Anda di halaman 1dari 4

Sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah merupakan bagian dari

sejarah Islam dimana pada masa itu, nabi Muhammad meninggalkan Mekah dan
memutuskan untuk melanjutkan penyebaran Islam di Madinah. Perjalanan ini terjadi pada
sekitar bulan Juni tahun 622 dan berakhir ketika Mekah berhasil dikuasai oleh tentara
Muslim pada tahun 630. Ada beberapa kejadian yang terjadi sebelum nabi Muhammad
SAW memutuskan untuk melakukan hijrah ke Madinah dimana yang pertama adalah
Tahun Duka Cita karena wafatnya Khadijah, istrinya dan Abu Talib, pamannya. Kejadian
kedua adalah klaim nabi Muhammad SAW yang menyatakan bahwa ia telah mengalami
hal yang disebut Isra’ Miraj, perjalanan spiritual menuju masjidil Aqsa. Kejadian
berikutnya adalah perjanjian Aqabah yang membuat banyak Muslim berimigrasi menuju
Abyssinia. Kejadian yang terakhir adalah percobaan pembunuhan terhadap nabi
Muhammad SAW yang gagal total. Peristiwa itu kemudian menjadi awal tahun kalender
Islam dan diperingati hingga sekarang. Sebelum hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad
telah berdakwah menyebarkan Islam di Mekah. Semula, Nabi berdakwah secara
sembunyi-sembunyi. Syiar Islam kemudian dilakukan dengan terang-terangan.

Kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah dimulai pada tahun 622 ketika
nabi Muhammad SAW memimpin para pengikutnya dalam perjalanan dari Mekah
menuju Madinah. Perginya nabi Muhammad SAW terjadi tepat ketika kejadian
pembunuhan. Awalnya, kota Madinah yang mereka tuju tidak kalah ekstrimnya, tapi
entah bagaimana nabi Muhammad SAW mampu mentransformasikan dan mengubah
nama kota tersebut dari Yathrib menjadi Madinat un-nabi dan kembali diubah menjadi
hanya Madinah karena setelah dipikir-pikir kata “un-nabi” terdengar terlalu eksklusif.

Di dalam sejarah hijrah Nabi ke Madinah, ada beberapa peperangan yang terjadi.
Salah satunya adalah pada Januari 623 dimana beberapa Muslim di sana terpaksa
menyerang gerobak yang mengantarkan buah dan semacamnya karena mereka tidak
dapat makan. Menurut Ar-Raheeq Al-Makhum, nabi Muhammad SAW termasuk dalam
satu tokoh yang memprakarsai penyerangan gerobak makanan ini karena terpaksa oleh
situasi kelaparan masyarakat Madinah. Di masa sekarang ini, rasanya hampir setiap
Muslim mengetahui tentang sejarah kisah hijrah nabi Muhammad SAW ke Madinah yang
terus berlanjut hingga masa dimana ia bisa kembali lagi menyerang Mekah dan
mendudukinya.
Kaum kafir Quraisy yang sejak semula memusuhi Nabi semakin gencar
melakukan desakan. Intimidasi terjadi setiap waktu. Namun, saat Nabi perlu dukungan,
datanglah masa sulit. Sang istri, Siti Khadijah, wafat. Padahal Siti Khadijah menjadi salah
satu motivator bagi Nabi dalam menyebarkan Islam. Setelah Khadijah, pamah Nabi, Abu
Thalib, juga meninggal dunia. Semasa hidup, Abu Thalib lah yang menjadi pembela Nabi
dari kebengisan kafir Quraisy. Dengan wafatnya Abu Thalib, kaum kafir Quraisy semakin
semena-mena. Wafatnya Siti Khadijah dan Abu Thalib membuat Nabi berada dalam
suasana duka.

Pada masa-masa yang disebut sebagai tahun duka cita itu, terjadilah peristiwa luar
biasa, yaitu Isra’ Mi’raj pada 27 Rajab, sekitar rahun 621 Masehi. Pada peristiwa itu,
turunlah perintah salat lima waktu. Setelah peristiwa itu, Nabi kembali melanjutkan
dakwahnya di Mekah. Pengalaman luar biasa itu diceritakan pada pengikutnya. Namun,
kabar itu membuat kaum kafir Quraisy semakin menekan. Mereka menuduh Nabi
berbohong.

Pada 621 M itu pula, datanglah sejumlah orang dari Madinah, menemui Nabi di
Bukit Aqaba. Mereka memeluk agama Islam. Peristiwa tersebut dikenal dengan Bai’at
Aqaba I. Tahun berikutnya, atau 622 M, datanglah 73 orang dari Madinah ke Mekah.
Mereka merupakan Suku Aus dan Khazraj yang semula ingin berhaji. Mereka kemudian
menemui Nabi dan mengajak berhijrah ke Madinah. Mereka menyatakan siap membela
dan melindungi Nabi dan para pengikutnya dari Mekah. Peristiwa ini dikenal dengan
Bai’at Aqabah II.

Kondisi kaum muslim di Mekah juga semakin terdesak setelah kaum kafir
Quraisy melakukan boikot kepada Nabi Muhammad dan para pengikutnya yang berasal
dari Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Kaum Quraisy melarang setiap perdagangan dan
bisnis dengan pengikut Nabi. Selain itu, semua orang dilarang menikah dengan kaum
muslimin. Tak ada yang diperkenankan bergaul dengan pengikut Nabi Muhammad.
Mereka juga mendukung kelompok-kelompok yang memusuhi Nabi Muhammad. Boikot
inilah yang membuat kaum muslimin semakin terdesak.

Dalam upaya menyelamatkan dakwah Islam dari gangguan kafir Quraisy, Nabi
Muhammad, atas perintah Allah, memutuskan hijrah dari Mekah ke Madinah. Namun
sebelumnya, Nabi telah memerintahkan kaum mukminin agar hijrah terlebih dahulu ke
Madinah. Para sahabat pun segera berangkat secara diam-diam agar tidak dihadang oleh
kelompok kafir Quraisy.

Menjelang Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, kaum kafir Quraisy membuat


rencana jahat. Mereka ingin membunuh Nabi. Pada malam hari, para pemuda Quraisy
telah mengepung rumah Nabi. Pada saat itulah Nabi meminta Ali bin Abi Thalib memakai
jubahnya. Ali diminta berbaring di tempat tidur Nabi untuk mengelabui para pemuda
Quraisy.

Para pemuda yang sudah disiapkan Quraisy kemudian mengintip ke kamar Nabi.
Mereka melihat ada sosok yang sedang berbaring dan mengira itu adalah Nabi
Muhammad, padahal yang berbaring itu adalah Ali bin Abi Thalib. Jelang larut malam,
Rasulullah keluar rumah menuju kediaman Abu Bakar Ashshiddiq. Nabi kemudian
berangkat ke Gua Tsur.

Para pemuda Quraisy yang mengepung rumah Nabi masuk ke dalam rumah.
Namun mereka alangkah terkejut, ternyata Nabi sudah tidak ada. Sosok yang terbaring di
tempat tidur itu ternyata Ali bin Abi Talib. Sementara, Nabi terus berjalan. Untuk
mengelabui kaum Quraisy yang telah menutup semua jalur ke Madinah, Nabi menempuh
jalan yang tak biasa digunakan penduduk.

Tibalah Nabi di Gua Tsur. Nabi bersama Abu Bakar tinggal di sana selama kurang
lebih tiga hari. Gua Tsur sungguh sempit. Jarang disinggahi manusia. Sementara, kaum
Quraisy mondar-mandir ke segala penjuru mencari Nabi dan Abu Bakar.

Kelompok Quraisy sebenarnya sudah tiba di Gua Tsur. Pimpinan mereka bahkan
hendak masuk ke gua yang dijadikan tempat persembunyian Nabi dan Abu Bakar itu.
Namun tak jadi. Mereka melihat banyak sarang laba-laba di mulut gua. Selain itu, banyak
pula burung liar di sana. Sehingga mereka mengira tak mungkin ada orang di dalam gua
tersebut.

Setelah tiga malam berada di gua, pada tanggal 1 Rabi’ul Awwal tahun pertama
Hijriyah, atau pada tanggal 16 September 622 M, Nabi, Abu Bakar, ditemani Amir bin
Fuhairah, beserta seorang penunjuk jalan, Abdullah bin Uraiqith, keluar dari gua. Mereka
berangkat menuju Madinah. Nabi duduk di atas unta, yang dalam kitab tarikh disebut
dengan nama “ Al-Qushwa”. Selama tujuh hari tujuh malam mereka berjalan menuju
Madinah, melewati gurun pasir yang gersang.
Pada hari ke-3, sesuai kesepakatan yang pernah dibuat antara Abu Bakar dengan
Abdullah bin Arqayat, dia datang ke Gua Tsur untuk bekerja sama membantu sebagai
orang yang dibayar sebagai penunjuk jalan menuju Yatsrib dengan mengambil jalan yang
tak biasa dilalui orang. Padahal Abdullah bin Uraiqhit atau Abdullah bin Arqayat ini
seorang musyrikin Makkah yang menawarkan jasanya secara profesional.

Nabi SAW membutuhkan seorang pemandu disebabkan rute perjalanan yang


mereka tempuh bukan rute perjalanan yang biasa ditempuh oleh kebanyakan orang,
melainkan rute alternatif yang tidak banyak diketahui untuk menghindari pengejaran kafir
Quraisy. Di hari ke-3, Nabi SAW, Abu Bakar beserta Abdullah Arqayat mulai melakukan
perjalanan hijrah dengan menggunakan seekor unta dengan rute memutar berbalik arah
tujuan menuju Yaman.

Anda mungkin juga menyukai