Anda di halaman 1dari 4

Dipylidium caninum

Dipylidium caninum merupakan parasit yang termasuk dalam kelas


cestoda yang sering menginfeksi anjing dan jarang menginfeksi manusia.
Infeksi cacing disebut dipylidiasis dan sering menginfeksi pada anak-anak
terutama yang suka bermain dengan anjing. Hospes definitif cacing ini
adalah anjing dan kucing sedangkan hospes intermediernya golongan
pinjal antara lain Ctenocephalides canis, Ctenocephalides felis, Pulex
irritans, dan kutu anjing Trichodectes canis. Nama lain cacing ini adalah
cacing pita anjing, the double ported dog tape worm, dan Taenia canina.

Morfologi Dipylidium caninum :

Cacing Dewasa : Berukuran panjang 15 – 40 cm dan lebar 2 – 3 mm Pada


scolex terdapat acetabulum, rostelum yang dapat ditonjolkan dan ditarik ke
dalam, dan kait-kait Proglotid membesar ditengahnya berbentuk seperti biji
labu atau timun, pada strobila dijumpai 10 – 175 proglotid Mempunyai 2 set
alat kelamin masing-masing dengan atrium genitalis yang bermuara pada
porus genitalis Porus genitalis dua buah di sisi kanan dan kiri yang
letaknya saling berhadapan (marginal) Uterus terletak ditengah Pada
proglotid gravid berisi kantong telur sebanyak 300 – 400 yang masing-
masing berisi 8 – 15 telur

Telur Dipylidium caninum : Telur berbentuk bulat Ukuran 35 – 50 μm


Dinding dua lapis tipis Telur berkelompok dengan tiap kelompok telur berisi
8 – 15 telur yang terbungkus dalam selaput embrional Berisi hexacanth
embrio atau onkosfer dengan 6 kait.
Siklus Hidup Dipylidium caninum :

Proglotid gravid keluar bersama tinja hospes definitif → proglotid gravid


melepaskan telur yang berkelompok → telur yang berembrio tertelan oleh
hospes intermedier (pada stadium larva) → onkosfer menetas, menembus
dinding usus dan tumbuh menjadi cycticercoid → hospes intermedier pada
stadium tumbuh menjadi kutu dewasa → hospes definitif terinfeksi jika
menelan pinjal yang mengandung cycticercoid → cycticercoid berkembang
menjadi cacing dewasa di usus dalam waktu sekitar 1 bulan.

Penularan :
Penularan biasanya terjadi di peroleh melalui makanan , minuman atau
tangan yang tercemar pinjal anjing atau kucing serta kutu anjing yang
mengandung cysticercoid(Soedarto,2003).
Gejala Klinis :
Sebagian besar infeksi Dipylidium caninum tidak menunjukkan gejala.
Hewan peliharaan dapat menunjukkan perilaku untuk meredakan gatal di
dubur dengan cara menggesek daerah dubur dengan tanah atau rumput.
Gangguan gastrointestinal ringan dapat terjadi. Bagian proglotid dapat
ditemukan di daerah perianal, di tinja, popok, dan kadang-kadang di lantai
dan kursi. Proglotid bersifat motil (dapat bergerak dengan sendirinya)
ketika baru dikeluarkan dan sering salah dikira sebagai belatung atau larva
lalat.
Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan proglotid gravid atau kantong
telur pada pemeriksaan tinja.
Pencegahan :
Bersihkan hewan peliharaan dari kutu anjing atau kutu kucing. Segera ke
dokter hewan hewan peliharaan menderita infeksi cacing pita. Bersihkan
kotoran hewan peliharaan Anda, terutama di taman bermain dan di tempat
umum dengan cara mengubur tinja, atau dengan menaruhnya di kantong
plastik kemudian dibuang di tempat sampah. Jangan biarkan anak-anak
bermain di tanah yang kemungkinan terdapat kotoran anjing atau kotoran
hewan lainnya. Mengajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan dengan
sabun setelah bermain dengan anjing dan kucing, dan setelah bermain di
luar.
Pengobatan :
Praziquantel, pada orang dewasa dengan dosis 5-10 mg/kg secara oral
dalam terapi dosis tunggal. Praziquantel tidak disetujui untuk pengobatan
anak-anak di bawah 4 tahun tetapi obat ini telah berhasil digunakan untuk
mengobati kasus-kasus infeksi D. caninum pada anak-anak semuda 6
bulan. Niklosamid, untuk pengobatan ulang jika ditemukan proglotid
setelah terapi. Infeksi sembuh sendiri pada manusia dan biasanya hilang
secara spontan setelah 6 minggu.

Anda mungkin juga menyukai