Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH KLASIFIKASI CACING

NAMA: KINANTHI KARTIKA DAMAYANTI


KELAS: XI TLM
JURUSAN: TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat
dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Klasifikasi
Cacing dengan tepat waktu.
Makalah “Klasifikasi Cacing” disusun guna memenuhi tugas Bu Darna pada bidang
studi Mikrobiologi di sekolah SMK KESEHATAN AIRLANGGA Selain itu, penulis juga
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang
Klasifikasi Mikrobiologi Patologis.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bu Darna selaku [guru


mata pelajaran Mikrobiologi]. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Demikian,semoga makalah ini bermanfaat bagi semua yang membaca.Terima kasih

Balikpapan,03-November-2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Prevalensi angka kecacingan di Indonesia masih cukup tinggi antara 45-


65%,bahkan pada daerah-daerah tertentu yang kondisi lingkungannya buruk
bisa mencapai 80%,angka tersebut tergolong tinggi.Di beberapa daerah di
Indonesia terutama di daerah pedalaman belum semua mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak,kasus infeksi cacing yang kronik banyak di temukan di
daerah pedalaman yang secara latar belakang pengetahuan kesehatan dan
pendidikn rendah.ada beberapa factor yang mempengaruhi tingginya angka
kecacingan pada masyakarat Indonesia selain karna kondisi lingkungan
geografis,juga karna factor kesadaran untuk melakukan pola hidup bersih dan
sehat,rendahnya ilmu pengetahuan kesehatan,dan kurangnya penyuluhan
kepada masyarakat terutama di daerah terpencil memberi kontribusi tingginya
angka kecacingan di Indonesia.

Apabila di cermati lebih lanjut,infeksi cacing ini sepele,tetapi pengaruhnya


bisa sangat mengganggu terutama pada anak anak yang dalam masa
pertumbuhan,infeksi ringan mengakibatkan anemia dengan berbagai manifestasi
klinis,baik yang terlihat secara nyata maupun yang tidak terlihat.kasus infeksi
yang sedang sampai berat bisa mengakibatkan adanya gangguan penyerapan
pada usus dan gangguan beberapa fungsi organ dalam.apabila hal ini terjadi
pada anak anak terutama di sekolah,maka akan sangat mengganggu proses
belajar mengajar ,secara nyata anak bisa mengalami kemunduran prestasi,yang
disadari maupun tidak.hal tersebut mempengaruhimasa depan mereka.kasus
infeksi pada orang dewasa biasanya tidak disadari,contoh:kasus pada infeksi
filaria,membutuhkan waktu yang cukup panjang dan infeksi sampai terjadinya
elephants (kaki gajah) beberapa kasus menunjukkan bahwa orang yang
terinfeksi mengetahui bahwa dirinya terkena elephantiasis setelah kakinya
membesar.fenomena infeksi

Fenomena infeksi cacing ini seperti gungig es,yang muncul ke permukaan


kecil,tetapi sebenarnya banyak kasus dan kejadian infeksi cacing yang tidak
terekspos.kita sebagai warga masyarakat kesehatan yang mengetahui tentang
hal ini idealnya turut memberi sumbangan terhadap peningkatan derajat
kesehatan,dalam hal ini adalah menekan kejadian infeksi cacing.penyakit ini
yang sering terjadi sangat menggangu tumbuh kembang anak,sehingga sangat
penting untuk mengenali dan mencegah penyakit cacing pada anak sejak
dini.gangguan yang di timbulkan mulai dari yang ringan tanpa gejala sampai
yang berat bahkan sampai mengancam jiwa.secara umum gangguan
nutrisi/anemia dapat terjadi pada penderita.Hal ini secara tidak langsung akan
mengakibatkan gangguan kecerdasan pada anak.

Sekitar 60% orang Indonesia mengalami infeksi cacing.kelompok umur


terbanyak adalah pada usia 5-14 tahun.Angka prevalensi 60% itu,21% di
antaranya menyerang pada anak usia SD dan rata rata kandungan cacing per-
orang enam ekor.data tersebut diperoleh melalui survey dan penelitian yang
dilakukan di beberapa provinsi pada tahun 2006.Hasil penelitian sebelumnya
(2000-2003),pada 40 SD di 10 provinsi menunjukkan prevalensi antara 2,2%
hingga 96,3%.sekitar 220 juta penduduk Indonesia cacingan dengan kerugian
lebih dari Rp 500 Miliar/setara dengan 20 juta liter per-tahun.Penderita tersebar
di seluruh daerah baik di pedesaan maupun di perkotaan.karna itu,cacingan
masih menjadi masalah kesehatan mendasar di negeri ini.
1.1 Rumusan Masalah

1).Bagaimana taksonomi bakteri serta cara identifikasinya


2).Bagaimana gejala gejala jika manusia mengalami cacingan
3).Bagaimana dampak dari cacingan
4).Bagaimana cara penularan cacing
5).Bagimana cara pencegahan agar terhindar dari penyakit cacingan

1.2 Tujuan
1).Untuk mengetahui adanya taksonomi bakteri serta cara identifikasinya
2).Pembaca dapat memahami dan mengerti apa yang di maksud dengan penyakit
cacingan
3).Dapat mengetahui gejala gejala apa saja yang terdapat pada manusia jika
terkena penyakit cacingan
4).Untuk mengetahui dampak dari penyakit cacingan
5).Untuk mengetahui cara pencegahan untuk menghindari penyakit cacingan.

1.3 Manfaat

Pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai penyakit


cacingan,sehingga dapat mencegah untuk terpapar penyakit cacingan.Makalah ini
juga dapat dijadikan referensi bagi semua orang/pun bagi makalah selanjutnya.
BAB II
ISI
Cacing adalah hewan yang biasanya memiliki tubuh seperti tabung panjang,
tidak punya anggota tubuh bagian luar seperti tangan atau kaki, dan tidak punya
mata.Ukuran cacing bervariasi dari mikroskopis hingga lebih dari 1 meter (3,3 kaki)
untuk cacing polychaete laut (cacing bulu), 6.7 meter (22 kaki) untuk cacing tanah
raksasa Afrika (Microchaetus rappi), dan 58 meter ( 190 ft) untuk cacing nemertean laut
(bootlace worm) dengan nama latin Lineus longissimus.Berbagai jenis cacing memiliki
titel sebagai parasit, yang biasa hidup di dalam tubuh hewan lain. Cacing umumnya
tinggal di darat atau di bawah, yang lainnya hidup di lingkungan laut dan air tawar.

Cacing adalah anggota dari beberapa filum invertebrata, termasuk


Platyhelminthes (cacing pipih), Annelida (cacing bersegmen), Nemertea (cacing pita),
Nematoda (cacing gelang, cacing kremi, dll.), Sipuncula (cacing tanah), Echiura
(spoonworms), Acanthocephala (berduri- cacing kepala), Pogonophora (beardworms),
dan Chaetognatha (cacing panah).Cacing juga dapat disebut hama, terutama dalam
terminologi medis ketika merujuk pada cacing parasit, terutama Nematoda (cacing
gelang) dan Cestoda (cacing pita) yang berada di usus inang mereka.Ketika seekor
binatang atau manusia dikatakan “memiliki cacing”, itu berarti ia dipenuhi dengan
cacing parasit, biasanya cacing gelang atau cacing pita. Cacing paru juga merupakan
cacing parasit umum yang ditemukan di berbagai spesies hewan seperti ikan dan
kucing.

Infeksi cacing/biasanya disebut dengan penyakit cacingan termasuk dalam


infeksi yang disebabkan oleh parasite.parasit adalah makhluk kecil yang menyerang
tubuh inangnya dengan cara menempelkan diri (baik diluar/didalam tubuh) dan
mengambil nutrisi dari tubuh inangnya.cacingan biasanya terjadi karna kurangnya
kesaaran akan kebersihan baik terhadap diri sendiri/pun terhadap lingkungan
nya.cacingan dapat menular melalui larva/telur yang tertelan dan masuk ke dalam
tubuh.

Cacing merupakan hewan tidak bertulang yang berbentuk lonjong dan panjang
yang berawal dari larva/telur hingga berubah menjadi bentuk cacing dewasa.cacing
dapat menginfeksi bagian tubuh manapun yang ditinggalinya seperti pada kulit
,otot,paru paru,ataupun usus/saluran pencernaan penyakit cacingan,khususnya pada
anak anak yang sering dianggap sebagai penyakit yang sepele oleh sebagaian besar
kalangan masyarakat.padahal penyakit ini bisa menurunkan tingkat kesehatan pada
anak.di antaranya menyebabkan anemia,IQ menurun,lemas tak
bergairah,ngantuk,malas beraktivitas serta berat badan rendah.Berikut ini ada beberapa
jenis cacing uang yang dapat menyebabkan penyakit:
1.Cacing Gelang (Ascaris lumbricoides)

Cacing gelang atau Ascaris lumbricoides, adalah penyebab penyakit cacingan


yang sering terjadi di negara-negara berkembang dengan iklim tropis dan kondisi
kebersihan lingkungan yang belum baik. Cacing gelang hidup di dalam usus manusia
sebagai parasit, dengan mencuri nutrisi dalam makanan dan selanjutnya beranak-pinak
di sini.

Cacing gelang atau disebut juga nematoda adalah cacing dengan bentuk tubuh
bulat dan panjang. Panjang cacing gelang bisa bervariasi dari beberapa milimeter
hingga dua meter. Para peneliti memperkirakan ada sekitar 500.000 spesies cacing
gelang. Dari jumlah tersebut diketahui hanya sekitar 60 spesies yang dapat menginfeksi
manusia dan hewan sebagai parasit. Cacing gelang biasanya hidup di usus manusia.
Namun, beberapa spesies cacing gelang dapat berpindah dari usus ke berbagai organ
tubuh lainnya, seperti paru-paru dan saluran pernapasan.

Gejala:

 Mual dan muntah


 Diare
 Penyumbatan usus yang menyebabkan nyeri hebat dan muntah
 Rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut
 Adanya cacing pada tinja
 Kehilangan selera makan
 Penurunan berat badan
 Demam
 Kelelahan
 Gangguan pertumbuhan pada anak-anak karena kurang gizi Batuk atau tersedak
 Napas berbunyi atau sesak napas
 Demam
 Batuk berdarah
 Rasa tidak nyaman atau nyeri di dada.

Penyebab Ascariasis
Ascariasis terjadi bila telur cacing Ascaris lumbricoides masuk ke dalam tubuh.
Telur cacing tersebut dapat ditemukan di tanah yang terkontaminasi oleh tinja manusia.
Oleh karena itu, bahan makanan yang tumbuh di tanah tersebut, dapat menjadi
penyebab ascariasis.Telur yang masuk ke dalam tubuh akan menetas di usus dan
menjadi larva. Kemudian, larva akan masuk ke paru-paru melalui aliran darah atau
aliran getah bening. Setelah berkembang di paru-paru selama satu minggu, larva akan
menuju ke tenggorokan. Pada tahap ini, penderita akan batuk sehingga larva tersebut
keluar, atau bisa juga larva kembali tertelan dan kembali ke usus.
Larva yang kembali ke usus akan tumbuh menjadi cacing jantan dan betina,
serta berkembang biak. Cacing betina dapat tumbuh sepanjang 40 cm, dengan
diameter 6 mm, dan dapat menghasilkan 200.000 telur cacing per hari.Cacing
ascariasis dapat hidup di dalam tubuh hingga 1-2 tahun. Bila tidak diobati, siklus di atas
akan terus berlanjut. Sebagian telur akan keluar melalui feses dan mengkontaminasi
tanah. Sedangkan sebagian telur lain akan menetas, berkembang, dan berpindah ke
paru-paru. Seluruh siklus tersebut dapat berlangsung sekitar 2-3 bulan.

Taksonomi Ascaris lumbricoides, 

Kerajaan: Animalia

Filum: Nematoda

Kelas: Secernentea

Ordo: Ascaridida

Famili: Ascarididae

Genus: Ascaris

Spesies: A. lumbricoides

Nama binomial

Ascaris lumbricoides
B.Morfologi

1. Bentuk
Cacing jantan memiliki panjang sekitar 10-31 cm dan berdiameter 2-4 mm, sedangkan
betina memiliki panjang 20-35 cm dan berdiameter 3-6 mm. Pada cacing jantan
ditemukan spikula atau bagian seperti untaian rambut di ujung ekornya (posterior).
Pada cacing betina, pada sepertiga depan terdapat bagian yang disebut cincin atau
gelang kopulasi. Cacing betina memiliki tubulus dan duktus sepanjang kurang lebih 12
cm dan kapasitas sampai 27 juta telur.
Cacing dewasa hidup pada usus halus manusia. Seekor cacing betina dapat bertelur
hingga sekitar 200.000 telur per harinya. Telur yang telah dibuahi berukuran 50-70 x 40-
50 mikron. Sedangkan telur yang tak dibuahi, bentuknya lebih besar sekitar 90 x 40
mikron. Telur yang telah dibuahi inilah yang dapat menginfeksi manusia. Telur
cacing A. lumbricoides dilapisi lapisan albumin dan tampak berbenjol-benjol. [1]

2.Siklus Hidup

Cacing ini keluar bersama dengan tinja penderita. Jika telur cacing dibuahi
jatuh di tanah yang lembab dan suhunya optimal, telur akan berkembang
menjadi telur yang infektif yang mengandung larva cacing. Untuk menjadi
infektif diperlukan pematangan di tanah yang lembab dan teduh selama 20-
24 hari dengan suhu optimum 30°C. Bentuk ini bila tertelan manusia akan
menetas menjadi larva di usus halus, khusunya pada bagian usus halus
bagian atas. Dinding telur akan pecah kemudian larva keluar, menembus
dinding usus halus dan memasuki vena porta hati. Dengan aliran darah vena,
larva beredar menuju dinding paru, lalu menembus dinding kapiler
menembus masuk dalam alveoli, migrasi larva berlangsung selama 15 hari.
Setelah melalui dinding alveoli masuk ke rongga alveolus, lalu naik ke
trachea melalui bronchiolus dan bronchus.
Dari trachea larva menuju ke faring, sehingga menimbulkan rangsangan
batuk, kemudian tertelan masuk dalam eosofagus menuju ke usus halus,
tumbuh menjadi cacing dewasa. Proses tersebut memerlukan waktu kurang
lebih 2 bulan sejak tertelan sampai menjadi cacing dewasa. Migrasi larva
cacing dalam darah mencapai organ paru disebut “lung migration”. Dua bulan
sejak masuknya telur infektif melalui mulut cacing betina mulai mampu
bertelur dengan jumlah produksi telurnya encapai 300.000 butir perhari.

Bibir lainnya terletak subventral. Selain ukurannya lebih kecil dari betina, cacing
jantan mempunyai ujung posterior yang runcing dengan ekor melengkung ke arah
ventral. Bentuk tubuh cacing betina membulat (conical) dengan ukuran badan yang
lebih besar dan lebih panjang daripada cacing jantan dan bagian ekor yang lurus, tidak
melengkung. Cacing A. lumbricoides memiliki 4 macam telur yang dapat dijumpai di
feses, yaitu telur fertilized egg(telur yang dibuahi), telur unfertilized(telur yang tidak
dibuahi), decorticated (telur yang sudah dibuahi tetapi tidak ada lapisan albuminnya)
dan telur infektif (telur yang mengandung larva). Fertilized egg berbentuk lonjong
berukuran 45-70 mikron x 35-50 mikron dengan kulit telur tak berwarna. Unfertilized egg
dapat ditemukan jika dalam usus penderita jika dalam usus penderita hanya terdapat
cacing betina saja. Bentuk telur ini lebih lonjong dan lebih panjang dibanding ukuran
fertilized egg dengan ukuran sekitar 80-55 mikron. Telur ini tidak mempunyai rongga di
kedua kutubnya.

3.Sifat dan daya tahan

Cacing A. lumbricoides tumbuh di tanah yang lembab dan teduh selama 20-


24 hari dengan suhu optimum 30°C.

4.Cara Pencegahan

 Selalu mencuci tangan dengan air bersih dan sabun tiap sebelum makan,
sebelum memasak dan menyediakan makanan, setelah buang air besar, dan
setelah menyentuh tanah.
 Cuci buah dan sayuran hingga bersih sebelum dikonsumsi.
 Pastikan masakan benar-benar matang sebelum dikonsumsi.
 Usahakan hanya minum air dalam kemasan yang masih disegel ketika
bepergian. Jika tidak tersedia, masaklah air hingga mendidih sebelum
meminumnya.

5.Pengobatan

 Mebendazole. Mebendazole diresepkan pada pasien usia 1 tahun ke atas,


dengan dosis 2 kali sehari untuk 3 hari. Sejumlah efek samping yang dapat
muncul akibat penggunaan obat ini meliputi diare, ruam kulit, dan sering buang
angin.
 Piperazine. Piperazine diresepkan pada bayi usia 3-11 bulan, dengan 1 dosis
tunggal. Efek samping obat ini antara lain sakit perut, diare, mual, muntah, dan
kolik.
 Albendazole. Obat ini dianjurkan untuk dikonsumsi 2 kali sehari. Sakit perut,
mual, muntah, pusing, serta ruam kulit adalah beberapa efek samping yang
dapat dialami setelah meminum albendazole.
6.Proses Penularan

Cara penularan Ascariasis terjadi melalui beberapa jalan yakni telur


infektif A.lumbricoides yang masuk ke dalam mulut bersamaan dengan makanan
dan minuman yang terkontaminasi, melalui tangan yang kotor tercemar terutama
pada anak, atau telur infektif yang terhirup udara bersamaan dengan debu. Pada
keadaan telur infektif yang terhirup oleh pernapasan, telur tersebut akan
menetas di mukosa alat pernapasan bagian atas dan larva akan segera
menembus pembuluh darah dan beredar bersama aliran darah (Soedarto, 2009).
Cara penularan Ascariasis juga dapat terjadi melalui sayuran dan buah karena
tinja yang dijadikan pupuk untuk tanaman sayur-mayur maupun buah-buahan
(Sutanto dkk., 2008; Duc dkk, 2013)

2.Cacing Kremi (Enterobius vermicularis)

Cacing kremi adalah infeksi parasit yang berukuran kecil, sekitar 2-13 mm, dan
menyerang usus besar manusia. Penularan cacing kremi terjadi melalui sentuhan
langsung dengan kulit atau benda yang terkontaminasi cacing kremi.Di tubuh manusia,
cacing kremi dapat berkembang biak dan menimbulkan gejala berupa gatal, nyeri, dan
ruam pada anus. Ketika cacing kremi dalam tubuh seseorang terus bertambah banyak,
hal itu dapat memicu komplikasi seperti infeksi saluran kemih atau radang vagina.
Cacing kremi adalah jenis cacing yang bersifat parasit dan menyerang atau
menjangkiti usus besar manusia. Parasit ini memiliki karakteristik fisik yang sekilas
terlihat seperti benang dan berwarna putih. Cacing kremi memiliki nama
latin Enterobius vermicularis, dan memiliki rata-rata panhang tubuh 5–13 milimeter.
Selain itu, parasit ini bisa dilihat pada tinja (feses) atau sekitar lubang anus si pengidap
cacing kremi. Karena cacing ini menaruh telur-telurnya pada lipatan di sekeliling anus
saat pengidap tertidur.
Umumnya, infeksi yang ditimbulkan oleh cacing kremi tidak akan menimbulkan kondisi
medis yang serius. Namun, cacing kremi bisa naik ke area anal menuju ke vagina,
uterus, tuba falopi, dan sekitar organ pada pinggul. Meskipun jarang terjadi, komplikasi
seperti peradangan lapisan dinding dalam uterus (endometris) dan peradangan vagina
(vaginitis) mengancam si pengidap. Penyakit ini dapat menulari siapapun, namun yang
seringkali terinfeksi adalah anak kecil. Hal ini bisa disebabkan karena mereka belum
bisa menjaga pola hidup bersih dan sehat dan tubuhnya masih rentan terhadap
penyakit.

Gejala:

 Gatal pada bagian anus, terutama saat malam hari.


 Tidur terganggu karena gatal yang dialami.
 Anus terasa sakit dan terdapat ruam.
 Nyeri perut.
 Mual.

Penyebab:

Infeksi cacing kremi disebabkan oleh transmisi atau perpindahan telur


cacing melalui rute fekal-oral atau melalui kotoran maupun lewat mulut.
Perpindahan bisa tegrjadi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Misalnya melalui tangan yang terkontaminasi, obyek seperti baju yang kotor,
mainan, seprai, dan sebagainya.

Taksonomi Enterobius vermicularis

Kerajaan Animalia

Filum Nematoda

Kelas Secernentea

Ordo Ascaridida

Famili Oxyuridae

Genus Enterobius

Spesies

Enterobius vermicularis (Linnaeus, 1758)[1]

Enterobius anthropopitheci (Gedoelst, 1916)

Enterobius gregorii (Hugot, 1983) (disputed)


B.Morfologi
1. Bentuk

Betina dewasa memiliki ujung posterior runcing tajam, panjang 8 sampai 13 mm,


dan tebal 0,5 mm.Jantan dewasa jauh lebih kecil, berukuran panjang 2 sampai 5
mm dan tebal 0,2 mm, dan memiliki ujung posterior yang
melengkung.Telurnya tembus cahaya dan memiliki permukaan yang melekat
pada benda.Telur berukuran 50 hingga 60 μm kali 20 hingga 30 μm, dan
memiliki cangkang tebal yang rata di satu sisi. Ukuran kecil dan warna telur
membuatnya tidak terlihat dengan mata telanjang, kecuali dalam gumpalan
ribuan telur yang hampir tidak terlihat. Telur mungkin berisi embrio
yang sedang berkembang atau larva cacing kremi yang sudah berkembang
sempurna.Larva tumbuh hingga panjang 140–150 μm.

2.Siklus Hidup

Seluruh siklus hidup, dari telur hingga dewasa, terjadi di saluran pencernaan
manusia dari satu inang,dari sekitar 2-4 minggu atau sekitar 4-8 minggu. 
Siklus hidup dimulai dengan menelan telur.Telur menetas di duodenum (yaitu, bagian
pertama dari usus kecil ).Larva cacing kremi yang muncul tumbuh dengan cepat hingga
berukuran 140 hingga 150 μm,dan bermigrasi melalui usus kecil menuju usus
besar.Selama migrasi ini, mereka berganti bulu dua kali dan menjadi dewasa.Betina
bertahan selama 5 sampai 13 minggu, dan jantan sekitar 7 minggu.Cacing kremi jantan
dan betina kawin di ileum (yaitu, bagian terakhir dari usus kecil),setelah itu cacing kremi
jantan biasanya mati,dan pingsan bersama tinja.Cacing kremi betina hamil menetap
di ileum , sekum (yaitu, awal dari usus besar ), usus buntu dan kolon asendens,dimana
mereka menempel pada mukosa dan menelan isi kolon.
Hampir seluruh tubuh betina hamil terisi dengan telur.Perkiraan jumlah telur pada
cacing kremi betina yang hamil berkisar dari sekitar 11.000 hingga 16.000.Proses
bertelur dimulai sekitar lima minggu setelah telur cacing kremi pertama kali dikonsumsi
oleh inang manusia.Cacing kremi betina yang sedang hamil bermigrasi melalui usus
besar menuju rektum dengan kecepatan 12 hingga 14 cm per jam.Mereka muncul
dari anus , dan saat bergerak di kulit dekat anus, cacing kremi betina menyimpan telur
baik melalui (1) berkontraksi dan mengeluarkan telur, (2) sekarat dan kemudian hancur,
atau (3) tubuh pecah karena kepada tuan rumah yang menggaruk cacing.Setelah
menyimpan telur, betina menjadi buram dan mati.Betina keluar dari anus untuk
mendapatkan oksigen yang diperlukan untuk pematangan telur.

Siklus hidup dimulai dengan keluarnya cacing betina yang grafid bermigrasi
kedaerah perianal /anus pada waktu malam hari kemudian bertelur dengan cara
kotraksi uterus dan melekat pada daerah tersebut (migrasi ini disebut “ Nocturnal
migration”) Telur tersebut bisa menjadi larva infektif terutama pada suhu 23º – 46 º C.
(Soejoto dkk, 1996). Telur cacing kremi dalam waktu 6 jam setelah dikeluarkan akan
menjadi telur yang infektif dapat menetas menjadi larva dan masuk kembali kedalam
usus besar (retrofeksi). Telur cacing yang infektif dapat bertahan lama, dapat
mengkontaminasi lewat makanan, pakaian, tangan karena telur Enterobius vermicularis
yang infektif dapat diterbangkan bersama debu kemana-mana.Telur yang masuk ke
mulut, di dalam duodenum akan menetas menjadi larva kemudian dewasa di usus
besar.(Sutanto I dkk, 2008) Infeksi cacing kremi terjadi bila menelan telur matang atau
bila larva dari telur yang menetas di daerah perianal berimigrasi kembali ke usus besar.
Bila telur matang yang tertelan, telur menetas di duodenum dan larva rabditiform
berubah dua kali setelah menjadi dewasa di yeyunum dan bagian atas ileum.
(Gandahusada S.dkk,2004) Waktu yang diperlukan untuk daur hidupnya, mulai dari
tertelannya telur matang sampai menjadi cacing dewasa gravid yang berimigrasi ke
daerah perianal berlangsung 2 minggu sampai 2 bulan. Mungkin daurnya hanya
berlangsung 1 bulan karena telur cacing dapat ditemukan kembali pada anus paling
cepat 5 minggu sesudah pengobatan.Infeksi cacing kremi dapat sembuh sendiri (self
limited). Bila tidak ada reinfeksi, tanpa pengobatanpun infeksi dapat berakhir (Sutanto
I.dkk,2008)

3.Sifat dan Daya tahan

Telur tersebut bisa menjadi larva infektif terutama pada suhu 23º – 46 º C. Telur
cacing yang infektif dapat bertahan lama, dapat mengkontaminasi lewat makanan,
pakaian, tangan karena telur Enterobius vermicularis yang infektif dapat diterbangkan
bersama debu kemana-mana.

4.Cara Pencegahan

 Hindari menggunakan handuk orang lain.


 Mencuci semua baju, sprei, handuk, dan mainan.
 Membersihkan debu di seluruh rumah.
 Bersihkan kamar mandi dan dapur.
 Hindari untuk menyentuh benda yang terkontaminasi dengan telur cacing kremi.
 Hindari makan di kamar tidur.
 Jaga agar kuku-kuku selalu pendek.
 Ajari anak untuk tidak menggigit kuku dan mengisap jari.
 Mandi setiap hari.

5.Pengobatan

 Mebendazole

Mebendazole dapat mematikan cacing secara selektif dan permanen dengan


menghalangi asupan gula (glukosa) dan nutrisi lain yang biasanya diambil oleh
cacing di usus manusia.
 Pyrantel pamoate

Pyrantel pamoate adalah obat anticacing yang diberikan untuk mencegah cacing
tumbuh dan berkembangbiak. Obat ini bekerja dengan menghambat
kolinesterase, serta mengakibatkan kelumpuhan dan kejang pada cacing.

 Albendazole

Albendazole bekerja dengan cara menghalangi cacing agar tidak menyerap


glukosa, sehingga cacing kehilangan energi dan mati. 
Penderita biasanya akan mengalami efek samping ringan pada pencernaan saat
mengonsumsi obat-obat tersebut. Pasien biasanya membutuhkan setidaknya 2 dosis
untuk menghilangkan cacing kremi sepenuhnya.

6.Proses Penularan

 Penularan dari tangan ke mulut sesudah menggaruk darerah sekitar anus


 Penularan dari tangan dapat menyebarkan telur kepada orang lain karena
memegang benda-benda lain yang terkontaminasi telur cacing ini
 Telur cacing dapat ditemukan di debu ruangan sekolah, asrama, kavetaria, dan
lainnya. Telur cacing di debu ini akan mudah diterbangkan oleh angin dan dapat
tertelan
 Telur yang telah menetas di sekitar anus dapat berjalan kembali ke usus besar
melalui anus. 
3.Cacing Pita (Taenia)

Taenia merupakan salah satu marga cacing pita yang termasuk


dalam kerajaan Animalia, filum Platyhelminthes, kelas Cestoda, bangsa Cycl
ophyllidea, suku Taeniidae.[1] Anggota-anggotanya dikenal
sebagai parasit vertebrata penting yang menginfeksi manusia, babi, sapi,
dan kerbau.[1]
Cacing pita juga dikenal dengan nama Cestodes. Salah satu spesies
cacing pita yang dapat menginfeksi manusia adalah Taenia
saginata. Tubuhnya bertekstur rata, menyerupai pita dan memiliki ruas-ruas
pada tubuhnya. Cacing pita dewasa panjangnya bisa mencapai 25 meter dan
hidup dalam rentang waktu 30 tahun. Mengonsumsi makanan atau air yang
mengandung larva atau telur cacing pita merupakan penyebab
terjadinya infeksi cacing pita.
Cacing pita juga dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
konsumsi daging sapi, babi, dan ikan yang tidak dimasak sampai matang.
Telur cacing pita yang masuk ke dalam sistem pencernaan dapat menetas
sehingga menyebabkan infeksi usus. Sementara itu, telur cacing pita yang
berhasil keluar dari saluran pencernaan dapat memasuki jaringan tubuh atau
organ lain hingga menyebabkan infeksi dan membentuk kantung berisi cacing
di lokasi tersebut.
Selama ini banyak orang yang tahu bahwa cacing pita hanya menular
melalui konsumsi daging yang kurang matang. Padahal, cacing pita juga bisa
masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang telah terkontaminasi
telur atau larva cacing pita.
Cacing pita terbilang mengerikan karena bisa tumbuh di dalam tubuh
manusia hingga berukuran 15 cm dan hidup selama 30 tahun.
Gejala yang ditimbulkan bisa berupa demam, timbulnya benjolan atau
kista, reaksi alergi, sesak napas, hingga gejala gangguan saraf seperti sakit
kepala, kejang, dan koma jika infeksi cacing pita menyebar ke otak.gejala
yang dapat terjadi ketika mengalami infeksi cacing pita di usus antara
lain mual, sakit perut, lemas, kehilangan nafsu makan, diare, berat badan
turun, dan mengalami masalah dalam penyerapan nutrisi makanan.
Penyebab utama infeksi cacing pita adalah makanan atau air yang
terkontaminasi. Jika memakan makanan yang mengandung telur atau larva,
mereka akan masuk ke dalam tubuh melalui usus. Kalau beruntung, telur dan
cacing keluar dengan sendirinya dan terbuang melalui kotoran. Kalau tidak,
mereka akan tinggal dan menyebabkan gejala di dalam tubuh pasien

Taksonomi

Kerajaan Animalia
Filum Platyhelminthes
Kelas Cestoda
Ordo Cyclophyllidea
Famili Taeniidae
Genus Taenia Linnaeus, 1758
Tata nama
Sinonim takson Cysticercus (en)
Hydatigera (en)
Multiceps (en)
Taeniarhynchus (en)
Coenurus (en)
Spesies
Taenia crassiceps
Taenia pisiformis
Taenia saginata
Taenia solium
Taenia asiatica
Taenia taeniaeformis

B.Morfologi
1. Bentuk
2.Siklus Hidup

Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam usus manusia yang merupakan
induk semang definitive.Segmen tubuh Taenia yang telah matang dan
mengandung telur keluar secara aktif dari anus manusia atau secara pasif
bersama-sama feses manusia.Bila inang definitif (manusia) maupun inang
antara (sapi dan babi) menelan telur maka telur yang menetas akan
mengeluarkan embrio (onchosphere) yang kemudian menembus dinding
usus.Embrio cacing yang mengikuti sirkulasi darah limfa berangsur-angsur
berkembang menjadi sistiserkosis yang infektif di dalam otot tertentu.Otot
yang paling sering terserang sistiserkus yaitu jantung, diafragma, lidah, otot
pengunyah, daerah esofagus, leher dan otot antar tulang rusuk.

Infeksi Taenia dikenal dengan istilah taeniasis dan sistiserkosis.Taeniasis


adalah penyakit akibat parasit berupa cacing pita yang tergolong dalam
genus Taenia yang dapat menular dari hewan ke manusia, maupun
sebaliknya.Taeniasis pada manusia disebabkan oleh spesies Taenia solium
atau dikenal dengan cacing pita babi, sementara Taenia saginata dikenal
juga sebagai cacing pita sapi.Sistiserkosis pada manusia adalah infeksi
jaringan oleh bentuk larva Taenia (sistiserkus) akibat termakan telur cacing
Taenia solium (cacing pita babi).
Cacing pita babi dapat menyebabkan sistiserkosis pada manusia,
sedangkan cacing pita sapi tidak dapat menyebabkan sistiserkosis pada
manusia.Kemampuan Taenia asiatica dalam menyebabkan sistiserkosis
belum diketahui secara pasti.Terdapat dugaan bahwa Taenia asiatica
merupakan penyebab sistiserkosis di Asia.Manusia terkena taeniasis
apabila memakan daging sapi atau babi yang setengah matang yang
mengandung sistiserkus sehingga sistiserkus berkembang menjadi
Taenia dewasa dalam usus manusia.Manusia terkena sistiserkosis bila
tertelan makanan atau minuman yang mengandung telur Taenia
solium.Hal ini juga dapat terjadi melalui proses infeksi sendiri oleh individu
penderita melalui pengeluaran dan penelanan kembali makanan.

3.Sifat Dan Daya Tahan


4.Cara Pencegahan

 Untuk mematikan telur cacing pita, bekukan daging pada suhu minus 35 derajat
Celcius selama 24 jam.
 Konsumsi daging dan ikan yang dimasak hingga matang, dengan suhu dalam
daging minimal 65 derajat Celcius.
 Cuci bersih sayur dan buah. Jika perlu, olah sayur dengan merebus dan
memasaknya hingga matang.
 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan dengan menerapkan pola hidup bersih
dan sehat (PHBS).
 Mengonsumsi obat cacing setiap tahun untuk mencegah infeksi dan penyebaran
cacing.
 Jika binatang peliharaan Anda menderita infeksi cacing pita, pastikan diobati
dengan baik. Sedapat mungkin, hindari kontak langsung selama pengobatan.
 Hindari mengonsumsi daging, ikan, dan daging babi yang tidak matang
sempurna.
 Cuci dan masaklah semua buah-buahan serta sayuran sebelum dimakan.
 Bagi yang memiliki peternakan, buanglah kotoran hewan dan manusia dengan
benar, agar tidak mencemari makanan dan minuman.
 Harap berhati-hati saat mengonsumsi makanan dan minuman ketika berada di
kawasan rawan cacing pita (biasanya di negara berkembang).
 Masaklah daging hingga benar-benar matang.
 Cucilah tangan dengan sabun sebelum dan sesudah mengolah makanan,
sebelum makan, dan setelah keluar dari toilet.

5.Pengobatan

Pada beberapa kasus, pengidap taeniasis bisa sembuh tanpa pengobatan.


Cacing pita akan keluar dari tubuh dengan sendirinya. Untuk menangani taeniasis,
biasanya dokter akan meresepkan beberapa obat-obatan untuk membasmi cacing pita
dewasa saja. Untuk infeksi invasif akan ditangani berdasarkan lokasi dan efek infeksi.

6.Proses Penularan

 Penularan melalui daging hewan yang dikonsumsi sehari-hari


seperti daging sapi, kerbau dan babi. Ketiga hewan tersebut
memang terbukti mengandung larva cacing pita atau sistisekus.

 Makanan, minuman dan lingkungan yang tidak bersih dan


memungkinkan tercemar oleh telur cacing pita tersebut.

 Penularan terhadap penderita di mana tinjanya yang mengandung


telur cacing pita atau segmen tubuh (prolglotid)
4.Cacing Pipih (Platyhelminthes)
Cacing ini hidup di darah, usus, atau jaringan tubuh manusia. Sebenarnya cacing
pipih lebih banyak menginfeksi hewan daripada manusia. Namun, jika Anda sering
mengonsumsi sayuran mentah, terutama selada air, Anda berisiko terinfeksi cacing
ini.Telur cacing pipih juga bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui air minum yang
terkontaminsi telur cacing.

infeksi cacing pipih, juga disebut skistosomiasis. Infeksi cacing pipih adalah
penyakit yang disebabkan oleh parasit cacing yang menempel pada kulit manusia
kemudian masuk ke dalam tubuh dan berkembang dalam darah. Infeksi cacing ini
banyak ditemukan pada daerah tanpa sumber air yang bersih. 

Banyak orang terkena infeksi skistosomiasis karena melakukan kontak langsung


pada air yang telah terkontaminasi larva cacing dari siput air tawar. Maka itu, penyakit
ini juga dikenal dengan nama demam siput. Infeksi ini dapat menyerang beberapa
bagian tubuh seperti paru-paru, sumsum tula Skistosomiasis sebenarnya dapat
dicegah dan tidak langsung berakibat fatal. Namun, jika tidak segera ditangani
dapat mengakibatkan kerusakan organ secara serius. Lebih parahnya lagi, bila
menyerang anak-anak maka dapat mengakibatkan adanya masalah pada
pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak.ng belakang, otak, dan hati.

Gejala:

 Demam
 Nyeri otot
 Batuk
 Gangguan pencernaan, seperti sakit perut, diare, dan BAB berdarah
 Kelelahan
 Pusing
 Berat badan menurun
 Pembesaran hati atau limpa

Penyebab skistosomiasis adalah infeksi cacing pipih yang


disebut schistosoma. Cacing ini hanya bisa hidup dalam air tawar, seperti
sungai atau danau.
Taksonomi Platyhelminthes 

Superkerajaan Eukaryota

Kerajaan Animalia

Superfilum Spiralia

Filum Platyhelminthes

Gegenbaur, 1859

Kelas

Turbellaria

Trematoda

Cestoda

Monogenea

B.Morfologi
1. Bentuk
Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir
microskopis hingga yang panjangnya 160 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral
dengan bentuk pipih.Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh
yang paling sederhana.

2.Siklus Hidup
Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit.Platyhelminthes yang
hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya
seperti sisa organisme.Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh
inangnya.Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan
tempat-tempat yang lembab.Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh
inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

3.Sifat dan Daya tahan

4.Cara Pencegahan

 Jangan berenang atau berendam dalam air tawar, seperti di danau atau sungai.
Bila ingin berenang, Anda bisa melakukannya di laut atau kolam renang yang
mengandung klorin untuk mengurangi risiko infeksi.
 Perhatikan air minum Anda. Pastikan kebersihan air sebelum mengonsumsinya.
Anda bisa merebus air hingga mendidih, lalu menyaringnya sebelum
meminumnya.

5.Pengobatan

Pengobatan skistosomiasis oleh dokter umumnya akan dilakukan dengan


pemberian:

 Obat antiparasit bernama praziquantel

Praziquantel akan membunuh cacing-cacing yang ada dalam tubuh penderita.


Obat ini sangat efektif untuk memberantas cacing yang telah dewasa.Karena itu,
pengobatan ini bisa saja ditunda sampai beberapa minggu setelah terinfeksi,
atau kembali diulang pada beberapa minggu setelah Anda mendapatkan dosis
pertama.

 Obat steroid

Obat ini dapat digunakan untuk menghilangkan gejala skistosomiasis akut, serta
skistosomiasis yang telah berdampak pada otak atau sistem saraf.Bila
berlangsung jangka panjang (kronis) tanpa pengobatan, skistosomiasis dapat
menyebabkan kerusakan serius pada hati, kandung kemih, paru-paru, dan usus.
Gejala-gejala yang bisa muncul meliputi peradangan, serta luka pada hati,
kandung kemih, dan usus.Anak-anak yang terinfeksi skistosomiasis secara
berulang dapat mengalami anemia atau kurang gizi. Penyakit ini juga dapat
menyebabkan kesulitan belajar pada anak. Jika tidak diobati, skistosomiasis
dapat menyebabkan kejang atau peradangan pada tulang belakang. Apabila
telur parasit telah masuk ke otak atau sumsum tulang belakang, kelumpuhan
bisa saja terjadi, bahkan kematian.

6.Proses Penularan

Penularan skistosomiasis umumnya terjadi apabila terjadi kontak dengan air


yang telah terkontaminasi. Misalnya ketika Anda berenang di sungai atau mandi air
sungai. Namun tidak bisa menular langsung dari manusia ke manusia.

5.Cacing Tambang (Necator americanus dan Ancylostoma duodenale)

Infeksi cacing tambang adalah penyakit yang disebabkan oleh masuknya cacing


tambang ke dalam tubuh. Terdapat dua jenis cacing tambang yang sering
menyebabkan infeksi pada manusia, yaitu Ancylostoma duodenale dan Necator
americanus.Infeksi cacing tambang terjadi saat larva cacing masuk ke dalam tubuh
setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi. Infeksi ini juga
bisa terjadi jika cacing tambang masuk ke dalam tubuh melalui kulit saat
bersentuhan langsung dengan tanah yang terkontaminasi cacing tambang.
Telur cacing tambang bisa masuk ke dalam tubuh manusia melalui pori-pori kulit.
Jka Anda berjalan tanpa alas kaki di atas tanah atau media yang menjadi habitat
larva cacing tambang, kesempatan cacing untuk masuk ke dalam tubuh Anda
dengan menembus kulit sangat besar. Penyakit ini sering ditemukan di negara-
negara berkembang yang memiliki sistem sanitasi yang buruk, termasuk Indonesia.

Gejala:

 Sakit perut
 Diare
 Nafsu makan menurun
 Berat badan menurun
 Mual
 Demam
 BAB berdarah
 Anemia

Penyebab:
Infeksi cacing tambang disebabkan oleh masuk dan berkembangnya cacing
tambang di dalam tubuh. Jenis cacing tambang yang sering menyebabkan infeksi pada
manusia adalah Ancylostoma duodenale dan Necator americanus.Larva cacing
tambang akan masuk ke tubuh saat mengonsumsi makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Selanjutnya, larva cacing tambang akan masuk ke sistem percernaan,
berubah menjadi cacing dewasa dan berkembang biak di usus. Hal ini selanjutnya akan
menimbulkan gejala dan keluhan.
 Telur yang dihasilkan cacing tambang saat berada di usus akan keluar bersama
feses. Pada lingkungan dengan sanitasi yang buruk, feses yang mengandung
telur cacing tambang ini akan mengontaminasi tanah dan air yang ada di
sekitarnya. Cacing tambang merupakan golongan soil transmited helmint yang
dapat hidup di tanah yang lembab, hangat, dan terhindar dari sinar matahari
langsung. Necator americanus dan Ancylostoma duodenale. Kedua jenis cacing
tambang ini menyebabkan penyakit jika seseorang secara tidak disengaja
menelan telur cacing tersebut.
 Ancylostoma brazilienze dan Ancylostoma caninum. Kedua cacing ini berasal
dari kotoran anjing atau kucing. Cacing ini masuk ke dalam tubuh seseorang
dalam bentuk larva yang menembus kulit tungkai bawah.

Taksonomi Necator americanus dan Ancylostoma duodenale


Kerajaan: Animalia
Filum: Nematoda
Kelas: Secernentea
Ordo: Strongiloidae
Famili: Ancylostomatidae
Genus: Necator/Ancylostoma
Spesies
N. americanus
A. duodenale

B.Morfologi
1. Bentuk
Cacing dewasa Necator Americanus berbentuk silinder dengan ujung anterior
melengkung tajam ke arah dorsal (Seperti huruf"S").panjang cacing jantan 7-
8mm dengan diameter 0,3mm, sedangkan cacing betina panjangnya 9-11mm
dengan diameter 0,4mm.Pada rongga mulut terdapat bentukan semilunar cutting
plates (yang membedakannya dengan Ancylostoma duodenale). pada ujung
posterior cacing jantan terdapat bursa copulatrix dengan sepanjang
spiculae.ujung posterior cacing betina dan terdapat vulva.
Cacing Dewasa Ancylostoma duodenale berbentuk silindris dan relatif
gemuk, lengkung tubuh seperti huruf"C". panjang cacing jantan 8-11mm dengan
diameter 0,4-0,5mm,sedangkan cacing betina panjangnya 10-13mm dengan
diameter 0,6mm.dalam rongga mulut terdapat 2 pasang gigi ventral,gigi sebelah
luar berukuran lebih besar.ujung posterior cacing betina tumpul dan yang jantan
mempunyai bursa copulatrix.
Telur Necator Americanus dan Ancylostoma duodenale sukar di
bedakan.telur ini berukuran 50-60x40-45 mikron.bentuinya bulat lonjong,
berdinding tipis.antara massa telur dan dinding telur terdapat ruangan yang
jernih.pada tinja segar,telur berisi massa yang terdiri 1-4 sel
(Pusarawati,2014).Telur kedua cacing ini sulit di bedakan satu Sama lain.telur
berbentuk lonjong/eklips dengan ukuran sekitar 65x40 mikron.telur yang tidak
berwarna ini memiliki dinding tipis yang tembus sinar dan mengandung embrio
dengan 4 blastomer.telur cacing tambang mempunyai ukuran 56-60x36-40
mikron berbentuk bulat lonjong, berdinding tipis.di dalamnya terdapat 1-4 sel
telur dalam sedian tinja segar.
2.Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di rongga usus halus,dengan mulut yang besar melekat
pada mukosa dinding usus.cacing betina Necator Americanus setiap hari
mengeluarkan telur kira kira 9000 butir, sedangkan Ancylostoma duodenale
mengeluarkan telur tiap harinya kira kira 10.000 butir.cacing betina berukuran
panjang kurang lebih 1cm,cacing jantan kurang lebih 0.8cm.bentuk badan
Necator Americanus menyerupai huruf"S",sedangkan Ancylostoma duodenale
menyerupai huruf"C".cacing Necator Americanus mempunyai benda
kitin,sedangkan pada Ancylostoma duodenale ada 2 pasang gigi.cacing jantan
mempunyai bursa kopulariksi.(Arjatmo Tjokronegoro,2000).
Telur akan di keluarkan bersama tinja dan setelah menetas,dalam waktu 1-
1.5 hari keluarlah larva rabditiform.dalam waktu kira kira 3 hari larva rabditiform
tumbuh menjadi larva filariform,yang dapat menembus kulit dan dapat hidup
selama 7-8 Minggu di tanah.
Telur menjadi larva rabditiform kemudian larva filariform menembus kulit
masuk kapiler darah menyebar ke jantung kanan,paru
paru,bronkus,trakea,laring,dan usus halus.(Arjatmo Tjokronegoro,2000).
3.Sifat dan Daya tahan
4.Cara Pencegahan

 Meminum air bersih yang bebas risiko kontaminasi.


 Mengonsumsi makanan yang bersih dan matang.
 Menggunakan alas kaki ketika keluar rumah.
 Mencuci tangan secara rutin menggunakan sabun dan air mengalir.
 Menggunakan alas kaki bila akan keluar rumah

5.Pengobatan

Untuk infeksi cacing tambang di saluran pencernaan, pengobatan utamanya dengan


obat cacing yang mengandung Albendazole, Mebendazole, atau Pirantel Pamoat. Obat
hanya diminum satu kali saja.

Sementara itu, untuk infeksi cacing tambang di kulit, pengobatannya dapat


menggunakan krim oles Tiabendazole, Albendazole tablet, atau semprotan kloretil.

6.Proses Penularan

Cara penularan penyakit cacing tambang adalah melalui larva cacing yang
terdapat di tanah yang menembus kulit (biasanya diantara jari-jari kaki), cacing ini akan
berpindah ke paru kemudian ke tenggorokan dan akan tertelan masuk saluran cerna.
6.Cacing Trikinosis

Trichinosis juga dikenal sebagai trichinellosis adalah penyakit parasit


yang disebabkan oleh cacing gelang dari tipe Trichinella.Selama infeksi awal,
invasi ke usus dapat menyebabkan diare,sakit perut,dan muntah.Migrasi larva ke
otot,yang terjadi sekitar seminggu setelah terinfeksi,dapat
menyebabkan pembengkakan pada wajah,peradangan pada bagian putih
mata,demam,nyeri otot,dan ruam.Infeksi ringan mungkin tanpa gejala.Komplikasi
mungkin termasuk radang otot jantung,keterlibatan sistem saraf
pusat,dan radang paru-paru.
Jenis cacing ini terdapat pada daging matang yang sudah dihinggapi larva
cacing. Setelah masuk ke dalam tubuh, larva berdiam di usus manusia dan
tumbuh menjadi dewasa. Setelah itu larva akan berkembang biak dan berpindah
dari usus ke otot atau jaringan tubuh yang lain.
Gejala: Awalnya diare,sakit perut,muntah,Kemudian bengkak pada wajah
radang pada bagian putih mata,demam,nyeri otot,ruam.
Penyebab:Trichinella dari makan daging setengah matang.
4.Cara Pencegahan
 Memasak daging sepenuhnya
 Gunakan termometer makanan untuk mengukur suhu bagian dalam daging yang
sedang dimasak. Jangan mencicip daging hingga matang seluruhnya.
 Daging giling dan hewan buruan harus dimasak hingga mencapai suhu minimal
71⁰C.
 Daging potongan harus dimasak hingga mencapai suhu minimal 63⁰C.
 Masak daging unggas hingga mencapai minimal suhu 74⁰C.
 Pengawetan dengan garam, pengeringan, pengasapan, atau pemasakan daging
di microwave tidak bisa sepenuhnya membunuh cacing. Dendeng dan sosis
buatan rumahan adalah beberapa penyebab trikinosis yang dilaporkan ke CDC
dalam beberapa tahun terakhir.
 Bekukan daging babi yang tebalnya kurang dari 6 inchi selama 20 hari pada
suhu -15⁰C untuk membunuh cacing yang mungkin ada dalam daging.
 Daging buruan yang dibekukan mungkin masih akan mengandung cacing,
karena spesies cacing yang biasanya menginfeksi hewan liar bisa bertahan
hidup di suhu beku.
 Bersihkan alat penggiling daging serta alat-alat masak lain yang menyentuh
daging secara menyeluruh setiap selesai digunakan.
 Cuci tangan dengan benar setiap habis memasak atau menyentuh daging
mentah.

5.Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang akan menghilangkan infeksi trichinosis. Jika
didiagnosis lebih awal, penyedialayanan medis mungkin meresepkan
thiabendazole (yaitu, Mintezol) untuk mengusir beberapa cacing. Steroid, seperti
prednison, dapat juga digunakan untuk mengontrol gejala.
6.Proses Penularan:
Karena kebiasaan mengonsumsi masakan tradisional dari daging hutan yang
mentah atau setengah matang
7. Cacing cambuk (Trichuris trichiura)

Trichuris trichiura adalah nematoda usus atau cacing usus yang ditularkan
melalui tanah (soil transmitted helminth) yang dapat meyebabkan penyakit
trichuriasis, cacing ini disebut juga Trichocephalus dispar, Whip worm,
Trichocephalus hominis, dan cacing cambuk karena bentuknya yang menyerupai
cambuk.
Gejala : sakit perut diare yang kadang-kadang disertai bercak darah demam
ringan sakit kepala berat badan menurun Pada anak-anak sering terjadi prolapsus recti
(keluarnya mukosa rectum dari anus), hal ini terjadi karena : cacing mengeluarkan
racun yang bersifat melemaskan otot rectum cacing yang merupakan benda asing pada
rectum sehingga menyebabkan otot-otot rectum berusaha mengeluarkan cacing
dengan cara meningkatkan gerakan peristaltic.
Penyebab: Penyakit ini biasanya tersebar ketika orang memakan makanan
atau meminum air yang mengandung telur cacing.Hal ini bisa terjadi bila sayuran
yang terkontaminasi tidak begitu bersih atau tidak dimasak sampai matang.

Taksonomi

Kerajaan Animalia
Filum Nematoda
Kelas Enoplea
Ordo Trichocephalida
Famili Trichuridae
Genus Trichuris
Spesies Trichuris trichiura Edit the value on Wikidata
Linnaeus, 1771

B.Morfologi
1.Bentuk
Cacing dewasa berbentuk seperti cambuk dimana 3/5 dari panjang
tubuhnya (sebelah anterior) tipis seperti benang sedangkan 2/5 bagian (sebelah
posterior) terlihat lebih tebal cacing jantan panjangnya ± 4 cm cacing betina
panjangnya ± 5 cm ujung posterior cacing jantan melingkar / melengkung ke
arah ventral dengan sebuah spicula di ujungnya ujung posterior cacing betina
lurus dan tumpul membulat.
Telur cacing berbentuk oval ukuran : panjang ± 50 μm dan lebar ± 23 μm
dinding 2 lapis : lapisan luar berwarna kekuningan dan lapisan dalam transparan
pada kedua ujung telur terdapat tonjolan yang disebut mucoid plug / polar plug /
clear knop telur berisi embrio.
2.Siklus Hidup
Cacing dewasa hidup di sekum (cecum) tapi pada infeksi yang berat
dapat dijumpai dibagian bawah ileum sampai rectum. Telur keluar bersama tinja,
telur mengandung larva / menjadi infektif dalam waktu 2 – 4 minggu. Apabila
telur tertelan manusia, telur akan menetas menjadi larva di istestinum tenue
kemudian larva menembus villi-villi usus dan tinggal didalamnya selama 3 – 10
hari. Setelah larva tumbuh , kemudian larva turun sampai sekum kemudian
menjadi cacing dewasa. Waktu yang diperlukan sejak tertelannya telur sampai
menjadi cacing dewasa yang siap bertelur kira-kira 90 hari.
3.Sifat dan Daya Tahan
4.Cara Pencegahan :
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum makan Cuci, kupas
atau masak sayuran dan buah-buahan sebelum dimakan Mengajarkan pada
anak-anak jangan bermain ditanah terutama tanah yang kemungkinan terdapat
kotoran manusia.
5.Pengobatan :
Obat untuk trichuriasis adalah mebendazole, dosis tunggal 500 mg dapat
memberikan tingkat kesembuhan dari 40% – 75%. Obat alternatif dari
mebendazole adalah albendazole, tetapi khasiat obat ini sedikit lebih rendah
daripada mebendazole. Suplemen zat besi juga diperlukan jika orang yang
terinfeksi menderita anemia.
6.Proses Penularan:
Cacing ini ditularkan melalui tanah dalam bentuk infektif.

8.Cacing Hati (Fasciola hepatica)

Fasciola hepatica adalah salah satu trematoda hati yang bersifat hermaprodit


yang dapat menimbulkan penyakit fascioliasis. Parasit ini disebut juga dengan Sheep
Liver Fluke. Hospes definitif : manusia, binatang ternak (domba, kambing, sapi, kelinci)
dan rusa.Hospes intermedier 1 : keong air Hospes intermedier 2 : tumbuhan air
Gejala:
 Selama migrasi akan menimbulkan kerusakan parenkim hepar hingga
terjadi nekrosis serta obstruksi / penyumbatan empedu.
 Akibat tekanan, hasil metabolik cacing yang toksik dan migrasi cacing
menimbulkan peradangan adenomateus dan fibrotik di saluran-saluran
empedu sehingga terjadi icterus.
 Di daerah timu tengah didapatkan semacam laryngopharyngitis yang
dikenal dengan “halzoun” yaitu pharyngeal fascioliasis yang disebabkan
cacing dewasa yang ikut termakan bersama hati hewan ternak yang tidak
dimasak.

Penyebab:
Di sebabkan oleh cacing hemaprodit yang cukup besar,berbentuk seperti daun
dengan kutikula berduri.

Taksonomi

Kerajaan Animalia
Filum Platyhelminthes
Kelas Trematoda
Ordo Plagiorchiida
Famili Fasciolidae
Genus Fasciola
Spesies Fasciola hepatica
Linnaeus, 1758

B.Morfologi
1.Bentuk
Cacing dewasa Berbentuk pipih seperti daun dengan bentuk bahu yang
khas, karena adanya cephalic cone (tonjolan konis), sedangkan bagian posterior
lebih besar Ukuran : panjang 20 – 30 mm dan lebar 8 – 13 mm Mempunyai 2
buah batil isap (sucker) yaitu oral sucker dan ventral sucker yang sama besarnya
(diameter ± 1 – 1,5 mm) Tractus digestivus mulai pharynx dajnoesophagus yang
pendek dan khas, intestinal pecah menjadi dua coecum yang berbentuk seperti
huruf Y yang terbalik dan masing-masing coecum bercabang sampai ujung
posterior Testis sebanyak 2 buah dan bercabang-cabang kecil sehingga disebut
Dendritic Ovarium bercabang-cabang terletak dekat testis Kelenjar vitelaria
bercabang-cabang secara merata fi bagian lateral dan posterior Uterus relatif
pendek dan berkelok-kelok.
telur Fasciola hepatica : Telur besar, berbentuk ocal dan beropeculum Ukuran :
panjang 130 -150 μm dan lebar 60 – 90 μm Dinding satu lapis tipis Berwarna kuning
kecoklatan.
2.Siklus Hidup
Telur keluar bersama tinja → menetas di air menjadi mirasidium → masuk ke
hospes perantara 1 (keong air) → berkembang menjadi sporokista → redia 1 → redia 2
→ serkaria → keluar dari hospes perantara 1 → menempel pada hospes perantara 2
(tumbuhan air) → berkembang menjadi meteserkaria → jika tumbuhan air yang
mengandung metaserkaria tertelan hospes definitif → akan terjadi ekskistasi di dalam
duodenum → menembus dinding usus → cavum abdominalis → menembus kapsul
hepar →parenkim hepar → saluran empedu → menetap dan berkembang menjadi
dewasa dalam waktu ± 12 minggu.

3.Sifat dan Daya Tahan


Cacing Ini bersifat hermaprodit yang dapat menimbulkan penyakit fascioliasis.

4.Cara Pencegahan
 Memasak sayuran dengan baik dan masak sebelum dimakan.
 Melakukan pengobatan pada penderita (manusia dan hewan).
 Tidak buang air besar sembarangan terutama di lokasi perairan yang ditumbuhi
tumbuhan air.

5.Pengobatan
Fascioliasis dapat diobati dengan obat triclabendazole yang diberikan
secara per oral dalam 1 atau 2 dosis. Dua dosis terapi triclabendazole diberikan
kepada pasien yang memiliki infeksi berat atau yang tidak merespon terapi dosis
tunggal. Terapi triclabendazole dua dosis diberikan dengan cara pasien
meminum obat 2 dosis masing-masing 10 mg/kg, dipisahkan dalam waktu
dengan 12 sampai 24 jam.
6.Proses Penularan
Hewan bertulang belakang terinfestasi secara tidak sengaja menelan
metasarkaria yang menempel pada tumbuhan air/rumput/air minum yang
mengandung metasarkaria.di dalam usus manusia,parasit keluar dari
kista(ekskistasi)dan bermigrasi dengan menembus dinding usus dan rongga
perut menuju ke hati.selanjutnya menuju dan tinggal di dalam Suran
empedu.proses pendewasaan di dalam hati/kantung empedu memerlukan waktu
2 bulan.telur melewati saluran empedu menuju usus dan keluar ke tanah/air
bersama dengan feses.seluruh siklus hidup memerlukan waktu 5 bulan.

9.Cacing

Anda mungkin juga menyukai