Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH TOKSOPLASMOSIS

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke
manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasmosis gondii,
yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan.
Penderita Toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam
menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari.
Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan
hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat
menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering
terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai
pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang
memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan
makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent
penyebab penyakit toxoplasmosis.
1.2  Tujuan
a.       Untuk mengetahui pengertian toxoplasmosis secara jelas.
b.      Agar pembaca dan penulis mengenal siklus hidup toxoplasmaosis.
c.       Untuk menambah pengetahuan pembaca dan penulis dalam penularan toxoplasmosis.

BAB II
PEMBAHASAAN
2.1 Definisi
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke
manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasmosis gondii,
yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliaharaan.
Penderita Toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu tanda klinis yang jelas sehingga dalam
menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktik dokter sehari-hari.
Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan
hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi.
Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat
menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering
terjadi pada hewan-hewan yang disebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai
pada kucing dan anjing. Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang
memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan
makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent
penyebab penyakit toxoplasmosis.
Penyakit toksoplasmosis adalah infeksi yang bisa mengancam pertumbuhan janin dan bisa
menyebabkan keguguran. Parasit penyebabnya adalah Toxoplasma gondii, yang berkembang biak
dalam saluran pencernaan kucing dan ikut keluar bersama fesesnya, terutama hidup di bak pasir
tempat BAB kucing dan di tanah atau pupuk kebun. Anda bisa terinfeksi oleh parasit ini ketika
membersihkan kotoran kucing atau memegang tanah yang terdapat feses kucing. Anda juga bisa
terkena toksoplasma karena mengonsumsi daging yang dimasak setengah matang (dimana daging
tersebut terinfeksi dengan parasit toksoplasma). Meskipun kucing adalah tempat hidup utama
parasit ini, toksoplasma juga bisa hidup pada anjing, unggas dan hewan ternak seperti babi, sapi atau
kambing. Janin bisa terinfeksi toksoplasma melalui saluran plasenta jika si ibu terserang
toksoplasmosis ketika sedang mengandung. Infeksi parasit ini bisa menyebabkan keguguran atau
cacat bawaan seperti kerusakan pada otak dan fungsi mata.
Toxoplasma gondii pada tahun 1908 pertama kali ditemukan pada binatang pengerat
yaitu Ctenodactylus gundi, di suatu laboratorium di Tunisia dan pada seekor kelinci di suatu
laboratorium di Brazil (Nicolle & Splendore). Pada tahun 1937, parasit ini ditemukan pada neonatus
dengan enfalitis. Walaupun trransmisi secara intrauterin transplasental sudah diketahui, tetapi baru
pada tahun 1970 daur hidup parasit ini menjadi jelas, ketika ditemukan daur seksualnya pada kucing
(Hutchison). Setelah dikembangkan tes serologi yang sensitif oleh Sabin dan Feldman (1948), zat
anti Toxoplasma gondii ditemukan kosmopolit, terutama di daerah beriklim panas dan lembab.
Pada manusia penyakit toxoplasmosis ini sering terinfeksi melalui saluran pencernaan, biasanya
melalui perantaraan makanan atau minuman yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit
toxoplasmosis ini, misalnya karena minum susu sapi segar atau makan daging yang belum sempurna
matangnya dari hewan yang terinfeksi dengan penyakit toxoplasmosis. Penyakit ini juga sering
terjadi pada sejenis ras kucing yang berbulu lebat dan warnanya indah yang biasanya disebut dengan
mink, pada kucing ras mink penyakit toxoplasmosis sering terjadi karena makanan yang diberikan
biasanya berasal dari daging segar (mentah) dan sisa-sisa daging dari rumah potong hewan.
2.2 Etilogi Penyakit Toxoplasmosis
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang hewan
pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang disebabkan oleh
toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae.
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial pada berbagai
organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang ditemukan dalam darah
perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ tubuh seperti pada jaringan
hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging, jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2,4 dan seterusnya, belum
ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni. Pada preparat ulas dan
sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang dengan kedua Ujung lancip,
hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh
berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron. Inti selnya terletak dibagian ujung yang
berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini bergerak, tetapi peneliti-peneliti belum ada yang
berhasil memperlihatkan flagellanya. Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem
reticulo endoteleal, sel alat tubuh viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara
membelah diri 2,4 dan seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit
menyebar melalui peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat mati karena
pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati, jasad inipun ikut mati.
Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan tubuh hewan
yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat bertindak sebagai
penyebar toxoplasmosis.
2.3 Siklus Hidup Dan Morpologi Toxoplasmosis
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, dan Ookista. Trofozoit
berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel mamalia yang memiliki inti sel.
Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit
dalam jaringan akan membelah secara lambat dan disebut bradizoit. Bentuk kedua adalah kista yang
terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi
dan paling banyak terdapat dalam otot rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang
ke tiga adalah bentuk Ookista yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus
kucing dan dikeluarkan bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus
aseksual atau schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista
dan dikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam sekali
exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes perantara seperti
manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes perantara akan dibentuk
kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada hospes perantara tidak dibentuk
stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista. Bila kucing makan tikus yang
mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di dalam usus halus kucing tersebut.
2.4 Cara Penularan Toxoplasmosis
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging mentah atau kurang matang yang mengandung
kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang
tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi
penyakit ini. Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan
hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat
laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.
  2.5 Tanda dan Gejala
Pada individu imunokompeten yang tidak hamil, infeksi toxoplasma gondii biasanya tanpa gejala.
Sekitar 10-20% pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan ditandai dengan
demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam. Dalam beberapa
kasus, penyakit ini bisa meniru mononukleosis menular. Gejala biasanya dapat hilang tanpa
pengobatan dalam beberapa minggu ke bulan, meskipun beberapa kasus dapat memakan waktu
hingga satu tahun. Gejala berat, termasuk myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda
neurologis termasuk kelumpuhan wajah, perubahan refleks parah, hemiplegia dan koma, tapi jarang.
Ensefalitis, dengan gejala sakit kepala, disorientasi, mengantuk, hemiparesis, perubahan refleks dan
kejang, dapat menyebabkan koma dan kematian. Nekrosis perbanyakan parasit dapat menyebabkan
beberapa abses dalam jaringan saraf dengan gejala lesi. Chorioretinitis, miokarditis, dan pneumonitis
juga terjadi. Penularan Toksoplasmosis tidak secara langsung ditularkan dari orang ke orang kecuali
dalam rahim (Institute for International Cooperation in Animal Biologics, 2005).
Tanda-tanda yang terkait dengan toksoplasmosis yaitu (Medows, 2005):
1.      Toxoplasma pada orang yang imunokompeten
Hanya 10-20% dari infeksi toksoplasma pada orang imunokompeten dikaitkan dengan tanda-tanda
penyakit. Biasanya, pembengkakan kelenjar getah bening (sering di leher). Gejala lain bisa termasuk
demam, malaise, keringat malam, nyeri otot, ruam makulopapular dan sakit tenggorokan.

2.      Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah


Toxoplasmosis pada orang dengan sistem kekebalan yang lemah misalnya, pasien dengan AIDS dan
kanker. Pada pasien ini, infeksi mungkin melibatkan otak dan sistem syaraf, menyebabkan ensefalitis
dengan gejala termasuk demam, sakit kepala, kejang-kejang dan masalah penglihatan, ucapan,
gerakan atau pemikiran. manifestasi lain dari penyakit ini termasuk penyakit paru-paru,
menyebabkan demam, batuk atau sesak nafas dan miokarditis dapat menyebabkan gejala penyakit
jantung, dan aritmia.
3.      Toxoplasma Okular
Toksoplasmosis okular oleh uveitis, sering unilateral, dapat dilihat pada remaja dan dewasa muda,
sindrom ini sering merupakan akibat dari infeksi kongenital tanpa gejala atau menunda hasil infeksi
postnatal. Infeksi diperoleh pada saat atau sebelum kehamilan sehingga menyebabkan bayi
toksoplasmosis bawaan. Banyak bayi yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala saat lahir, namun
sebagian besar akan mengembangkan pembelajaran dan visual cacat atau bahkan yang parah,
infeksi yang mengancam jiwa di masa depan, jika tidak ditangani.
4.      Toksoplasmosis pada wanita hamil
Kebanyakan wanita yang terinfeksi selama kehamilan tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit.
Hanya wanita tanpa infeksi sebelumnya dapat menularkan infeksi ke janin. Kemungkinan penyakit
toksoplasmosis bawaan terjadi ketika bayi baru lahir, tergantung pada tahap kehamilan saat infeksi
ibu terjadi. Pada kondisi tertentu, infeksi pada wanita selama kehamilan menyebabkan abortus
spontan, lahir mati, dan kelahiran prematur. Aborsi dan stillbirths juga dapat dipertimbangkan,
terutama bila infeksi terjadi pada trimester pertama. Tanda dan gejalanya yaitu penglihatan kabur,
rasa sakit, fotofobia, dan kehilangan sebagian atau seluruh keseimbangan tubuh.

5.      Toxoplasmosis congenital
Bayi yang terinfeksi selama kehamilan trimester pertama atau kedua yang paling mungkin untuk
menunjukkan gejala parah setelah lahir. Tanda-tandanya yaitu demam, pembengkakan kelenjar
getah bening, sakit kuning (menguningnya kulit dan mata), sebuah kepala yang sangat besar atau
bahkan sangat kecil, ruam, memar, pendarahan, anemia, dan pembesaran hati atau limpa. Mereka
yang terinfeksi selama trimester terakhir biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi pada
kelahiran, tetapi mungkin menunjukkan tanda-tanda toksoplasmosis okular atau penundaan
perkembangan di kemudian hari.
2.6 Perubahan Makroskopis Pada Penyakit Toxoplasmosis
Sarang-sarang nekrosa dapat ditemukan didalam paru-paru, hati, limpa, anak ginjal dan sel-sel
disekitar sarang-sarang ini mengandung toxoplasmosis yang tergabung dalam koloni-koloni terminal
(Pseudo-cysts) atau parasit-parasit itu terletak bebas dalam jaringan-jaringan. Toxoplasma banyak
dijumpai didalam sel-sel pada pinggir ulkus-ulkus usus.
Didalam otak parasit-parasit terlihat didalam sel-sel glia atau neuron sebagai paraasit-parasit intra
selluler atau sebagai koloni-koloni terminal (pseudo cysts).. Protozoa itu juga berada bebas dalam
jaringan. Reaksi radang umumnya jelas terlihat, sebagai gliosis, mikroglia, atan astrosit-astrosit.
Penyerbukan limfosit-limfosit dalam ruang virchow robin, disamping nekrosa lokal jaringan otak.
Juga terjadi proliferasi sel-sel adventisia, disamping nekrosa lokal jaringan otak. Perubahan-
perubahan itu paling banyak terdapat dalam cortex cerebralis. Parasit itu juga bisa dijumpai pada
selaput otak.
Hati memperlihatkan perdarahan-perdarahan lokal yaitu gambaran degenerasi dan reaksi seluler
disamping sarang-sarang nekrosa tersebut di atas. Parasit-parasit dapat ditemukan didalam
makrofag atau didalam sel-sel hati. Didalam limpa kadang-kadang dijumpai sel-sel reticulum dan
makrofag-makrofag. Parasit-parasit terlihat didalam miokard yakni didalam makrofag-makrofag atau
didalam miofibril. Disamping itu serabut-serabut otot degenerasi.
Toxoplasmosis sekali-sekali ditemukan di dalam mata anjing. Disamping itu juga memperlihatkan
gejala renitis, newritis. Pada unggas toxoplasmosis otak merupakan perubahan-perubahan yang
sering terlihat.
2.7 Diagnosis Toxoplasmosis
Meskipun insiden infeksi toksoplasmosis tinggi, diagnosis klinis jarang dilakukan karena tanda klinis
dari toxoplasmosis mirip dengan penyakit infeksi lainnya. Uji laboratorium biasanya digunakan untuk
diagnosis. Hanya mendeteksi antibodi yang spesifik saja tidak cukup karena banyak manusia dan
binatang memiliki titer antibodi. Sebuah infeksi baru dapat menjadi pembeda dengan deteksi
peningkatan jumlah antibodi (seroconversion) dari isotypes yang berbeda (IgG, IgM, IgA) atau dari
sirkulasi. Deteksi parasit yang bebas (takizoit) pada kombinasi dengan gejala klinis dapat
mengkonfirmasikan suatu infeksi, sebagai contoh pada biopsi atau abortion material. Deteksi kista
jaringan (hanya seperti antibodi saja) tidak mengkonfirmasi infeksi aktif.
Identifikasi Toxoplasma gondii dalam darah atau cairan tubuh (Medows, 2005), yaitu :
1.                 Isolasi T. gondii dalam darah atau cairan tubuh (misalnya, CSF, cairan ketuban) dengan
inokulasi kultur jaringan.
2.                 Fluorescent antibodi atau tachyzooites pewarnaan immunoperoxidase.
3.                 Reaksi berantai polimerase (PCR) untuk deteksi T. gondii DNA.
4.                 Serologi, yaitu :
a.       ELISA untuk mendeteksi IgG, IgM, IgA atau antibodi IgE
b.      IFA deteksi IgG atau IgM
IgM spesifik tes yang dilakukan bila diperlukan untuk menentukan waktu infeksi, misalnya dalam
sebuah pregnansi. Sebuah tes negatif yang kuat IgM menunjukkan bahwa infeksi ini tidak baru,
tetapi tes IgM positif sulit untuk menginterpretasikan. IgM spesifik toksoplasma dapat ditemukan
hingga 18 bulan setelah infeksi akut dan positif palsu yang umum.
c.       Uji aviditas imunoglobulin G.
d.      Immunosorbant aglutinasi untuk IgM atau IgA.
e.       Uji Sabin-Feldman dye, hemaglutinasi tidak langsung, aglutinasi lateks, aglutinasi dimodifikasi
dan fiksasi komplemen.
5.                 Pencitraan Radiologi
a.       Computed Tomography (CT) atau radiologi dapat menunjukkan toksoplasmosis otak, USG
dapat digunakan pada janin dan kalsifikasi atau ventrikel membesar dalam otak bayi baru lahir.
b.      CT atau MRI dapat menunjukkan beberapa kontras, bilateral meningkat ("cincin-lesi") dalam
otak.
2.8  Diagnosis Toxoplasmosis Kongenital Pada Bayi.
Di Indonesia sering dijumpai bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongnital. Penyebab kelainan
kongenital karena infeksi termasuk golongan toxoplasma janin mulai membentuk zat anti pada akhir
trimester pertama, yang terdiri dari IgM zat anti ini biasanya menghilang setelah 1-3 bulan. Zat anti
IgM pada bayi didapat dari ibunya melalui plasenta Konsentrasi IgG pada neonatus berkurang, dan
akan naik lagi bila bayi dapat mebuat IgG sendiri pada umur lebih kurang 3 bulan. Serodiagnosis
infeksi kongenital berdasarkan kenaikan jumlah zat anti IgG spesifik mau deteksi zat anti IgM
spesifik. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengingat kembali kepentingan pemeriksaan zat anti
IgG pada paired sera untuk diagnosis toxoplasmosis kongenital bila zat anti IgG tidak ditemukan.
Pada bulan Januari 1986 Sampai Juni 1988 staf bagian parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia yaitu Srisasi Ganda Husada telah melakukan penelitian tentang toxoplasmosis yaitu telah
memeriksa 99 bayi berumur 1 hari sampai 6 bulan yang tersangka menderita toxoplasmosis
kongenital. Bayi-bayi ini dikirim oleh RS. Dr. Cipto Mangunkusumo, rumah sakit lain yang ada di
Jakarta dan dari dokter-dokter praktek pribadi. Kelainan klinik pada bayi-bayi yang tersangka
toxoplasmosis kongenital ini adalah merupakan trias klasik yaitu Hidrocephalus, korioretinitis, dan
perkapuran otak. Ada bayi yang hanya menunjukkan suatu kelainan
seperti hepatosplenomegali katarak, mikrosefalus, kejang, dan ada yang menunjukkan lebih dari
satu kelainan di atas.
Dari tiap bayi diambil darah vena atan darah tali pusat serum dipisahkan dari gumpalan darah dan
disimpan dalam frezer pada suhu 20C sampai diperiksa 2m anti IgM ditentukan dengan Elisa dengan
menggunakan test kit Eti-Toxox-M reverse dari sorin Biomedica. Dalam test kit ini tersedia lempeng-
lempeng plastik dengan sumur-sumur ini diisi dengan serum kontrol dan serum pendertia, kemudian
diinkubasi selama 1 jam pada suhu 370C. Bila dalam serum tersebut terdapat IgM spesifik, maka IgM
ini akan diikat dan menempel pada dasar sumur. Cairan dalam sumur-sumur dibuang dan lempeng-
lempeng dicuci. Kemudian sumur-sumur diisi dengan toxoplasmosis entigen yang dibuat dari
toxoplasma gondii RH Strain antigen ini dicanlpur dengan Enzyme tracer yang mengandung IgG
terhadap toxoplasma gondii (dari tikus) yang dikonjugasi pada horse radish peroxydase. Setelah
diinkubasi kembali selama 1 jam pada 370C, maka toxoplasma gondii akan terikat pada IgM spesifik
dan enzim tracer yang menempel pada IgG terhadap toxoplasma gondii. Dengan demikian antivitas
enzim ini proposional dengan konsentrasi IgM spesifik dalam serum penderita atau kontrol. Aktivitas
enzim diukur dengan menambahkan Tetra Methilbenzidene chromogen/substrat yang tidak warna.
Lempeng-lempeng diinkubasi selama 30 menit pada suhu kamar. Enzym dicampur dengan
chromogen substrat menimbulkan warna kuning yang diukur dengan spektrofotometer dengan filter
450mm setelah reaksi dihentikan dengan laluran H2SO4In. Yang dianggap positif adalah nilai besar
dari pada Cut off Control.
Zat anti IgG pada bayi yang datang sebelum Juni 1987 di tentukan dengan mikroteknik tes
hemagtutinasi tidak langsung (IHA) menurut Milgram dengan menggunakan antigen dari
laboratorium NAMRU 2 yang dibuat dari RH strain toxoplasma gondii sebelum diperiksa serum
diinativasi pada suhu 56°C selama setengah jam,. Titer dimana masih tampak aglutinasi. Mulai Juni
1987 telah tersedia Toxo Elisa Test Kit dari MA Bio product dan untuk penentuan zat anti IgG lalu
digunakan Test Kit tersebut. Dalam Test Kit tersebut digunakan lempeng-lempeng plastik dengan
sumur-sumur yang telah dilapisi dengan antigen toxoplasma gondii. Sumur-sumur ini diisi dengan
senun kontrol dan serum penderita. Kemudian diinkubasi 45 menit pada suhu kamar. Bila serum
yang diperiksa mengandung zat anti IgG spesifik maka zat anti ini terikat pada antigen. Setelah dicuci
sumur-sumur diisi dengan antihuman IgG yang dikonjugasi pada enzim alkalin fosfatase. Lempeng-
lempeng diinkubasi selama 45 menit pada subu kamar. Konjugat ini akan terikat pada IgG spesifik
(bila) ada pada dasar sumur diisi dengan substat P-nitro fenifostat. Setelah diinkubasi kembali
selama 45 menit subtract akan dihirrolisa oleh enzim yang menimbulkan warna kuning. Setelah
reaksi dihentikan dengan larutan NaOH I N perubahan warna dibaca dengan spektrofotometer
dengan filter 405 mm. Intentitas perubahan warna sejajar dengan jumlah IgG spesifik. Yang dianggap
positif adalah nilai yang sama dengan atau lebih besar dapat pada 0,21.
2.9 Penanganan
Indikasi infeksi pada janin bisa diketahui dari pemeriksaan USG, yaitu terdapat cairan berlebihan
pada perut (asites), perkapuran pada otak atau pelebaran saluran cairan otak (ventrikel). Sebaliknya
bisa saja sampai lahir tidak menampakkan gejala apapun, namun kemudian terjadi retinitis (radang
retina mata), penambahan cairan otak (hidrosefalus), atau perkapuran pada otak dan
hati. Pemeriksaan awal bisa dilakukan dengan pengambilan jaringan (biopsi) dan pemeriksaan serum
(serologis). Umumnya cara kedua yang sering dilakukan. Pada pemeriksaan serologi akan dilakukan
pemeriksaan untuk mengetahui adanya reaksi imun dalam darah, dengan cara mendeteksi adanya
IgG (imunoglobulin G), IgM, IgA, IgE. Pemeriksaan IgM untuk ini mengetahui infeksi baru. Setelah
IgM meningkat, maka seseorang akan memberikan reaksi imun berupa peningkatan IgG yang
kemudian menetap. IgA merupakan reaksi yang lebih spesifik untuk mengetahui adanya serangan
infeksi baru, terlebih setelah kini diketahui lgM dapat menetap bertahun-tahun, meskipun hanya
sebagian kecil kasus.
Sebenarnya sebagian besar orang telah terinfeksi parasit toksoplasma ini. Namun sebagian besar
diantaranya telah membentuk kekebalan tubuh sehingga tidak berkembang, dan parasit terbungkus
dalam kista yang terbentuk dari kerak perkapuran (kalsifikasi). Sehingga wanita hamil yang telah
memiliki lgM negatif dan lgG positif berarti telah memiliki kekebalan dan tidak perlu khawatir
terinfeksi. Sebaliknya yang memiliki lgM dan lgG negatif harus melakukan pemeriksaan secara
kontinyu setiap 3 bulan untuk mengetahui secara dini bila terjadi infeksi.
Bagaimana bila lgM dan lgG positif ? Untuk ini disarankan melakukan pemeriksaan ulang. Bila ada
peningkatan lgG yang signifikan, diduga timbul infeksi baru. Meski ini jarang terjadi, tetapi
adakalanya terjadi. Untuk lebih memastikan akan dilakukan juga pemeriksaan lgA. Pemeriksaan bisa
juga dilakukan dengan PCR, yaitu pemeriksaan laboratorium dari sejumlah kecil protein parasit ini
yang diambil dari cairan ketuban atau darah janin yang kemudian digandakan.
Bila indikasi infeksi sudah pasti, yaitu lgM dan lgA positif, harus segera dilakukan penanganan sedini
mungkin. Pengobatan bisa dilakukan dengan pemberian sulfa
danpirimethamin atau spiramycin dan clindamycin. Sulfa dan pirimethamin dapat menembus
plasenta dengan baik sehingga dianjurkan untuk pengobatan pertama. Terapi harus dilakukan terus
sampai persalinan. Bahkan setelah persalinan akan dilakukan pemeriksaan pada bayi. Bila didapat
lgM positif maka bisa dipakstikan bayi telah terinfeksi. Meski hasilnya negatif sekalipun, tetap harus
dilakukan pemeriksaan berkala sesudahnya. Dengan pemeriksaan dan pengobatan secara dini
penularan pada bayi akan bisa ditekan seminimal mungkin. Selain itu pengobatan dini yang tepat
saat awal kehamilan akan menurunkan secara signifikan kemungkinan janin terinfeksi.
2.10 Pencegahan Toxoplasmosis
Terdapat beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penyakit toksoplasmosis,
antara lain (Chin, 2000):
1.      Mendidik ibu hamil tentang langkah-langkah pencegahan:
a.       Gunakan iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 150°F (66°C) sebelum dimakan.
Pembekuan daging tidak efektif untuk menghilangkan Toxoplasma gondii.
b.      Ibu hamil sebaiknya menghindari pembersihan sampah panci dan kontak dengan kucing.
Memakai sarung tangan saat berkebun dan mencuci tangan setelah kerja dan sebelum makan.
2.      Makanan kucing sebaiknya kering, kalengan atau rebus dan mencegah kucing tersebut berburu
(menjaga mereka sebagai hewan peliharaan dalam ruangan).
3.      Menghilangkan feses kucing (sebelum sporocyst menjadi infektif). Feses kucing dapat dibakar
atau dikubur. Mencuci tangan dengan bersih setelah memegang material yang berpotensial terdapat
Toxoplasma gondii.
4.      Cuci tangan sebelum makan dan setelah menangani daging mentah atau setelah kontak dengan
tanah yang mungkin terkontaminasi kotoran kucing.
5.      Control kucing liar dan mencegah mereka kontak dengan pasir yang digunakan anak-anak
untuk bermain.
6.      Penderita AIDS yang telah toxoplasmosis dengan gejala yang parah harus menerima
pengobatan profilaksis sepanjang hidup dengan pirimetamin, sulfadiazine dan asam folinic.

2.11 Pengobatan Toxoplasmosis
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan
trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus p-amino asam
benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah 25-50 mg per hari
selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari selama sebulan. Karena
efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka dianjurkan untuk
menambahkan asam folat dan selama pengobatan. Trimetoprimn juga ternyata efektif untuk
pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi antara pyrimethamine dan
trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah efektifitasnya.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek sampingnya kurang bila
dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang dianjurkan ialah 2-4 gram sehari
yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa peneliti menganjurkan pengobatan wanita
hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3 gram sehari selama seminggu atau 3 minggu
kemudian disusul 2 minggu tanpa obat. Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga
ditujukan pada penderita dengan gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita
toxoplasmosis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit kosmopolitan dengan frekuensi tinggi di berbagai
negara juga di Indonesia karena gejala klinisnya ringan maka sering kali Input dari pengamatan
dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi masyarakat seperti
abortus, lahir mati maupun cacat kongenital. Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu
dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma gondii akan dapat diketahui
status penyakit penderita.
Toxoplasmosis ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang menyerang hewan
pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka penyakit yang disebabkan oleh
toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili babesiidae. Tanda-tanda yang terkait dengan
toksoplasmosis tanpa gejala. Pasien mengembangkan limfadenitis atau sindrom, seperti flu ringan
ditandai dengan demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit tenggorokan, limfadenopati dan ruam.
myositis, miokarditis, pneumonitis dan tanda-tanda neurologis termasuk kelumpuhan wajah,
perubahan refleks parah, hemiplegi, koma, dan ensefalitis.Diagnosis dapat dilakukan dengan cara
Isolasi, pewarnaan immunoperoxidase, PCR, serologi, dan pencitraan radiologi. Pencegahan dapat
dilakukan dengan pendidikn pada ibu hamil, memperhatikan makanan kucing, menghilangkan feses
kucing, PHBS, kontrol kucing liar, dan pengobatan profilaksis pada penderita AIDS.
3.2 Saran
1.      Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama
akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
2.      Bagi wanita yang mengindap toxoplasmosis sebaiknya tidak hamil dahulu sampai sembuh atau
virus dalam keadaan istirahat.
3.      Ibu hamil sebaiknya menghindari kontak langsung deng kucing.
4.      Gunakanlah iradiasi daging atau memasak daging pada suhu 1500F (660C) sebelum dimakan.
DAFTAR PUSTAKA

http://keluargacemara.com/wp-content/upload/04-055fi-jpg
http://keluargacemara.com/kesehatan/kehamilan/infeksi-kehamilan-karena-
toxoplasma.html#ixzz1pe3XIgdB
http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2011/05/makalah-toxoplasmosis.html
http://www.totalkesehatananda.com/toxoplasmosis1.html
http://www.vet-indo.com/Kasus-Medis/Pengertian-Toxoplasmosis.html

Anda mungkin juga menyukai