Anda di halaman 1dari 10

Kerajaan Islam di Indonesia

Cepat dan Meluasnya perkembangan Agama Islam di Indonesia terutama di wilayah pesisir
karena adanya hubungan dagang antara para pedagang Islam dan pedagang Indonesia. Para
pedagang Islam dari Gujarat dalam menyebarkan agama Islam dengan menggunakan cara yang
bijaksana dan tanpa kekerasan atau paksaan.

Sehingga banyaknya pedagang maupun penduduk pada waktu itu yang tertarik kepada agama
Islam. Selain itu juga ajaran Islam tidak mengenal kasta atau kedudukan. Makin kuatnya
pengaruh Agama Islam di kalangan penduduk semakain mendorong tumbuhnya banyak kerajaan
Islam di kepulauan Nusantara. Kerajaan Islam terkenal di Indonesia pada zaman dulu dapat
dijelaskan di bawah ini.

Kerajaan Islam di Jawa

Masuknya Islam di nusantara ternyata bukan hanya mengubah pandangan dan kepercayaan
orang Jawa terhadap cara mempercayai ketuhanan yang mereka percayai sebelumnya, melainkan
merubah juga beragam hal lain salah satunya dalam bidang politik. Kerajaan Islam di Indonesia.

Perubahan di dunia politik yang diyakini masyarakat Jawa sesudah masuknya ajaran Islam
dibuktikan dengan terbangunnya beberapa kerajaan Islam semenjak abad ke 15, dengan
Kesultanan Demak sebagai pelopornya. Berikut ini kerajaan-kerajaan Islam di Jawa:

Kesultanan Demak (1500 – 1550)

Kesultanan Demak merupakan kerajaan Islam yang terbesar dan pertama di pesisir pantai utara
Jawa. Sebelumnya kerajaan ini adalah sebuah kadipaten dari kerajaan Majapahit. Setelah datang
dan masuknya ajaran Islam juga dimulainya masa kemunduran Majapahit, kadipaten ini
kemudian berubah sebagai basis penyebaran ajaran Islam di Nusantara.

Salah satu bukti peninggalan Kerajaan Islam di Indonesia dari kerajaan Demak adalah berdirinya
Masjid Agung Demak. Masjid ini ialah warisan dan peninggalan wali songo, para ulama
penyebaran ajaran Islam di Jawa.

Kesultanan Banten (1524 – 1813)

Kerajaan Islam di Indonesia untuk wilayah Jawa selanjutnya berkuasa di atas Tatar Pasundan.
Kerajaan ini bernama Kesultanan Banten. Berdirinya kerajaan ini setelah kerajaan Demak
mempeluas kekuasaannya sampai pesisir barat Jawa.

Maulana Hasanuddin yaitu putra Sunan Gunung Jati merupakan orang yang sangat berjasa dalam
penaklukan tersebut. Karena adanya pengaruh kedatangan dan penyeranan Belanda terhadap
nusantara, kemudian kerajaan ini hanya mampuh bertahan sampai tahun 1813.
Kesultanan Cirebon (1552 – 1677)

Pada abad ke-15 dan 16 Masehi, kesultanan Cirebon merupakan kerajaan Islam yang sangat
terkenal di jagat Asia. Melalui jalur perdagangan juga pelayaran antar pulau pada waktu itu,
kesultanan ini memiiki posisi yang sangat strategis.

Selain menjadi jembatan dan juga tempat persinggahan para pelayar dan pedagang yang hendak
berlayar ke Barat dan ke Timur, kerajaan Islam yang satu ini juga menjadi sebuah pusat
pertemuan kebudayaan dari berbagai macam daerah.

Kesultanan Pajang (1568 – 1618)

Kerajaan Pajang ialah kerajaan Islam yang beretak di Jawa Tengah yang menjadi lanjutan dari
Kerajaan Demak. Selepas meningganya Sultan Trenggana, Kemudian kerajaan Demak runtuh.
Seluruh daerah kekuasannya memisahkan diri dan membangun kerajaannya masing-masing,
termasuk juga kesultanan Pajang ini.

Sekarang, kita masih bisa mendapati bukti keberadaan Islam di Indonesia yaitu kesultanan
Pajang pada zaman dulu. Pondasi dan reruntuhan keratonnya masih tersisa dan masih bisa kita
lihat di kelurahan Pajang, Kota Surakarta.

Kesultanan Mataram (1586 – 1755)

Kesultanan Mataram merupakan kerajaan Islam yang berdiri pada abad ke-15 akhir. Raja
pertama dari Kesutanan Mataram adalah Sutawijaya, putra dari Ki Ageng Pemanahan. Pada
masa kejayaannya, Kerajaan Mataram pernah berjasa dalam menyatukan tanah Jawa. Kerajaan
Mataram juga pernah berperang melawan VOC di Batavia.

Beberapa peninggalan yang dapat kita jumpai hingga saat ini diantaranya adalah adanya
kampung Matraman di Jakarta, sistem persawahan di Pantai Utara Jawa, penggunaan hanacaraka
dalam bahasa Sunda, politik feodal, dan beberapa batas daerah administrasi yang dari sekarang
masih berlaku.

Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (1755-


sekarang)

Selain 5 kerajaan di atas, ternyata masih 2 kerajaan Islam di tanah Jawa yang sampai saat ini
masih eksis keberadannya. Kedua kerajaan itu ialah Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat .

Kedua kerajaan ini adalah pecahan dari kerajaan Mataram Islam yang runtuh akibat adanya
perebutan kekuasaan. Melalui sebuah perjanjian Giyanti pada tanggal 13 Februari tahun 1755,
Mataram resmi terpecah menjadi 2 hingga sekarang.

Kerajaan Islam di Sumatera


Tidak hanya di Pulau Jawa yang terdapat kerajaan Islam di Indonesia, melainkan di Pulau
Sumatra juga pernah berdiri sebuah kerajaan islam yaitu Kerajaan Samudera Pasai, berikut
penjelasan singkat mengenai Kerajaan Samudra Pasai yang pernah berjaya di Tanah Sumatra

Kerajaan Samudera Pasai

Pedagang Arab, Persia, dan Gujarat pada abad ke-12 awal, membawa ajaran Islam yang beraliran
Syiah ke wilayah pantai Timur Sumatera, terutama di negera Pasai dan Perlak. Saat itu aliran
Syiah berkembang di Hindustan dan Persia dan juga Dinasti Fatimiah sebagai penganut paham
Islam aliran Syiah yang sedang berkuasa di Mesir.

Mereka berdagang dan bermukim di muara Sungai Pasai dan muara Sungai Perlak membangun
sebuah kesultanan. Pada tahun 1268 Dinasti Fatimiah runtuh dan digantikan dengan Dinasti
Mamluk yang beraliran Syafi’i, mereka menumpas para orang Syiah di Mesir, begitu juga di
pantai Timur Sumatera.

Syekh Ismail sebaai utusan Mamluk mengangkat Marah Silu untuk menjadi sultan di Pasai,
dengan diberi gelar Sultan Malikul Saleh. Marah Silu yang awalnya menganut pemahaman
Syiah berubah menjadi aliran Syafi’i. Keraajaan Islam di Indonesia.

Sultan Malikul Saleh digantikan dengan putranya yang bernama Sultan Malikul Zahir,
sedangkan putra keduanya bernama Sultan Malikul Mansur memisahkan diri serta kembali
menganut paham Syiah. Saat Majapahit melakukan peluasan kekuasaan ke seluruh Nusantara,
Pasai berada dalam kekuasaan Majapahit.

Adanya kerajaan Samudera Pasai ini diperkuat dengan catatan Ibnu Batutah, sejarawan asal
Maroko. Kronik dari sejarah Cina pun membuktikan hal ini. Menurut Ibnu Batutah, Samudera
Pasai adalah pusat studi Islam. Pada tahun 1345-1346 ia berkunjung ke kerajaan samudra pasai.
Ibnu Batutah memanggilnya sebagai “Sumutrah”, ejaannya nama Samudera, yang kemudian
berubah menjadi Sumatera.

Kerajaan Islam di Sumatera Selatan

Kesultanan Palembang Darussalam ialah sebuah kerajaan islam di Indonesia yang bertempat
di Sumatra Selatan, sekitar Kota Palembang sekarang. Pada tahun 1659 Kesultanan Palembang
Darussalam diumumkan secara resmi oleh Sri Susuhan Abdurrahman, seorang muslim
bangsawan Palembang keturunan Jawa dan pada 7 Oktober 1823 oleh pemerintah kolonial
Belanda dihapuskan keberadaannya.

Seorang ahli geografi dan petualang dari Perancis Malthe Conrad Bruun (1755-
1826), memaparkan keadaan kota kerajaan dan masyarakat pada waktu itu, yang sudah dihuni
oleh sebuah masyarakat yang beraneka ragam terdiri dari Cina, Siam, Jawa dan Melayu juga
disebutkan pada bangunan yang telah didirikan menggunakan batu bata hanya sebuah istana
kerajaan dan vihara.

Kerajaan Islam di Sumatera Barat

Kerajaan Pagaruyung merupakan Kerajaan Islam Melayu yang dulu pernah berdiri di
Sumatera Barat. Kerajaan ini mengalami kehancuran pada saat Perang Padri, setelah adanya
tanda tangan perjanjian antara kepala Adat dengan pihak Belanda yang dijadikan wilayah
Kerajaan Pagaruyung berada pada pengawasan Belanda.

Sebelumnya Kerajaan Pagaruyung tergabung dengan Kerajaan Malayapura. Disebutkan dalam


prasasti Amoghapasa bawah Adityawarman adalah pemimpin kerajaan Malayapara yang
mengikrarkan dirinya sebagai penguasa Tanah Malayu di Suwarnabhumi. Kerajaan kerajaan lain
yang termasuk dalam wilayah Kerajaan Malayapura ialah kerajaan Dharmasraya dan juga
beberapa kerajaan yang ditaklukan Adityawarman.
Kerajaan Islam di Papua

Ajaran Islam juag menyebar sampai tanah Papau, di sana terdapat 4 kerajaan Islam yang awal
mula tersebarnya ajaran Islam, atas dasar jasa para pedagang Bugis. Dan disini juga dalam proses
penyebaran Agama Islam sangat unik. silahkan simak dengan seksama.

Kerajaan Waigeo, Kerajaan Salawati, dan Kerajaan Sailolof Kerajaan Misool

Berdasarkan catatan sejarah, di Kepulauan Raja Ampat ada empat kerajaan tradisional, yaitu:

1. kerajaan Waigeo, dengan Wewayai sebagai pusat kekuasaannya, pulau Waigeo;


2. kerajaan Salawati, dengan Samate sebagai pusat kekuasaannya, pulau Salawati Utara;
3. kerajaan Sailolof dengan Sailolof sebagai pusat kekuasaannya, pulau Salawati Selatan,
4. kerajaan Misool, dengan Lilinta sebagai pusat kekuasaan, pulau Misol. Penguasa
Kerajaan Misol atau Lilinta (sejak abad ke-16 bawahan kerajaan Bacan).

Proses Masuknya Islam di Kerajaan Waigeo, Kerajaan Salawati, Kerajaan Sailolof dan
Kerajaan Misool.

Ajaran Islam di Papua, khususnya di Fakfak disebarkan oleh pedagang-pedagang Bugis melalui
Seram Timur dan Banda oleh seorang pedagang asal Arab yang bernama Haweten Attamimi
yang sudah lama bermukim di Ambon. Proses pengislamannya dilakukan menggunakan cara
khitanan.

Di dasari ancaman masyarakat setempat jika orang yang disunat akan mati, lalu kedua mubaligh
itu akan dibunuh, tapi akhirnya mereka sukses dalam khitanan tersebut yang kemudian penduduk
setempat berbondong-bondong masuk agama Islam dan mendirikan kerajaan Islam di Indonesia
yaitu di Papua tepetnya.

Islam di Papua asalnya dari Bacan. Pada masa kekuasaan Sultan Mohammad al-Bakir,
Kesultanan Bacan merencanakan syiar Islam ke seluruh wilayah negeri, semisal Sulawesi, Nusa
Tenggara, Fiilipina, Kalimantan, Jawa dan Papua. Thomas Arnold dalam pendapatnya, Raja
Bacan yang pertama kali memeluk Islam adalah Zainal Abidin yang menjabat pada tahun 1521.

Pada masa ini Bacan mampuh menguasai suku-suku di tanah Papua juga pulau-pulau di sebelah
barat laut, seperti Waigeo, Waigama, Salawati dan Misool. Kemudian Sultan Bacan memperluas
kekuasaannya sampai ke semenanjung Onin Fakfak, di barat laut Papua pada tahun 1606.

Melalui jasanya dan para pedagang muslim, para pemimpin masyarakat di pulau-pulau kecil itu
memeluk Agama Islam. Meskipun wilayah pesisir sudah memeluk agama Islam, sebagian besar
penduduk asli pedalaman masih tetap bertahan untuk menganut animisme.
Di Kepulauan Raja Empat terdapat beberapa kelompok Kerajaan-Kerajaan Islam yaitu :

1. Kerajaan Namatota
2. Kerajaan Komisi
3. Kerajaan Fatagar
4. Kerajaan Ati-Ati
5. Kerajaan Rumbati
6. Kerajaan Pattipi
7. Kerajaan Sekar
8. KerajaanWertuar
9. Kerajaan Arguni.

Kerajaan Islam di Sulawesi

sejak abad ke-15 M, Islam datang tanah Sulawesi, terutama di bagian selatan. Para saudagar
Muslim asal Malaka, Sumatra dan Jawa, banyak yang datang di wilayah ini.

Terhusus di Sulawesi Selatan, datangnya Islam agak terlambat dibandingkan dengan daerah-
daerah lainnya di Nusantara, seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Maluku.

Hal ini dikarenakan kerajaan-kerajaan di Sulawesi Selatan terkhusus kerajaan Lawu, Tallo dan
Gowa sebagai cikal bakal wilayah masuknya ajaran Islam, diketahui terkenal sebagai kerajaan
besar, berpengaruh dan menjadi sebuah kerajaan dagang di akhir abad XVI atau.

Terjadi proses penyebaran Ajaran Islam. Salah satun penyebaranya di Sulawesi. Kerajaan-
kerajaan Islam yang berada di Sulawesi Selatan diantaranya adalah Luwu, Soppeng, Gowa-Tallo,
Bone, dan Wajo. Dan Kerajaan Konawe yang berada di Sulawesi Tenggara. Berikut ini tiga
kerajaan Islam yang dulu pernah berkuasa di Sulawesi :

Kerajaan Gowa-Tallo

Kedua raja dari Gowa dan Tallo secara resmi memeluk ajaran Islam pada 22 September 1605
M. Sebelum menjadi kerajaan Islam Kerajaan Gowa-Tallo sering berperang dengan kerajaan
yang lainnya di Sulawesi Selatan, semisal dengan Luwu, Soppeng, Bone, dan Wajo.

Sejak itu, Gowa meluaskan wilayah politiknya dengan tujuan agar kerajaan-kerajaan lainnya
memeluk Agama Islam dan tunduk terhadap kekuasaannya. Meski Gowa-Tallo sudah menganut
ajaran Islam, pada masa pemerintahan para Raja Gowa selanjutnya, dengan Portugis yang
beragama Kristen Katolik mereka tetap berhubungan baik. Misalnya, masa kekuasaan Sultan
Gowa Muhammad Said (1639 – 1653) dan dimasa putranya Sultan Hasanuddin (1639 – 1669).
Kerajaan Bone

Penyebaran ajaran Islam di Bone tidak terlepas dari penyebaran ajaran Islam Kerajaan Gowa.
Penyebaran Islam secara damai dilakukan oleh Sulthan Alauddin. Pertama yang sulhan lakukan
ialah dakwah kepada para kerajaan tetangga.

Di masa La Tenri Ruwa yaitu Raja Bone XI pada tahun 1611 M Islam masuk di Bone dan Raja
Bone XI cuma berkuasa tiga bulan lamanya. Sebab, beliau yakin terhadap ajaran Islam dan
memeluk Islam padahal dewan adat Ade Pitue dan para rakyatnya menolak ajaran tersebut.

Perlu diketahui, sebelum La Tenri Ruwa atau Sultan Adam Matindore ri Bantaeng masuk Islam,
rakyat Bone sudah ada yang masuk Islam. Bahkan, Raja sebelumnya We Tenri Tuppu sebab
mendengar Sidendreng memeluk Islam, ia pun tergugah hatinya untuk belajar dan wafat di sana.
Sehingga, ia diberi gelar Mattinroe ri Sidendren.

Kerajaan Konawe

Masuk dan tersebarnya Islam di Kerajaan Konawe adalah bagian dari proses penyebaran ajaran
Islam di Sulawesi Tenggara. Pada abad ke-18 Islam masuk di Kerajaan Konawe yang disebarkan
oleh para saudagar dari Buton, Bugis, dan Ternate. Namun, jauh sebelumnya diduga telah masuk
para saudagar dari Buton, Bone, dan Ternate. Akan tetapi, ajaran Islam belum diterima secara
resmi.

Kerajaan Islam di Maluku

Terdapat dua kerajaan Islam di Maluku yaitu kerajaan Ternate dan Tidore. berikut penjelasan
singkat mengenai kerajaan Ternate dan Tidore.

Kerajaan Ternate

Di Maluku sudah berdiri Kerajaan Ternate Pada abad ke-13. Ibu kota dari Kerajaan Ternate
berada di Sampalu (Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga sudah berdiri
kerajaan-kerajaan yang lain, seperti Jaelolo, Bacan, Tidore, dan Obi. Di antara kerajaan-kerajaan
Maluku, Kerajaan Ternate adalah yang paling berjaya. Kerajaan Ternate termasuk kerajaan yang
banyak dikunjungi oleh pedagang, baik pedagang Nusantara maupun asing.
Kerajaan Tidore

Kerajaan tidore berada di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah dari raja-raja Ternate dan
Tidore, Raja Ternate yang pertama adalah Muhammad Naqal yang naik kuasa pada tahun 1081
M. Baru di tahun 1471 M, ajaran Islam berhasil masuk di kerajaan Tidore yang disebarkan oleh
Ciriliyah, Raja Tidore kesembilan. Ciriliyah atau Sultan Jamaluddin meyakini ajaran agama
Islam sebagai agamanya berkat dakwahnya Syekh Mansur dari Arab.

Kerajaan Islam di Jambi

Dulu wilayah Jambi merupakan wilayah Kerajaan Malayu yang kemudian menjadi bagian dari
Kerajaan Sriwijaya. Jambi merupakan Vasal Majapahit di akhir abad ke-14, danKesultanan
Jambi selama abad ke-17 dan ke-18 pengaruh jawa masih terus mewarnai kerajaan ini.

Kesultanan Jambi

Kesultanan Jambi merupakan Kerajaan Islam yang berwilayah di Provinsi Jambi yang
sekarang. Kerajaan ini berbatasan dengan Kerajaan – Kerajaan Minangkabau dan Kerajaan
Indragiri. Di selatan kerajaan Jambi wilayahnya berbatasan dengan Kesultanan Palembang.
Ibukota Kesultanan Jambi berada di Kota Jambi, yang wilayahnya terletak di pinggir sungai
Batanghari.

Sejarah Kesultanan Jambi

Berdirinya Kesultanan Jambi berbarengan dengan bangkitnya Agama Islam di wilayah itu. pada
tahun 1616 Jambi adalah Pelabuhan kedua terkaya di Sumatera setelah Aceh, dan di tahun 1670
kerajaan ini sama dengan kerajaan tetangganya seperti Palembang dan Johor. Namun umur
kejayaan Jambi tidak panjang, Jambi kehilangan kekuasaan sebagai Pelabuhan Lada utama pada
Tahun 1680-an , setelah adanya konfli internal dan perang dengan Johor.

Keturunan Sultan Thaha, sultan yang terakhir yaitu Pangeran Ratu Martaningrat, pada tahun
1903 menyerah kepada Belanda, kesultanan Jambi digabung dengan Keresidenan Palembang.
Kesultanan Jambi resmi dirobohkan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada Tahun 1906.
Senarai (Silsilah) Sultan Jambi

Kerajaan Islam di Riau

Dampak dari perkembangann kerajaan Islam Malaka dan Samudra Pasai, Islam menjadi
berkembang sangat luasa sampai ke daerah-daerah. Menurut berita Tome Pires (1512-1515)
Kerajaan Islam di Indonesia yang berada di Riau dan juga di Kepulauan Riau ialah Siak,
Indragiri dan Kampar.

Pada abad ke-13 dan 14 Kerajaan Siak Indragiri dan Kampar di bawah kekuasaan Kerajaan
Singasari Majapahit dan Malaya, maka dari itu para kerajaan tersebut tumbuh menjadi kerajaan
bernuansa Islami sedari abad ke-15. Jika kita berlandaskanberita dari Tome Pires maka tiga
kerajaan tersebut selalu melakukan transaksi perdagangan dengan Malaka bahkan sembari
memberikan upeti kepada kerajaan Malaka.

Kerajaan Malaka menguasai tiga kerajaan di pesisir Sumatera Timur ini pada masa pemerintahan
Sulthan Mansyur Syah yang wafat pada tahun 1477. Bahkan pada masa putranya memerintah
yaitu Sulthan Ri’ayat Syah yang wafat pada tahun 1488 banyak pulau di selat Malaka termasuk
juga Lingga Riau, masuk ke dalam kekuasaan Kerajaan Malaka

Ketiga kerajaan di pesisir Sumatra Timur ini dikuasai Kerajaan Malaka pada masa pemerintahan
Sultan Mansyur Syah (wafat 1477). Bahkan pada masa pemerintahan putranya, Sultan Ala’uddin
Ri’ayat Syah (wafat 1488) banyak pulau di Selat Malaka (orang laut) termasuk Lingga-Riau,
masuk kekuasaan Kerajaan Malaka.

Berikut daftar kerajaan yang berada di Riau:

 Kerajaan Siak
 Kerajaan Indragiri
 Kerajaan Kampar
 Kerajaan Pekantua Kampar (1505-1675)
 Kerajaan Tanjung Negeri (1675-1725)
 Kerajaan Pelalawan (1725-1946)
Kerajaan Islam di Nusa Tenggara

Nusa Tenggara merupakan wilayah Indonesia yang memiliki banyak kekayaan alam dan seni,
begitu juga dengan peninggalan kerajaan-kerajaan zaman dahulu, terutama Kerajaan Salaparang
dan Kerajaan Bima yang dimana kedua kerajaan tersebut merupakan kerajaan Islam terbesar di
tanah Nusa Tenggara Barat.

Kerajaan Selaparang

Hadirnya Islam di tanah Nusa Tenggara (Lombok) diperkirakan dari abad ke-15. adanya Islam di
lombok karena ada peran dari Sunan Serapan (putra Sunan Giri) yang menyebarkan ajaran Islam.

Kerajaan islam di Indonesia yang satu ini kemungkinan dengan melalui Sulawesi inilah
masuknya ajaran Islam ke tanah Sumbawa, yaitu lewat penyebaran ajaran Islam para mubalig
dari Makassar kisaran tahun 1540-1550. Setelah itu Kerajaan Islam berkembang di Lombok,
salah satunya ialah Kerajaan Selaparang.

Kerajaan Bima

Kerajaan Bima berada di Nusa Tenggara Barat, pantai timur Pulau Sumbawa atau lebih tepatnya
yang sekarang menjadi Kota Bima. Berikut ini para sulthan yang pernah berkuasa atau
memerintah di Kerajaan Bima.

 Sultan Abdul Kahir atau Sultan Bima I, yaitu raja Bima pertama yang masuk Islam.
 Sultan Abdul Khair Sirajuddin atau Sultan Bima II, ia dikenal juga dengan nama La
Mbila dan Ruma Matau Uma Jati.
 Sultan Nuruddin Abubakar Ali Syah atau dikenal juga Ruma Ma Wa’a Paju, ialah
putra Sultan Bima II. Lalu Sultan Nuruddin menikahi Daeng Tamemang (saudari putri
raja Tallo).
 Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah, pada masa ia memerintah Bima menjadi
wilayah taklukan Belanda.
 Sultan Muhammad Salahuddin, pada masa ia memerintah terjadi masa perubahan dari
masa penjajahan ke masa merdeka.
TUGAS MANDIRI
TIDAK TERSTRUKTUR
KERAJAAN – KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :

NAMA : BAGAS DWI NUGROHO

NO : 04

KELAS : VII F

MAPEL : IPS

SMP N 2 KARANGDOWO
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Anda mungkin juga menyukai