Anda di halaman 1dari 7

TUGAS PENGHANTAR FILSAFAT ILMU

FILOSOFI UPACARA BERSIH DESA DI DESA TULUNGREJO


Dosen Pengampu
Dr. DARMADI S.Si., M.Pd.

Disusun Oleh:
Reni Dwi Wulandari 1702110002/4A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI MADIUN
2019
Filosofi Upacara Bersih Desa Di Desa Tulungrejo
Reni Dwi Wulandari
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas PGRI Madiun
Email : renidwiwulandari98@gmail.com
Abstrak
Untuk melestarikan adat dan tradisi yang turun-temurun, masyarakat Desa
Tulungrejo, menyelenggarakan Upacara Bersih Desa. Selain sebagai bentuk tolak
balak atas kekeringan yang dilanda desa, upacara tradisi ini juga sebagai bentuk
ucapan syukur atas berkah Tuhan selama satu tahun yang telah berlalu. Hasil
panen yang melimpah dan rejeki yang dinikmati warga Tulungrejo disimbolkan
melalui gunungan. Tradisi ini merupakan ungkapan rasa syukur pada Tuhan Yang
Maha Esa yang bahwasannya pada satu tahun terakhir ini para petani khususnya
warga Desa Tulungrejo apa yang dikerjakan sesuai dengan pekerjaan atau
profesinya telah mendapatkan anugerah dan rejeki yang banyak. Menurut legenda,
kekeringan yang disebabkan tidak turun hujan di wilayah Desa Tulungrejo.
Konon,desa memiliki kebiasaan mengadakan Upacara Bersih Desa setelah panen
raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada
perkembangan selanjutnya masyarakat tidak mempertahankan kebiasaan tersebut
oleh karena itu desa dilanda kekeringan. Dan akhirnya dimunculkan kembali
setelah beberapa tahun tidak kenduri di punden,karena sekaligus meminta hujan
turun agar tidak kekeringan di desa Tulungrejo. Slametan berfilosofi slamet yang
berarti selamat, bahagia, sentausa. Yang bertujuan akan mendapatkan banyak
rejeki yang berlimpah dan keselamatan.

Kata Kunci: Bersih Desa,Slametan

PENDAHULUAN

Untuk melestarikan adat dan tradisi yang turun-temurun, masyarakat Desa


Tulungrejo menyelenggarakan Upacara Adat Bersih Desa. Upacara tradisi ini juga
sebagai untuk ucapan rasa syukur atas berkah Tuhan selama satu tahun yang telah
berlalu. Hasil panen yang melimpah dan rejeki yang dinikmati warga Desa
Tulungrejo disimbolkan melalui tumpengan. Tradisi tersebut merupakan
ungkapan rasa syukur pada Tuhan Yang Maha Esa yang bahwasannya pada satu
tahun terakhir para petani, khususnya warga Desa Tulungrejo dan apa yang
dikerjakan sesuai dengan pekerjaan atau profesinya telah mendapatkan anugerah
dan rejeki yang melimpah.
Bersih Desa merupakan slametan atau upacara adat Jawa untuk
memberikan sesaji kepada danyang desa. Sesaji berasal dari kewajiban setiap
keluarga untuk menyumbangkan makanan. Bersih desa dilakukan oleh
masyarakat dusun untuk membersihkan desa dari roh-roh jahat yang mengganggu.
Maka sesaji diberikan kepada danyang, karena danyang dipercaya sebagai penjaga

2
sebuah desa. Dengan demikian, upacara bersih desa diadakan di makam danyang.
Di desa yang mempunyai pengaruh muslim kuat, upacara bersih desa diadakan
dilaksanakan di Masjid. Adapun isinya adalah doa-doa dalam Muslim. Sementara,
di beberapa desa yang tidak memiliki makam danyang, upacara bersih desa
diadakan di rumah kepala desa. Bersih desa juga dimaknai sebagai ungkapan
syukur atas panen padi, maka upacaranya dilakukan setelah panen padi berakhir.

KAJIAN PUSTAKA

Bersih desa merupakan slametan atau upacara adat jawa untuk


memberikan sesaji kepada danyang desa. Menurut filosofi dari perangkat desa
Acara Bersih Desa merupakan wujud rasa syukur atas rejeki yang di berikan
Tuhan Yang Maha Esa. Untuk melestarikan budaya adat istiadat di Desa
Tulungrejo.
Upacara Bersih Desa sendiri untuk wujud syukur dan permohonan kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan rejeki yang berlipah pada tahun
selanjutnya. Kegiatan ini biasanya disertai dengan upacara adat menuju tempat
yang dianggap keramat dan dibawa pula sesaji yang berasal dari hasil panen
warga desa yang dipersembahkan kepada leluhur sebagai simbol kesejahteraan
yang mereka peroleh selama setahun.
Dalam upacara Bersih Desa di Desa Tulungrejo ini menganut aliran
empirisme. Aliran empirisme adalah aliran pengalaman merupakan sumber
pengetahuan. Begitu juga Upacara Bersih Desa juga dari pengalaman nenek
moyang yang dilestarikan atau di jadikan sumber pengetahuan.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan atau field


research. Karena objek kajian adalah tradisi upacara adat bersih desa, maka untuk
mendapatkan data yang otentik penulis harus terjun langsung ke lapangan dalam
melakukan penelitian. Penelitian ini menggunakan metode wawancara dapat
diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (data)
dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka. Namun,
seiring berkembangnya jaman, wawancara dapat dilakukan dengan memanfaatkan
alat komunikasi yang tersedia. Wawancara merupakan cara peneliti untuk
mendapatkan data secara akurat dan informasi dari pihak-pihak yang dapat
memberikan informasi seperti tokoh masyarakat, sesepuh desa, masyarakat yang
biasa membuat sesajen, dan masyarakat yang menggunakan sesajen di acara
pernikahan.
Wawancara dilakukan kepada informan yang telah dipilih oleh peneliti.
Diantaranya yaitu:

3
1. Bapak Budiono(Kepala Desa), sebagai orang yang dituakan sekaligus
menjabat kepala desa di Desa Tulungrejo.
2. Ibu Iin Yuliani (Perangkat Desa), sebagai orang yang dipercaya membuat
rangkaian acara Upacara Bersih Desa di Desa Tulungrejo.
3. Mbah Suti (Sesepuh), sebagai orang yang di sepuhkan di desa.
Wawancara berlangsung pada tanggal 20 Maret 2019 hingga 19 April
2019 di kediaman masing-masing informan.

HASIL PENGAMATAN
1. Bersih Desa/Slametan

Gambar 1 Gambar 2
Bersih desa merupakan slametan untuk wujud rasa syukur atas rejeki
yang di berikan Tuhan Yang Maha Esa. Dan diadakan di punden Desa
Tulungrejo terlihat banyak warga desa yang berkumpul melaksanakan
slametan/ Bersih Desa.
2. Tumpeng di tata berjajar menuju punden
Hanya sebagai simbol dari kerukunan antar warga dan antusias warga
dalam mengikuti Upacara Bersih Desa.
3. Alas dan tutp daun pisang
Alas dan tutup daun pisang berfilosofi mengayomi. Mengayomi
bermaksud mengayomi warga desa dari kasta bawah maupun kasta tinggi.
4. Doa bersama
Untuk memanjatkan puji syukur terhadap Tuhan Yang Esa atas selaga
nikmat dan rezekinya untuk desa.
5. Menyanyikan lagu Indonesia Raya
Untuk meningkatkan kembali rasa nasionalisme terhadap warga desa.
6. Membagikan tumpeng secara merata
Berfilosofi menyamaratakan atau adil dalam membagi berkat atau
tumpeng yang di bawa dari rumah.
7. Penutupan
Untuk berterimakasih atas kerukunan dan antusias warga yang telah
mengikuti Upacara Bersih Desa.

4
Gambar 3
8. Tumpeng
Tumpeng yang diartikan bahwa manusia dalam kehidupannya didunia
diwajibkan melalui jalan yang lurus (lempeng) dan juga jalan yang benar,
seperti yang diajarkan oleh agama. Selain itu, tumpeng yang berbentuk
seperti gunung juga merupakan gambaran dari bidang-bidang kehidupan
manusia dan puncak dari tumpeng merupakan gambaran dari kekuasaan
Tuhan.
9. Sayur Urap
Bumbu urap berfilosofi urip atau hidup yang bermakna dan sejahtera.
Sayur bayam berfilosofi sumber kehidupan, Taoge berfilosofi terus
berkembang tanpa ada batas,
10. Mie goreng
Mie goreng atau mie panjang berfilosofi rezeki yang tidakan akan terputus
seperti mie yang panjang.
11. Kering Tempe Basah
Kering tempe basah berfilosofi agar tidak memberikan kekeringan pada
tanah yang ditempati.
12. Krupuk
Krupuk berfilosofi ketergantungan atau makhluk social. Jika tidak ada
krupuk pendamping makanan maka akan terasa kurang.
13. Ingkung
Ingkung berarti ke khusukan ibadah terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
terikat dengan aturan-aturan yang telah ada.

5
Gambar 4
14. Jajan Pasar
Jajan pasar merupakan lambang agar masyarakat mendapat
keberkahan yang melimpah. Dengan berbagai jenis jajanan yang berada di
besek tersebut.
15. Jenang
Jenang bermakna untuk menghalangi mala petaka.
16. Wajik dan Ketan
Wajik dan Ketan berfilosofi kerukunan dan melambangkan kerekatan
warga di desa agar seperti wajik dan ketan yang lengket.
17. Rengginang
Rengginang berfilosofi tentang perjuangan untuk membangun desa
menuju yang lebih baik lagi.
18. Pisang
Pisang melambangkan pengharapan agar mendapat kemuliaan dalam
masa kehidupan yang akan datang maupun sekarang.

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan saya pada Upacara Bersih Desa di Desa
Tulungrejo termasuk pengamatan yang menarik di karenakan setelah sekian lama
Desa Tulungrejo mengadakan kembali Upacara Bersih Desa yang sempat tidak di
adakan 5 tahun lalu. Kemudian di adakan kembali Upacara Bersih Desa pada
tahun 2018. Tetapi tidak semua warga di Desa Tulungrejo yang mengikutinya
dikarenakan kendaraan pengangkut tumpeng disetiap rumah kurang.

6
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, berdasarkan pengamatan menyarankan
kepada para warga Desa Tulungrejo lebih antusias kembali. Karena melestarikan
budaya atau adat upacra Bersih Desa yang sempat tidak diadakan beberapa tahun
lalu.

DAFTAR PUSTAKA
Walujo, Herman j., 2002. Penghantar Filsafat Ilmu. Surakarta: Widya Sari
Press Salatiga.

Anda mungkin juga menyukai