabah II berlangsung satu tahun
kemudian atau pada abad ke 622 M. Pada saat itu ada 73 orang pria dan 2
orang wanita dari suku Khazraj menghadap Rasulullah pada waku tengah
malam, kali ini mereka menyarankan agar Rasulullah hijrah ke Madinah.
Baiatul Aqabah II berisi kesanggupan mereka untuk masuk Islam dan
kemudian berjanji :
1. Akan selalu mendengar dan menaati Nabi Muhammad saw;
2. Menafkahkan harta, baik dalam keadaan mudah maupun sulit;
3. Melakukan amar makruf nahi mungkar (Sebuah frasa dalam bahasa
Arab yang maksudnya sebuah perintah untuk mengajak atau
menganjurkan hal-hal yang baik dan mencegah hal-hal yang buruk bagi
masyarakat);
4. Tetap tabah menghadapi celaan kaum kafir;
5. Melindungi Nabi Muhammad SAW, dan menjamin keamanan beliau
sebagaimana membela dan melindungi keluarga mereka sendiri hingga
titik darah penghabisan.

2.2.2.2. Mendirikan Masjid

Mendirikan masjid, hal ini merupakan usaha pertama nabi yang sangat
penting dalam pembinaan masyarakat yaitu sebagai tempat beribadah kepada
Allah, tempat Rasulullah manyampaikan ajaran-ajaran beliau dari wahyu
Allah yang baru diterima. Masjid ini juga tempat para sahabat
bermusyawarah atau menanyakan suatu masalah kepada Rasululah dan juga
berfungsi sebagai tempat menerima tamu dari negeri lain. Selain fungsi diatas
masih terdapat lagi fungsi mendirikan masjid lainnya, yaitu

11
1. Masjid sebagai sarana pembinaan umat Islam di bidang akidah, ibadah,
dan akhlak, Masjid merupakan sarana ibadah, khususnya shalat lima
waktu, shalat jum’at, shalat Tarawih, shalat Idul Fitri, dan Idul
Adha. (lihat Q.S. Al-Jinn, 73: 18)

2. Masjid merupakan tempat belajar dan mengajar tentang agama Islam


yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Hadist.

3. Menjadikan masjid sebagai sarana kegiatan sosial.

4. Menjadikan halaman masjid dengan memasang tenda, sebagai tempat


pengobatan para penderita sakit, terutama para pejuang Islam yang
menderita luka akibat peran melawan orang-orang kafir.

5. Di masjid tempat dimana Rasulullah saw mengadili umat yang bersalah.

6. Melalui masjid pula Rasulullah saw dapat mengetahui kondisi umatnya.

2.2.2.2.1. Masjid Quba

Masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah Saw di Madinah ialah
Masjid Quba pada tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi, yang berjarak -+ 5 km,
sebelah Barat Daya Madinah. Masjid Quba dulunya berdiri di atas kebun
kurma dengan luas 1200 meter persegi. Setelah direnovasi, luasnya sekitar
5.860 meter persegi dan dapat menampung 20 ribu jemaah. Masjid Quba
memiliki 19 pintu dengan 3 pintu utama. Dua pintu untuk masuk jemaah laki-
laki, satu pintu lainnya untuk masuk jemaah perempuan. Allah SWT memuji
masjid ini dan orang yang mendirikan sembahyang di dalamnya dari kalangan
penduduk Quba' dengan Firman-Nya:

12
Artinya : “Sesungguhnya masjid itu yang didirikan atas dasar takwa (Masjid
Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut bagimu (Hai Muhammad)
bersembahyang di dalamnya. Di dalamnya terdapat orang-orang yang ingin
membersihkan diri”At Taubah, 108).

2.2.2.2.2. Masjid Nabawi

Masjid yang kedua di bangun oleh Nabi adalah Masjid Nabawi, Masjid
dibangun oleh Nabi Muhammad pada 622 M setelah kedatangannya di
kota Madinah. Masjid Nabawi dibangun sejak saat-saat pertama Muhammad.
tiba di Madinah, ialah di tempat unta tunggangan Nabi. menghentikan
perjalanannya. Lokasi itu semula adalah tempat penjemuran
buah kurma milik anak yatim dua bersaudara Sahl dan Suhail bin ‘Amr, yang
kemudian dibeli oleh Muhammad untuk dibangunkan masjid dan tempat
kediaman dia. dulunya Bangunan masjid sebenarnya di bangun tanpa atap.
Masjid pada saat itu dijadikan tempat berkumpulnya masyarakat, majelis,
dan sekolah agama. Awalnya, masjid ini berukuran sekitar 50 m × 50 m,
dengan tinggi atap sekitar 3,5 m . Muhammad turut membangunnya dengan
tangannya sendiri, bersama-sama dengan para sahabat dan kaum muslimin.
Tembok di keempat sisi masjid ini terbuat dari batu bata dan tanah liat yang
diketuk ketuk, sedangkan atapnya dari daun kurma dengan tiang-tiang
penopangnya dari batang kurma. Tingginya mencapai 3,60 meter (11,8 ft).
Tiga pintu masjid yaitu Bab-al-Rahmah ke selatan, Bab-al-Jibril ke barat dan
Babal-Nisa ke timur. Sebagian atapnya dibiarkan terbuka begitu saja. Selama
sembilan tahun pertama, masjid ini tanpa penerangan di malam hari. Hanya di
waktu Isya, diadakan sedikit penerangan dengan membakar jerami.

13
Kemudian melekat pada salah satu sisi masjid, dibangun kediaman Nabi.
Kediaman Nabi ini tidak seberapa besar dan tidak lebih mewah dari keadaan
masjidnya, hanya tentu saja lebih tertutup. Selain itu ada pula bagian yang
digunakan sebagai tempat orang-orang fakir-miskin yang tidak memiliki
rumah. Belakangan, orang-orang ini dikenal sebagai ahlussufah atau para
penghuni teras masjid.

Setelah masjid nabawi dan masjid quba dibangun kemudian umat islam turut-
turut membangun beberapa masjid Jumu’ah (tempat pertama Rasulullah
melaksanakan shalat jumat), Masjid Gamamah (tempat pertama kali
dilaksanakan shalat hari raya Islam), Masjid Bani Quraizah, Masjid Salman,
Masjid Ali.

2.2.2.3. Ukhuwah Islamiyah


Asal kata ukhuwwah adalah akh, yang artinya dua orang yang
bersaudara baik seayah seibu, salah satu di antara keduanya, atau karena
susuan. Kata ini juga bisa diterapkan bagi dua orang yang sama (menyatu)
dalam segi ras, agama, karakter, persahabatan, hijrah Rasul. Karena
sesungguhnya setiap mukmin adalah saudara. Para penduduk kota Madinah
telah mendengar bahwa Rasulullah akan hadir dan menetap di kota mereka.
Para penduduk menyambut kehadiran Rasulullah dengan riang gembira.
Penduduk Madinah yang menyambut kehadiran Rasulullah disebut sebagai
kaum Anshar, sedang kaum Muslimin yang hijrah dari Makkah ke Madinah
disebut kaum Muhajirin. Meskipun kaum Anshar mengetahui bahwa sebagian
kaum Muhajirin tidak membawa harta bendanya ketika berhijrah, kaum
Anshar tetap bersedia berbagi tempat tinggal, pekerjaan, dan pakaian.
Bahkan, Rasulullah menyatakan bahwa kaum Anshar dan kaum Muhajirin
saling mewarisi. Dasar persaudaraan yang di bangun oleh Rasulullah adalah
Ukhuwah Islamiyah. Rasulullah bersabda : “hai manusia sebarkan
perdamaian, berilah makan dan sambunglah silaturahmi, kamu akan masuk

14
surga dengan selamat”. (HR. ad-Darimi). Para sahabat yang dipersaudarakan,
antara lain :
1. Abu Bakar as-Siddiq dengan Kharijah Bin Zuhair;
2. Umar Bin Khattab dengan Itban bin Malik
3. Utsman bin Affan dengan Aus bin Tsabit;
4. Zubair bin Awwam dengan Salamah bin Salamah;
5. Salman al-Farisi dengan Abu Darda‟.
Tujuan mempersaudarakan mereka adalah agar satu sama lain saling
tolong menolong, yang mampu menolong yang kekurangan, serta untuk
menyelapkan rasa asing pada diri sahabat-sahabat Muhajirin di kota Madinah.

2.2.2.4. Ukhuwah Watdhaniyah


Ukhuwah Wathaniyah merupakan bentuk persaudaraan yang diikat oleh
jiwa nasionalisme tanpa membedakan agama, suku, warna kulit, adat istiadat
dan budaya dan aspek-aspek yang lainnya. Dalam sejarah perjalanan dan
perkembangan hijrah Nabi di Madinah, Nabi Muhammad SAW. berhasil
mempersaudarakan semua komponen masyarakat Madinah, terutama kaum
Aus dan Khajraj yang merupakan kaum yang mendiami di kota madinah yang
selama ini tidak bisa bersatu dan sering mengalami konflik horizontal di
antara keduanya. Dalam aspek ini Nabi Muhammad SAW menggunakan
sebuah istilah baru untuk mengikat masyarakat Madinah menjadi suatu
kesatuan yang kokoh, yaitu ukhuwah Islamiyah. Dalam rangka menguatkan
hal ini, Rasulullah bersabda,
“Seorang muslim bersaudara dengan muslim lainya. Dia tidak
menganiayanya, tidakpula menyerahkannya (kepada musuh). Barangsiapa
yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi pula
kebutuhanya. Barangsiapa yang melapangkan dari seorang muslim suatu
kesulitan, Allah akan melapangkan baginya suatu kesulitan dari kesulitan-
kesulitan yang dihadapinya di hari kemudian. Barangsiapa yang menutup
aib seorang muslim, Allah menutup aibnya di hari kemudian.”(HR. Bukhari
dan Muslim).

15
Semangat hijrah yang dilanjutkan dengan spirit untuk membangun
persaudaraan dan ukhuwah Islamiyah. Pada kenyatannya berhasil menjadikan
umat Islam sebagai kekuatan yang luar biasa dan diperhitungkan oleh
siapapun, maka jika mengamati fenomena ini dapat ditarik kesimpulan,
bahwa relasi antara hijrah dan pembangunan normal ukhuwah Islamiyah
bagaikan dua sisi koin yang tidak bisa dipisahkan, keduanya akan saling
bersinergi dan menopang satu dengan lainya.

2.2.2.5. Memprakarsai Perjanjian Piagam Madinah


Piagam Madinah juga dikenal dengan sebutan Konstitusi Madinah, ialah
sebuah dokumen yang disusun oleh Nabi Muhammad SAW, yang merupakan
suatu perjanjian formal antara dirinya dengan semua suku-suku dan kaum-
kaum penting di Yathrib (kemudian bernama Madinah) pada tahun 622 yang
terdiri dari 47 pasal yang ditulis dalam bahasa arab. Dokumen tersebut
disusun sejelas-jelasnya dengan tujuan utama untuk menghentikan
pertentangan sengit antara Bani 'Aus dan Bani Khazraj di Madinah.
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa penduduk Madinah bukan hanya
kaum muslimin. Untuk itu dokumen tersebut menetapkan sejumlah hak-hak
dan kewajiban-kewajiban bagi kaum Muslim, kaum Yahudi, dan komunitas-
komunitas pagan Madinah; sehingga membuat mereka menjadi suatu
kesatuan komunitas, yang dalam bahasa Arab disebut ummah. Piagam ini
menjamin hak dan kewajiban setiap penduduk Madinah. Dengan piagam ini,
semangat toleransi antarmasyarakat Madinah diharapkan dapat terwujud.
Di antara pokok-pokok ketentuan Piagam Madinah sebagai berikut:
a. Seluruh masyarakat yang turut menandatangani piagam ini bersatu
membentuk kesatuan kebangsaan.
b. Jika salah satu kelompok yang turut menandatangani piagam ini diserang
oleh musuh, kelompok yang lain harus membelanya dengan menggalang
kekuatan gabungan.
c. Tidak satu kelompok pun diperkenankan mengadakan persekutuan
dengan kafir Quraisy atau memberikan perlindungan kepada mereka atau

16
membantu mereka mengadakan perlawanan terhadap masyarakat
Madinah.
d. Orang Islam, Yahudi, dan seluruh warga Madinah yang lain bebas
memeluk agama dan keyakinan masing-masing dan mereka dijamin
kebebasannya dalam menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
keyakinan masing-masing. Tidak seorang pun yang diperkenankan
mencampuri urusan agama lain.
e. Utusan pribadi atau perseorangan, atau perkara-perkara kecil kelompok
nonmuslim tidak harus melibatkan pihak-pihak lain secara keseluruhan.
f. Setiap bentuk penindasan dilarang.
g. Mulai hari ini segala bentuk pertumpahan darah, pembunuhan, dan
penganiayaan diharamkan di seluruh negeri Madinah.
h. Muhammad Rasulullah menjadi pemimpin Madinah dan memegang
kekuasaan peradilan yang tertinggi.
Terbentuknya Piagam Madinah yang diprakarsai oleh Rasulullah saw.
menjadi dasar kehidupan bernegara, yaitu negara Madinah. Rasulullah saw.
bukan hanya sebagai pemuka agama tetapi juga seorang negarawan yang
andal. Dalam Piagam Madinah ini tercermin toleransi yang tinggi antara umat
Islam dengan pemeluk agama lain. Penduduk Madinah menghormati
perbedaan keyakinan yang mereka anut. Kebebasan untuk beribadah sesuai
dengan agama dan keyakinan masing-masing juga tercermin dalam Piagam
Madinah. Umat Islam dan pemeluk agama lain bertoleransi dalam bidang
muamalah. Mereka bersatu padu untuk menjaga kedaulatan dan keamanan
negara Madinah.

2.2.2.6. Menggalang Kekuatan untuk Mempertahankan Agama


Meskipun dakwah Islam dilakukan dengan cara lemah lembut, ternyata
masih mendapat tantangan dan hambatan dari sebagian kelompok. Bahkan,
ada kaum yang secara terang-terangan melanggar isi Piagam Madinah dan
bersekutu dengan kaum kafir Quraisy. Misalnya yang dilakukan oleh kaum
Yahudi Madinah yang bersekutu dengan kaum kafir Quraisy. Oleh karena itu,
Rasulullah terpaksa membela diri dan mempertahankan Islam dengan

17
meladeni ajakan berperang. Peperangan yang dilakukan oleh umat Islam pada
masa Rasulullah antara lain sebagai berikut :

2.2.2.6.1 Perang Badar


Perang Badar yang merupakan perang antara kaum muslimin Madinah
dan kaum musyrikin Quraisy Mekah terjadi pada tahun 2 H (623 M). Perang
ini merupakan puncak dari serangkaian pertikaian yang terjadi antara pihak
kaum muslimin Madinah dan kaum musyrikin Quraisy. Perang ini berkobar
setelah berbagai upaya perdamaian yang dilaksanakan Nabi Muhammad
SAW gagal. Tentara muslimin Madinah terdiri dari 313 orang dengan
perlengkapan senjata sederhana yang terdiri dari pedang, tombak, dan panah.
Berkat kepemimpinan Nabi Muhammad SAW dan semangat pasukan yang
membaja, kaum muslimin keluar sebagai pemenang. Abu Jahal, panglima
perang pihak pasukan Quraisy dan musuh utama Nabi Muhammad SAW
sejak awal, tewas dalam perang itu. Sebanyak 70 tewas dari pihak Quraisy,
dan 70 orang lainnya menjadi tawanan. Di pihak kaum muslimin, hanya 14
yang gugur sebagai syuhada. Kemenangan itu sungguh merupakan
pertolongan Allah SWT (Q.S. 3: 123).

Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan


Badar, Padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. karena itu
bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.”(Q.S. Ali-Imran:
123).
Orang-orang Yahudi Madinah tidak senang dengan kemenangan kaum
muslimin. Mereka memang tidak pernah sepenuh hati menerima perjanjian
yang dibuat antara mereka dan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam
Madinah. Sementara itu, dalam menangani persoalan tawanan perang, Nabi
Muhammad SAW memutuskan untuk membebaskan para tawanan dengan
tebusan sesuai kemampuan masing-masing. Tawanan yang pandai membaca
dan menulis dibebaskan bila bersedia mengajari orang-orang Islam yang

18
masih buta aksara. Namun tawanan yang tidak memiliki kekayaan dan
kepandaian apa-apa pun tetap dibebaskan juga. Tidak lama setelah perang
Badar, Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian dengan suku Badui
yang kuat. Mereka ingin menjalin hubungan dengan Nabi SAW karenan
melihat kekuatan Nabi SAW. Tetapi ternyata suku-suku itu hanya memuja
kekuatan semata. Sesudah perang Badar, Nabi SAW juga menyerang Bani
Qainuqa, suku Yahudi Madinah yang berkomplot dengan orang-orang Mekah.
Nabi SAW lalu mengusir kaum Yahudi itu ke Suriah.

2.2.2.6.2 Perang Uhud


Perang Uhud Bagi kaum Quraisy Mekah, kekalahan mereka dalam perang
Badar merupakan pukulan berat. Mereka bersumpah akan membalas dendam.
Pada tahun 3 H (624), mereka berangkat menuju Madinah membawa tidak
kurang dari 3000 pasukan berkendaraan unta, 200 pasukan berkuda dibawah
pimpinan Khalid ibn Walid, 700 orang di antara mereka memakai baju besi.
Nabi Muhammad menyongsong kedatangan mereka dengan pasukan sekitar
seribu orang. Namun, baru saja melewati batas kota, Abdullah ibn Ubay,
seorang munafik dengan 300orang Yahudi membelot dan kembali ke
Madinah. Mereka melanggar perjanjian dan disiplin perang. Meskipun
demikian, dengan 700 pasukan yang tertinggal Nabi melanjutkan perjalanan.
Beberapa kilometer dari kota Madinah, tepatnya di bukit Uhud, kedua
pasukan bertemu. Perang dahsyat pun berkobar. Pertama-tama, prajurit-
prajurit Islam dapat memukul mundur tentara musuh yang lebih besar itu.
Pasukan berkuda yang dipimpin oleh Khalid ibn Walid gagal menembus
benteng pasukan pemanah Islam. Dengan disiplin yang tinggi dan strategi
perang yang jitu, pasukan yang lebih kecil itu ternyata mampu mengalahkan
pasukan yang lebih besar. Kemenangan yang sudah diambang pintu ini tiba-
tiba gagal karena godaan harta peninggalan musuh. Prajurit Islam mulai
memungut harta rampasan perang tanpa menghiraukan gerakan musuh,
termasuk didalamnya anggota pasukan pemanah yang telah diperingatkan
Nabi agar tidak meninggalkan posnya. Kelengahan kaum muslimin ini
dimanfaatkan dengan baik oleh musuh. Khalid bin Walid berhasil

19
melumpuhkan pasukan pemanah Islam, dan pasukan Quraisy yang tadinya
sudah kabur berbalik menyerang. Pasukan Islam menjadi porak-poranda dan
tak mampu menangkis serangan tersebut. Satu persatu pahlawan Islam gugur,
bahkan Nabi sendiri terkena serangan musuh. Perang ini berakhir dengan 70
orang pejuang Islam syahid di medan laga. Pengkhianatan Abdullah ibn Ubay
dan pasukan Yahudi diganjar dengan tindakan tegas. BaniNadir, satu dari dua
suku Yahudi di Madinah yang berkomplot dengan Abdullah ibn Ubay, diusir
keluar kota. Kebanyakan mereka mengungsi ke Khaibar. Sedangkan suku
Yahudi lainnya, yaitu Bani Quraizah, Masih tetap di Madinah.

2.2.2.6.3 Perang Khandak


Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini merupakan perang antara kaum
muslimin Madinah melawan masyarakat Yahudi Madinah yang mengungsi ke
Khaibar yang bersekutu dengan masyarakat Mekah. Karena itu perang ini
juga disebut sebagai Perang Ahzab (sekutu beberapa suku). Pasukan
gabungan ini terdiri dari 10.000 orang tentara. Salman al-Farisi, sahabat
Rasulullah SAW, mengusulkan agar kaum muslimin membuat parit
pertahanan di bagian-bagian kota yang terbuka. Karena itulah perang ini
disebut sebagai Perang Khandaq yang berarti parit. Tentara sekutu yang
tertahan oleh parit tersebut mengepung Madinah dengan mendirikan
perkemahan di luar parit hampir sebulan lamanya. Pengepungan ini cukup
membuat masyarakat Madinah menderita karena hubungan mereka dengan
dunia luar menjadi terputus. Suasana kritis itu diperparah pula oleh
pengkhianatan orang-orang Yahudi Madinah, yaitu Bani Quraizah, dibawah
pimpinan Ka'ab bin Asad. Namun akhirnya pertolongan Allah SWT
menyelamatkan kaum muslimin. Setelah sebulan mengadakan pengepungan,
persediaan makanan pihak sekutu berkurang. Sementara itu pada malam hari
angin dan badai turun dengan amat kencang, menghantam dan menerbangkan
kemah-kemah dan seluruh perlengkapan tentara sekutu. Sehingga mereka
terpaksa menghentikan pengepungan dan kembali ke negeri masing-masing
tanpa suatu hasil. Para pengkhianat Yahudi dari Bani Quraizah dijatuhi
hukuman mati. Hal ini dinyatakan dalam Al-Qur'an surat Al-Ahzâb: 25-26.

20
Artinya: “Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang Keadaan
mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh Keuntungan
apapun. dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan.
Dan adalah Allah Maha kuat lagi Maha Perkasa. Dan Dia menurunkan
orang-orang ahli kitab (Bani Quraizhah) yang membantu golongan-
golongan yang bersekutu dari benteng-benteng mereka, dan Dia
memesukkan rasa takut ke dalam hati mereka.sebahagian mereka kamu
bunuh dan sebahagian yang lain kamu tawan.” (Q.S. Al-Ahzâb: 25-26)

Selain perang diatas masih terdapat beberapa perang lagi yang terjadi di
antaranya, perang hunain (kaum muslimin melawan kaum Badui dari suku
Hawazin dan Tsaqif pada tahun 630 M atau 8 H) dan perang tabuk (yang
terjadi pada 9 H atau 630).

2.2.2.7. Mengedepankan Suri Tauladan Yang Baik


Dalam berdakwah, Rasulullah SAW lebih mengedepankan contoh, sehingga
lebih mudah ditiru dan diikuti oleh umatnya. Strategi ini lebih mudah
diterima dan diikuti oleh masyarakat. Strategi ini selaras dengan penjelasan di
dalam Al-Qur`An surah al-ahzab ayat 21

Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-
Ahzab/33:21)

2.2.2.8. Penyampaian Dakwah Dengan Santun


Strategi ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat rasa persaudaraan
sesama muslim, serta menciptakan kehidupan masyarakat yang “marhamah”,
saling menghormati sehingga tumbuh rasa persaudaraan yang kuat. Strategi

21
dakwah Rasulullah SAW dengan santun, lemah lembut ini banyak
mengandung simpati, sehingga banyak diikuti oleh masyarakat.
2.2.2.9.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Dari penjelasan makalah di atas, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa
dakwah Rasulullah SAW periode Madinah itu merupakan dakwah lanjutan yang
dilakukan Rasulullah SAW pada saat beliau hijrah dari kota Mekah ke kota
Madinah. Dimana dalam periode Madinah ini, pengembangan Islam lebih
ditekankan pada dasar-dasar pendidikan masyarakat Islam dan pendidikan sosial
kemasyarakatan.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, masih banyak
terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritikan dan saran yang sifatnya
membangun sangat kami harapkan guna perbaikan makalah kami dimasa yang
akan datang.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Quba
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Nabawi
3. http://walpaperhd99.blogspot.com/2016/12/5-strategi-dakwah-rasulullah-
di-madinah.html
4. https://news.detik.com/berita/d-3304371/sejarah-dan-keutamaan-salat-
di-masjid-quba
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Bai%27at_%27Aqabah_Pertama
6. https://id.wikipedia.org/wiki/Bai%27at_%27Aqabah_Kedua
7. https://www.republika.co.id/berita/dunia-
islam/khazanah/16/04/26/o6838y394-rasulullah-persaudarakan-dua-
kaum-yang-sempat-saling-bunuh
8. https://www.academia.edu/8343617/MAKALAH_DAKWAH_NABI_MU
HAMMAD_SAW_PERIODE_MADINAH
9. https://www.academia.edu/14901330/MAKALAH_DAKWAH_NABI_M
UHAMMAD_SAW_MADINAH
10. https://www.hidayatullah.com/spesial/ragam/read/2014/11/15/33214/piag
am-madinah-konstitusi-tertulis-pertama-di-dunia-1.html
11. https://www.academia.edu/34661344/STRATEGI_DAN_KETELADANA
N_DAKWAH_NABI_MUHAMMAD_SAW_DI_MADINAH
12. https://denisatria13.wordpress.com/sejarah-islam/sejarah-dakwah-
rasulallah-di-madinah/
13. https://www.bacaanmadani.com/2017/02/strategi-dakwah-rasulullah-
saw-periode.html
14. https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_Madinah

24

Anda mungkin juga menyukai