Anda di halaman 1dari 18

TUGAS PARASITOLOGI

OPISTORCHIS VIVERRINI

Di Ajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dari Mata Kuliah Parasitologi

Yang Diampu Oleh ibu : dr. Sintya Tanu Wijaya, Sp.PK

Disusun Oleh :

Nurul Nurhanisah 19650284


Abdul Aziz Al-Hakim 19650289
Wahyu Esti Winedhar 19650297
Rosalia Rohmah P 19650298
Ikfi Harisnatul Awallaili Firdausa 19650303
Muhammad Vikri Al-Irsyad 19650305

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KADIRI

PROGRAM STUDI S1-FARMASI 4B

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita hidayah
dan rahmat-Nya agar senantiasa dekat dengan diri-Nya dalam keadaan sehat wal’afiat. Serta
salam dan shalawat kita kirimkan kepada Muhammad SAW, dimana nabi yang membawa
ummat-Nya dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dan telah menjadi
suri tauladan bagi ummat-Nya.

Dalam makalah ini penulis akan membahas masalah mengenai ” OPISTORCHIS


VIVERRINI“ bertujuan untuk mengetahui bagaimana mekanisme siklus hidupnya serta
bahaya-bahaya yang dihasilkan, dan bagaimana pencegahan apabila terjadi gangguan dari
cacing tersebut.

Penulis sangat mengharapkan agar pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan setelah membaca makalah ini. Saran dan kritik yang membangun tetap kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata tiada gading yang tak retak, begitu juga
dengan manusia sendiri.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Kediri, 05 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... ii

BAB I ........................................................................................................................................................ 1

PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2

1.3. Tujuan ..................................................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ......................................................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Opistorchis Viverrini ............................................................................................ 3

2.2. Anatomi Dan Morfologi Opistorchis Viverrini....................................................................... 3

2.3. Siklus Hidup Opistorchis Viverrini......................................................................................... 4

2.4. Contoh Kasus Opistorchis Viverrini ....................................................................................... 5

2.5. Cara Diagnosa dan Pengobatan Opistorchis Viverrin ........................................................... 13

2.6. Pencegahan ........................................................................................................................... 13

BAB III .................................................................................................................................................... 14

PENUTUP ............................................................................................................................................... 14

3.1. Kesimpulan ........................................................................................................................... 14

3.2. Saran ..................................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Trematoda atau disebut juga Cacing Isap adalah kelas dari anggota hewan tak
bertulang belakang yang termasuk dalam filum Platyhelminthes. Jenis cacing
Trematoda hidup sebagai parasit pada hewan dan manusia. Tubuhnya dilapisi dengan
kutikula untuk menjaga agar tubuhnya tidak tercerna oleh inangnya dan mempunyai
alat pengisap dan alat kait untuk melekatkan diri pada inangnya. Contoh anggota
Trematoda adalah Opisthorchis viverrini diamana Perbedaan morfologi dari parasit
ini dengan Opistrochis felineus adalah vitellarianya berkelompok-kelompok dan testis
serta ovariumnya lebih besar ukurannya. Siklus hidup dari Opisthorchis viverrini
mirip dengan Opistorchis felinus hanya berada dalam ukuran yang lebih besar. Infeksi
terjadi dengan makan ikan mentah yang mengandung metaserkia. Di daerah
Muangthai timur laut ditemukan banyak penderita kolangiokarsinoma dan hepatoma
pada penderita opistorkiasis. Hal ini juga karena ada peradangan kronik saluran
empedu dan selain itu berhubungan dengan cara pengawetan ikan yang menjadi
hospes perantara Opistorchis viverrini. Dengan gejala klinis Pada infeksi berat terjadi
diare, rasa nyeri di ulu hati, dan icterus enteng, fibrosis periportal dari hati, terjadi
peradangan pada saluran empedu dengan hyperplasi epitel.

Dalam daur hidup trematoda usus,seperti pada trematoda lain,diperlukan


keong sebagai hospes perantara I, tempat mirasidium tumbuh menjadi
sporokista,berlanjut menjadi redia dan serkaria.serkaria yang dibentuk dari
redia,kemudian melepaskan diri untuk keluar dari tubuh keong dan berenang bebas
dalam air. Tujuan akhir serkario tersebut adalah hospes perantara II, yang dapat
berupa keong jenis yang lebih besar, beberapa jenis ikan air tawar atau tumbuh-
tumbuhan air.Manusia mendapatkan penyakit cacing daun karena memakan hospes
perantara II yang tidak di masak sampai matang.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan Opistorchis Viverrini ?
1.2.2 Bagaimanakah siklus hidup Opistorchis Viverrini ?
1.2.3 Bagaimanakah cara penularan Opistorchis Viverrini ?
1.2.4 Bagaimanakah contoh kasus Opistorchis Viverrini ?
1.2.5 Bagaimanakah cara diagnosa dan pengobatan Opistorchis Viverrini ?
1.2.6 Bagaimanakah pencegahan dari Opistorchis Viverrini ?

1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Opistorchis Viverrini.
1.3.2 Untuk mengetahui siklus hidup Opistorchis Viverrini.
1.3.3 Untuk mengetahui cara penularan Opistorchis Viverrini.
1.3.4 Untuk mengetahui contoh kasus Opistorchis Viverrini.
1.3.5 Untuk mengetahui cara diagnosa dan pengobatan Opistorchis
Viverrini.
1.3.6 Untuk mengetahui pencegahan dari Opistorchis Viverrini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Opistorchis Viverrini


Opisthorchis Viverrini, dikenal dengan cacing hati di Asia Tenggara, adalah
parasit trematoda dari family Opisthorchiidae yang menyerang daerah saluran
empedu. Infeksi diperoleh ketika orang menelan ikan mentah atau setengah matang.
Hal ini menyebabkan opisthorchiasis disebut juga penyakit (clonorchiasis).

Opisthorchis Viverrini (bersama-sama dengan Clonorchis sinensis dan


Opisthorchis felineus) adalah salah satu dari tiga spesies yang paling penting dalam
dunia medis family Opisthorchiidae. Bahkan Opisthorchis Viverrini dan Clonorchis
sinensis mampu menyebabkan kanker pada manusia, dan diklasifikasikan oleh Badan
Internasional untuk Penelitian Kanker sebagai karsinogen biologis kelompok 1 pada
tahun 2009 Opisthorchis Viverrini endemik di seluruh Thailand, Republik
Demokratik Rakyat Laos, Vietnam dan Kamboja, di Thailand Utara itu
didistribusikan secara luas, dengan prevalensi tinggi pada manusia, sedangkan di
Central Thailand ada tingkat rendah prevalensi. Penyakit opisthorchiasis (yang
disebabkan oleh Opisthorchis viverrini) tidak terjadi di Thailand selatan.

2.2. Anatomi Dan Morfologi Opistorchis Viverrini


Opistorkiasis ( infeksi yang disebabkan oleh cacing Opistorchis) menimbulkan
penyakit yang gejala dan keluhannya mirip klonorkiasis. Opistorchis viverrini
endemis di Thailand, Kamboja dan Laos.

 Hospes defenitif : Manusia, kucing, anjing


 Hospes perantara : 1. Siput ( Bulimus )
2. Ikan air tawar ( Cyprinidae )
 Bentuk imfektif : Metacercaria
 Nama penyakit : Opistorkiasis
 Habitat : Saluran empedu dan saluran pancreas
 Reservoir : kucing dan anjing.

3
Cara infeksi : makan ikan yang mengandung metaserkaria yg dimasak kurang
matang

2.2.1 Cacing dewasa


 Berbentuk seperti pisau bedah, panjang badan antara 7-12 mm danlebar
badan antara 2– 3 mm.
 Berwarna kemerah merahan.
 Kulit halus, bagian posterior membulat.
 Mempunyai 2 alat isap yaitu alat isap mulut ( oral sucker ) dan alatisap
perut ( ventral sucker ) yang sama besarnya.
 Uterus berlobus dan berbentuk melingkar terletak di pertenghan tubuh.
 Mempunyai 2 testis yang juga berlobus.
 Mempunyai kelenjar vitellin yang terletak di sepertiga tubuh bagiantengah.

2.2.2 Telur
 Telur mirip telur cacing Clonorchis sinensis berbentuk oval sepertikendi
lebih kecil
 Telur berukuran sekitar 26 × 13 mikron.
 Ujungnya lebih menyempit dari pada Clonorchis sinensis.
 Overkulum besar.
 Bagian posterior menebal.
 Isi telur mirasidium yang matang

2.3. Siklus Hidup Opistorchis Viverrini


Siklus hidup dari Opisthorchis viverrini adalah dari terinfeksi dengan makan
ikan mentah yang mengandung metaserkia. Di daerah Muangthai timur laut
ditemukan banyak penderita kolangiokarsinoma dan hepatoma pada penderita
opistorkiasis. Hal ini juga karena ada peradangan kronik saluran empedu dan selain
itu berhubungan dengan cara pengawetan ikan yang menjadi hospes perantara
Opistorchis viverrini.

Selain manusia, anjing, kucing dan mamalia pemakan ikan lainnya merupakan
hospes defenitif cacing ini. Hospes perantara pertamanya adalah siput( Bulimus ). Di

4
dalam tubuh siput, telur yang tertelan akan menetas menjadi larva mirasidium, yang
kemudian berkembang menjadi larva serkaria. Larva ini kemudian meninggalkan
tubuh siput, mencari hospes perantara yang kedua, yakni ikan dan keluarga
cyprinidae. Di dalam tubuh ikan serkaria akan berkembangmenjadi metaserkaria yang
infektif. Infeksi cacing terjadi karena makan ikanmentah yang mengandung larva
metaserkaria

2.4. Contoh Kasus Opistorchis Viverrini


a. Populasi penelitian
Dari 526 peserta yang terdaftar negatif O. viverrini, 258 (49,0%) adalah laki-
laki. Pertanian (80,0%) adalah pekerjaan utama. Sebanyak 57% memiliki tingkat
pendidikan yang kurang dari sekolah dasar. Pendapatan rumah tangga tahunan
diperoleh dari setiap keluarga di Thailand dan dikonversi ke dolar AS pada tingkat
40 baht / US dolar. Lebih dari 9 dari 10 peserta penelitian memiliki pendapatan
rumah tangga tahunan di bawah rata-rata nasional. Proporsi kebiasaan makan ikan
air tawar mentah atau setengah matang adalah sebagai berikut: konsumsi ikan
yang difermentasi (67,5%), ikan mentah yang difermentasi (66,3%), salad ikan

5
cincang mentah (52,4%), dan ikan yang difermentasi diisi dengan beras (16,8%).

b. Kejadian opisthorchiasis.
Dari 526 peserta yang negatif terinfeksi O. viverrini di survei pada bulan
Desember 2002, 317 (60,3%) yang terdaftar dalam evaluasi lanjut pada Februari
2004. Telur Opisthorchis diidentifikasi di 83 (26,2%) orang. Metode Kato sediaan
tebal terdeteksi telur O. viverrini di 68 spesimen, dan teknik konsentrasi asetat
formalin-etil diidentifikasi tambahan 15 kasus. Tingkat kejadian opisthorchiasis
adalah 21,6 / 100 orang per tahun.

c. Faktor resiko untuk opisthorchiasis.


Prevalensi infeksi O. viverrini berbeda secara signifikan ketika dianalisis
dengan kelompok umur (P < 0,001), tingkat pendidikan (P = 0,047), dan
pekerjaan (P < 0,001). Tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
jenis kelamin dan pendapatan rumah tangga (Tabel 1). Analisis univariat
menunjukkan bahwa mereka yang mengkonsumsi salad fermentasi ikan cincang
mentah (RR = 2,07, 95% CI = 1,31-3,28) dan salad fermentasi ikan yang diisi
dengan beras (RR = 1,78, 95% CI = 1,03-2,97) memiliki risiko lebih tinggi
tertular infeksi (Tabel 2). Sebaliknya, mengkonsumsi fermentasi ikan mentah
tidak berhubungan dengan opisthorchiasis (RR = 0,97, 95% CI = 0,61-1,59).
Analisis regresi multivariat Poisson menunjukkan bahwa usia dan konsumsi
salad ikan cincang mentah secara independen terkait dengan opisthorchiasis
(Tabel 2). Para peserta yang berumur antara 20-39, 40-59, dan lebih dari 60 tahun
sebanyak masing-masing 3,1 (95% CI = 1,1-8,2), 2,7 (95% CI = 1,0-7,4), dan 4,1
(95% CI = 1,5-11,8) kali berisiko lebih besar tertular infeksi dibandingkan dengan
orang-orang yang berusia kurang dari 20 tahun. Selain itu, mereka yang
mengkonsumsi salad ikan cincang mentah memiliki risiko 1,9 kali lebih tinggi
tertular opisthorchiasis (95% CI = 1,1-3,3) dibandingkan dengan mereka yang
tidak mengkonsumsi salad ikan cincang mentah setelah disesuaikan dengan jenis
kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sejarah mengkonsumsi
makanan ikan lainnya. Tidak ada hubungan yang signifikan dengan makanan ikan
air tawar tradisional lainnya.

6
TABLE 1
Incidence of Opisthorchis viverrini-infected persons and characteris-tics of enrolled subjects,
Thailand
No. No. (%)
Characteristic enrolled infected P

Sex
Male 141 43 (30.5)
Female 176 40 (22.7) 0.125
Age group, years
0–19 104 8 (8.0)
20–39 54 17 (31.5)
40–59 108 35 (32.4)
≥ 60 51 23 (45.1) < 0.001
Education level
Primary school 246 71 (28.9)
Above primary
school 70 12 (17.1) 0.047
Family income
(US$/years)
0–500 158 55 (34.8)
500 75 20 (26.7) 0.233
Occupation
Agriculture 164 59 (36.0)
Others 113 24 (15.7) < 0.001

7
RANGSIN AND
OTHERS
TABLE
2
Univariate and multivariate analysis of risk factors for acquiring Opisthorchis viverrini
infection, Thailand*

Incidence
Person-years of rate/
100 Adjusted
No. person- Crude RR RR (95%
Characteristic infected follow-up years (95% CI) CI)

Sex
Female 40 214.1 25.2 1 1
1. 1.2 (0.8–
Male 43 170.9 18.7 4 (0.9–2.1) 1.9)
Age group, years
0–19 8 127.6 6.3 1 1
4. 3.1 (1.1–
20–39 17 66.3 25.7 1 (1.7–11.0) 8.2)
4. 2.7 (1.0–
40–59 35 130.4 26.8 3 (2.0–10.7) 7.4)
6. 4.1 (1.45–
≥ 60 23 60.7 37.9 0 (2.6−15.6) 11.8)
Education level
Higher than primary school 12 86.8 13.8 1 1
1. 0.9 (0.4–
Primary school 71 298.2 23.8 7 (0.9–3.5) 1.8)
Family income (US$/years)
500 20 91.6 21.8 1

8
1.
0–500 55 191.9 28.7 3 (0.8–2.3)
Occupation
Others 24 186.0 12.9 1 1
2. 0.9 (0.5–
Agriculture 59 199.1 29.6 3 (1.41–3.9) 1.7)
Fish menus
Chopped raw fish salad (Koi pla)
No 39 230.27 16.9 1 1
2. 1.9 (1.1–
Yes 43 122.5 35.1 1 (1.3–3.3) 3.3)
Briefly fermented fish (Pla som)
No 27 146.0 18.5 1 1
1. 1.0 (0.6–
Yes 56 212.8 26.3 4 (0.9–2.3) 1.7)
Raw fermented fish (Pla ra)
No 28 118.7 23.6 1
1.
Yes 55 240.2 22.9 0 (0.6–1.6)
Briefly fermented fish stuffed with
rice (Pla faak)
No 60 296.9 20.2 1 1
1. 1.4 (0.8–
Yes 21 58.4 36.0 8 (1.0–3.0) 2.3)
* Data were adjusted for sex, education level, and occupation. RR = relative risk; CI =
confidence interval.

Studi ini menunjukkan tingkat kejadian yang relatif tinggi infeksi O. Viverini
dari 21,6 / 100 orang per tahun dalam komunitas belajar. Tingkat infeksi adalah
serupa dengan yang dilaporkan di Provinsi Khon Kaen (24%), daerah di timur
laut Thailand di mana opisthorchiasis sangat endemik. Studi ini menggunakan
teknik konsentrasi asetat formalin-etil, yang dianggap sebagai metode yang paling
sensitif dan dapat diandalkan untuk mendeteksi telur O. viverrini, dalam
9
mengkonfirmasikan hasil dari preparat basah yang mengandung kadar garam dan
metode sediaan tebal Kato serta penelitian tindak lanjut. Namun, kami memeriksa
hanya sampel tinja tunggal untuk setiap peserta. Dengan demikian, orang-orang
dengan intensitas infeksi ringan mungkin akan terjawab. Temuan ini mungkin
telah mempengaruhi tingkat kejadian infeksi. Keterbatasan lain dari penelitian ini
mungkin tingkat tindak lanjut relatif rendah (60,3%) di antara mereka yang
memiliki hasil pemeriksaan tinja negatif untuk O. viverrini selama studi 2002.
Tingkat kejadian secara keseluruhan mungkin berlebihan sampai batas tertentu
karena insiden infeksi O. viverrini meningkat pada kelompok usia yang lebih tua.
Namun, sebagian besar orang-orang yang tidak berpartisipasi dalam survei tindak
lanjut pada tahun 2004 adalah orang dewasa muda yang sementara pindah dari
desa untuk mencari pekerjaan selama musim kemarau. Namun, hasil penemuan
menganggap faktor risiko tidak akan terpengaruh karena alasan untuk tidak
berpartisipasi dalam penelitian ini adalah tidak berhubungan dengan perilaku
konsumsi makanan dan infeksi O. viverrini.
Potensial bias lainnya mungkin berkaitan dengan periode recall yang relatif
panjang (satu tahun) dari sejarah konsumsi pangan. Studi lain sebelumnya
menggunakan kuesioner untuk cepat identifikasi schistosomiasis di Afrika dan
faktor risiko infeksi helminthic di Cina digunakan periode recall yang lebih
pendek, biasanya sekitar empat minggu. Dalam penelitian ini, bagaimanapun,
mencatat tinggi variasi musiman konsumsi makanan mentah di komunitas ini,
terutama untuk konsumsi salad ikan cincang mentah yang biasanya berlangsung
selama musim kemarau. Kuesioner ini dirancang untuk menutupi konsumsi
pangan selama setahun penuh sebelumnya. Selain itu, karena pengumpulan
informasi eksposur pada saat yang sama dengan mengumpulkan spesimen tinja,
temuan pada faktor-faktor risiko yang tidak mungkin dikompromikan oleh bias
informasi.
Dalam penelitian ini, kejadian opisthorchiasis tidak secara signifikan berbeda
antara jenis kelamin tetapi berbeda di antara kelompok usia. Insiden yang lebih
tinggi ditemukan pada kelompok usia yang lebih tua dibandingkan dengan mereka
yang kurang dari 19 tahun. Menggunakan model regresi Poisson multivariat,
ditemukan bahwa mereka yang berusia lebih dari 60 tahun memiliki kira-kira
empat kali risiko lebih besar tertular opisthorchiasis. Temuan ini sesuai dengan
10
laporan orang-orang sebelumnya.
Meskipun pendidikan kesehatan untuk menghindari semua jenis makanan ikan
mentah atau yang dimasak setengah matang telah diterapkan di daerah penelitian,
populasi yang lebih tua masih mempertahankan kebiasaan mereka makan ikan
mentah atau setengah matang. Hal ini jelas bahwa rekomendasi orang-orang untuk
menghindari makan ikan dibawah tingkat kematangan belum tercapai, terutama
di kalangan orang tua. Alasan lain mungkin bahwa orang-orang yang terkena
dampak merasa kurang peduli infeksi karena asimtomatik dan pengobatan yang
efektif terhadap parasit (praziquantel) tersedia.
Telah didemonstrasikan bahwa ada hubungan antara infeksi kronis O. viverrini
dengan cholangiocarcinoma. Orang yang berusia 65-69 tahun dengan infeksi
kronis opisthorchiasis adalah 2,5 kali lebih mungkin untuk menunjukkan
perkembangan cholangiocarcinoma dibandingkan dengan kelompok lain.
Demikian kelompok lainnya, pendidikan kesehatan mengenai ancaman
opisthorchiasis kronis perlu terus dikomunikasikan kepada masyarakat yang
terkena dampak. Karena populasi usia yang lebih tua tampaknya memiliki
kesulitan dalam mengubah kebiasaan makan, program pendidikan kesehatan
untuk menghindari makanan ikan mentah dan setengah matang harus difokuskan
pada orang-orang muda yang akan lebih mungkin untuk mengubah perilaku
mereka.
Menggunakan pendekatan cross-sectional, Upatham dan lain-lain menemukan
bahwa lebih dari 90% dari orang yang terinfeksi berat memiliki riwayat makan
salad ikan cincang mentah cincang dibandingkan dengan 19% dari orang yang
tidak terinfeksi. Baru-baru ini, sebuah studi dari opisthorchiasis di Laos juga
menunjukkan bahwa orang mengkonsumsi ikan mentah atau setengah matang
memiliki 2,3 kali risiko lebih besar memperoleh infeksi opisthorchiasis. Dari
penelitian tersebut, disimpulkan bahwa makan ikan, terutama mentah atau kurang
matang, meningkatkan risiko terinfeksi O. viverrini. Namun, makan ikan matang
dan risiko yang infeksi yang diperoleh tidak didemonstrasikan dalam penelitian
ini. Studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kohort infeksi pertama
O. viverrini dilakukan di Thailand yang mengidentifikasi risiko untuk infeksi O.
viverrini.
Setidaknya ada 15 spesies ikan cyprinoid kecil dan menengah yang secara
11
alami tempat bersembunyinya metaserkaria, dan ikan ini menjadi sumber infeksi.
Lebih dari 10 makanan populer hidangan ikan mentah atau setengah matang telah
disiapkan dan dikonsumsi sepanjang tahun oleh orang lokal di lokasi penelitian.
Dari empat hidangan favorit dari ikan air tawar, analisis multivariat regresi
Poisson menegaskan bahwa hanya konsumsi salad ikan cincang mentah secara
signifikan dihubungkan dengan opisthorchiasis; yang lain tidak. Orang yang
mengkonsumsi salad ikan cincang mentah memiliki risiko 1,9 kali lebih besar
tertular infeksi daripada mereka yang tidak makan salad ini setelah disesuaikan
untuk jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan sejarah
mengkonsumsi makanan ikan lainnya.
Atas dasar wawancara informal dengan penduduk desa, frekuensi dari
memakan salad ikan cincang mentah telah menurun dan konsumsi umumnya
terbatas pada acara-acara sosial khusus dalam komunitas ini, seperti penangkapan
ikan musiman di musim panas. Selama musim ini, salad ikan cincang mentah
segar disiapkan, dan kemudian segera dikonsumsi dekat kolam. Informasi ini juga
dilaporkan di penelitian lain. Dalam komunitas ini, ikan sepenuhnya diawetkan,
yaitu, fermentasi ikan mentah, secara teratur dikonsumsi beberapa kali seminggu
sepanjang tahun. Ikan ini diawetkan juga dikonsumsi setiap hari oleh sebagian
orang di daerah endemik opisthorchiasis di timur laut Thailand. Namun demikian,
ditemukan bahwa fermentasi ikan mentah tidak dihubungkan dengan
opisthorchiasis. Persiapan fermentasi ikan mentah itu unik karena itu disimpan
dan difermentasi dalam kondisi yang sangat asin untuk setidaknya 3-6 bulan.
Kelangsungan hidup metaserkaria tergantung pada konsentrasi garam dan
lamanya fermentasi. Sukonthason dan lain-lain melaporkan bahwa metaserkaria di
fermentasi ikan melemah setelah hari kedua. Hasil wawancara menunjukkan
bahwa fermentasi ikan mentah disiapkan oleh masyarakat setempat dan terus
setidaknya enam bulan. Dengan demikian, kemungkinan besar bahwa
metaserkaria di fermentasi ikan mentah terdapat yang non-patogen bagi manusia.
Data ini menunjukkan bahwa fermentasi ikan mentah itu aman untuk dikonsumsi
karena tidak berpotensi risiko infeksi O. viverrini dalam komunitas ini.
Kesimpulannya, program pengendalian opisthorchiasis nasional di Thailand
harus jelas mengatasi ancaman konsumsi salad ikan cincang mentah yang
terinfeksi O. viverrini. Pendekatan strategis untuk program pengendalian
12
opisthorchiasis harus mencakup pemeriksaan tinja dan pengobatan kasus positif
parasit dengan praziquantel untuk menghilangkan hospes reservoir manusia.
Pendidikan kesehatan yang menekankan menghindari konsumsi ikan air tawar
mentah, terutama salad ikan cincang mentah, untuk mencegah infeksi viverrini
harus diterapkan.

2.5. Cara Diagnosa dan Pengobatan Opistorchis Viverrin


Diagnosanya pada dasarnya dengan menemukan telur dalam tinja atau dari
drainase duodenum. Cacing ini menyebabkan terjadinya kerusakan hati dan
pembesaran hati (hepatomegali ), diikuti dengan terjadinya perubahan sifat jaringan
menjadi adenoma dan karsinoma papiler. Gejala klinis yang dialami penderita berupa
hilangnya nafsu makan, dispepsi, kembung, nyeri epigastrium, demam, hepatomegali,
ikterus, diare dan anemia. Jika terjadi urtikaria, gambaran darah tepakan menunjukkan
gambaran leukositosis yang tidak disertai eosinofilia.Diagnosis pasti opistorkiasis
diterapkan jika pada pemeriksaan tinja atau cairanduodenum penderita dapat
ditemukan telur cacing yang spesifik bentuknya.

Cara pengobatan :

Cukup efektif dengan pemberian obat klorokuin.


Praziquantel : 25 mg/kg BB dalam tiga kali sehari.
Efek samping : mual,muntah,sakit kepala,rasa tidak nyaman pada
perut.
Health education : tidak memakan ikan yang tidak dimasak sampurna
untuk mencegah infeksi ulang.

2.6. Pencegahan
Untuk mencegah infeksi opistorkiasis, dianjurkan untuk selalu memasakikan
dengan baik serta menjaga kebersihan lingkungan dan mengobati penderita

13
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Opisthorchis Viverrini, dikenal dengan cacing hati di Asia Tenggara, adalah
parasit trematoda dari family Opisthorchiidae yang menyerang daerah saluran
empedu. Infeksi diperoleh ketika orang menelan ikan mentah atau setengah matang.

3.2. Saran

14
DAFTAR PUSTAKA

http://ariawanputu2.blogspot.co.id/2013/12/tematoda-opistorchis-viverini-dan.html
https://en.wikipedia.org/wiki/Opisthorchis_viverrini
http://susyyoonshinhye.blogspot.co.id/2011/06/Parasit hati/the Cute'z_ trematoda.html
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19556581

15

Anda mungkin juga menyukai