Penularan :
Penularan biasanya terjadi di peroleh melalui makanan , minuman atau
tangan yang tercemar pinjal anjing atau kucing serta kutu anjing yang
mengandung cysticercoid(Soedarto,2003).
Gejala Klinis :
Sebagian besar infeksi Dipylidium caninum tidak menunjukkan gejala.
Hewan peliharaan dapat menunjukkan perilaku untuk meredakan gatal di
dubur dengan cara menggesek daerah dubur dengan tanah atau rumput.
Gangguan gastrointestinal ringan dapat terjadi. Bagian proglotid dapat
ditemukan di daerah perianal, di tinja, popok, dan kadang-kadang di lantai
dan kursi. Proglotid bersifat motil (dapat bergerak dengan sendirinya)
ketika baru dikeluarkan dan sering salah dikira sebagai belatung atau larva
lalat.
Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan dengan menemukan proglotid gravid atau kantong
telur pada pemeriksaan tinja.
Pencegahan :
Bersihkan hewan peliharaan dari kutu anjing atau kutu kucing. Segera ke
dokter hewan hewan peliharaan menderita infeksi cacing pita. Bersihkan
kotoran hewan peliharaan Anda, terutama di taman bermain dan di tempat
umum dengan cara mengubur tinja, atau dengan menaruhnya di kantong
plastik kemudian dibuang di tempat sampah. Jangan biarkan anak-anak
bermain di tanah yang kemungkinan terdapat kotoran anjing atau kotoran
hewan lainnya. Mengajari anak-anak untuk selalu mencuci tangan dengan
sabun setelah bermain dengan anjing dan kucing, dan setelah bermain di
luar.
Pengobatan :
Praziquantel, pada orang dewasa dengan dosis 5-10 mg/kg secara oral
dalam terapi dosis tunggal. Praziquantel tidak disetujui untuk pengobatan
anak-anak di bawah 4 tahun tetapi obat ini telah berhasil digunakan untuk
mengobati kasus-kasus infeksi D. caninum pada anak-anak semuda 6
bulan. Niklosamid, untuk pengobatan ulang jika ditemukan proglotid
setelah terapi. Infeksi sembuh sendiri pada manusia dan biasanya hilang
secara spontan setelah 6 minggu.