Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di negara beriklim lembab, penyakit parasit masih merupakan masalah


kesehatan masyarakat yang cukup serius. Salah satu diantaranya adalah infeksi
protozoa yang ditularkan melalui tubuh kucing. Infeksi penyakit yang ditularkan
oleh kucing ini mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, terutama pada
masyarakat yang mempunyai kebiasaan makan daging mentah atau kurang
matang. Di Indonesia faktor-faktor tersebut disertai dengan keadaan sanitasi
lingkungan dan banyaknya sumber penularan akhir-akhir ini, banyak tenaga
medis, veterinarian, ilmuwan peneliti, dan kalangan ekonomi mulai
memperhatikan kehadiran Toxoplasma gondii yang merupakan patogen yang
berperan penting dalam kehidupan kita. Toxoplasma gondii pertama kali
ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada seekor kelinci di Brazil.
Suatu penelitian di Norwegia yang melibatkan 35.940 wanita hamil selama 1992
hingga 1994, memberikan gambaran sebagai berikut: 10,9% wanita terinfeksi
sebelum kehamilan dan 0,17% terjangkit infeksi selama kehamilan. Ini berarti, 1
dari 10 ibu hamil berisiko mengidap infeksi Toxoplasma gondii.
Toxoplasma gondii adalah suatu parasit/protozoa berbentuk kokus yang
berkaitan dengan Plasmodium, Isospora, dan anggota lainnya dari phylum
Apicomplexa. Penjamu (host) definitif yang berkaitan erat dengan parasit ini
adalah dari keluarga kucing/felidae. Selain itu, banyak hewan mamalia dan
burung yang merupakan penjamu menengah (intermediate host). Manifestasi
klinis toksoplasmosis sangat beragam, mulai dari asimtomatik, demam, limfa
denopati, nyeri otot, sakit kepala, hingga cacat kongenital yang bersifat permanen
seperti retardasi mental, hidrosefalus, hingga kematian, khususnya pada penderita
AIDS.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi

Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit Toxoplasma


gondii, yang telah diketahui dapat menyebabkan cacat bawaan (kelainan
kongenital) pada bayi dan keguguran (abortus) pada ibu hamil. Toxoplasmosis
disebabkan oleh parasit obligat intraseluler yaitu Toxoplasma gondii. Parasit ini
merupakan golongan protozoa yang hidup bebas di alam, dimana pertama kali
ditemukan pada limpa dan hati hewan pengerat (rodensia) Ctenodactyles gondii
(gundi) di Sahara Afrika Utara Toxoplasma termasuk dalam phylum
Apicomplexa, kelas Sporozoa dan Subkelas Coccidia.
Genus Toxoplasma hanya terdiri dari satu spesies yaitu Toxopasma gondii,
parasit ini mempunyai sifat yang tidak umum dibandingkan dengan genus lain,
diantaranya dapat menginfeksi inang antara dalam kisaran yang sangat luas (tidak
bersifat host spesifik) Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat
intraseluler, terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit, kista dan ookista.
Toxoplasma gondii merupakan parasit yang menumpang pada hewan seperti
anjing, kucing, kambing, babi, dan kelinci. Manusia dapat terinfeksi parasit
toxoplasma ini jika mengonsumsi daging yang tidak matang dengan sempurna,
sayur dan buah-buahan mentah yang tidak dicuci bersih dan berjalan tanpa alas
kaki di permukaan tanah yang telah tercemar oleh parasit tersebut.

Bentuk toksoplasma gondii terdapat dalam tiga bentuk yaitu takizoit


(bentuk proliferatif), kista (berisi bradizoit) dan ookista(berisi sporozoit)
 Bentuk takizoit
menyerupai bulan sabit dengan ujung yang
runcing dan ujung lain agak membulat. Ukuran
panjang 4-8 mikron, lebar 2-4 mikron dan
mempunyai selaput sel, satu inti yang terletak di
tengah bulan sabit dan beberapa organel lain
seperti mitokondria dan badan golgi. Tidak
mempunyai kinetoplas dan sentrosom serta tidak berpigmen. Bentuk ini terdapat
di dalam tubuh hospes perantara seperti burung dan mamalia termasuk manusia
dan kucing sebagal hospes definitif. Takizoit ditemukan pada infeksi akut dalam
berbagai jaringan tubuh. Takizoit dapat memasuki tiap sel yang berinti.

 Bentuk Kista (Bradizoit )


Dibentuk di dalam sel hospes bila
takizoit yang membelah telah membentuk
dinding. Ukuran kista berbeda-beda, ada yang
berukuran kecil hanya berisi beberapa bradizoit
dan ada yang berukuran 200 mikron berisi kira-
kira 3000 bradizoit. Kista dalam tubuh hospes
dapat ditemukan seumur hidup terutama diotak,
otot jantung, dan otot bergris.

 Bentuk Ookista
Berbentuk lonjong, berukuran 11-14 x 9-
11 mikron. Ookista mempunyai dinding, berisi
satu sporoblas yang membelah menjadi dua
sporoblas. Pada perkembangan selanjutnya ke
dua sporoblas membentuk dinding dan menjadi
sporokista. Masing-masing sporokista tersebut
berisi 4 sporozoit yang berukuran 8 x2 mikron
dan sebuah benda residu.

B. Habitat Toksoplasma gondii


1. Sel endotil
2. Leukosit mononukler
3. Cairan tubuh
4. Sel jaringan hospes/tuan rumah
C. Siklus Hidup toksoplasma gondii

Dalam siklus hidupnya diperantarai oleh sel inang ke intraselular inang


dan kemudian melakukan multiplikasi dan parasit ini mempunyai siklus hidup
yang bersifat obligat dengan fase seksual dan aseksual. Siklus seksual terjadi pada
tubuh kucing dan siklus aseksual terjadi pada berbagai inang antara yang sangat
bervariasi. Misalnya pada Kucing dan hewan sejenisnya merupakan hospes
definitif dari T. gondii. Di dalam usus kecil kucing sporozoit menembus sel epitel
dan tumbuh menjadi trofozoit. Inti trofozoit membelah menjadi banyak sehingga
terbentuk skizon. Skizon matang pecah dan menghasilkan banyak merozoit
(skizogoni). Daur aseksual ini dipadatkan dengan daur seksual.
Merozoit masuk ke dalam sel epitel dan membentuk makrogametosit dan
mikrogametosit yang menjadi makrogamet dan mikrogamet (gametogoni). Setelah
terjadi pembuahan terbentuk ookista, yang akan dikeluarkan bersama tinja kucing.
Di luar tubuh kucing, ookista tersebut akan berkembang membentuk dua
sporokista yang masing-masing berisi empat sporozoit (sporogoni) Bila ookista
tertelan oleh mamalia seperti domba, babi, sapi dan tikus serta ayam atau burung,
maka di dalam tubuh hospes perantara akan terjadi daur aseksual yang
menghasilkan takizoit. Takizoit akan membelah, kecepatan membelah takizoit ini
berkurang secara berangsur kemudian terbentuk kista yang mengandung bradizoit.
Bradizoit dalam kista biasanya ditemukan pada infeksi menahun (infeksi laten).
Sumber penularannya adalah kotoran hewan berbulu, terutama kucing.
Cara penularannya pada manusia melalui: Makanan dan sayuran/buah-buahan
yang tercemar kotoran hewan berbulu (kucing). Makan daging setengah matang
dari binatang yang terinfeksi. Melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari
donor yang terinfeksi toksoplasma secara kongenital (bawaan) dari ibu ke bayinya
apabila ibu hamil terinfeksi pada bulan-bulan pertama kehamilannya.

D. Etilogi Penyakit Toxoplasmosis


Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909
yang menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah
diselidiki maka penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu
genus termasuk famili babesiidae.
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel
endothelial pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat
atau oval, jarang ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam
jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum
tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2,4
dan seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan
jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop,
bentuk oval agak panjang dengan kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk
merozoit dari coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk
bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang
berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti
belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya. Toxoplasma baik dalam sel
monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat tubuh viceral maupun
dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan seterusnya.
Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui
peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya. Toxoplasma
gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati
karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad
inipun ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau
jaringan-jaringan tubuh hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk
pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.

E. Cara Penularan Toxoplasmosis


Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang
matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor
lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke
janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini. Infeksi
juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan
hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik
dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.

F. Gejala Klinis
1. Gejala klinis Akuisita (dapatan)
Toksoplasmosis dapatan biasanya tidak diketahui karena jarang
menimbulkan gejala. Tetapi bila seorang ibu yang sedang hamil mendapat infeksi
primer, ada kemungkinan bahwa 50% akan melahirkan anak dengan
toksoplasmosis kongenital. Gejala yang dijumpai pada orang dewasa maupun
anak-anak umumnya ringan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
toksoplasmosis dapatan adalah limfa denopati dan rasa lelah, disertai demam dan
sakit kepala.

2. Gejala kongenital
Gejala klinis toksoplasmosis kongenital pada bayi yang dilahirkan secara
abortus dan lahir dini ditemukan gejala infeksi mata, pembesaran hati dan limpa,
kuning pada mata dan kulit dan pneumonia, ensepalopati dan diikuti kematian.
Sedangkan pada bayi yang lahir normal, gejala akan tampak setelah beberapa
minggu, bulan atau tahun setelah lahir. Gejala ini banyak dijumpai setelah usia
pubertas misalnya adanya gangguan pada mata sampai terjadi kebutaan,
kegagalan pada sistem syaraf, gangguan pendengaran (bisu-tuli), deman, kuning
akibat gangguan hati, erupsi kulit, gangguan pernafasan.
Gejala yang timbul pada infeksi toksoplasma tidak khas, sehingga
penderita sering tidak menyadari bahwa dirinya telah terkena infeksi. Tetapi sekali
terkena infeksi toksoplasma maka parasit ini akan menetap (persisten) dalam
bentuk kista pada organ tubuh penderita selama siklus hidupnya. Gejala klinis
yang paling sering dijumpai adalah pembesaran kelenjar getah bening (limfe)
dikenal sebagai limfadenopati, yang dapat disertai demam. Kelenjar limfe di leher
adalah yang paling sering terserang. Gejala toksoplasmosis akut yang lain adalah
demam, kaku leher, nyeri otot (myalgia), nyeri sendi (arthralgia), ruam kulit, gidu
(urticaria), hepatosplenomegali atau hepatitis.
Wujud klinis toksoplasmosis yang paling sering pada anak adalah infeksi
retina (korioretinitis), biasanya akan timbul pada usia remaja atau dewasa. Pada
anak, juling merupakan gejala awal dari korioretinitis. Bila makula terkena, maka
penglihatan sen-tralnya akan terganggu.
Pada penderita dengan imunodefisiensi seperti penderita cacat imun,
penderita kanker, penerima cangkok jaringan yang mendapat pengobatan
imunosupresan, dapat timbul gejala ringan sampai berat susunan saraf pusat
seperti ensefalopati, meningoensefalitis, atau lesi massa otak dan perubahan status
mental, nyeri kepala, kelainan fokal serebral dan kejang-kejang, bahkan pada
penderita AIDS seringkali mengakibatkan kematian.
Wujud klinis toksoplasmosis bawaan adalah kelainan neurologis:
hidrosefalus, mikrosefalus, kejang, keterlambatan psikomotor, perkapuran
(kalsifikasi) abnormal pada foto rontgenkepala. Selain itu tampak pula gangguan
penglihatan: mikroftalmi, katarak, retinokoroiditis; juga gangguan pendengaran,
dan kelainan sistemik: hepatosplenomegali, limfadenopati, dan demam yang tidak
diketahui sebabnya.

G. Diagnosa
1. Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan langsung bisa dilakukan dengan cara melihat adanya dark spot
pada retina, melakukan pemeriksaan darah untuk melihat apakah parasit sudah
menyebar melalui darah dengan melihat perubahan yang terjadi pada gambaran
darahnya, serta bisa menggunakan CT scan, MRI untuk menemukan lesi akibat
parasit tersebut. Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari sampel
biopsi tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR, isolasi pada
hewan percobaan ataupun pembuatan preparat histopatologi.\

2. Tes Serologi
Melakukan pemeriksaan serologis, dengan memeriksa zat anti (antibodi)
IgG dan IgM Toxsoplasma gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut
(5 hari setelah infeksi), titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau
lebih) dan akan mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan).
Antibodi IgG dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan
meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan
dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh karena
itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah lama, sedangkan
adanya antibodi IgM berarti infeksi yang baru atau pengakifan kembali infeksi
lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena toksoplasmosis bawaan. Berapa
tingginya kadar antibodi tersebut untuk menyatakan seseorang sudah terinfeksi
toksoplasma sangatlah beragam, bergantung pada cara peneraan yang dipakai dan
kendali mutu dan batasan baku masing-masing laboratorium.

3. Pemeriksaan Hispatologi
Pemeriksaan juga bisa dilakukan dengan biopsi dan dari sampel biopsi
tersebut bisa dilakukan pengujian dengan menggunakan PCR, ataupun pembuatan
preparat histopatologi. Metode diagnosa lain yang sering digunakan adalah
dengan menggunakan Indirect aemaglutination (IHA), Immunoflourescence
(IFAT) ataupun dengan Enzym mmunoassay.

H. Pengobatan
Selain obat-obatan, tokso juga bisa diatasi dengan menjaga sistem
kekebalan tubuh. Bisa lewat obat-obatan atau cara alamiah seperti mengonsumsi
makanan bergizi, berolahraga dan istirahat yang cukup. “Beberapa suplemen juga
bisa membantu pertahanan tubuh melawan penyakit dalam waktu yang lama.
Untuk menjaga agar tubuh tetap sehat”. Penting diingat, karena berbentuk parasit,
virus tokso di dalam tubuh tidak bisa dihilangkan, tetapi hanya bisa dikontrol agar
tidak membahayakan. Caranya dengan melakukan pengobatan antibiotik yang
tepat. Lamanya pengobatan bisa memakan waktu berbulan-bulan.

1. Pengobatan pada ibu hamil


Tokso plasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari
toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obat yang dapat digunakan untuk ibu
hamil adalah spiramisin 3 gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa
memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat diberikan
dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur kehamilan di
atas 16 minggu.
Sebagai strategi baru untuk menanggulangi masalah infeksi toksoplasma
yang bersifat persisten ini, digunakan kombinasi imunoterapi dan pengobatan zat
antimikroba yaitu isoprinosine dan levamisol .

2. Pengobatan pada bayi


a. Pirimetamin 2 mg/kg selama dua hari, kemudian 1 mg/kg/hari selama 2-6
bulan, dikikuti dengan 1 mg/kg/hari 3 kali seminggu, ditambah
b. Sulfadiazin atau trisulfa 100 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis,
ditambah lagi
c. Asam folinat 5 mg/dua hari, atau dengan pengobatan kombinasi:
d. Spiramisin dosis 100 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, selang-seling setiap bulan
dengan pirimetamin,
e. Prednison 1 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai ada perbaikan korioreti-
nitis. Perlu dilakukan pemeriksaan serologis ulangan untuk menentukan
apakah pengobatan masih perlu diteruska
I. Pencegahan
1. Segera periksakan diri anda, apakah positif toxoplasma atau tidak. Terutama
para wanita atau wanita yang mempunyai rencana untuk hamil. Tes darah bisa
dilakukan di beberapa laboratorium diagnostik seperti Prodia. Konsultasikan
hal ini dengan dokter anda.
2. Masak daging dengan sempurna, minimal dengan suhu 70 derajat celcius.
3. Cuci buah-buahan dan sayuran dengan bersih.
4. Biasakan mencuci tangan dengan sabun sebelum anda makan sesuatu.
5. Gunakan sarung tangan pada saat berkebun atau kontak dengan tanah. Tanah
yang terkontaminasi toxoplasma adalah sumber infeksi yang potensial.
6. Cuci tangan, meja/talenan dan peralatan dapur dengan air hangat dan sabun
setelah mengolah daging mentah.
7. Kotak pasir tempat anak2 bermain di halaman harus ditutup bila tidak
digunakan
8. Jangan minum air mentah kecuali sudah direbus mendidih.
9. Jangan memberikan daging mentah atau tidak matang kepada kucing anda.
10. Jangan memberikan susu yang tidak dipasteurisasi.
11. Jangan membiarkan kucing berkeliaran di luar rumah atau berburu binatang
berdarah panas.
12. Pakailah sarung tangan karet dan masker dan scoop pada waktu
membersihkan litterbox. Cuci tangan setelahnya.
13. Bersihkan dan buang feces kucing dari litterbox setiap hari, flush feces di
toilet, siram air panas atau dibakar. Siram dan bersihkan litterbox dan
scoopnya dg air mendidih.Kontrol populasi tikus, kecoa, lalat dan inang
perantara toxoplasma gondii laiannya.
14. Wanita hamil dan orang-orang dengan system imunitas yg rendah seperti
terinfeksi HIV atau sedang mendapat pengobatan kemoterapi tidak boleh
membersihkan litterbox.

J. Penanganan
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu
terdapat cairan berlebihan pada perut (asites), perkapuran pada otak atau
pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya bisa saja sampai lahir tidak
menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang retina
mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan hati.
Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan
pemeriksaan serum (serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan.
Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui adanya
reaksi imun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya IgG (imunoglobulin G),
IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah IgM
meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan
IgG yang kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk
mengetahui adanya serangan infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui lgM
dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya sebagian kecil kasus.
Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini.
Namun sebagian besar diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga
tidak berkembang, dan parasit terbungkus dalam kista yang terbentuk dari kerak
perkapuran (kalsifikasi). Sehingga wanita hamil yang telah memiliki lgM negatif
dan lgG positif berarti telah memiliki kekebalan dan tidak perlu khawatir
terinfeksi. Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan
pemeriksaan secara kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila
terjadi infeksi.
Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan melakukan
pemeriksaan ulang. Bila ada peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul
infeksi baru. Meski ini jarang terjadi, tetapi adakalanya terjadi. Untuk lebih
memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan lgA. Pemeriksaan bisa juga
dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari sejumlah kecil
protein parasit ini yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang
kemudian digandakan.
Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera
dilakukan penanganan sedini mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan
pemberian sulfa dan pirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan
pirimethamin dapat menembus plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk
pengobatan pertama. Terapi harus dilakukan terus sampai persalinan. Bahkan
setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat lgM positif
maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun,
tetap harus dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan
pengobatan secara dini penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal
mungkin. Selain itu pengobatan dini yang tepat saat awal kehamilan akan
menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Toxoplasma gondii merupakan coccidian, ubiquitous, dan mempunyai


beberapa wujud bentuk. Di antaranya, ookista, bentuk resisten yang berada di
lingkungan luar, trofozoit, bentuk vegetatif dan proliferatif, dan kista, bentuk
resisten yang berada di dalam tubuh manusia serta hewan. Hingga saat ini, tidak
ada satupun obat yang sanggup untuk mengeradikasi toksoplasma dalam bentuk
kista. Berdasarkan data epidemiologi, angka ibu yang berisiko terkena infeksi
toksoplasma ini snagat besar. Dampak klinis dari infeksi ini, khususnya pada
janin, sangat merugikan, baik materil maupun moril. Karena infeksi ini terkadang
asimtomatis, pemeriksaan berkala/skrining pada ibu hamil perlu dilakukan agar
tindakan antisipasi dapat dilakukan sedini mungkin.
Pengobatan menggunakan pyrimethamine yang dikombinasikan dengan
Sulfa untuk mengatasi beberapa bentuk klinis toksoplasmosis cukup efektif, tetapi
penggunaan selama kehamilan sebaiknya dihindari. Ini disebabkan efek samping
hematologikal dan efek teratogenik yang kurang menyenangkan. Spiramycin
merupakan antiparasit yang cukup efektif untuk mencegah masuknya Toxoplasma
gondii ke janin. Dosis Spiramycin yang dianjurkan untuk profilaksis kongenital
toksoplasmosis 3 kali sehari 3 juta Internasional Unit (3 MIU) selama 3 minggu
lalu diulang setelah interval 2 minggu hingga saat partus. Hal ini sudah dibuktikan
secara luas dengan menggunakan metode yang sangat beragam, termasuk studi
meta-analisis.
B.Saran

Dalam menyusun makalah ini kami menyadari masih banyak


kekurangan,baik dari segi bahasa maupun penulisan. Oleh karena itu, kami
harapkan kritik dan saran dari para dosen, mahasiswa dan pihak lain yang
menaruh perhatian terhadap perbaikan makalah ini.Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chahaya S., I. 2003. Epidemiologi “oxoplasma gondii”. Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara.
2. Dharmana, Edi. 2007. Toxoplasma gondii: Musuh Dalam Selimut.
Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
3. http://solocatsblogspot.com/2008/12/all-about-toksoplasma-artikel-ini-
saya.html
4. http://www.totalkesehatananda.com/toksoplasm0sis1.html
5. http:Wikipedia.com/toxoplasma-gondii/
6. http://keluargacemara.com/wp-content/upload/04-055fi-jpg
7. http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/infeksi-kehamilan-
karena-toxoplasma.html#ixzz1pe3XIgdB
8. http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/05/makalah-toxoplasmosis.html
9. http://www.totalkesehatananda.com/toxoplasmosis1.html
10. http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Pengertian-Toxoplasmosis.html
11. Irnaningtyas. 2013. Biologi untuk SMA/Ma Kelas X. Kelompok
peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Jakarta. Erlangga.
12. Priyana A. Oesman P. 1987. Prevalensi Anti Toxoplasma Gondii Pada
Oemelihara Kucing atau Anjing di Jakarta.
13. Soejoto dan Drs. Soebari. 1996. Parasitologi Medik: Protozoologi dan
Helmintologi. Jilid 1. Jakarta. Universitas Indonesia
Kasus
Adapun Resiko pada ibu hamil dan bayi
Pada wanita hamil ternyata
dapat berdampak signifikan, seperti
mengakibatkan abortus (keguguran)
atau cacat papada janin. Ibu hamil
yang mengalami infeksi primer
toksoplasma sesaat menjelang hamil,
selama hamil atau reaktivasi, dapat
menularkan penyakit toksoplasma
kepada bayinya. Semakin tua usia
kehamilan, semakin mudah untuk
terkena toksoplasma. Namun, semakin
muda janin terkena infeksi, semakin
berat manifestasi.
Bayi terinfeksi toksoplasma yang lahir tanpa kelainan organ 85 persen
akhirnya terkena retardasi mental, 75 persen sarafnya mengalami gangguan, 50
persen gangguan penglihatan, dan 15 persen gangguan pendengaran. Indikasi
infeksi pada bayi dapat diketahui melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) yang
memperlihatkan adanya cairan berlebihan pada perut (asites), pengapuran pada
otak, serta pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Toksoplasma pada bayi dapat
menyebabkan kelainan pada saraf, mata, serta kelainan sistemik seperti pucat,
kuning, demam, pembesaran hati dan limpa atau pendarahan. Gangguan fungsi
saraf dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan psikomotor dalam
bentuk retardasi mental (gangguan kecerdasan maupun keterlambatan
perkembangan bicara), serta kejang dan kekakuan yang akhirnya menimbulkan
keterlambatan perkembangan motorik.

Anda mungkin juga menyukai