Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“BIOTEKNOLOGI PETERNAKAN”

Disusun oleh kelompok 6 :

Aqmalludin Sineke
17502013
Fistami Batawi
17502028
Teresa M.Wangkar
17502011

JURUSAN BIOLOGI
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO
2020
P a g e 1 | 14
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat pada waktu yang telah
ditentukan dengan kemampuan kami yang terbatas.

Kami menyadari bahwa di dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak dan untuk itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan banyak-banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu.

Kami juga menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tondano, April 2020

Penulis

P a g e 2 | 14
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................................................. i


KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................. 5
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................
A. Teknologi Inseminasi Buatan ............................................................................................ 6
B. Teknologi Transfer Embrio ............................................................................................... 7
C. Teknologi Processing Semen (Pemisahan Spermatozoa X dan Y) ................................... 8
D. Fertilisasi In Vitro ............................................................................................................. 9
E. Teknologi Kriopreservasi Gamet (Spermatozoa dan Ova) ............................................... 9
F. Pembentukan Ternak Transgenik ...................................................................................... 10
G. Cloning ............................................................................................................................. 10
H. Pembentukan Ternak Chimera ......................................................................................... 10
I. Dampak Positif dan Negatif Bioteknologi Peternakan ...................................................... 11
BAB II PENUTUP .....................................................................................................................
1.1 Kesimpulan ...................................................................................................................... 12
1.2 Saran ................................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 13

P a g e 3 | 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dari tahun ke tahun bertambah maju dan
berkembang sangat pesat yang ditandai dengan berbagai penemuan. Kemajuan IPTEK tersebut,
juga berpengaruh terhadap kemajuan teknologi di subsektor peternakan. Perkembangan IPTEK
di bidang reproduksi ternak telah memberikan dampak kemajuan di subsektor peternakan
terutama dalam meningkatkan produktivitas ternak. Penemuan-penemuan teknologi di bidang
reproduksi ternak tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengatasi masalah-masalah dan tantangan
yang dihadapi terutama dalam meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak baik
secara kualitas maupun kuantitas. Secara produksi, teknologi reproduksi memang mampu
mempercepat peningkatan populasi ternak.
Namun demikian, pesatnya bioteknologi yang semakin tumbuh secara cepat jauh lebih cepat
dari kemampuan kita membuat tata laksana dan evaluasi keamanannya memang membuat
kekhawatiran tersendiri. Kita semua hanya bisa berharap agar sebelum produk-produk ternak
hasil bioteknologi dipasarkan bebas, sudah ada evaluasi terlebih dahulu baik dari segi keamanan,
sosial/etika dan agama agar tidak terjadi kontradiksi terutama di negara-negara yang agama
seperti Indonesia.
Bioteknologi berasal dari 2 kata yaitu Bio dan Teknologi. Bio berarti hidup atau mahluk
hidup atau semua yang berhubungan dengan mahluk hidup. Sedangkan pengertian Teknologi
sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan
”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”.
Bioteknologi adalah ilmu biologi molekuler berikut teknik dan aplikasinya yang digunakan
untuk memodifikasi, memanipulasi atau merubah proses kehidupan normal dari organisme-
organisme dan jaringan-jaringan guna meningkatkan kinerjanya bagi keperluan manusia.
Bioteknologi juga dapat diartikan sebagai penggunaan organisme atau sistem hidup untuk
memecahkan suatu masalah atau untuk menghasilkan produk yang berguna. Bioteknologi terdiri
dari 2 kelompok teknologi utama. Kelompok pertama adalah rekayasa genetika (genetic
engineering). Teknologi ini melakukan semacam proses gunting tempel bagian-bagian tubuh
makhluk hidup, termasuk gen untuk menciptakan makhluk yang unggul. Kelompok kedua adalah
kultur jaringan (tissue culture), penanaman sel-sel yang telah diisolasi dari jaringan atau
potongan kecil jaringan secara in vitro dalam medium biakan.
Di Bidang peternakan khususnya sapi, bioteknologi reproduksi mulai berkembang pesat pada
tahun1970-an. Teknologi Inseminasi Buatan berperan penting dalam rangka peningkatan mutu
genetik dari segi pejantan. Sperma beku dapat diproduksi dan digunakan dalam jumlah banyak
cukup dengan memelihara pejantan berkualitas baik dipusat IB. Perkembangan IPTEK di bidang
reproduksi ternak dapat diaplikasikan di subsektor peternakan untuk meningkatkan populasi,
produksi dan produktivitas ternak baik secara kualitas maupun kuantitas, antara lain teknologi
P a g e 4 | 14
1. Inseminasi buatan (IB),
2. Transfer embrio (TE),
3. Prosessing semen (pemisahan permatozoa X dan Y),
4. Fertilisasi in vitro,
5. Teknologi criopreservasi gamet spermatozoa dan ova),
6. Pembentukan ternak transgenik, cloning dan chimera.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknologi inseminasi buatan ?
2. Bagaimana teknologi transfer embio ?
3. Bagaimana teknologi processing semen ?
4. Bagaimana fertilisasi in vitro ?
5. Bagaimana teknologi criopreservasi gamet ?
6. Bagaimana pembentukan ternak transgenik ?
7. Apa yang dimaksud dengan cloning ?
8. Bagaimana pembentukan ternak chimera ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui teknologi inseminasi buatan.
2. Untuk mengetahui teknologi transfer embrio.
3. Untuk mengetahui teknologi processing semen.
4. Untuk mengetahui fertilisasi in vitro.
5. Untuk mengetahui teknologi criopreservasi gamet.
6. Untuk mengetahui pembentukan ternak transgenik.
7. Untuk mengetahui pengertian cloning.
8. Untuk mengetahui pembentukan ternak chimera.

P a g e 5 | 14
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEKNOLOGI INSEMINASI BUATAN


Inseminasi Buatan (IB) adalah proses pemasukan semen (mani) ke dalam saluran reproduksi
(kelamin) betina dengan menggunakan alat buatan manusia. Tujuan penerapan teknologi IB
adalah untuk introduksi/ penyebaran pejantan unggul di suatu daerah yang tidak memungkinkan
untuk kawin alam serta pelestarian plasma nutfah ternak jantan yang diinginkan. Prosedur
inseminasi buatan tersebut meliputi :
o Penampungan Semen

Penampungan semen dapat dilakukan dengan cara menggunakan vagina buatan,


elektroejakulator, dan massage (pengurutan). Penampungan semen yang umum dan rutin
dilakukan dalam kegiatan IB adalah menggunakan vagina buatan. Vagina buatan adalah
selongsong karet yang keras dan kuat kemudian dilapisi dengan karet yang lembut dan diberi
pelicin (vaselin), salah satu ujungnya dilengkapi dengan tabung untuk menampung semen.
o Evaluasi Semen
Sesudah penampungan semen, dilakukan evaluasi semen berupa penilaian keadaan umum
(volume, warna, dan konsistensi), motilitas (gerakan massa dan gerakan individual), konsentrasi
dan penilaian morfologik (kelainan primer dan sekunder).
Pengenceran Semen
Pengenceran semen dapat dilakukan dengan menggunakan bahan seperti buffer isotonik
yang berisi karbohidrat sebagai sumber energi, protein pelindung, antibiotik, dan semen yang
akan dibekukan ditambah dengan crioprotectan (glycerol atau dimethylsulphoxide). Semen sapi
dapat diencerkan 10 – 75 kali, semen domba 5 – 10 kali, dan semen kambing 10 – 25 kali, tetapi
semen babi dan kuda hanya 2 – 4 kali saja. Satu kali inseminasi diperlukan 10 – 15 juta
spermatozoa motil pada sapi, 200 juta pada domba dan kambing, 500 juta pada babi, dan 1.500
juta pada kuda.
o Penyimpanan/ Pembekuan Semen

Semen yang telah diencerkan yang tidak dapat langsung digunakan, dapat disimpan atau
dibekukan. Semen dimasukkan ke dalam straw plastik volume 0,5 cc atau 0,25 cc (mini straw)
kemudian dibekukan dalam nitrogen cair pada suhu –196oC di dalam kontainer.
Thawing/ Pencairan Semen
Semen yang telah dibekukan dapat dicairkan kembali (thawing) pada temperature
tertentu, kemudian langsung diinseminasikan ke dalam cervix atau corpus uteri. Semen yang

P a g e 6 | 14
sudah dicairkan tidak boleh dikembalikan lagi/ dibekukan tetapi harus segera dideposisikan pada
saluran reproduksi betina.
Pelaksanaan Inseminasi Buatan
Pelaksanaan inseminasi buatan meliputi : deteksi berahi, waktu optimum untuk inseminasi,
tempat deposisi semen, dan metode inseminasi buatan.
• Deteksi berahi, dapat dilakukan oleh peternak dengan melakukan pengawasan secara
intensif kepada ternak. Sinkronisasi berahi dapat dilakukan untuk mendapatkan kelahiran
anak dalam waktu yang bersamaan, terutama untuk
memperhitungkan musim saat kelahiran anak.
• Waktu optimum untuk inseminasi, perlu diketahui agar diperoleh angka konsepsi
yang tinggi.
• Tempat deposisi semen, yang paling baik untuk memperoleh angka konsepsi paling
tinggi dilakukan pada posisi 4 yaitu pada pangkal corpus uteri di belakang cervix.
• Cara pelaksanaan IB, ada dua metode yaitu metode rektovaginal dan metode
spekulum. Metode rektovaginal digunakan pada ternak besar sedang metode
spekulum pada ternak kecil (domba dan kambing).

B. TEKNOLOGI TRANSFER EMBRIO


Transfer Embrio (TE) merupakan generasi kedua teknologi reproduksi setelah inseminasi
buatan (IB). Teknologi IB hanya dapat menyebarkan bibit unggul ternak jantan, sedang pada
teknologi TE dapat menyebarkan bibit unggul ternak jantan dan betina. Walaupun demikian,
keuntungan utama yang dapat diperoleh adalah meningkatkan kemampuan reproduksi ternak
betina unggul. Aplikasi TE memerlukan waktu dan biaya yang relatif lebih singkat dan murah
dalam pembentukan mutu genetika yang dikehendaki, sehingga teknologi ini dapat mempercepat
perbaikan mutu ternak dalam rangka meningkatkan produktivitas ternak.
o Metodologi Transfer Embrio

Pelaksanaan transfer embrio merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terdiri dari : seleksi donor
dan resipien, penyerentakan berahi donor dan resipien, superovulasi donor, inseminasi buatan,
panen embrio, penilaian dan penyimpanan embrio, dan transfer embrio ke resipien.
o Seleksi Donor dan Resipien
Ada dua kriteria yang digunakan untuk seleksi donor pada program TE, yaitu : (1) mempunyai
nilai genetik yang baik (meneruskan sifat-sifat yang diinginkan), (2) mempunyai sifat yang dapat

P a g e 7 | 14
memproduksi embrio yang dapat ditransfer kemampuan reproduksinya, nilai jual anak yang
tinggi, dan kondisi kesehatan yang baik.
o Penyerentakan Berahi Donor dan Resipien

Keberhasilan TE sangat tergantung pada sinkronisasi berahi sapi donor dan resipien.
Penyerentakan berahi umumnya menggunakan Prostaglandin F2 (PGF2).
o Superovulasi Donor
Sapi adalah ternak uniparous (ternak yang hanya menghasilkan satu keturunan dalam satu masa
kebuntingan), sehingga biasanya hanya sebuah sel telur terovulasi setiap siklus berahi.
Superovulasi (menghasilkan banyak sel telur yang diovulasikan) pada donor dapat dilakukan
dengan pemberian obat penyubur yakni hormone gonadotropin berupa PMSG atau FSH. Standar
obat yang sering digunakan untuk superovulasi adalah Pregnant Mare’s Serum Gonadotropin
(PMSG). Penyuntikan dengan Follicle Stimulating Hormone (FSH) menghasilkan CL dan daya
hidup embrio yang lebih baik daripada perlakuan PMSG.
o Inseminasi Buatan

Donor yang telah dirangsang dengan superovulasi, dikawinkan umumnya dengan cara
inseminasi buatan (IB) dengan memakai semen pejantan unggul. Dosis semen ditingkatkan agar
jumlah sel telur yang dibuahi lebih banyak. Umumnya IB dilakukan dua kali dengan tenggang
waktu 12 jam.
o Panen/ Koleksi Embrio
Panen embrio dapat dilakukan dengan dengan pembedahan atau tanpa pembedahan. Pemanenan
embrio melalui pembedahan dilakukan pada ternak ternak kecil seperti kambing dan domba,
sedangkan untuk ternak besar seperti sapi, kerbau dan kuda kedua cara tersebut dapat dipakai.
 Cara memanen embrio tanpa pembedahan dilakukan dengan membilas uterus dengan
cairan phosphate buffer saline (PBS) steril yang dimasukkan dengan menggunakan
kateter Foley yang dilengkapi dengan balon penyumbat melalui cervix (transcervical).
Infusi cairan ini dilakukan dengan gerak gravitasi, dan bila uterus telah penuh, infus
dihentikan dan cairan pembilas dikumpul melalui kateter yang sama ke dalam gelas
penampung. Pembilasan dilakukan beberapa kali pada kedua tanduk uterus (uterine
horn).
Dengan mendiamkan cairan pembilas maka, embrio akan mengendap, dan dengan
mengurangi volume cairan embrio dapat diambil dengan pipet Pasteur.
Transfer Embrio Ke Resipien Transfer embrio dapat dilakukan dengan pembedahan dan
tanpa pembedahan. Metode pembedahan cenderung lebih tinggi dan lebih konsisten
tingkat kebuntingannya, tetapi lebih membutuhkan tenaga yang terampil. Cara tanpa
pembedahan sekarang banyak dipakai, karena lebih cepat dan sederhana, sedangkan
angka kebuntingan yang dicapai sudah sama dengan tanpa pembedahan.

P a g e 8 | 14
C. TEKNOLOGI PROSESSING SEMEN (PEMISAHAN SPERMATOZOA X DAN Y)
Seiring dimulai dengan pengkondisian saluran reproduksi ternak betina agar lingkungan itu
menjadi lebih baik bagi spermatozoa X daripada spermatozoa Y atau sebaliknya. Selanjutnya
pemisahan spermatozoa X dan spermatozoa Y sebelum dilakukan IB atau IVF (In Vitro
Fertilization).
 Pembentukan Jenis Kelamin
Keberadaan spermatozoa dalam proses pembentukan jenis kelamin pada kebanyakan makhluk
hidup khususnya mamalia, mempunyai arti penting, karena spermatozoa menentukan jenis
kelamin seekor ternak. Proses ini melibatkan penggabungan antara kromosom seks yang dibawa
oleh spermatozoa dan kromosom seks yang dibawa oleh ovum (sel telur). Berdasarkan
kromosom seks yang dibawanya, spermatozoa pada mamalia dapat dibedakan atas spermatozoa
pembawa kromosom X /Jantan (spermatozoa X) dan spermatozoa pembawa kromosom Y /
betina (spermatozoa Y).
 Pemisahan Spermatozoa
Beberapa metode pemisahan spermatozoa dapat dilakukan adalah menggunakan kolom albumin,
kecepatan sedimentasi, sentrifugasi dengan gradient densitas percoll, motilitas dan pemisahan
elektroforesis, isoelectric focusing, teknik manipulasi hormonal, H-Y antigen, flow sorting, dan
metode penyaringan menggunakan kolom Sephadex. Metode yang dianggap paling valid
diantara beberapa metode tersebut adalah metode kolom albumin dan metode penyaringan
menggunakan kolom Shepadex .

D. FERTILISASI IN VITRO
Penelitian akhir-akhir ini dikonsentrasikan terhadap satu paket baru. Sel telur belum matang
(oosit) diambil dari ternak hidup atau ovarium berasal dari ternak betina yang baru dipotong.
Oosit tersebut kemudian dimatangkan dan dibuahi di laboratorium, dan dikultur sampai pada
tahap tertentu dan selanjutnya ditransfer ke ternak resipien atau dibekukan untuk ditansfer
kemudian. Proses ini dikenal sebagai pematangan in vitro atau fertilisasi buatan atau dikenal
sebagai IVM / IVF (In Vitro Maturation/ In Vitro Fertilization). Proses pengambilan oosit pada
mulanya dikonsentrasi pada penggunaan ovarium dari rumah potong hewan. Sekarang proses ini
diganti dengan suatu metode menghisap oosit belum matang (ovum pick up) dari ovarium betina
hidup.

E. TEKNOLOGI CRIOPRESERVASI GAMET (SPERMATOZOA DAN OVA)


Criopreservasi adalah suatu penyimpanan gamet dalam waktu lama yang dilakukan dalam
bentuk beku pada suhu -196 oC (dalam nitrogen cair) dalam media dengan penambahan
crioprotectan. Pada saat tersebut sel dalam keadaan “ditidurkan”, sehingga metabolisme sel
P a g e 9 | 14
terhenti, tetapi masih mempunyai kemampuan hidup setelah sel tersebut “dibangunkan” kembali
dengan mencairkan dan mengkultur pada kondisi tertentu secara optimum.
Prinsip terpenting dari criopreservasi adalah pengeluaran sebagian besar air intraselluler dari sel-
sel sebelum membeku. Cryoprotectan digunakan untuk menghindari terbentuknya kristal-kristal
es besar yang dapat merusak sel dan mencegah keluarnya air terlalu banyak yang sehingga dapat
merusak sel (sel-sel retak karena kekeringan). Crioprotectan intraselluler seperti gliserol,
dimethylsulfoxide (DMSO), etilen glikol, dan 1,2 propanadiol, sedangkan crioprotectan
ekstraselluler yaitu polivinil pirolidon (PVP), gula dengan molekul besar sukrosa dan raffinosa,
protein dan lipoprotein, kuning telur, serum darah dan susu.

F. PEMBENTUKAN TERNAK TRANSGENIK


Transfer materi genetik dengan teknologi rekombinan DNA merupakan suatu metode
penemuan baru untuk menghasilkan ternak transgenik. Ternak transgenic memperlihatkan
bermacam-macam fenotipe baru melalui ekspresi molekul DNA eksogen. Ternak transgenik
dihasilkan dengan injeksimikro gen ke dalam pronukleus sesaat setelah fertilisasi dan sebelum
terjadi pembelahan pertama zigot, selanjutnya ditanam di dalam rahim induk pengganti.
Transfer gen (transgenik) artinya penyatuan stabil dari suatu gen dari spesies lain atau bangsa
ternak lain dalam satu spesies, sehingga gen itu berfungsi pada ternak penerima dan diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ternak transgenic adalah seekor ternak DNA
keturunannya telah ditingkatkan melalui penambahan atau penggantian DNA dari sumber lain
melalui rekombinan DNA.

G. CLONING
Pada Embrio Awal Manipulasi mikro embrio (micromanipulation) merupakan cloning dalam
pembentukan kembar identik pada saat ini tidak hanya terbatas pada hewan laboratorium, tetapi
juga telah berhasil pada ternak pelihara. Kembar buatan identik telah berhasil dilakukan dengan
pembelahan embrio (splitting embrio). Pembelahan embrio ini dilakukan dengan menggunakan
suatu pisau pembelah mikroskopis untuk menembus zona pelucida (selaput pelidung embrio).
Embrio yang berumur 7 hari dibelah menjadi dua bagian yang terdiri atas kira-kira 64 sel.
Separuh dari hasil belahan itu kemudian dibungkus kembali dengan pembungkus alam yang
terpisah (suatu zona pelucida dari embrio yang kurang baik atau yang tidak dibuahi).
Pembungkus yang kuat namun lentur (zona pelucida) yang menyelimuti bola sel, memungkinkan
penempatan embrio di dalam uterus induk lain untuk dititipkan selama jangka waktu bunting.

H. PEMBENTUKAN TERNAK CHIMERA


Ternak chimera dibentuk dengan cara meramu blastomer berbagai jenis ternak. Sel-sel dari
beberapa embrio dapat digabungkan dalam suatu zona pelucida untuk menghasilkan seekor
P a g e 10 | 14
hewan yang merupakan kombinasi dari beberapa hewan yang telah digabung. Misalnya anak
sapi chimera dihasilkan dengan menggabungkan
blastomer dari Bos taurus (sapi Eropah) dan Bos indicus (sapi India), kemudian dialihkan ke
resipien untuk dikandung sampai lahir. Demikian pula antara domba dan
kambing, dengan prosedur yang sama telah dilahirkan turunan berbadan domba berwajah
kambing. Komposisi tubuh maupun fenotipe ternak chimera ditentukan oleh jumlah blastomer
dari masing-masing jenis yang telah diramu.

I. Dampak Positif dan Negatif Bioteknologi Peternakan


Dampak Positifnya yakni :
- Dapat dihasilkannya Hewan Transgenik seperti: domba transgenic yang dapat menghasilkan
susu untuk menolong penderita hemophilia karena mengandung protein pembeku darah.
- Dihasilkannya Hormon BGH (Bovine Growth Hormone) atau hormone pemacu pertumbuhan
hewan ternak. Penyuntikan hormone BGH pada sapi perah ternyata dapat meningkatkan
produksi susu selain meningkatkan produksi daging.
Dampak Negatifnya yakni :
- Susu sapi yang disuntik hormon BGH (bovine growth hormone) atau hormon pertumbuhan
sapi, disinyalir mengandung bahan kimia baru yang punya potensi berbahaya bagi kesehatan
manusia.
- Potensi pergeseran gen hewan sehingga gen menjadi lemah dan mudah terserang penyakit.

P a g e 11 | 14
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Perkembangan IPTEK di bidang reproduksi ternak dapat diaplikasikan di subsektor
peternakan untuk meningkatkan populasi, produksi dan produktivitas ternak baik secara kualitas
maupun kuantitas, antara lain teknologi inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), prosessing
semen (pemisahan spermatozoa X dan Y), fertilisasi in vitro, teknologi criopreservasi gamet
(spermatozoa dan ova), pembentukan ternak transgenik, cloning dan chimera.
Pemanfaatan teknologi reproduksi ternak tersebut memerlukan dukungan peralatan yang
memadai dan dana yang cukup serta tenaga ahli yang terampil, sehingga menjadi kendala
negara-negara berkembang seperti Indonesia. Aplikasi kemajuan mutakhir di bidang biologi
reproduksi yang banyak dilaksanakan oleh petani peternak di Indonesia baru sampai pada tahap
inseminasi buatan (IB) dan transfer embrio (TE).

1.2 Saran
Diperlukan bacaan yang lebih luas mengenai bioteknologi peternakan dan diharapkan pembaca
dapat memahami bioteknologi peternakan.

P a g e 12 | 14
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2004. Staphylococcus aureus, www.eatwelleatsafe.ca/pathogens/staph.htm. diakses


tanggal 5 April 2020.
Anonim. 2004. Buah Liberalisme: Jakarta dalam Kepungan Daging Ilegal.
http://swaramuslim.net/weblog.php?.id=co_16_1. Diakses tanggal 5 April 2020.
Anonim. 2004. Awas Daging Sapi Campur Daging Babi.
http://swaramuslim.net/weblog.php?.id=co_16_1. Diakses tanggal 5 April 2020.
Badan Standardisasi Nasional. 1999. Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-6159-1999,
tentangRumah Pemotongan Hewan, Jakarta: BSN.
Djati, M.S. 1998. Pengaruh Suplementasi PMSG dan hCG pada Proses Fertilisasi In
Vitro dan Kultur Klon Embrio Sapi dengan IGF-1. Disertasi. Bogor. IPB.
Direktur Jenderal Bina Produksi Peternakan Departemen Pertanian. 2003. Buku Statitik
Lewis, J. 2004. Cloning cattle reverses ageing. http://beef.mag.com/
mag/beef_improving_genetic_reproduction. Tanggal 5 April 2020.
Linawati, 1998. Marine Bioteknology. Opportunities and Challengers for Sustainable
Development of Coastal and Marine Resources. Paper in Workshop on Marine
Bioteknology. 16 – 20 February 1998. Center for Coastal and Marine Resources
Studies. Bogor.
Merck. Biotechnology Institute. 2005. What is biotechnology??.
http://www.biotechinstitute.org/what_is/. Diakses pada 5 April 2020.
Departemen Pertanian. 2003. Peternakan Tahun 2003. Jakarta.
Pinkert, C.A. 1994. Transgenic Animal Technology. CABI, Oxford, UK.
Winarno. F.G. 1986. Enzim Pangan. P.T. Gramedia, Jakarta.

P a g e 13 | 14
P a g e 14 | 14

Anda mungkin juga menyukai