Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM PARASITOLOGI

KELOMPOK 1

ALFIAN 1302101010005
ALFIN OKTARIAN 1302101010010
ARIO RIDHO GELAGAR 1302101010012
ANKA RAHMI ADE UTAMI 1302101010100
ASTRI WULANDARI 1302101010133
AZIZAH YUSRA 1302101010220
AGNES YESENIA SINULINGGA 1302101010228

LABORATORIUM PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2015
LAPORAN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

KELOMPOK 1

ALFIAN 1302101010005
ALFIN OKTARIAN 1302101010010
ARIO RIDHO GELAGAR 1302101010012
ANKA RAHMI ADE UTAMI 1302101010100
ASTRI WULANDARI 1302101010133
AZIZAH YUSRA 1302101010220
AGNES YESENIA SINULINGGA 1302101010228

LABORATORIUM PARASITOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya persembahkan kepada Allah Tuhan Semesta Alam yang
telah meridhai kami menyelesaikan laporan akhir laboratorium parasitologi ini.
Terima kasih kepada teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan
laporan ini. Laporan ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk
mengikuti ujian final laboratorium parasitologi. Laporan ini telah diupayakan agar
sesuai dengan apa yang diharapkan,dikerjakan dengan sebaik-baiknya dan semoga
dapat bermanfaat.
Selesainya laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, kami haturkan terima kasih kepada : Dosen Pembimbing,
Asisten Laboratorium serta teman-teman, berkat bantuan dan kerjasama nya sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan meski telah
kami kerjakan dengan sebaik-baiknya dan dengan segala kerendahan hati kami
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang kita harapkan
dapat tercapai dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang.

Banda Aceh, Mei 2015

Penyusun
CESTODA

Cestoda atau cacing pita adalah salah satu subfilum dari filum platyhelminthes
yang tidak mempunyai rongga badan dan keseluruhannya bersifat parasit. Tidak
mempunyai rongga badan dan semua organ tersimpan didalam jaringan parenkim.
Bentuk tubuh panjang dan pipih seperti pita terdiri dari 3 bagian utama. Kepala
dengan dilengkapi 2-4 alat penghisap dan terkadang terdapat rostellum atau tonjolan
hidung yang juga dapat dilengkapi dengan kait. Tepat dibelakang skoleks terdapat
leher pendek dari jaringan yang tidak mengalami deferensiasi kemudian diikuti oleh
badan atau strobila.
Strobila tersiri dari segmen-segmen yang disebut dengan proglotid. Proglotid
muda terbentuk dari jaringan yang tidak megalami deferensiasi didekat leher, satu
proglotid mengandung organ perkembangbiakan jantan dan betina yang lengkap dan
merupakan suatu unit tersendiri. Semakin jauh kebelakang suatu proglotid akan
semakin dewasa dan banyak terdapat telur yang masak didalamnya untuk kemudian
dilepaskan kedalam feses. Cestoda merupakan parasit pada vertebrata yang siklus
hidupnya secara umum mempunyai satu atau dua induk semang antara.
Pada fase larval induk semang antara bisa jadi merupakan invertebrate,
memiliki batil hisap dan terkadang kait untuk melekatkan diri pada induk semang
nya. Telur diproduksi didalam proglotid yang mengalami pembuahan sendiri. Tidak
mempunyai sistem saraf dan sistem pencernaan. Makanan diabsorbsi melalui dinding
tubuh. Sistem saraf yang ada sangat sederhana, hanya terdiri dari beberapa ganglion
pada skoleks yang dihubungkan satu sama lain oleh batang-batang yang dipenuhi
serabut saraf disepanjang tubuhnya. Terdiri dari dua subkelas yaitu Cotylodasida atau
Cestodaria dan Eucestodasida.
Subkelas Cestodaria merupakan parasit pada ikan dan penyu dan hanya
mempunyai satu ordo yang berpengaruh pada dunia kedokteran hewan yaitu ordo
Diphyllobothriidae, sub kelas ini umumnya berbentuk sederhana mirip dengan
trematoda yang tidak memounyai skoleks. Sub kelas Eucestodasida yang banyak
berpengaruh pada dunia kedokteran hewan.
SUB KELAS COTYLODASIDA/CESTODARIA :

GENUS DIPHILLOBOTHRIUM
Cestoda genus ini relative besar dan memiliki satu spesies yang penting yaitu
Diphyllobothriium latum. Diphyllobothriium latum adalah cacing pita ikan lebar.
Berparasit pada usus kecil anjing, kucing, beruang, rubah, karnivora lain dan
manusia. Dapat mecapai panjang 15 meter dengan proglotid sampai 4000. Tersebar
diseluruh dunia. Telur berbentuk bulat telur ( ovoid ) , kekuningan, mempunyai
operculum.

Siklus hidup cacing ini dimulai dari telur yang belum berembrio yang terbawa
oleh feses dan memulai proses embryogenesis nya di air. Telur menetas menjadi
korasidia yang dimakan oleh krustasea. Didalam krustasea inilah korasidia
berkembang menjadi larva yang kemudian krustasea ini akan dimakan oleh ikan. Ikan
tersebut akhirnya termakan oleh manusia ataupun anjing dan kucing dan kemudian
larva akan menjadi cacing dewasa dan mengulang siklus kembali. Genus ini memiliki
dua induk semang antara yaitu krustasea dan ikan.

Telur D.latum..
GENUS SPIROMETRA

Kurang lebih terdapat 17 jenis cacing. Berparasit terutama pada karnivora


fellidae terkadang pada anjing dan manusia. Spirometra mansonoides tersebar di
Amerika utara dan selatan, berparasit umumnya pada golongan fellidae tetapi juga
dapat ditemukan di anjing, babi dan mamalia lain. Memiliki 2 induk semang antara,
utama nya copepod dan beberapa jenis amfibi, bahkan mamalia dapat juga bertindak
sebagai induk semang antara kedua.
Siklus hidupnya mirip dengan siklus hidup Diphyllibothriium latum. Beberapa
spesies dari genus Spirometra lainnya antara lain Spirometra erinacei dan
Spirometra mansoni. Spargana dari genus ini zoonosis pada manusia,terdapat pada
jaringan sub kutan atau dalam kista dengan bentuk yang bermacam-macam.

SUB KELAS EUCESTODASIDA

Cacing pita sejati dan paling banyak berpengaruh didunia veteriner karena
paling banyak menyerang dan berparasit pada hewan domestic. Predileksi utama
adalah di usus. Memiliki 1-2 induk semang antara. Kulit telur tidak mempunyai
operculum dan embrio nya tidak berenang. Jalur infestasi utama adalah melalui
ingesti baik itu ingesti telur atau pun ingesti induk semang antara. Kista yang
teringesti akan melepaskan skolekas yang selanjutnya akan menempel pada dinding
usus dan mulai membentuk proglotid.

GENUS TAENIA
Merupakan cacing-cacing yang besar,terdiri dari 10 sampai ratusan segmen
dan merupakan genus yang penting. Cacing dewasa terdapat pada mamalia dan
carnivore.Taenia solium merupakan cacing pita babi pada manusia. Predileksi di usus
halus dan dapat mencapai panjang 3-5 m terdapat 22-32 kait dalam 2 baris pada
rostellum. asanya ditemukan tunggal pada satu induk semang. Dapat bertahan hidup
sampai usia 25 tahun. Sisterkus terdapat pada urat daging babi dan dapat dengan
mudah berpindah pada induk semang antara seperti manusia yang memakan daging
babi yang tidak dimasak dengan matang. Pada manusia menyebabkan penyakit
sistiserrosis. Masa inkubasi cacing ini antara 3 bulan sampai 3 tahun. Sinonim bagi
cacing ini yaitu Taenia crassiceps. Terdapat diseluruh dunia. Taenia saginata
merupakan cacing pita pada sapid an manusia. Predileksi di usus halus. Manusia
dapat terinfeksi dengan memakan daging sapi yang dimasak dengan kurang matang
karena dalam daging tersebut terdapat sisterkus cacing.
Taeniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh cacing pita (cestoda)
dari genus Taenia. Sistiserkosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi
larva dari Taenia sp. Sistiserkosis pada manusia umumnya disebabkan infeksi oleh
larva Taenia solium sedangkan Taenia saginata dapat menyebabkan infeksi saluran
pencernaan oleh cacing dewasa.

Perbedaan Taenia solium dan Taenia saginata.


GENUS MULTICEPS

Cacing dewasa pada genus ini mirip dengan Taenia dan sering disinonim kan dengan
Taenia multiceps. Perbedaan terletak pada larva nya yang merupakan suatu
multiceps. Siklus hidupnya mirip dengan Taenia sp. lainnya. Ditemukan di usus halus
anjing, rubah, serigala dan canidae lainnya yang tersebar diseluruh dunia. Panjang
sekitar 40 cm – 1 m. larva ditemukan pada otak domba dan kambing, kadang-kadang
pada sapid an kuda, dan sangat janrang pada manusia. Larva ini berdiameter kurang
lebih 5 cm dan memerlukan waktu 7-8 bulan untuk mencapai tahap dewasa. Anjing
dan karnivora lain akan terinfeksi dengan memakan otak domba atau sapi yang
terinfeksi.
GENUS ECHINOCOCCUS

Cacing dewasa sangat kecil, hanya memiliki beberapa segmen tetapi larva nya
adalah kista yang sangat besar, baik itu kista hidatida (dengan bertunas ke arah dalam
) atau kista alveolar ( dengan bertunas kearah luar ). Panjang nya hanya berkisar
antara 1-9 mm . Tabel berikut menjelaskan spesies-spesies dari genus Echinococcus,
internediet host dan distribusi global. Genus ini merupakan genus yang zoonosis
karena ada beberapa spesies yang dapat menginfeksi manusia. Echinococcus
granulosus juga ditemukan menginfeksi keong mas spesies Pomacea canaliculata.
GENUS DIPYLIDUM

Cacing pita berukuran sedang dengan kapsula telur yang masing-masing memiliki
beberapa telur.
GENUS HYMENOLEPIS

Kebanyakan anggota genus ini sangat kecil. Rostellum biasanya dilengkapi dengan
kait yang tersusun dalam satu lingkaran. Memiliki 3 testis dan 1 ovarium. Merupakan
parasit pada golongan aves dan rodensia. Pada manusia Hymenolepis diminuta dapat
menginfestasi. Masa inkubasi cacing ini 2 – 4 minggu dengan jalur masuk biasanya
melalui ingesti atau artropoda. Hymenolepis nana adalah cacing pita yang
menginfeksi tikus dan golongan rodensia lainnya.
telur Hymenolepis nana

Hymenolepis microstoma
DAFTAR PUSTAKA

Berger, Stephen . 2010. Infectious Diseases of Bosnia and Herzegovina 2010 Edition.

Gideon Informatics,Inc : California,USA

Berger, Stephen . 2010. Infectious Diseases of Kenya 2010 Edition. Gideon

Informatics,Inc : California,USA

Berger, Stephen . 2010. Miscellaneous Cestodes,Global Status – 2010 Edition.

Gideon Informatics,Inc : California,USA

Dewi, Kartika. Purwaningsih, Endang. 2013 . Cacing Parasit Pada Tikus Pekebunan
Karet Di Desa Bogorejo Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran
Lampung Dan Tinjauan Zoonosisnya. Zoo Indonesia 2013 Vol. 22 No.2
Halaman 1-7

Levine, Norman.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada

University Press : Yogyakarta

Macpherson, Calum.N.L. Meslin, Francois-X. Wandeler, Alexander I. 2013. Dogs,

Zoonoses, and Public Health. CABI : USA

Solomon, Eldra.P. Berg, Linda.R. Martin, Diana.W. 2011. Biology,Ninth Edition.

Brooks/Cole : USA

Suriawanto, Nelky. Guli,Musjaya M. Miswan. 2014. Deteksi Cacing Pita


( Taenia solium L ) Melalui Uji Feses Pada Masyarakat Desa Purwosari
Kecamatan Torue Kabupaten Paragi Mountong Sulawesi Tengah. Jurnal
Biocelebes Volume 8 No. 1 Juni 2014 Halaman 17-28
Widiastuti, Lusiana Rahayu. Afiati, Norma. Widyorini, Niniek. 2015. Struktur
Populasi Dan Analisis Parasitologi Keong Mas (Pomacea canaliculata
Lamarck 1819) Di Desa Jabungan,Semarang. Diponegoro Journal Of
Maquares Volume 4 No. 1 Tahun 2015 Halaman 150-158
NEMATODA

Nematoda merupakan kelas dari filum Nemathelminthes atau cacing gilig.


Mempunyai sistem digesti dan rongga tubuh dengan selaput seluler sehingga diesbut
pseudosel atau pseudoseloma. Nematode memiliki lapisan kutikula pada kulitnya.
Saluran pencernaan merupakan tabung lurus yang panjang dengan terdapat mulut
pada ujung anteriornya serta kloaka pada jantan dan anus pada betina. Mulut
dikelilingi oleh beberapa bibir. Jumlah bibir yang primitive adalah 6 ,dua sub dorsal,
dua sub ventral dan dua lateral. Jumlah bibir merupakan kunci penentu identifikasi
cacing nematode ini selain bentuk esophagus, jari-jari bursa kopulatoriks, bentuk
mulut ,kapsula buccalis,bentuk spikula dan jumlahnya, letak vulva dan cuping vulva,
bentuk uterus dan cervical alae. Pada jenis yang lain bibir diganti oleh 6-40 papila
yang membentuk korona radiate atau mahkota daun . esophagus terdiri dari 4 bentuk
yaitu bentuk rabditiform, strongiloform, filariform dan trikurida.
Nematode dibagi menjadi dua kelas berdasarkan ada tidaknya phasmid atau
cincin saraf pada tubuhnya yaitu Kelas Secernentea dan kelas Adenophorea. Jantan
dan betina dapat dibedakan dengan melihat ukuran tubuhnya. Betina dominan jauh
lebih besar dari pada jantan. Ekor betina meruncing dan lancip sedangkan yang jantan
tumpul atau memiliki bursa kopulatoris. Nematoda ada yang bersifat parasit, ada pula
yang tidak. Pada beberapa jenis, hanya betina saja yang bersifat parasit sementara
yang jantan tidak. Tahapan perkembangan dari telur menjadi larva L1 L2 L3 yang
kemudian akan menjadi dewasa pada induk semang definitive.
Tahapan infektif nematode pada umumnya terletak pada fase L3, jika stadium
infektif adalah telur maka telur tersebut dipastikan mengandung larva L2.
Perkembangan dari telur sampai dewasa di perantarai oleh proses penyilihan.
Tergantung jenisnya, nematode terkadang memiliki induk semang antara ada juga
yang tidak, hal ini menjelaskan siklus hidup langsung pada yang tidak memiliki induk
semang antara dan siklus hidup tak langsung pada yang memiliki induk semang
antara.. larva infektif juga dapat berselubung dan tidak berselubung. Tahapan kritis
dari siklus hidupnematoda adalah fase pada waktu peneluran dan perpindahan dari
satu induk semang ke induk semang yang lainnya.
Jenis cacing parasit nematode yang ditemukan pada tikus Rattus tanezumi
berjumlah enam jenis nematoda yaitu: Syphacia muris, Heterakis spumosa,
Nippostrongylus braziliensis, Gongylonema neoplasticum, Aspiculuris sp. dan
Pterygodermatites sp. Hasil penelitian menunjukan, 10 dari 30 ekor orangutan
sumatera di Karantina Batu Mbelin, Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang
Provinsi Sumatera Utara positif terdapat telur cacing nematoda gastrointestinal
Ascaris sp. (26,6 %) dan Oesophagostomum sp. (6,6%) infeksi tunggal. Dalam
penelitian ini tidak ditemukan satupun orangutan yang terinfeksi ganda oleh kedua
jenis parasit. Selain menginfeksi hewan darat, nematode juga panyak menjadi parasit
ikan. Pada ikan bandeng, parasit umumnya yang paling banyak ditemukan adalah dari
jenis nematode.
Pada anjing pemburu, infestasi cacing nematode utama yang ditemukan antara
lain Ancylostoma spp. Uncaria Spp dan Toxocara spp. Nematoda sekarang telah
dikembangkan sebagai insektisida biologis untuk membunuh hama serangga yang
mengganggu tanaman dan dikenal dengan sebutan entomopatogen dan potensial
untuk mengendalikan hama dari ordo Lepidoptera, Diptera dan Coleoptera. Selain
menyerang hewan, nematode juga menyerang tanaman. Lebih dari 100 spesies
nematoda parasitiktumbuhan dilaporkan berasosiasi dengan tanaman nenas. Salah
satu yang terpenting adalah nematode luka akar Pratylenchus (Caswell, et al., 1995).
Nematoda ini merusak akar sehingga menyebabkan tidak normalnya fungsi berbagai
sistem yang berperan dalam pertumbuhan tanaman. Di samping itu, tanaman
terserang nematoda menjadi lebih rentan terhadap patogen tanaman seperti bakteri
dan cendawan. Nematode yang berparasit pada tanaman tidak dibahas dalam laporan
ini.
Tipe-tipe esophagus pada nematode

Morfologi jantan dan betina


Morfologi ektremitas cranial dari nematode yang hidup bebas.

Klasifikasi dari Nematoda

 Kelas Secernentea
- Ordo Rhabditorida
Superfamili Rhabditicae
Superfamili Rhabdiasicae
- Ordo Strongyloida  Kelas Adenophorea
Superfamili Strongylicae
Tidak ada saluran eksresi, tidak ada
Superfamili Trichostrongylicae
phasmid, biasanya terdapat kelenjar
Superfamili Metastronglylicae
kaudal. Tidak memiliki sayap kaudal
- Ordo Ascaridorida
atau bursa.
Superfamili Ascaridicae
Superfamili Subuluricae - Ordo Dorylaimorida
Superfamili Oxyuricae Superfamili Trichinellicae
Superfamili Atracticae - Ordo Dioctophymatorida
- Ordo Spiruroida
Superfamili Spiruricae
Superfamili Aquariicae
Superfamili Thelaziicae
Superfamili Physaloptericae
Superfamili Filariicae
- Ordo Camallanoida
Superfamili Dranunculicae
Nematoda Pada Anjing Dan Kucing

Phyllum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Superfamily : Ascaridoidea
Family : Ascarididae
Genus : Ascaris, Toxascaris, Toxocara

Toxocara canis
Bertanggung jawab atas penyakit Toxocarosis pada manusia. Merupakan
parasit pada anjing yang menyebabkan terganggunya sistem digesti karena predileksi
yang berada di usus halus. Penularan dapat terjadi dengan cara transmamari. Ciri-ciri
panjangnya 10 cm dan berwarna putih dan hanya bisa dikelirukan dengan Toxascaris
leonina. Telurnya subglobular dengan kerabang yang tebal, berbintik-bintik berwarna
coklat tua (gelap). Penyakit yang dapat terjadi pada manusia akibat dari cacing ini
antara lain Visceral larva migrant terdapat pada organ-organ visceral seperti hati dan
ocular larva migrant yang membentuk granuloma pada retina.

Toxocara cati
Cacing dengan sinonim T. mystax ini khususnya menyerang kucing di seluruh
dunia dan bertempat tingal di usus halus. Cacing ini besar dan berwarna putih dan
sering menginfeksi induk semang bersama-sama dengan cacing askarid lain seperti T.
leonina. Perbedaan yang sangat nyata bagi keduanya adalah T. cati mempunyai
bagian kepala seperti kepala anak panah (sempit dianterior lebar di posterior)
sedangkan T. leonina tidak. Betina panjangnya 4 – 12 cm. Telurnya berbentuk
subglobular, kerabang tebal dan kasar dengan diameter 65 – 75 mikron. Jantan
panjangnya 3 – 10 mm dan lebar 1 – 1,1 mm. Spikulanya tidak sama besar dan
mempunyai sayap. Dia juga mempunyai penonjolan seperti jari pada ujung ekor.
Toxocara cati

Toxascaris leonine
Cacing dari genus Toxascaris menginfeksi karnivora domestik dan walaupun
sering terdapat pada hewan karnivora tetapi tidak dianggap penting karena tidak
mempunyai fase migratory.

Telur Toxocara canis yang berdinding tebal


perbedaan Toxocara cati dengan
Toxascaris leonine

Telur Toxascaris leonine


Ancylostoma caninum

Phyllum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Superfamily : Strongilicae
Family : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma

Menginfestasi anjing dan karnivora lain dengan sebaran geografis di daerah


panas dan subtropics. Zoonosis pada manusia yaitu menyebabkan penyakit cutaneus
larva migrant dimana larva cacing ini bermigrasi ke bawah kulit manusia sama seperti
Ancylostoma braziliense. Jantan mempunyai panjang 12 mm dan lebar 0,36 mm dan
mempunyai kapsula bukalis dan bursa yang jelas. Betina panjangnya 14 – 20 mm dan
lebar 0,5 mm dan mempunyai ekor yang panjang dan lurus. Kapsula bukalis
mempunyai sepasang gigi ventral yang mempunyai tiga ujung dan ini sering
dibicarakan sebagai tiga pasang gigi. Gigi bagian dorsa terdapat di dalam kapsula
bukalis. Bagian kepala cacing melengkung sehingga pengaturan bagian dorsal dan
ventralnya menjadi terbalik dari yang biasanya. Bursa kopulatrik yang besar
merupakan hal yang khas pada cacing kait. Keistimewaan yang menonjol adalah
struktur jari dorsal yang sering digunakan untuk alat mengidentifikasi sampai spesies.
Spikulanya panjang dan ramping dengan panjang 860 mikron. Pada spesies yang lain
dari genus ini yaitu A. duodenale, merupakan parasit yang menginfestasi manusia dan
menyebabkan penyakit hookworm, infestasi dimulai dari larva filiform yang
menembus kulit.

Filaroides osleri

Phyllum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Superfamily : Metastrongilidea
Family : Filaroidae
Genus : Filaroides

Terdapat di trakhea dan brokhi dan jarang terdapat di paru-paru anjing. Infeksi
dapat tinggi terutama pada anjign-anjing yang dikandangkan. Anjing liar dan dinggo
juga dapat terinfeksi. Lobus bursanya mengecil dan berbentuk seperti papila, spikula
pendek dan melengkung seperti busur (Arcuate), Vulva merupakan preanal, dan
uterus paralel dan memanjang ke anterior (prodelphic), kutikula tubuh menggembung
membentuk bungkus tegumen diaphanus.
Filaroides osleri pada anjing.

Uncaria stenocephala

Phyllum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Rhabditia
Family : Ancylostomatidae
Genus : Uncaria
Cacing ini merupakan salah satu cacing kait pada anjing, kucing dan rubah di
daerah dingin seperti Eropa dan Amerika utara. Cacing jantan mempunyai panjang 5-
8,5 mm dan betina 7-12 mm. Pada batas ventral kapsula bukalis yang berbentuk
corong yang besar terdapat sepasang kepingan yang berkhitin. Dekat dasar kapsula
bukalis terdapat sepasang gigi sub ventral. Tidak ada gigi dorsal pada kapsula
bukalis. Corong dorsal tidak mengarah ke kapsula bukalis.

Spirocerca sp.

Phyllum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Spirurida
Family : Spirocercidae
Genus : Spirocerca
Spesies : S. lupi , S.arctica

Habitat di dinding esofagus, lambung dan aorta anjing rubah, jackal, coyote
dan kucing liar lain. Pernah ditemukan pada ruminansia seperti kambing dan
keledai.Biasanya ditemukan bergulung seperti spiral dan berwarna pink. Cacing
jantan panjangnya 30-54 mm dan betina 54 – 80 mm dan agak gemuk. Ekor cacing
jantan mempunyai alae lateral, empat pasang dan sebuah yang tidak berpasangan
papila pre-kloaka median. Terdapat satu kelompok papila kecil di ujung ekor. Spikula
tidak sama panjang, yang kiri panjangnya 2,45 – 2,8 mm dan yang kanan 0,475-0,75
mm.Telur yang mengandung larva mempunyai kerabang yang tebal dan berukuran
30-37 x 11-15 mikron.
Nematoda Pada Ruminansia

Haemonchus contortus

Phyllum : Nemathelminthes/ Nematoda


Class : Secernentea
Sub class : Rhabditia
Ordo : Strongylida
Family : Trichostrongylidae
Genus : Haemonchus
Haemonchus contortus pada kambing domba kadang-kadang pada sapi dan
H. placei pada sapi. Panjang 2-3 cm dan berhabitat di abomasum. Dalam keadaan
segar maka akan terlihat cacing betina yang ovariumnya berwarna putih melilit usus
yang berwaran merah darah sehingga membentuk “barber’s pole” (berpilin).
Mikroskopis: cacing jantan mempunyai spikula yang tidak simetris, cacing betina
biasanya mempunyai cuping vulva (penutup). Cacing ini mempunyai cervical
papillae dan mempunyai lancet kecil dikapsula bukalis.
Mecistocirrus digitatus

Ukurannya agak besar dari Haemonchus dan sering dikelirukan dengan


Haemonchus karena mempunyai habitat yang sama. Cacing jantan panjangnya 31
mm sedangkan yang betina 43 mm. Bentuk tubuhnya langsing makanya disebut
cacing rambut. Papila leher berjumlah 30 buah. Cacing jantan mempunyai bursa sejati
dan dua spikula yang sama besar. Telur berukuran 95 – 120 x 56 – 60 mm.

Mecistocirrus digitatus
Bunostomum sp.

Phyllum : Nemathelminthes/ Nematoda


Class : Secernentea
Sub class : Rhabditia
Ordo : Strongylida
Family : Ancylostomatidae
Genus : Bunostomun
Spesies : B. trogonocephalum , B.phlebotomum
Dinamakan cacing kait karena bagian anteriornya melengkung membentuk
kait. Hanya menyerang ruminasia (domba dan kambing: B. trigonocephalum dan
sapi: B. phlebotomum). Kapsula bukalis infundibuler, terdapat dua lancet kecil
didekat esofagus dan mempunyai sepasang spikula yang sama besar. Vulva yang
betina terdapat disebelah anterior pertengahan tubuh. Pada pinggiran kapsula bukalis
yang besar terdapat sepasang plat pemotong dan sebuah kerucut. Pada B.
Trigonocephalum Habitat di usus halus domba dan kambing Penyebarannya
kosmopolitan (seluruh dunia). Pernah dilaporkan menyerang rusa dan hewan
ruminansia liar lainnya. Jantan panjangnya 12 – 17 mm, betina 19 – 26 mm. Jantan
mempunyai spikulum yang agak terpuntir dengan panjang 600 – 640 m. Telurnya
berbentuk dan berukuran 82-97 x 47-57 m. Sedangkan pada B. phlebotomum Hidup
dalam usus halus dan terdapat diseluruh dunia. Merupakan salah satu cacing
nematoda yang agak besar di usus. Cacing jantan lebih pendek dari cacing betina
dengan ukuran 10 – 12 mm dan diameter 475 mikron. Spikula pada jantan bentuknya
filiform dan panjangnya 3,5 0 4,0 mm. Betina panjangnya 16 – 19 mm dan diameter
500 – 600 mikron. Telurnya berukuran 100 x 50 mikron dan kedua ujungnya tumpul.
Oesophagustomum sp.

Phyllum : Nemathelminthes/ Nematoda


Class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Family : Strongyloidae
Genus : Oesophagustomum
Spesies : Oesophagustomum spp.

Induk
Spesies Membentuk Nodul Semang

Oe. columbianun Ya Domba, Kambing, Alpaca, Antelop

Oe. venulosum tidak Domba, Domba tanduk besar, Kambing,


Chamois, Argali, Onta Alpaca, Vicuna

Oe. multifoliolatum Tidak tahu Domba, Kambing

Oe. asperum Tidak tahu Kambing

Oe. radiatum Ya Sapi, Kerbau

Oe. dentatum Ya Babi, peccary

Oe. brevicaudum Tidak tahu Babi

Oe. georgianum Tidak tahu Babi

Oe. Ya Babi
quadrispinulatum

Oe. maplestonei Tidak tahu Babi


Pada Oe. Radiatum pada sapi. Cacing jantan panjangnya 14 – 17 mm
sedangkan betina 16 – 22 mm. Kepala mempunyai Mahkota daun (leaf crown)
karena bentuknya seperti mahkota daun, mulut bulat, bursa berkembang baik pada
jantan, larva berhabitat di mukosa usus sedangkan dewasa kolon/saekum sedangkan
pada Oe. columbianum berhabitat di usus besar kambing atau domba ,memiliki
kapsula bukalis kecil, dan pada sebahagian besar spesies dikelilingi oleh mahkota
daun. Bila ada, mahkota luar tertekan dan hanya bukaan yang sempit kedalam
kapsula bukalis. Jantan panjangnya 12 – 16,5 mm, bursa yang besar dan sepasang
spikula yang ramping. betina sedikit lebih panjang 15 – 21,5 mm. vulva betina dekat
ujung posterior. Telur: 73-89 x 34-45 mm, berdinding tipis sewaktu keluar bersama
feses sudah mempunyai 16 sel. Mempunyai vesikula sepalik (cuticular cephalic
vesicle) yang menggembung yang berakhir di tonjolan servikal
Nematodirus spp.

Phyllum : Nemathelminthes/ Nematoda


Class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Family : Trichostrongylidea
Genus : Nematodirus
Spesies : Nematodirus spp.
Nematodirus merupakan parasit yang lebih penting bagi domba di daerah
dingin. N. battus yang berparasit pada domba dan kadang-kadang anak sapi, N.
fillicollis pada domba dan kambing, N. spatiger pada domba, kambing dan kadang-
kadang sapi N. helvetianus pada sapi. Cacing dewasa bentuknya ramping, panjangnya
sekitar 2 sentimeter. Sesama cacing saling berpilin memperlihatkan bentuk seperti
benang wool. Mikroskopis: terlihat adanya vesika sepalik yang nyata. Spikula
panjang dan ramping dengan ujung yang bersatu. Kecuali pada N. battus, Jantan
mempunyai dua set jari-jari yang paralel pada setiap lobus utama bursa kopulatrik.
Cacing betina mempunyai ekor yang tumpul dan terdapat duri. Telurnya besar (dua
kali ukuran telur cacing trichostrongilida yang lain) berbentuk ovoid dan tidak
berwarna..Nematodirus battus dicirikan hanya dengan satu set jari-jari yang paralel
pada setiap lobus utama bursa kopulatrik. Sedangkan yang betinanya mempunyai
ekor yang panjang dan runcing. Telurnya besar dan berwarna kecoklat-coklatan
dengan kedua sisi yang paralel.
Nematoda Pada Unggas

Phyllum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Ascaridia
Superfamily : Subuluroidea
Family : Heterakidae
Genus : Ascaridia , Heterakis
Spesies : Ascaridia dissimilis, Ascaridia columbae, Ascaridia galli, Heterakis
gallinarum, Heterakis isolonche

Ascaridia sp.

Ascraridia galli pada ayam, A.dissimilis pada kalkun dan A.collumbae pada
merpati. Predileksi di usus halus dan menyebar diseluruh dunia. Pada A. galli badan
gemuk dan putih, betina berukuran 12 cm, telurnya oval dengan kerabang yang
halus/licin dan tidak mudah dibedakan dengan cacing Heterakis.
Heterakis sp.
Predileksi di usus halus. Berparasit pada ayam, itik, angsa, kalkun dan aves
lainnya. Panjangnya 1,5 cm berwarna putih dengan ekor halus memanjang.
Perbedaannya dari H. isolonche adalah spikula tidak simetris sedangkan pada H.
isolonche simetris. Terdapat alat hisap sebelum kloaka pada cacing jantan dan adanya
caudal alae yang ditopang oleh caudal papillae. Telurnya berbentuk oval,
kerabangnya halus/licin dan susah dibedakan dari telur Ascaridia.

Syngamus trachea

Phyllum : Nemathelminthes/Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Strongylida
Family : Syngamidae
Genus : Syngamus
Nematode penyerang saluran pernafasan atas pada unggas non air. Predileksi
di saluran pernafasan atas (trachea). Distribusi terdapat di seluruh dunia. Cacing
betina panjangnya 2 cm dan jantan 0,5 cm, berwarna kemerah-merahan. Cacing ini
selalu berada dalam posisi kopulasi sehingga membentuk huruf Y.
Mikroskopis: cacing mempunyai kapsula bukalis dangkal dan besar, telur berbentuk
elips dan mempunyai operkulum pada kedua ujungnya.

Telur Syngamus trachea

Trakea yang
terinfeksi
Nematoda Pada Babi

Ascaris suum

Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Superfamily : Ascaridoidea
Family : Ascarididae
Genus : Ascaris
Merupakan cacing nematoda terbesar pada babi. Cacing betina panjangnya 40
cm dan jantan 25 cm. Karena ukurannya yang besar maka tidak mungkin dikelirukan
dengan cacing lain. Telur oval dan berwarna kekuning-kuningan dengan kerabang
yang tebal dan bagian luarnya bergelombang tidak beraturan. Telur dikeluarkan
sangat banyak (dapat mencapai 250.000 telur/hari).

telur A.suum
Metastongylus sp.

Phylum : Nemathelminthes
Class : Nematoda
Sub class : Secernentea
Ordo : Strongyloida
Superfamily : Metastrongyloidea
Family : Metastrongyloidae
Genus : Metastrongylus

Predileksi di bronkus dan bronkiolus dan posterior paru-paru babi. Cacing


Metastrongylus berbentuk ramping dan berwarna putih dengan panjang 6 mm.
Dengan melihat habitatnya dalam tubuh inang serta bentuk tubuhnya yang langsing
akan dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi parasit ini.Telurnya
mempunyai kerabang yang tebal dan kasar berisi larva sewaktu dikeluarkan.

Stephanurus dentatus

Cacing ginjal babi. Predileksi pada ginjal dan saluran kemih bagian atas serta
region perienal. Panjang 20-45 mm dengan diameter 2 mm. masa paten 9-12 bulan.
Warnanya hitam dan putih terkait dengan warna organ internalnya. Telur berdinding
tipis dan bermorula dengan ukuran 120 by 70 mikron.
Stongyloides ransomi

Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Rhabditia
Family : Strongyloididae
Genus : Strongyloides

Menyerang usus halus babi. Bentuk tubuh ramping, seperti rambut panjang
kurang dari 1 cmHanya betina yang bersifat parasit Oesopagusnya panjang memenuhi
sepertiga bahagian tubuh.Uteri berpilin dengan usus dan terlihat seperti benang yang
dipilin Ujung ekor tumpul Telur berbentuk oval, berukuran kecil dan kerabang tipis

Hyostrongylus rubidus

Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Strongyloida
Family : Trichostrongylidae
Genus : Hyostrongylus
Parasit ini bertanggungjawab terhadap kasus gateroenteritis kronis khususnya
babi betina muda (gilts) dan betina dewasa. Habitatnya di lambung babi. Distribusi
kosmopolitan.Tubuh cacing ramping berwarna kemerahan dan berukuran panjang 5-8
mm. Vesikula sepalik kecil, spikula seperti punya Ostertagia yang biasanya
mempunyai tiga cabang distal.
Nematoda Pada Kuda

Stongyloides westeri

Predileksi pada usus halus anak kuda. Bentuk esofagus dari cacing yang
hidup bebas adalah rabditiform. Vulva terdapat ditengah tubuh, telur ada beberapa
tetapi beasr dan dindingnya tipis. Generasi non parasit menghasilkan generasi yang
bersifat parasit. Bentuk esofagus yang bersifat parasit silindris tanpa bulbus posterior
(filariform). Generasi parasit mampu menembus kulit induk semang, menuju paru-
paru, trakhea, paring dan akhirnya ke usus. Cacing dewasa yang bersifat parasitik
ditandai dengan organ kelamin betina dan esofagus yang panjang. Cacing ini
panjangnya 9 mm dan tebal 0.08 – 0,095 mm. Esofagus panjangnya 1,2 – 1,5 mm dan
Telur berukuran 40 – 52 X 32 – 40 mikron.
Oxyuris equi

Phylum : Nematoda
Class : Secernentea
Ordo : Ascaridorida
Superfamily : Oxyuridea
Family : Oxyuridae
Genus : Oxyuris
Berbadan tebal berwarna keputihan. Cacing jantan panjangnya 9 – 12 mm
sedangkan yang betina 40 – 50 mm. Cacing betina dewasa mempunyai ekor yang
pipih. Telurnya menipis di satu sisi90 x 42 micron dan mempunyai katup disalah satu
ujung.Habitatnya di usus besar ( saekum dan kolon). Cacing jantan and cacing betina
muda hidup dibagian anterior usus besar sedangkan cacing betina yang gravid
dibagian posterior.

Habronema sp.

Phylum : Nematode
Class : Secernentea
Ordo : Spirurida
Superfamily : Spiruricae
Family : Habronematidae
Genus : Habronema
Habronema dapat menyebabkan gastritis kataral akan tetapitidak dianggap
patogen yang penting sementara Draschia merangsang pembentukan nodul fibrous
yang besar. Kepentingan utama parasit ini adalah karena ia bertanggung jawab
dengan apa yang disebut “cutaneus habronemiasis” atau “summer sore” pada negara-
negara panas. Habronema muscae terdapat di lambung kuda, cacing jantan berukuran
8 – 14 mm dan betina 13 – 22 mm. Ada dua bibir lateral dan masing-masing
mempunyai tiga lobus. Parings silindris dan mempunyai garis kutikula yang tebal.
Cacing jantan mempunyai kaudal alae yang lebar, empat pasang papila di prekloaka
dan satu atau dua papila dibelakang kloaka. Daerah kloaka dikelilingi oleh tonjolan-
tonjolan kecil kutikula. Spikula kiri ramping dan berukuran 2,5 mm yang kanan lebih
gempal dan pendek (0,5 mm). Vulva cacing betina terletak didekat pertengahan tubuh
dan terbuka secara dorsolateral. Vagina terdapat memanjang di dinding tubuh. Telur
mempunyai kerabang yang tipis dan berukuran 40 – 50 mikron x 10 – 12 mikron.
Telur atau larva dapat ditemukan dalam feses.
Habronema majus merupakan cacing lambung kuda dan sangat mirip dengan H.
Muscae akan tetapi lebih besar. Jantan berukuran 16 – 22 mm dan betina 15 – 22 mm.
Paring mempunyai satu gigi dorsal dan satu ventral pada bagian anteriornya. Jantan
mempunyai 4 pasang papila prekloaka. Spikula kiri berukuran 0.76 -0,8 mm dan
kanan 0,35 – 0,39 mm. Terdapat diseluruh dunia. Habronema megastoma Terdapat
dalam nodul di dinding lambung dan jarang bebas dalam lambung kuda di seluruh
dunia. Cacing ini dapat dengan mudah dikenali dari kepalanya yang bisa di
constricted off dari tubuh. Bibir palsu tidak berlobus. Paringnya berbentuk corong.
Jantan mempunyai empat pasang papila prekloaka. Spikula kiri panjangnya 0,46 mm
dan kanan 0,24 mm. Cacing ini bersifat viviparus.
DAFTAR PUSTAKA

Akhira,Desi. Fahrimal,Yudha. Hasan,M. 2013. Identifikasi Parasit Nematode Saluran


Pencernaan Anjing Pemburu ( Canis familiaris ) Di Kecamatan Lareh Sago
Halaban Provinsi Sumatera Barat . Jurnal Medika Veterinaria Vol.7 No.1
Februari 2013
Bahan Kuliah Dr.drh. Yudha Fahrimal, M.Sc. Nematoda Pada Anjing dan Kucing.
Nematoda Pada Babi. Nematoda Pada Unggas. Nematoda Pada Kuda.
Nematoda pada Ruminansia. Banda Aceh. 2015
Berger, Stephen . 2010. Infectious Diseases of Bosnia and Herzegovina 2010 Edition.

Gideon Informatics,Inc : California,USA

Berger, Stephen . 2010. Infectious Diseases of Kenya 2010 Edition. Gideon

Informatics,Inc : California,USA

Dewi, Kartika. Purwaningsih, Endang. 2013 . Cacing Parasit Pada Tikus Pekebunan
Karet Di Desa Bogorejo Kecamatan Gedongtataan Kabupaten Pesawaran
Lampung Dan Tinjauan Zoonosisnya. Zoo Indonesia 2013 Vol. 22 No.2
Halaman 1-7
Juniardi,Endang. Mustahal. Putra, Achmad Noerchaerin. 2014. Inventarisasi Cacing
Parasit Pada Ikan Bandeng (Chanos chanos) Di Tambak Desa Ketapang
Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Jurnal Perikanan
Dan Kelautan Vol. 4 No.4 Halaman 251-251 Desember 2014
Levine, Norman.D. 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Gadjah Mada

University Press : Yogyakarta

Macpherson, Calum.N.L. Meslin, Francois-X. Wandeler, Alexander I. 2013. Dogs,

Zoonoses, and Public Health. CABI : USA

Nasution,Taufik Ichsan. Fahrimal, Yudha. Hasan,M. 2013. Identifikasi Parasit


Nematode Gastrointestinal Orangutan Sumatera (Pongo abelii ) Di Karantina
Batu Mbelin Sibolangit Sumatera Utara. Jurnal Medika Veterinaria Vol. 7
No.2 Agustus 2013
Nugrohorini. 2010. Eksplorasi Nematoda Entomopatogen Pada Beberapa Wilayah
Di Jawa Timur. Jurnal Pertanian MAPETA Vol. XII No.2 Halaman 72-144 .
April 2010
Susilowarno,R.Gunawan .2009. Siap Menghadapi Ujian Nasional 2010 Biologi
SMA/MA . Penerbit PT.Grasindo : Jakarta, Indonesia
Swibawa,I Gede. Amaliah, Irma. Aeny, Titik Nur. 2000. Pengaruh Infestasi
Nematoda Pratylenchus Terhadap Pertumbuhan Tanaman Nanas (Ananas
comosus .L. Merr. ) . Jurnal Hama Dan Penyakit Tumbuhan Tropika Vol.1
No.1 Halaman 25-28.

Anda mungkin juga menyukai