Anda di halaman 1dari 49

MAKALAH PENYAKIT MALARIA

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera, dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi Protozoa dari genus
plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin menggigil ) serta demam
berkepanjangan.

Penyakit malaria memiliki 4 jenis plasmodium, dan masing-masing disebabkan oleh


spesies parasit yang berbeda. Gejala tiap-tiap jenis biasanya berupa meriang, panas dingin
menggigil dan keringat dingin. Dalam beberapa kasus yang tidak disertai pengobatan, gejala-
gejala ini muncul kembali secara periodik.

Malaria adalah penyakit yang bersifat cepat maupun lama prosesnya, malaria
disebabkan oleh parasit malaria / protozoa genus plasmodium bentuk aseksual yang masuk
kedalam tubuh manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (anopheles) betina (WHO 1981)
ditandai dengan demam, muka nampak pucat dan pembesaran organ tubuh manusia. Parasit
malaria pada manusia yang menyebabkan malaria adalah plasmodium falciparum,
plasmodium vivax, plasmodium ovale dan plasmodium malariae. Parasit malaria yang
terbanyak di Indonesia adalah plasmodium falciparum dan plasmodium vivax atau campuran
keduanya, sedangkan plasmodium ovale dan malariae pernah ditemukan di sulawesi, irian
jaya dan negara timor leste.

Proses penyebaran penyakit ini dimulai dari nyamuk malaria yang mengandung parasit
malaria menggigit manusia sampai pecahnya sizon darah atau timbulnya gejala demam.
Proses penyebaran ini akan berbeda dari setiap jenis parasit malaria yaitu antara 9-40 hari (
WHO 1997).
Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka
kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap
tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir
seluruh benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika dan
Asia Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit
malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan
penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang.
Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk


Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka
kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali
terjadi peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100
ribu penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan
Banyumas) dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari
1.750 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000):
tertinggi di NTT, yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk.

Banyumas, seperti diklaim pemerintah, merupakan daerah yang sudah bebas malaria
sejak 10-15 tahun terakhir. Tapi tiba-tiba, Juli 2001 terjadi kejadian luar biasa (KLB) malaria
yang menjangkiti sekitar 150 penduduk; Desember 2001-Januari 2002, kembali terjadi
lonjakan kasus malaria, terutama di empat kecamatan (Kemrajen, Somagede, Sumpiuh dan
Tambak) yang meliputi 17 desa. Sejak Juli 2001 sampai pertengahan Januari 2002 itu, tercatat
5.409 penderita malaria klinis, 1.127 orang di antaranya positif ada parasit dalam darahnya.
KLB malaria pun memakan korban jiwa delapan orang.

Pemerintah menilai Banyumas sebagai wilayah pantai selatan yang merupakan habitat
nyamuk Anopheles sp, tidak mungkin memberantas nyamuk itu sampai habis. Karena
perubahan iklim global meningkatkan populasi nyamuk secara drastis. Yang bisa dilakukan
hanyalah menekan populasi nyamuk dengan, misalnya menebar ikan di persawahan. Selain
itu, adanya lonjakan KLB juga disebabkan, kendurnya pemantauan populasi nyamuk oleh
petugas kesehatan, lantaran sudah lama tidak ada kasus malaria. Masyarakat pun menjadi
lengah. Sementara itu, krisis ekonomi membuat kemampuan menyediakan insektisida untuk
menyemprot nyamuk juga menjadi terbatas, sehingga timbul KLB pertama pada Juli 2001.
KLB kedua terjadi lebih dikarenakan selama bulan Puasa dan Lebaran, banyak penduduk
yang merantau pulang kampung. Penduduk yang merantau di daerah endemis, seperti
Lampung, Riau atau Kalimantan, pulang membawa parasit dan menularkannya ke penduduk
desa.

Memang, cepatnya pertumbuhan penduduk, migrasi, sanitasi yang buruk dan daerah
yang terlalu padat, memudahkan penyebaran penyakit ini. Pembukaan lahan-lahan baru serta
perpindahan penduduk dari desa ke kota (urbanisasi) telah memungkinkan kontak antara
nyamuk dengan manusia yang bermukim di daerah itu. Selain itu, perubahan iklim, perubahan
lingkungan seperti penelantaran tambak, genangan air di bekas galian pasir juga penebangan
hutan bakau, juga mempercepat penyebaran penyakit malaria. Hal itu diperparah dengan
perpindahan penduduk dari daerah endemis ke daerah bebas malaria dan sebaliknya.

Hasil analisis Geographic Health Information System yang dikembangkan di enam


provinsi termasuk Jawa Tengah, menunjukkan seluruh Jawa Tengah berpotensi terjadi KLB
malaria. Didukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemerintah daerah endemik malaria
mulai mencanangkan Gerakan Berantas Kembali (Gebrak) Malaria secara komprehensif dan
terpadu. Upaya penanggulangan lewat Gebrak Malaria dilakukan dimulai sejak 2000 untuk
daerah Kabupaten Kepulauan Riau (Riau), Kabupaten Cilacap (Jawa Tengah) dan Kabupaten
Lombok Barat (NTB). Pada 2001, Gebrak Malaria dikembangkan di beberapa kabupaten di
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah, Kalimantan Selatan, Sumatera Selatan, Jawa Barat
dan Jawa Tengah.

I.2 TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing,
selain itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk membuka wawasan dan cara
berpikir kita agar dapat memahami berapa pentingnya menjaga kesehatan.
BAB II

PEMBAHASAN

SIKLUS PARASIT MALARIA


Siklus parasit malaria adalah setelah nyamik anopeles yang mengandung parasit malaria
menggigit manusia maka keluar sporozoit dari kelenjar ludah nyamuk masuk kedalam darah dan
jaringan hati. Parasit malaria pada siklus hidupnya, membentuk stadium sizon jaringan dalam sel
hati (ekso-eritositer). Setelah sel hati pecah akan keluar merozoit/kriptozoid yang masuk ke
eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit ( stadium eritrositer). Setelah sel hati pecah
akan keluar merezoit/kriptozoit yang masukke eritrosit membentuk stdium sizon tua/ matang
sehingga erirosit pecah dan keluar merosoit. Merezoit sebagian besar masuk kembali ke eritrosit
dan sebagian kecil membentuk gametosit jantan dan betina yang siap untuk dihisap oleh nyamuk
malaria dan melanjutkansiklus hidup ditubah nyamuk (stadium sprogoni).pada lambung nyamuk
terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan sel gamet betina (makro gamet)
yang disebut zigot. Zigot akan berubah menjadi ookista, kemudain masuk kedinding lambung
nyamuk berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang kemudian pecah, maka keluar sprozoit
dan masuk ke kelenjar liur nyamuk yang siap untuk ditularkan kedalam tiubuh manusia. Khusus
P. Vivax dan P.Ovale pada siklus parasitnya dijaringan hati (sizon jaringan), sebagaimparasit
yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit tetapi tertanam dijaringan
hati disebut hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan daya tahan tubuh menurun misalnya
akibat terlalu lelah/sibuk/stres atau perobahan iklim (musim hujan), maka hipnosoit akan
terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari dalam sel hati ke erirosit. Setelah eritrosit yang
berparasit pecah akan timbul gejala penyakitnya kembali. Misalnya, ½ tahun yang sebelumnya
pernah menderita p.vivax/ovale dan sembuh setelah diobati, suatu saat dia pindah ke daerah
bebas malaria dan tidak ada nyamuk malaria, dia mengalami stress/kelelahan, maka gejala
malaria muncul kembali dan bila diperiksa SD-nya akan positif p.vivax/ovale.

CARA MENANGGULAGI MALARIA

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata lainnya,
hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi protozoa dari genus
plasmodium. Penyakit ini memiliki empat jenis dan masing-masing disebabkan spesies parasit
yang berbeda. Jenis malaria itu adalah:

1. Malaria tertiana (paling ringan), yang disebabkan plasmodium vivax dengan gejala demam
dapat terjadi setiap dua hari sekali setelah gejala pertama terjadi (dapat terjadi selama dua
minggu setelah infeksi).

2. Demam rimba (jungle fever), malaria aestivo-autumnal atau disebut juga malaria tropika,
disebabkan plasmodium falciparum merupakan penyebab sebagian besar kematian akibat
malaria. Organisme bentuk ini sering menghalangi jalan darah ke otak, menyebabkan
koma, mengigau dan kematian.

3. Malaria kuartana yang disebabkan plasmodium malariae, memiliki masa inkubasi lebih
lama daripada penyakit malaria tertiana atau tropika; gejala pertama biasanya tidak terjadi
antara 18 sampai 40 hari setelah infeksi terjadi. Gejala itu kemudian akan terulang lagi tiap
tiga hari.

4. Malaria yang paling jarang ditemukan adalah yang disebabkan plasmodium ovale yang
mirip dengan malaria tertiana.

Penyakit yang mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin dan menggigil) serta
demam berkepanjangannya ini berasal dari nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles
betina (yang mengandung parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari
kelenjar ludah nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit
malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-eritrositer). Setelah sel
hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit yang masuk ke eritrosit membentuk stadium
sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer). Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua
atau matang sehingga eritrosit pecah dan keluar merozoit.

Sebagian besar Merozoit masuk kembali ke eritrosit dan sebagian kecil membentuk
gametosit jantan dan betina yang siap untuk diisap nyamuk malaria betina dan melanjutkan
siklus hidupnya di tubuh nyamuk (stadium sporogoni).
Di dalam lambung nyamuk, terjadi perkawinan antara sel gamet jantan (mikro gamet) dan
sel gamet betina (makro gamet) yang disebut zigot. Zigot berubah menjadi ookinet, kemudian
masuk ke dinding lambung nyamuk dan berubah menjadi ookista. Setelah ookista matang akan
pecah dan keluar sporozoit yang berpindah ke kelenjar liur nyamuk, dan siap untuk ditularkan ke
manusia.

Khusus P. vivax dan P. ovale pada siklus parasitnya, di jaringan hati (sizon jaringan)
sebagian parasit yang berada dalam sel hati tidak melanjutkan siklusnya ke sel eritrosit, akan
tetapi tertanam di jaringan hati -disebut hipnosit. Bentuk hipnosit inilah yang menyebabkan
malaria relapse. Pada penderita yang mengandung hipnosoit, apabila suatu saat dalam keadaan
daya tahan tubuh menurun, misalnya akibat terlalu lelah, sibuk, stress atau perubahan iklim
(musim hujan), hipnosoit dalam tubuhnya akan terangsang untuk melanjutkan siklus parasit dari
sel hati ke eritrosit. Setelah eritrosit yang berparasit pecah, akan timbul kembali gejala penyakit.
Misalnya 1–2 tahun sebelumnya pernah menderita P. vivax/ovale dan sembuh setelah diobati,
bila kemudian mengalami kelelahan atau stress, gejala malaria akan muncul kembali, sekalipun
yang bersangkutan tidak digigit nyamuk anopheles. Bila dilakukan pemeriksaan, akan didapati
SD positif P. vivax/ovale.

Pada P. Falciparum serangan dapat meluas ke berbagai organ tubuh lain dan
menimbulkan kerusakan seperti di otak, ginjal, paru, hati dan jantung, yang mengakibatkan
terjadinya malaria berat atau komplikasi. Plasmodium Falciparum dalam jaringan yang
mengandung parasit tua – bila jaringan tersebut berada di dalam otak- peristiwa ini disebut
sekustrasi. Pada penderita malaria berat, sering tidak ditemukan plasmodium dalam darah tepi
karena telah mengalami sekuestrasi. Meskipun angka kematian malaria serebral mencapai 20-50
persen hampir semua penderita yang tertolong tidak menunjukkan gejala sisa neurologis
(sekuele) pada orang dewasa. Malaria pada anak kecil dapat terjadi sekuel.

Pada daerah hiperendemis atau immunitas tinggi apabila dilakukan pemeriksaan SD


sering dijumpai SD positif tanpa gejala klinis pada lebih dari 60 persen penduduk.
A. Gejala serangan malaria pada penderita terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

1. Gejala klasik, biasanya ditemukan pada penderita yang berasal dari daerah non endemis
malaria atau yang belum mempunyai kekebalan (immunitas); atau yang pertama kali
menderita malaria. Gejala ini merupakan suatu parokisme, yang terdiri dari tiga stadium
berurutan:

2. Menggigil (selama 15-60 menit), terjadi setelah pecahnya sizon dalam eritrosit dan
keluar zat-zat antigenik yang menimbulkan mengigil-dingin.

3. Demam (selama 2-6 jam), timbul setelah penderita mengigil, demam dengan suhu badan
sekitar 37,5-40 derajad celcius, pada penderita hiper parasitemia (lebih dari 5 persen)
suhu meningkat sampai lebih dari 40 derajad celcius.

4. Berkeringat (selama 2-4 jam), timbul setelah demam, terjadi akibat gangguan
metabolisme tubuh sehingga produksi keringat bertambah. Kadang-kadang dalam
keadaan berat, keringat sampai membasahi tubuh seperti orang mandi. Biasanya setelah
berkeringat, penderita merasa sehat kembali.

Di daerah endemis malaria dimana penderita telah mempunyai imunitas terhadap malaria,
gejala klasik di atas timbul tidak berurutan –bahkan bisa jadi tidak ditemukan gejala tersebut-
kadang muncul gejala lain.

B. Gejala malaria dalam program pemberantasan malaria:

1. Demam

2. Menggigil

3. Berkeringat

4. Dapat disertai dengan gejala lain: Sakit kepala, mual dan muntah.
5. Gejala khas daerah setempat: diare pada balita (di Timtim), nyeri otot atau pegal-pega
pada orang dewasa (di Papua), pucat dan menggigil-dingin pada orang dewasa (di
Yogyakarta).

C. Gejala malaria berat atau komplikasi, yaitu gejala malaria klinis ringan diatas dengan disertai
salah satu gejala di bawah ini:

1. Gangguan kesadaran (lebih dari 30 menit)

2. Kejang, -beberapa kali kejang

3. Panas tinggi diikuti gangguan kesadaran

4. Mata kuning dan tubuh kuning

5. Perdarahan di hidung, gusi atau saluran pencernaan

6. Jumlah kencing kurang (oliguri)

7. Warna urine seperti teh tua

8. Kelemahan umum (tidak bisa duduk/berdiri)

9. Nafas sesak

Seseorang bisa diketahu terserang penyakit malaria lewat penampakan klinis (seperti
gejala-gejala di atas) atau pemeriksaan laboratorium. Pada pemeriksaan laboratorium (SD),
seseorang bisa diketahui terkena:

 Malaria ringan atau tanpa komplikasi:


a. Malaria falciparum (tropika), disebabkan p. falciparum
b. Malaria vivak/ovale (tertiana), disebabkan p. vivax/ovale
c. Malaria malariae (kuartana), disebabkan p. malariae
PERAN BERBAGAI LINTAS SEKTOR DALAM MELAWAN MALARIA

Sejak 1638, malaria sudah ditangani dengan menggunakan getah batang pohon cinchona
yang dikenal sebagai kina -sebenarnya beracun, untuk menekan pertumbuhan protozoa dalam
jaringan darah. Pada 1930, ahli obat-obatan Jerman berhasil menemukan Atabrine (quinacrine
hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine; dan kadar racunnya lebih rendah.
Sejak akhir perang dunia kedua, klorokuin dianggap lebih mampu menangkal dan
menyembuhkan demam rimba secara total dan lebih efektif menekan jenis-jenis malaria tanpa
perlu digunakan secara terus menerus, dibandingkan atabrine atau quinine. Obat itu juga
mengandung kadar racun paling rendah daripada obat-obatan terdahulu.

Tapi baru-baru ini, strain Plasmodium falciparum, organisme yang menyebabkan malaria
tropika memperlihatkan adanya daya tahan terhadap klorokuin serta obat anti malaria sintetik
lainnya. Strain jenis ini ditemukan terutama di Vietnam, di semenanjung Malaysia, Afrika dan
Amerika Selatan. Kina juga semakin kurang efektif terhadap strain plasmodium falciparum.
Seiring dengan munculnya strain parasit yang kebal terhadap obat-obatan itu, fakta bahwa
beberapa jenis nyamuk pembawa (anopheles) telah memiliki daya tahan terhadap insektisida
seperti DDT, telah mengakibatkan peningkatan jumlah kasus penyakit malaria di beberapa
negara tropis. Sebagai akibatnya, kasus penyakit malaria juga mengalami peningkatan pada para
turis dari Amerika dan Eropa Barat yang datang ke Asia dan Amerika Tengah dan juga di antara
pengungsi-pengungsi dari daerah itu. Para turis yang datang ke tempat yang dijangkiti penyakit
malaria yang tengah menyebar, dapat diberikan obat anti malaria seperti profilaksis (obat
pencegah).

Obat-obat pencegah malaria seringkali tetap digunakan hingga beberapa minggu setelah
kembali dari bepergian. Mefloquine telah dibuktikan efektif terhadap strain malaria yang kebal
terhadap klorokuin, baik sebagai pengobatan ataupun sebagai pencegahan. Tapi obat itu saat ini
sedang diselidiki, apakah dapat menimbulkan efek samping merugikan. Suatu kombinasi dari
sulfadoxine dan pyrimethamine digunakan untuk pencegahan di daerah-daerah yang terjangkit
malaria yang telah kebal terhadap klorokuin. Sementara itu, proguanil digunakan hanya sebagai
pencegahan.

Saat ini, para ahli masih tengah berusaha untuk menemukan vaksin untuk malaria.
Beberapa vaksin yang dinilai memenuhi syarat, kini sedang diuji coba klinis untuk keamanan
dan keefektifan dengan menggunakan sukarelawan. Sementara itu, ahli lainnya sedang berupaya
untuk menemukan vaksin untuk penggunaan umum. Penyelidikan pun sedang dilakukan untuk
menemukan sejumlah obat dengan bahan dasar artemisin yang digunakan ahli obat-obatan Cina
untuk menyembuhkan demam. Bahan itu terbukti efektif terhadap plasmodium falciparum, tapi
masih sangat sulit untuk diperbanyak jumlahnya.

Upaya penanggulangan juga dilakukan dengan pencarian penderita, yaitu dengan mass
fever survey (pemeriksaan massal penderita demam) dilanjutkan pengobatan massal,
penyuluhan, pemberantasan vektor malaria, yaitu nyamuk anopheles sp. Pemberantasan nyamuk
itu bisa dilakukan dengan penyemprotan insektisida ICON 10 WP, seperti yang dilakukan di
Banyumas, pegunungan Menoreh dan Kedu.

Tapi, penduduk negara-negara yang umumnya masih terbelakang menemukan cara baru
yang murah dan efektif dalam memerangi nyamuk anopheles sp, dengan memanfaatkan binatang
peliharaan: sapi diolesi insektisida. Metode itu dilakukan, lantaran nyamuk malaria menyukai
binatang. Anopheles sendiri mencari makanan dengan mengisap darah binatang dan hanya
sekali-sekali memangsa manusia. “Anopheles stepheni dan Anopheles culicifaciespun gemar
mengisap darah sapi,” kata Mark Rowland dari London School of Hygiene and Tropical
Medicine.

Uji coba kemudian dilakukan di enam kamp. penampungan para pengungsi Afganistan di
provinsi Lembah Hangu, Pakistan. Para pengungsi mengolesi sapinya dengan deltametrin selama
tiga kali musim malaria. Hasilnya, cara ini sama efektifnya dengan penyemproton rumah.
Kelebihannya, biayanya 80 persen lebih murah. Cara ini pun lebih mudah dan aman bagi
penduduk. Bukan hanya itu, juga ditemukan keuntungan lainnya: insektisida itu juga terbukti
dapat membasmi kutu hewan, sehingga hewan itu semakin montok dan menghasilkan lebih
banyak susu. Kelebihan lainnya adalah insektisida itu terbukti tidak mengkontaminasi daging
sapi.

Mendengar metode itu, WHO menyambutnya dengan baik dan mengusulkan agar
diterapkan di negara-negara Asia tropis. Tapi Rowland mengingatkan, cara itu hanya tepat jika
jenis nyamuknya suka dengan binatang dan terutama mencari makanan dengan mengisap darah
sapi. Di Afrika, misalnya, cara itu mungkin tidak dapat diterapkan karena jenis nyamuknya
berbeda.

PENGOBATAN MALARIA
Tujuan pengobatan malaria adalah menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mengurangi
kesakitan, mencegah komplikasi dan relaps, serta mengurangi kerugian sosial ekonomi (akibat
malaria). Tentunya, obat yang ideal adalah yang memenuhi syarat:

 Membunuh semua stadium dan jenis parasit

 Menyembuhkan infeksi akut, kronis dan relaps

 Toksisitas dan efek samping sedikit

 Mudah cara pemberiannya

 Harga murah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat

Sayangnya, dalam pengobatan didapatkan hambatan operasional dan teknis. Hambatan


operasioanal itu adalah:

 Produksi obat, penggunaan obat-obatan dengan kualitas kurang baik –bahkan obat palsu-

 Distribusi obat tidak sesuai dengan kebutuhan atas indikasi kasus di puskesma

 Kualitas tenaga kesehatan, pemberian obat tidak sesuai dengan dosis trandar yang telah
ditetapkan
 Kesadaran penderita, penderita tidak minum obat sesuai dengan dosis yang dianjurkan
(misal, klorokuin untuk tiga hari, hanya diminum satu hari saja)

Sementara itu, hambatan teknisnya adalah gagal obat atau resistensi terhadap obat. Untuk
pengobatan malaria, beberapa jenis obat (lihat juga “Obat Malaria”) yang dikenal umum adalah:

 Obat standar: klorokuin dan primakuin

 Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)

 Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus)

 Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc)

 obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.

OBAT MALARIA

Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona, yang
dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan protozoa dalam
jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan jerman berhasil menemukan atabrine
(quinacrine hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar racunnya
lebih rendah.

 Klorokuin
Kerja obat ini adalah:

 Sizon darah: sangat efektif terhadap semua jenis parasit malaria dengan menekan gejala
klinis dan menyembuhkan secara klinis dan radikal; obat pilihan terhadap serangan
akut, demam hilang dalam 24 jam dan parasitemia hilang dalam 48-72 jam; bila
penyembuhan lambat dapat dicurigai terjadi resistensi (gagal obat); terhadap p.
falciparum yang resisten klorokuin masih dapat mencegah kematian dan mengurangi
penderitaan

 Gametosit: tidak evektif terhadap gamet dewasa tetapi masih efektif terhadap gamet muda
Farmokodinamikanya:

Menghambat sintesa enzim parasit membentuk DNA dan RDA. Obat bersenyawa
dengan DNA sehingga proses pembelahan dan pembentukan RNA terganggu.

Toksisitasnya:

 Dosis toksis: 1500 mg basa (dewasa)

 Dosis lethal: 2000 mg basa (dewasa) atau 1000 mg basa pada anak-anak atau lebih
besar/sama dengan 30 mg basa/kg BB

Efek sampingnya:

 Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, diare terutama bila perut dalam keadaan
kosong

 Pandangan kabur

 Sakit kepala, pusing (vertigo)

 Gangguan pendengaran

Formulasi obat:

 Tablet (tidak berlapis gula): Klorokuin difosfat 150 mg basa setara dengan 250 mg
berntuk garam dan Klorokuin sulfat 150 mg basa setara dengan 204 mg garam.

 Ampul: 1 ml berisi 100 ml basa klorokuin disulfat per ampul dan 2 ml berisi 200 ml basa
klorokuin disulfat per ampul.

 Primakuin

Kerja obat ini adalah:


 Sizon jaringan: sangat efektif terhadap p.falciparum dan p.vivax, terhadap p. malariae
tidak diketahui

 Sizon darah: aktif terhadap p.falciparum dan p.vivax tetapi memerlukan dosis tinggi
sehingga perlu hati-hati

 Gametosit: sangat efektif terhadap semua spesies parasit

 Hipnosoit: dapat memberikan kesembuhan radikal pada p.vivax dan p.ovale

Farmakodinamikanya

Farmakodinamikanya adalah menghambat proses respirasi mitochondrial parasit (sifat


oksidan) sehingga lebih berefek pada parasit stadium jaringan dan hipnosoit

Toksisitasnya:

 Dosis toksis 60-240 mg basa (dewasa) atau 1-4 mg/kgBB/hari

 Dosis lethal lebih besar 240 mg basa (dewasa) atau 4 mg/kg/BB/hari

Efek sampingnya:

 Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah, anoreksia, sakit perut terutama bila
dalam keadaan kosong

 Kejang-kejang/gangguan kesadaran

 Gangguan sistem haemopoitik

 Pada penderita defisiensi G6 PD terjadi Hemolysis

Formulasi obat
Formulasi obatnya adalah tablet tidak berlapis gula, 15 mg basa per tablet

 Kina

Kerja obat ini adalah:

 Sizon darah: sangat efektif terhadap penyembuhan secara klinis dan radikal

 Gametosit: tidak berefek terhadap semua gamet dewasa P. falciparum dan terhadap
spesies lain cukup efektif
Farmakodinamikanya adalah terikat dengan DNA sehingga pembelahan RNA terganggu
yang kemudian menghambat sintesa protein parasit.

Toksisitasnya:

 Dosis toksis: 2-8 gr/hari (dewasa)

 Dosis lethal: lebih besar dari 8 gr/hari (dewasa)

Efek sampingnya

Efek sampung obat ini adalah Chinchonisme Syndrom dengan keluhan: pusing, sakit
kepala, gangguan pendengaran –telinga berdenging (tinuitis dll), mual dan muntah, tremor
dan penglihatan kabur.

Formulasi obat:

 Tablet (berlapis gula), 200 mg basa per tablet setara 220 mg bentuk garam.

 Injeksi: 1 ampul 2 cc kina HCl 25% berisi 500 mg basa (per 1 cc berisi 250 mg basa)

 Sulfadoksin Pirimetamin (SP)


Kerja obat ini adalah:
 Sizon darah: sangat efektif terhadap semua p. falciparum dan kuang efektif terhadap
parasit lain dan menyembuhkan secara radikal. Efeknya bisa lambat bila dipakai dosis
tunggal sehingga harus dikombinasikan dengan obat lain (Pirimakuin)

 Gametosit: tidak efektif terhadap gametosit tetapi pirimetamin dapat mensterilkan


gametosit

Farmakodinamikanya:

 Primetamin, terikat dengan enzym Dihidrofolat reduktase sehingga sintesa asam folat
terhambat sehingga pembelahan inti parasit terganggu

 SP menghambat PABA ekstraseluler membentuk asam folat merupakan bahan inti sel dan
sitoplasma parasit

Toksisitasnya:

 Sulfadoksin, dosis toksis 4-7gr/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 7 gr/hari (dewasa)

 Pirimetamin, dosis toksis 100-250 mg/hari (dewasa); dosis lethal lebih besar 250 mg/hari
(dewasa)

Efek sampingnya:

 Gangguan gastro-intestinal seperti mual, muntah

 Pandangan kabur

 Sakit kepala, pusing (vertigo)

 Haemolisis, anemia aplastik, trombositopenia pada penderita defisiensi.

Kontra indikasinya:

 Idiosinkresi
 Bayi kurang 1 tahun

 Defisiensi

Formulasi obat

Formulasi obatnya adalah SP: 500 mg sulfadoksin ditambah 25 mg pirimetamin

BAB II

PENUTUP

1. Kesimpulan

Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan


primata lainnya, hewan melata dan hewan pengerat yang disebabkan oleh infeksi
protozoa dari genus plasmodium.

Malaria merupakan Penyakit yang mudah dikenali dari gejala meriang


(panas dingin dan menggigil) serta demam berkepanjangannya ini berasal dari
nyamuk Anopheles sp. Ketika nyamuk anopheles betina (yang mengandung
parasit malaria) menggigit manusia, akan keluar sporozoit dari kelenjar ludah
nyamuk masuk ke dalam darah dan jaringan hati. Dalam siklus hidupnya parasit
malaria membentuk stadium sizon jaringan dalam sel hati (stadium ekso-
eritrositer). Setelah sel hati pecah, akan keluar merozoit atau kriptozoit yang
masuk ke eritrosit membentuk stadium sizon dalam eritrosit (stadium eritrositer).
Disitu mulai bentuk troposit muda sampai sizon tua atau matang sehingga eritrosit
pecah dan keluar merozoit.

2. Saran

Disarankan agar pemerintah dapat memperhatikan kondisi rakyat kecil


yang sangat rentan terkena penyakit malaria sebelum terjadi kejadian luar biasa
(KLB).
makalah malaria

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium
antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium ovale
yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles)/,
penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua
golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit malaria
biasanya menyerang yang tinggal didaerah yang mempunyai banyak genangan air yang sesuai
untuk tempat perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan, pantai, perbukitan dan
pinggiran hutan (Depkes RI, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia dan penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap
dalam sel darah manusia yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada
orang lain, penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan kepada
manusia melalui vector nyamuk anopheles. (Harijanto, 2000)

Malaria adalah suatu penyakit yang ditandai oleh rasa dingin dan badan menggigil, suhu badan
meningkat dan denyut nadi cepat (Nadesul, 1995)
Untuk itu, pada kesempatan ini saya akan membahas mengenai penyakit Malaria. Dengan
mengetahui penyakit Malaria diharapkan kita semua dapat berpartisipasi dalam mencegah
timbulnya penyakit ini.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan MALARIA?
2. Sebutkan jenis-Jenis penyakit MALARIA ?
3. Apakah penyebab penyakit MALARIA?
4. Sebutkan tanda-tanda penyakit MALARIA?
5. Sebutkan 5 cara penularan dan siklus penyakit MALARIA ?
6. Sebutkan bahaya penyakit MALARIA ?
7. Bagaimana cara pencegahan,pengobatan, dan perawatan pada penyakit MALARIA?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan saya tentang penyakit MALARIA lebih
memahami apa itu penyakit MALARIA.

2. Tujuan Khusus
 Untuk mengetahui pengertian MALARIA
 Untuk mengetahui jenis-jenis penyakit MALARIA
 Untuk mengetahui penyebab terjadinya MALARIA
 Untuk mengetahui tanda-tanda penyakit MALARIA
 Untuk mengetahui cara penularan dan siklus penyakit MALARIA
 Untuk mengetahui bahaya penyakit MALARIA
 Untuk mengetahui cara pencegahan, pengobatan, dan perawatan pada penyakit MALARIA

D. METODE PENULISAN
Makalah ini disusun dengan metode pengumpulan data.
 Wawancara
 Observasi
 Pengamatan

E. RUANG LINGKUP
Makalah ini hanya membahas tentang Ny. Melinda 28 tahun dengan penyakit MALARIA di
Puskesmas Rimba Jaya Merauke tahun 2014.
F. SISTEMATIKA PENULISAN :
Bab I Membahas tentang : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode
penulisan, ruang lingkup, sistematika penulisan..

Bab. II membahas tentang : pengertian MALARIA, Jenis-jenis Malaria, penyebab dan


tanda-tanda penyakit malaria, cara penularan, Pengobatan pada penyakit MALARIA.

Bab. III Membahas tentang : Tinjauan kasus

Bab. IV membahas tentang : kesimpulan dan saran

BAB. II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENYAKIT MALARIA

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit plasmodium
antara lain plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium ovale
yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles)/,
penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua
golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai dewasa), apapun pekerjaannya, penyakit malaria
biasanya menyerang yang tinggal didaerah yang mempunyai banyak genangan air yang sesuai
untuk tempat perkembangbiakan nyamuk malaria seperti persawahan, pantai, perbukitan dan
pinggiran hutan (Depkes RI, 2004).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2003 malaria adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh beberapa parasit plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah
merah manusia dan penyakit ini secara alami ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
betina. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit yang menular, penyakit parasit yang hidap
dalam sel darah manusia yang ditularkan melelui nyamuk malaria dari penderita malaria kepada
orang lain, penyakit malaria dapat menyerang kelompok umur dan semua jenis kelamin.
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh plasmodium dan ditularkan kepada
manusia melalui vector nyamuk anopheles. (Harijanto, 2000)

Malaria adalah suatu penyakit yang ditandai oleh rasa dingin dan badan menggigil, suhu badan
meningkat dan denyut nadi cepat (Nadesul, 1995
B. JENIS-JENIS PENYAKIT MALARIA

Dibedakan pada jenis parasit malaria yang menjadi penyebab malaria yaitu protozoa dari
jenis Plasmodium. Parasit malaria ini ditularkan melalui gigitan nyamuk Anophheles yang
habitat hidupnya adalah tempat-tempat basah dan lembab.
Jenis-jenis Malaria digolongkan menjadi 4, yaitu:

 Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, dimana penderita merasakan demam
muncul setiap hari ketiga. Merupakan penyebab kira-kira 43% kasus malaria pada manusia
 Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, penderita merasakan demam setiap hari
keempat. Menyebabkan kira-kira 7% malaria didunia.

 Malaria tropica, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, merupakan malaria yang paling
patogenik dan seringkali berakibat fatal. Jenis penyakit malaria ini adalah yang terberat, karena
dapat menyebabkan berbagai komplikasi berat seperti cerebral malaria (malaria otak), anemia
berat, syok, gagal ginjal akut, perdarahan, sesak nafas, dll. Penderita Malaria jenis ini mengalami
demam tidak teratur dengan disertai gejala terserangnya bagian otak, bahkan memasuki fase
koma dan kematian yang mendadak.

 Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium ovale. Malaria jenis ini jarang sekali dijumpai,
umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat.
Seorang penderita dapat dihinggapi oleh lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian
disebut infeksi campuran (mixed infection). Biasanya campuran Plasmodium falciparum dengan
Plasmodium Vivax atau Plasmodium Malariae. Infeksi campuran tiga jenis sekaligus jarang
sekali terjadi. Infeksi jenis ini biasanya terjadi di daerah yang tinggi angka penularannya.
Malaria yang disebabkan oleh Plasmadium Vivax dan Plasmadium Malariae dapat kambuh jika
tidak diobati dengan baik. Malaria yang disebabkan oleh spesies selain Plasmadium Falciparum
jarang berakibat fatal, namun menurunkan kondisi tubuh lemah, menggigil dan demam yang
biasanya berlangsung 10-14 hari.
C. PENYEBAB PENYAKIT MALARIA

Penyebab Malaria adalah parasit yang merupakan anggota genus plasmodium. Penyakit
Malaria pada manusia umumnya disebabkan oleh 4 jenis plasmodium yaitu Vivax, ovale,
malariae dan falciparum, sedangkan plasmodium knowlesi yang kebanyakan ditemukan pada
kera atau orang utan kecil jumlahnya ditemukan pada manusia.

Nyamuk yang menjadi penyebar dari parasit ini adalah nyamuk Anopheles betina, yang
mana nyamuk ini menjadi terinfeksi sebelumnya dengan menggigit orang yang telah terinfeksi
oleh parasit plasmodium. Nyamuk ini akan membawa parasit ini dalam tubuhnya selama satu
minggu sampai waktu makan selanjutnya, yang mana nyamuk tersebut akan menggigit orang
lain sekaligus menyuntikan parasit plasmodium kedalam darah orang itu.

Penyakit malaria yang tinggal di dalam sel darah merah dapat juga ditularkan melalui
transfusi darah, jarum suntik yang telah terkontaminasi, atau transplantasi organ. Penyakit
malaria juga dapat ditularkan oleh ibu hamil kepada bayinya. Dari seluruh jenis plasmodium
yang menyerang manusia, plasmodium vivax paling sering ditemukan dalam kasus penyakit
malaria di seluruh dunia, sementara plasmodium falciparum paling sering ditemukan sebagai
penyebab malaria akut yang menyebabkan kematian di seluruh dunia dengan angka sekitar 90%
dari total kematian akibat penyakit malaria di seluruh dunia.

Parasit plasmodium knowlesi selain menyerang hewan mamalia seperti kera,monyet, dan
orang utan, juga menyerang hewan lain seperti reptil, hewan pengerat, dan burung.

D. TANDA-TANDA PENYAKIT MALARIA


Menurut berat-ringannya tanda-tanda dan gejalanya, gejala malaria dapat dibagi menjadi 2 jenis:
 Gejala malaria ringan (malaria tanpa komplikasi)
Meskipun disebut malaria ringan, sebenarnya gejala yang dirasakan penderitanya cukup
menyiksa. Gejala malaria yang utama yaitu: demam dan menggigil, juga dapat disertai sakit
kepala, mual, muntah, diare, nyeri otot atau pegal-pegal. Gejala-gejala yang timbul dapat
bervariasi tergantung daya tahan tubuh penderita dan gejala spesifik dari mana parasit berasal.
Gejala malaria ini terdiri dari tiga stadium berurutan yang disebut trias malaria, yaitu
a).Stadium dingin (cold stage)

berlangsung kurang kebih 15 menit sampai dengan 1 jam. Dimulai dengan menggigil dan
perasaan sangat dingin, gigi gemeretak, denyut nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat
kebiru-biruan (sianotik), kulit kering dan terkadang disertai muntah.
b)Stadium demam (hot stage)

berlangsung lebih dari 2 hingga 4 jam. Penderita merasa kepanasan (fever). Muka merah, kulit
kering, sakit kepala dan sering kali muntah. Nadi menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan
suhu tubuh dapat meningkat hingga 41oC atau lebih. Pada anak-anak, suhu tubuh yang sangat
tinggi dapat menimbulkan kejang-kejang.
c)Stadium berkeringat (sweating stage)

berlangsung lebih dar 2 hingga 4 jam. Penderita berkeringat sangat banyak. Suhu tubuh kembali
turun, kadang-kadang sampai di bawah normal. Setelah itu biasanya penderita beristirahat hingga
tertidur. Setelah bangun tidur penderita merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain sehingga dapat
kembali melakukan kegiatan sehari-hari.

 Gejala malaria berat (malaria dengan komplikasi)


Penderita dikatakan menderita malaria berat bila di dalam darahnya ditemukan parasit malaria
melalui pemeriksaan laboratorium Sediaan Darah Tepi atau Rapid Diagnostic Test (RDT) dan
disertai memiliki satu atau beberapa gejala/komplikasi berikut ini:

 Gangguan kesadaran dalam berbagai derajat (mulai dari koma sampai penurunan
kesadaran lebih ringan dengan manifestasi seperti: mengigau, bicara salah, tidur terus,
diam saja, tingkah laku berubah)
 Keadaan umum yang sangat lemah (tidak bisa duduk/berdiri)
 Kejang-kejang
 Panas sangat tinggi
 Mata atau tubuh kuning
 Tanda-tanda dehidrasi (mata cekung, turgor dan elastisitas kulit berkurang, bibir kering,
produksi air seni berkurang) Perdarahan hidung, gusi atau saluran pencernaan
 Nafas cepat atau sesak nafas

Penyebab malaria yang paling utama adalah karena penularan parasit malaria yang dibawa oleh
nyamuk Anopheles. Tanda-tanda dan gejala malaria yang paling umum adalah deman spesifik
dimana tubuh terasa panas, namun penderita merasakan kedinginan yang amat sangat.
E. CARA PENULARAN DAN SIKLUS PENYAKIT MALARIA

1).cara penularan

Penyakit malaria ditularkan melalui 2 cara yaitu secara alamiah dan non alamiah :

a. Secara Alamiah

Yaitu penularan melalui gigitan nyamuk anopheles yang mengandung parasit malaria.

b. Secara Non alamiah

Yaitu penularan yang bukan melalui gigitan nyamuk anopheles Berikut beberapa penularan
malaria secara non alamiah :

1) Malaria Bawaan (Kongenital)

Malaria congenital adalah malaria pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya
menderita malaria. Penularan terjadi karena adanya kelainan pada sawar plasenta ( selaput yang
melindungi plasenta ) sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu kepada janinnya. Selain
melalui plasenta, penularan dari ibu kepada bayinya juga dapat melalui tali pusat. Gejala pada
bayi yang baru lahir berupa demam, iritabilitas (mudah terangsang sehingga sering menangis),
pembesaran hati dan limpa, anemia, tidak mau makan atau minum, kuning pada kulit dan selaput
lender. Pembuktian pasti dilakukan dengan deteksi parasit malaria pada darah bayi.

2). Penularan Secara Mekanik


Penularan secara mekanik adalah infeksi malaria yang ditularkan melalui transfusi darah
dari donor yang terinfeksi malaria, pemakaian jarum suntik secara bersama-sama pada pecandu
narkoba atau melalui transplantasi organ.

3). Penularan Secara Oral

Cara penularan ini pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium), burung dara
(Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi).

2)Siklus Hidup Malaria

Siklus hidup malaria terdiri dari fase seksual (Sporogoni) didalam tubuh nyamuk dan fase
aseksual (Skizogoni) diluar tubuh nyamuk :

a. Fase Seksual

Jika nyamuk anopheles betina menghisap darah manusia yang mengandung parasit
malaria, parasit bentuk seksual masuk ke dalam perut nyamuk. Bentuk ini mengalami
pematangan dan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan terjadilah pembuahan yang
disebut zigot (ookinet). Selanjutnya ookinet menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi
ookista. Jika ookista pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar air liur nyamuk
dan siap ditularkan jika nyamuk menggigit tubuh manusia.

b. Fase Aseksual

Siklus dimulai ketika anopheles betina menggigit manusia dan memasukkan sporozoit
yang terdapat pada air liurnya kedalam aliran darah manusia. Jasad yang langsing dan lincah ini
dalam waktu 30 menit sampai 1 jam memasuki sel parenkim hati dan berkembang biak
membentuk skizon hati yang mengandung ribuan merozoit. Proses ini disebut fase skizogoni
eksoeritrosit karena parasit belum masuk kesel darah merah. Lama fase ini berbeda untuk setiap
spesies plasmodium. Pada akhi fase, skizon hati pecah, merozoit keluar lalu masuk dalam aliran
darah (disebut sporulasi). Fase eritrosit dimulai saat merozoit dalam darah menyerang sel darah
merah dan membentuk trofozoit-skizon-merozoit. Setelah dua sampai tiga generasi, merozoit
terbentuk lalu sebagian merozoit berubah menjadi bentuk seksual

6.BAHAYA PENYAKIT MALARIA


- Anemia (kekurangan darah) karena sel-sel darah merah banyak yang hancur, dirusak atau
dimakan oleh parasit
- Pada ibu hamil, penyakit malaria dapat menyebabkan gangguan pada ari/plasenta.
- Pembuluh darah otak penderita dapat tersumbat sehingga menjadi gila atau meninggal.
- Dan lain-lain
F. CARA-CARA PENCEGAHAN PENYAKIT MALARIA

1. Menghindari/mengurangi gigitan nyamuk


- Tidur pakai kelambu
- Malam hari berada di dalam rumah
- Mengobati badan dengan obat anti nyamuk
- Memakai obat nyamuk bakar atau elektrik
- Pasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi
2. Membersihkan tempat-tempat istirahat nyamuk den memberantas sarang nyamuk
- Membersihkan rumput dan semak-semak di tepi saluran air
- Melipat kain (baju) yang bergelantungan
- Mengusahakan keadaan didalam rumah tidak ada tempat yang gelap dan lembab
- Mengalirkan air yang menggenang
- Menimbun dengan tanah/pasir semua genangan di sekitar rumah
- Menjauhkan kandang ternak dari pemukiman penduduk
3. Membunuh nyamuk dewasa dengan menggunakan racun serangga seperti obat nyamuk bakar,
semprot, elektrik dan indoor residual sparying (IRS) serta fogging.
4. Membunuh jentik-jentik nyamuk dengan menyebarkan ikan pemakan jentik
- Ikan kepala timah
- Ikan mujair

F. PENGOBATAN, DAN PERAWATAN PADA PENYAKIT MALARIA

1. Atovaquone/Proguanil (Malarone)

Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :


 Obat ini dapat digunakan 1-2 hari sebelum melakukan perjalanan ke daerah epidemi
malaria (dibanding dengan obat lain yang harus digunakan dalam jangka waktu yang
lebih panjang)
 Pilihan terbaik untuk waktu perjalanan yang lebih singkat ke daerah epidemi malaria
karena obat ini hanya digunakan dalam waktu 7 hari setelah perjalanan ke daerah
epidemi, dibandingkan dengan obat lain yang harus digunakan 4 minggu sepulangnya
dari daerah epidemi malaria.
 Efek samping yang sangat rendah (hampir tidak ada efek samping)
 Mudah untuk dibeli di apotek.

2. Klorokuin

Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

 Pilihan yang baik untuk perjalanan yang panjang ke daerah epidemi malaria karena obat
ini digunakan mingguan (satu minggu sekali)
 Dapat digunakan oleh wanita hamil.
 Beberapa orang lebih suka mengambil dosis mingguan.

3. Doxycycline

Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

 Obat ini dapat diambil 1-2 hari sebelum tiba di tempat epidemi malaria.
 Obat malaria yang paling murah di pasaran saat ini.
 Obat ini juga melindungi dari beberapa infeksi lain seperti Rickettsiae and leptospirosis.

4. Mefloquine

Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

 Sangat cocok untuk perjalanan panjang dan lama ke tempat epidemi malaria karena obat
ini hanya digunakan seminggu sekali.
 Dapat digunakan oleh wanita hamil.

5. Primakuin
Alasan yang membuat anda mungkin memilih obat ini :

 Obat ini sangat efektif menangkal plasmodium vivax sehingga sangat cocok digunakan di
daerah epidemi malaria vivax.
 Obat hanya perlu digunakan 7 hari setelah meninggalkan tempat epidemi.
 Obat digunakan 1-2 hari sebelum ke tempat epidemi malaria.

BAB. III

TINJAUAN KASUS

Manajemen Asuhan kebidanan pada Ibu dengan penyakit MALARIA

Tanggal : 15 Mei 2014

Nama : Ny. Melinda

Nama KK : Tn. Ahmad

Alamat : jl. Jati-jati (komplex pertanian )

Jenis kelamin : Perempuan (P)

Umur : 28 tahun

S:
Ibu datang dengan keluhan sedang panas tinggi, pusing, lemas, muntah-muntah dan juga
merasakan sembelit.
O:
KU : composmetis

a) Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : baik
 Kesadaran : composmetis
 Tanda-tanda Vital
 Tekanan darah : 140/90 mmHg
 Nadi : 89x/menit
 Suhu : 39,50C
 Resprirasi : 25 x/menit

 Berat badan : 65 kg
 Tinggi badan : 160 cm

b) Pemeriksaan fisik

 Rambut : bersih, hitam,keriwil, dan tidak rontok, tidak bercabang.


 Muka : bersih, pucat
 Mata : berwarna kuning, pupil mata mengecil dan berair.
 Hidung : simetris
 Mulut : bibir berwarna pucat, pecah-pecah, mulut berbau.
 Telinga : smetris, tidak ada cairan keluar.
 Leher : tidak ada ada gangguan
 Dada : tidak benjolan
 Ekstremitas atas : simetris, jari-jari tangan lenngkap, tidak ada kelainan, tidak lebih,
tidak kurang, dan tidak dempet
 Perut : kembung, rasa nyeri
 Ekstremitas bawah : simetris, jari-jari kaki lengkap, tidak lebih, tidak kurang.

c) Pemeriksaan penunjang

 DDR : malaria tropika (+)

A. :
a) Diagnosa : MALARIA TROPIKA
b) Pemeriksaan fisik : muka pucat,lemas.
c) Pemeriksaan penunjang
DRD : positif (+)
d) Masalah : kurang lebih 2 hari panas tinggi, dan juga muntah-muntah,
sehingga tidak ada nafsu makan, di sertai juga kepala sakit sehingga
badan terasa lemas.
Kebutuhan : memerlukan obat terapi, Atovaquone/Proguanil (Malarone),

Klorokuin, Doxycycline, Mefloquine , Primakuin,

P:
a) Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu
b) Memberikan terapi :
 Paracetamol (3x1 tablet) sesudah makan
 Klorokuin (1x3 tablet) sesudah makan
 Primakuin (1x1 tablet) sesudah makan
 Mefloquine 3x1 tablet) sesudah makan

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Malaria merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh nyamuk plasmodium antara lain
plasmodium malariae, plasmodium vivax, plasmodium falciparum, plasmodium ovale yang
hanya dapat dilihat dengan mikroskop yang ditularkan oleh nyamuk malaia (anopheles)/,
penyakit malaria dapat menyerang semua orang baik laki-laki maupun perempuan, pada semua
golongan umur (dari bayi, anak-anak, sampai dewasa). Penularaan penyakit ini biasa

secara alami, yaitu melalui gigitan nyamuk anopheles dan secara tidak alami yaitu
secara bawaan dan secara mekanik. Dan diagnosanya dapat diketahui melalui
pemeriksaan darah di laboratoium yang menggunakan mikroskof. Gejala yang
ditimbulkan bila seseorang terkena malaria adalah demam, menggigil, kepala sakit,
bias disertai muntah-muntah .

B. SARAN
Penyakit malaria disebabkan oleh nyamuk maka mengurangi penyebaran dan
berkembang biaknya nyamuk, maka dihimbau kepada masyarakat agar hidup
bersih dan sehat :
Seperti, menjaga kebersihan lingkungan, rumah, bila terkena malaria cepat berobat
ke puskesmas atau rumah sakit terdekat.
Tugas Kuliah

Selasa, 24 Desember 2013

Makalah Epidemiologi "Malaria"

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Malaria termasuk penyakit yang ikut bertanggung-jawab terhadap tingginya angka

kematian di banyak negara dunia. Diperkirakan, sekitar 1,5-2,7 juta jiwa melayang setiap

tahunnya akibat penyakit ini. Walau sejak 1950 malaria telah berhasil dibasmi di hampir seluruh

benua Eropa, Amerika Tengah dan Selatan, tapi di beberapa bagian benua Afrika dan Asia

Tenggara, penyakit ini masih menjadi masalah besar. Sekitar seratus juta kasus penyakit

malaria terjadi setiap tahunnya, satu persen diantaranya berakibat fatal. Seperti kebanyakan

penyakit tropis lainnya, malaria merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang.

Penyebaran malaria juga cukup luas di banyak negara, termasuk Indonesia.

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga 1995, diperkirakan 15 juta penduduk

Indonesia menderita malaria, 30 ribu di antaranya meninggal dunia. Morbiditas (angka

kesakitan) malaria sejak tiga tahun terakhir menunjukkan peningkatan. Di Jawa dan Bali terjadi

peningkatan: dari 18 kasus per 100 ribu penduduk (1998) menjadi 48 kasus per 100 ribu

penduduk (2000). Peningkatan terjadi terutama di Jawa Tengah (Purworejo dan Banyumas)

dan Yogyakarta (Kulon Progo). Di luar Jawa dan Bali, peningkatan terjadi dari 1.750 kasus per

100 ribu penduduk (1998) menjadi 2.800 kasus per 100ribu penduduk (2000): tertinggi di NTT,

yaitu 16.290 kasus per 100 ribu penduduk.


B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit malaria ?

2. Apakah etiologi penyakit malaria ?

3. Seperti apa gejala klinis penyakit malaria ?

4. Bagaimana patofisiologi penyakit malaria ?

5. Bagaimana epidemiologi penyakit malaria ?

6. Bagaimana penanganan penyakit malaria ?

C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari dosen pembimbing, selain

itu penulisan makalah ini juga bertujuan untuk membuka wawasan dan cara berpikir kita agar

dapat memahami berapa pentingnya menjaga kesehatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Malaria

Penyakit malaria adalah salah satu dari jenis penyakit menular dan disebabkan oleh

parasit dari genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (

gigitan) nyamuk Anopheles spp.

B. Etiologi
Agent penyakit malaria adalah genus plasmodia, family plasmodiidae, dan order Coccidiidae.

Ada empat jenis parasit malaria, yaitu:

a. Plasmodium falciparum

Menyebabkan malaria falciparum atau malaria tertiana yang maligna (ganas) atau dikenal

dengan nama lain sebagai malaria tropika yang menyebabkan demam setiap hari.

b. Plasmodium vivax

Menyebabkan malaria vivax atau disebut juga malaria tertiana benigna (jinak).

c. Plasmodium malariae

Menyebabkan malaria kuartana atau malaria malariae.

d. Plasmodium ovale

Jenis ini jarang sekali dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat, menyebabkan

malaria ovale.

C. Gejala Klinis

Secara klinis, gejala dari penyakit malaria terdiri atas beberapa serangan demam dengan

interval tertentu yang diselingi oleh suatu periode dimana penderita bebas sama sekali dari

demam. Gejala klinis malaria antara lain sebagai berikut :

1. Badan terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat

2. Nafsu makan menurun

3. Mual-mual kadang-kadang diikuti muntah

4. Sakit kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium

Falciparum

5. Dalam keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa

6. Malaria berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan kesadaran
7. Pada anak, makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah

mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat kunjungan

ke atau berasal dari daerah malaria.

Malaria menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu:

1. Demam berulang yang terdiri dari tiga stadium: stadium dingin, stadium demam, dan stadium

berkeringat

2. Splenomegali (pembengkakan limpa)

3. Anemi yang disertai malaise

4. Patofisiologi

Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama pada setiap penderita, tergantung pada

spesies parasit dan umur dari penderita, gejala klinis yang berat biasanya terjadi pada malaria

tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum.

D. Patofisiologi

Penyakit malaria seperti yang telah diterangkan di atas bahwa merupakan salah satu

jenis penyakit menular. Cara penularan penyakit malaria ini adalah ditularkan melalui gigitan

nyamuk malaria

( anopheles ). Bila nyamuk anopheles ini mengigit orang yang sakit malaria maka parasit akan

ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak.

Sesudah 7-14 hari apabila nyamuk tersebut mengigit orang sehat, maka parasit tersebut akan

di tularkan ke orang tersebut. Di dalam tubuh manusia parasit akan berkembang biak,

menyerang sel-sel darah merah. Dalam waktu kurang lebih 12 hari orang tersebut akan

terserang penyakit malaria.


E. Epidemiologi

1. Orang

Di Indonesia, malaria merupakan masalah kesehatan yang penting, oleh karena

penyakit ini endemik di sebagian besar wilayah Indonesia terutama di luar Jawa dan Bali.

Epidemi malaria seringkali dilaporkan dari berbagai wilayah dengan angka kematian yang lebih

tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dibanding orang dewasa.

Penelitian Yulius (2007) dengan desain case series di Kabupaten Bintan Kepulauan

Riau tahun 2005-2006 terdapat 384 penderita malaria, 243 orang (63,3%) laki-laki dan 141

orang (36,7%) perempuan, kelompok umur 5-14 tahun 23 orang (6%), 15-44 tahun 326 orang

(84,9%), dan >45 tahun 35 orang (9,1%).20 Penelitian Yoga dalam Sarumpaet dan Tarigan

(2006) tahun 1999 di Kabupaten Jepara Jawa Tengah, diperoleh bahwa dari 145 kasus malaria

yang diteliti, 44% berasal dari pekerjaan petani serta tidak ditemukan pada PNS/TNI/POLRI.

Penelitian Sunarsih, dkk tahun 2004-2007 dengan desain kasus kontrol, kasus malaria

di wilayah Puskesmas Pangkalbalam Kota Pangkalpinang banyak diderita responden berumur

21-25 tahun (17,6%), umur 36-40 tahun (14,7%). Namun secara keseluruhan fenomena

tersebut menunjukkan bahwa penyakit malaria menyerang hampir seluruh kelompok umur, 80

orang mempunyai jenis kelamin laki-laki (58,8%), perempuan 41,2% (56 orang).

2. Tempat

Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (Rusia) dan 32°LS (Argentina).Ketinggian

yang dimungkinkan adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut mati dan Kenya) dan

2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia).

Penelitian Ahmadi, dkk tahun 2008 di di Desa Lubuk Nipis Kecamatan Tanjung Agung

Kabupaten Muara Enim, terlihat bahwa dari 54 responden, yang positif malaria terdapat 53

(98,1 %) responden yang mempunyai tempat tinggal dengan jarak kurang dari 200 m dari
hutan/kebun/semak-semak/sawah dan 1 (1,9 %) responden yang mempunyai tempat tinggal

yang berjarak lebih dari 200 m. Digunakan jarak 200 m adalah karena 200 m adalah jarak

terbang maksimum nyamuk

3. Waktu

Menurut data Profil Dinkes Sumut dalam Sarumpaet dan Tarigan (2006), di Propinsi

Sumatera Utara terjadi kasus malaria klinis rata-rata 82.405 per tahun (selama tahun 1996-

2000). Penyakit malaria sampai saat ini menduduki rangking ke-7 dari 10 penyakit terbesar di

Propinsi Sumatera Utara. Berdasarkan data laporan bulanan malaria, kejadian malaria di

Kawasan Ekosistem Leuser berdasarkan Annual Malaria Incidence (AMI) terjadi peningkatan

malaria, yaitu dari 12,8 ‰ tahun 2003 meningkat menjadi 14,3 ‰ tahun 2004 dan 25,4 ‰ tahun

2005.

F. Penanganan

1. Pencegahan

a. Menghindari gigitan nyamuk, tidur memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk, memakai

obat oles anti nyamuk, pasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari

rumah, mengurangi berada di luar rumah pada malam hari.

b. Pengobatan pencegahan, 2 hari sebelum berangkat ke daerah malaria,dengan pemberian

obat yaitu minum obat doksisilin 1 x 1 kapsul / hari sampai 2 minggu setelah keluar dari lokasi

endemis malaria.

c. Membersihkan lingkungan, menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong

membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan.

d. Menebarkan pemakan jentik, menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan

jentik. Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair.

2. Pengobatan
Sejak tahun 1638 malaria telah diatasi dengan getah dari batang pohon cinchona,

yang dikenal dengan nama kina, yang sebenarnya beracun dan menekan pertumbuhan

protozoa dalam jaringan darah. Pada tahun 1930, ahli obat-obatan jerman berhasil menemukan

atabrine (quinacrine hydrocloride) yang pada saat itu lebih efektif daripada quinine dan kadar

racunnya lebih rendah,Beberapa jenis obat yang dikenal umum adalah :

a. Obat standar: klorokuin dan primakuin

b. Obat alternatif: Kina dan Sp (Sulfadoksin + Pirimetamin)

c. Obat penunjang: Vitamin B Complex, Vitamin C dan SF (Sulfas Ferrosus)

d. Obat malaria berat: Kina HCL 25% injeksi (1 ampul 2 cc)

e. obat standar dan Klorokuin injeksi (1 ampul 2 cc) sebagai obat alternatif.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit malaria adalah salah satu dari jenis penyakit menular dan disebabkan oleh

parasit dari genus plasmodium yang termasuk golongan protozoa melalui perantaraan tusukan (

gigitan) nyamuk Anopheles spp.

Cara penularan penyakit malaria ini adalah ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria (

anopheles ).
B. Saran

Disarankan agar pemerintah dapat memperhatikan kondisi rakyat kecil yang sangat

rentan terkena penyakit malaria sebelum terjadi kejadian luar biasa (KLB) dan juga diharapkan

kepada petugas kesehatan agar selalu memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat

mencegah penyakit malaria.


Epidemiologi Penyakit Menular Kumpulan literatur ilmiah mengenai penyakit-penyakit menular
yang dihimpun oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya Angkatan
2010 Sabtu, 05 November 2011 Malaria Oleh Harun Alrasyid (10101001032) RESUME Malaria
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium.
Malaria pada manusia dapat disebabkan oleh Plasmodium malariae, Plasmodium vivax,
Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale. Seseorang dapat terinfeksi lebih dari satu jenis
Plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran/majemuk (mixed infection). Menurut Laporan
Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225 juta kasus malaria dan diperkirakan 781 000
meninggal pada tahun 2009. Data ini mengalami penurunan dari 233 juta kasus dan 985 000
kematian pada tahun 2000. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan mengalami gejala sesuai
dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan tubuhnya. Beberapa faktor yang
berinteraksi dalam kejadian dan penularan penyakit malaria, antara lain: Faktor Host (Manusia),
Faktor Agent (Plasmodium), dan Faktor Lingkungan. Malaria dapat ditularkan melalui 2 cara
yaitu cara alamiah dan bukan alamiah. Pencegahan dapat dilakukan melalui pendekatan berbasis
masyarakat dan pendekatan berbasis pribadi. Obat yang dipakai untuk pengobatan malaria di
Indonesia adalah klorokuin, primakuin, kina pirimetamin, dan sulfadoksin. BAB I
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi,
anak balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan dapat
menurunkan produktivitas kerja1. Gambar 1. Daerah Penyebaran Penyakit Malaria (Sumber
www.who.int) Malaria adalah penyakit yang mengancam kehidupan yang disebabkan oleh
parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi. Pada tahun 2009,
diperkirakan malaria menyebabkan 781 000 kematian, sebagian besar terjadi pada anak-anak di
Afrika. Menurut Laporan Badan Kesehatan Dunia tahun 2010, terdapat 225 juta kasus malaria
dan diperkirakan 781 000 meninggal pada tahun 2009. Data ini mengalami penurunan dari 233
juta kasus dan 985 000 kematian pada tahun 2000. Sebagian besar kematian terjadi di antara
anak yang tinggal di Afrika di mana seorang anak meninggal setiap 45 detik akibat malaria dan
penyakit ini menyumbang sekitar 20% dari semua kematian anak di dunia2. Di Indonesia, hingga
akhir 2008 kasus malaria menunjukkan kecenderungan menurun, namun masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Indonesia baik API (Annual
Parasite Incidence) maupun AMI (Annual Malaria Incidence) menunjukan penurunan selama
periode 2000-2008. API pada tahun 2000 berada pada angka 0,81 per 1000 penduduk terus turun
hingga 0,15 per 1000 penduduk pada tahun 2004. Angka ini meningkat menjadi 0,19 pada tahun
2006, untuk kemudian kembali turun pada angka 0,16 per 1000 penduduk pada tahun 2007-2008.
Hal yang sama terjadi pada AMI. Pada periode 2000-2004 AMI cenderung menurun dari 31,09
menjadi 21,2 per 1000 penduduk kemudian hingga tahun 2008 turun menjadi 18,82 per 1000
penduduk. Kemudian berdasarkan data dari Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2010, angka AMI turun hingga 12,27 per 1000 penduduk3,4.
Provinsi Sumatera Selatan adalah daerah endemis malaria, dimana tahun 2009 terdapat 7
kabupaten endemis malaria sedang dan 8 kabupaten/kota lainnya digolongkan pada daerah
endemis rendah. Satu kota diantara daerah endemis rendah yaitu Kota Palembang adalah daerah
bebas malaria dalam arti kasus yang ada adalah kasus impor dari kabupaten lain (Kabupaten
Banyuasin). Angka kesakitan malaria dari tahun 2003 ke tahun 2004 menurun secara drastis. Hal
ini disebabkan Kabupaten Bangka dan Belitung berpisah dari Povinsi Sumatera Selatan. Kedua
Kabupaten tersebut adalah penyumbang kasus malaria paling tinggi. Angka kesakitan (malaria
klinis) per 1000 penduduk di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2009 (AMI) adalah 8,45 ‰
dengan kematian (CFR 0,27%), dengan jumlah sediaan darah yang diperiksa / ABER ( Annual
Blood Examination rate) 0,42 % dan persentase dari sediaan darah yang positif dari seluruh
sediaan darah yang diperiksa (SPR) 21,9 % 5. Angka kesakitan (malaria klinis) per 1000
penduduk di kabupaten/kota Provinsi Sumatera Selatan dalam tahun 2009 tertinggi adalah di
Kabupaten Ogan Komering Ulu 27,07 ‰ (7.217 kasus), Kabupaten Lahat 22,08 ‰ (7.531
kasus), Kota Lubuk Linggau 17,88 ‰ (3.326 kasus), sedangkan terendah di Kabupaten Ogan Ilir
0,34 ‰ (130 kasus)5. 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud dengan penyakit
malaria ? 2. Bagaimana etiologi dari penyakit malaria ? 3. Bagaimana daur hidup plasmodium ?
4. Bagaimana epidemiologi dan transmisi dari penyakit malaria ? 5. Bagaimanakah patogenesis
dan patologi penyakit malaria ? 6. Bagaimana riwayat alamiah dan manifestasi klinik dari
malaria ? 7. Bagaimana cara mencegah penyakit malaria ? 8. Bagaimana cara mengobati
penyakit malaria ? 1.3 TUJUAN 1. Mengetahui etiologi dari penyakit malaria 2. Mengetahui
daur hidup dari protozoa plasmodium sebagai parasit malaria agar dapat melakukan intervensi
dalam melakukan pencegahan penyakit 3. Mengenal epidemiologi, transmisi, patogenesis dan
patologi malaria 4. Memahami riwayat alamiah penyakit dan manifestasi klinik dari penyakit
malaria untuk mengenali gejala penyakit malaria 5. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan
penyakit malaria BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ETIOLOGI Malaria adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh protozoa obligat intraseluler dari genus Plasmodium. Malaria pada
manusia dapat disebabkan oleh Plasmodium malariae (Laveran, 1888), Plasmodium vivax (Grosi
dan Felati, 1890), Plasmodium falciparum (Weich, 1897) dan Plasmodium ovale (Stephens,
1992)6. Gambar 2. Nyamuk Anopheles (Diadapsi dari Google.com) Malaria disebabkan oleh
parasit sporozoa Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles betina infektif.
Sebagian besar nyamuk anopheles akan menggigit pada waktu senja atau malam hari, pada
beberapa jentik nyamuk puncak gigitannya adalah tengah malam sampai fajar. Pada manusia,
Plasmodium terdiri dari 4 spesies, yaitu Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium
malariae, dan Plasmodium ovale. Plasmodium falcifarum merupakan penyebab penyakit infeksi
berat bahkan dapat menimbulkan kematian. Keempat spesies Plasmodium yang terdapat di
Indonesia, yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, Plasmodium vivax
yang menyebabkan malaria tetiana, Plasmodium malariae yang menyebabkan malaria quartana
dan Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale7, 8. Seseorang dapat terinfeksi lebih
dari satu jenis Plasmodium, dikenal sebagai infeksi campuran/majemuk (mixed infection). Pada
umumnya paling banyak dijumpai dua jenis Plasmodium, yaitu campuran antara Plasmodium
falcifarum dan Plasmodium vivax tau Plasmodium malariae. Kadang-kadang dijumpai tiga jenis
plasmodium sekaligus, meskipun hal ini jarang sekali terjadi. Infeksi campuran biasanya terdapat
di daerah dengan angka penularan tinggi. Akhir-akhir ini di beberapa daerah dilaporkan kasus
malaria yang telah resisten terhadap Klorokuin, bahkan juga resisten terhadap Pirimetamin-
Sulfadoksin. Penyakit ini jarang ditemui pada bulan-bulan pertama kehidupan, tetapi pada anak
yang berumur beberapa tahun dapat terjadi seranga malaria tropika yang berat, bahkan tetiana
dan kuartana dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak dengan gangguan gizi8. 2.2
DAUR HIDUP PLASMODIUM Dalam daur hidupnya Plasmodium mempunyai 2 hospes, yaitu
vertebrata dan nyamuk. Siklus aseksusal di dalam hospes vertebrata dikenal sebagai skizogeni,
sedangkan siklus seksual yang membentuk sporozoit di dalam nyamuk sebagai sporogoni. Siklus
seksual dimulai dengan bersatunya gamet jantan dan gamet betina untuk membentuk ookinet
dalam perut nyamuk. Ookinet akan menembus dinding lambung untuk membentuk kista di
selaput luar lambung nyamuk. Waktu yang diperlukan sampai pada proses ini adalah 8-35 hari,
tergantung pada situasi lingkungan dan jenis parasitnya. Pada tempat inilah kista akan
membentuk ribuan sporozoit yang terlepas dan kemudian tersebar ke seluruh organ nyamuk
termasuk kelenjar ludah nyamuk. Pada kelenjar inilah sporozoit menjadi matang dan siap
ditularkan bila nyamuk menggigit manusia7,8. Manusia yang tergigit nyamuk infektif akan
mengalami gejala sesuai dengan jumlah sporozoit, kualitas plasmodium, dan daya tahan
tubuhnya. Sporozoit akan memulai stadium eksoeritrositer dengan masuk ke dalam sel hati. Di
hati sporozoit matang menjadi skizon yang akan pecah dan melepaskan merozoit jaringan.
Merozoit akan memasuki aliran darah dan menginfeksi eritrosit untuk memulai siklus eritrositer.
Merozoit dalam erotrosit akan mengalami perubahan morfologi yaitu : merozoit -> bentuk cincin
-> trofozoit -> merozoit. Proses perubahan ini memerlukan waktu 2-3 hari. Di antara merozoit-
merozoit tersebut akan ada yang berkembang membentuk gametosit untuk kembali memulai
siklus seksual menjadi mikrogamet (jantan) dan makrogamet (betina). Siklus tersebut disebut
masa tunas instrinsik. Eritrosit yang terinfeksi biasanya pecah yang bermanifestasi pada gejala
klinis. Jika ada nyamuk yang menggigit manusia yang terinfeksi ini, maka gametosit yang ada
pada darah manusia akan terhisap oleh nyamuk. Dengan demikian, siklus seksual pada nyamuk
dimulai, demikian seterusnya penularan malaria7,8. Gambar 3. Siklus hidup Plasmodium
penyebab Penyakit Malaria (diadaptasi dari www.dpd.cdc.gov/dpdx.) 2.3 EPIDEMIOLOGI
DAN TRANSMISI MALARIA EPIDEMIOLOGI Malaria merupakan penyakit endemis atau
hiperendemis di daerah tropis maupun subtropis dan menyerang negara dengan penduduk padat.
Diperkirakan prevalensi malaria di seluruh dunia berkisar antara 160-400 juta kasus. Batas dari
penyebaran malaria adalah 64o lintang utara (Rusia) dan 32o lintang selatan (Argentina).
Ketinggian yang memungkinkan parasit hidup adalah 400 meter di bawah permukaan laut (Laut
Mati) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia). Plasmodium vivax mempunyai distribusi
geografis yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropik sampai ke daerah
tropis, kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Plasmodium falcifarum tertama menybabkan
malaria di Afrika dan daerah-daerah tropis lainnya8. Gambar 4. Triad Epidemiologi Penyakit
Malaria (Diadaptasi dari www.google.com) Kembali berpedoman pada prinsip ilmu
epidemiologi, maka epidemiologi malaria adalah sebuah ilmu yang mempelajari faktor-faktor
yang menentukan distribusi malaria pada masyarakat dan menggunakannya untuk
menanggulangi penyakit tersebut. Beberapa faktor yang berinteraksi dalam kejadian dan
penularan penyakit malaria, antara lain: Faktor Host (Manusia) Secara umum dapat dikatakan
bahwa setiap orang dapat terkena penyakit malaria. Perbedaan prevalensi menurut umur dan
jenis kelamin karena berkaitan dengan perbedaan tingkat kekebalan dan frekuensi keterpaparan
gigitan nyamuk. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerentanaan seseorang adalah 1. Ras atau
suku bangsa. Di Afrika, apabila prevalensi hemoglobin S (HbS) cukup tinggi, penduduknya lebih
rentan terhadap infeksi P.falcifarum. penyelidikan terakhir menunjukkan bahwa HbS
menghambat P.falcifarum baik sewaktu invasi maupun berkembang biak. 2. Kurangnya suatu
enzim tertentu. Kurangnya enzim G6PD (Glucosa 6-Phosphat Dehydrogenase) memberikan
perlindungan terhadap infeksi P.Falcifarum yang berat. Walaupun demikian, kurangnya enzim
ini merugikan ditinjau dari segi pengobatan dengan golongan Sulfonamid dan Primakuin oleh
karena dapat terjadi hemolisis darah. Defisiensi enzim G6PD ini merupakan penyakit genetik
dengan manifestasi utama pada perempuan. 3. Kekebalan pada manusia terjadi apabila tubuh
mampu menghancurkan Plasmodium yang masuk atau menghalangi perkembangannya6,8.
Faktor Agent (Plasmodium) Penyakit malaria adalah suatu penyakit akut atau sering kronis yang
disebabkan oleh parasit genus plasmodium (Class Sporozoa). Sifat-sifat spesifik parasit berbeda-
beda untuk setiap spesies malaria dan hal ini mempengaruhi terjadinya manifestasi klinis dan
penularan. Faktor Lingkungan Beberapa faktor lingkungan yang cukup ideal mendukung
keberadaan penyakit malaria di Indonesia, antara lain: lingkungan fisik (suhu, kelembaban udara,
curah hujan, ketinggian, angin), lingkungan biologik dan lingkungan sosial-budaya.
TRANSMISI Malaria dapat ditularkan melalui 2 cara yaitu cara alamiah dan bukan alamiah. 1.
Penularan secara alamiah (natural infection), melalui gigitan nyamuk anopheles. 2. Penularan
bukan alamiah, dapat dibagi menurut cara penularannya, ialah a. Malaria bawaan (kongenital),
disebabkan adanya kelainan pada sawar plasenta sehingga tidak ada penghalang infeksi dari ibu
kepada bayi yang dikandungnya. Selain melalui plasenta penularan dari ibu ke bayi melalui tali
pusat. b. Penularan secara mekanik terjadi melalui transfusi darah atau jarum suntik. Penularan
melalui jarum suntik banyak terjadi pada para pecandu obat bius yang menggunakan jarum
suntik yang tidak steril. Infeksi malaria melalui transfusi hanya menghasilkan siklus eritrositer
karena tudak melalui sporozoit yang memerlukan siklus hati sehingga diobati dengan mudah. c.
Penularan secara oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinasium), burung dara
(Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium knowlesi). Pada umumnya sumber infeksi
malaria pada manusia adalah manusia lain yang sakit malaria, baik dengan gejala maupun tanpa
gejala klimis8. 2.4 PATOGENESIS DAN PATOLOGI Patogenesis malaria lebih ditekankan
pada terjadinya peningkatan permeabilitas pembuluh darah dari pada koagulasi intravaskular.
Oleh karena skizogeni menyebabkan kerusakan eritrosit. Akan terjadi anemia. Beratnya anemia
yang tidak sebanding dengan parasitemia menunjukan adanya kelainan eritrosit selain yang
mengandung parasit. Pada percobaan binatang dibuktikan adanya gangguan transportasi natrium
sehingga keluar dari eritrosit yang mengandung parasit dan tanpa parasit malaria. Diduga
terdapat toksin malaria yang menyebabkan gangguan fungsi eritrosit dan sebagaian eritrosit
pecah saat melalui limfa dan keluarlah parasit8. Faktor lain yang menyebabkan terjadinya
anemia mungkin karena terbentuknya antibodi terhadap eritrosit. Suatu bentuk khusus anemia
hemolitik pada malaria adalah black water fever, adalah suatu bentuk malaria berat yang
disebabkan oleh Plasmodium falcifarum, yang ditandai oleh adanya hemolisis intravaskuler
berat, hemoglobinuria, kegagalan ginjal mendadak sebagai akibat nekrosis tubulus, disertai
angka kematian yang tinggi. Telah lama dicurigai bahwa Kina dapat memprovokasi terjadinya
black water fever. Sebagai tambahan, kasus meninggal yang disebabkan malaria selalu
menunjukkan adanya perubahan yang menonjol dari retikuloendotelial dan mungkin juga
melibatkan berbagai sistem organ8. Limfa membesar, mengalami pembendungan dan pigmentasi
sehingga mudah pecah. Dalam limfa dijumpai banyak parasit dalam makrofag dan sering terjadi
fagositosis dari eritrosit yang terinfeksi maupun yang tidak terinfeksi. Pada malaria kronis terjadi
hiperplasi dari retikulum disertai peningkatan makrofag. Pada sindrom pembesaran limfa di
daerah tropis atau penyakit pembesaran limfa pada malaria kronis biasanya dijumpai bersama
dengan peningkatan kadar IgM. Peningkatan antibodi terhadap malaria ini mungkin
menimbulkan respons imunologis yang tidak lazim pada malaria kronis. Pada malaria juga
terjadi pembesaran hepar, sel Kuffer seperti sel dalam sistem retikuloendotelial terlibat dalam
respon fagositosis. Sebagai akibatnya hati menjadi berwarna kecoklatan agak kelabu atau
kehitaman. Pada malaria kronis terjadi infiltasi difus oleh sel mononukleus pada periportal yang
meningkat sejalan dengan berulangnya serangan malaria. Hepatomegali dengan infiltrasi sel
mononukleus merupakan bagian dari sindrom pembesaran hati di daerah tropis. Nekrosis
sentrilobulus terjadi pada syok8. 2.5 RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT Gejala klinis malaria
meliputi keluhan dan tanda klinis merupakan petunjuk yang penting dalam diagnosa malaria.
Gejala klinis ini dipengaruhi oleh jenis/strain plasmodium, imunitas tubuh dan jumlah parasit
yang menginfeksi. Malaria sebagai penyakit infeksi yang disebabkan oleh plasmodium
mempunyai gejala utama yaitu demam. Di duga terjadinya demam berhubungan dengan proses
skizogoni (pecahnya merozoit/skizon), atau akhir-akhir ini dihubungkan dengan pengaruh GPI
(glycosyl phosphatidylinositol) atau terbentuknya sitokin dan atau toksin lainnya. Pada beberapa
penderita demam tidak terjadi misalnya pada daerah hiperendemik, banyak orang dengan
parasitemia tanpa gejala. Berat ringannya manifestasi malaria tergantung jenis plasmodium yang
menyebabkan infeksi8. Tabel 1. Karakteristik Spesies Plasmodium Sumber : (Harijanto, 19996))
Gejala klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” (Malaria proxysm) secara berurutan : Periode
dingin Mulai menggigil, kulit dingin dan kering, penderita sering membungkus diri dengan
selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling
terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit
sampai 1 jam diikuti dengan meningkatnya temperatur. Periode panas Penderita muka merah,
kulit panas dan kering, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi sampai 40oC atau lebih,
penderita. Periode ini lebih lama dari fase dingin, dapat sampai 2 jam atau lebih, diikuti dengan
keadaan berkeringat. Periode berkeringat Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti
seluruh tubuh, sampai basah, temperatur turun, penderita merasa cape dan sering tertidur. Bila
penderita bangun akn merada sehat dan dapat melakukan pekerjaan biasa6. Dikenal beberapa
kaadaan klinik dalam perjalan infeksi malaria yaitu : Serangan primer (Periode Klinis) Yaitu
keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri dari
dingin/menggigil; panas dan berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang
tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita. Periode laten Yaitu periode
tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara
dua keadaan paroksismal. Recrudescense Yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam
masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recurrence Yaitu berulangnya gejala
klinik atau parasitemia setelah 24 minggu berakhirnya serangan primer. Relapse atau “Rechute”
Ialah berlangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari wakti diantara serangan
periodik dari infeksi primer6. 2.6 PENCEGAHAN a. Berbasis Masyarakat Pola Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat harus selalu ditingkatkan melalui penyuluhan kesehatan,
pendidikan kesehatan, diskusi kelompok maupun kampanye masal untuk mengurangi tempat
sarang nyamuk (Pemberantasan Sarang Nyamuk, PSN). Kegiatan PSN meliputi menghilangkan
genangan air kotor, di antaranya dengan mengalirkan air atau menimbun atau mengeringkan
barang atau wadah yang memungkinkan sevagai tempat air tergenang. Melakukan identifikasi
dan menemukan penderita sedini mungkin akan membantu dalam pencegahan penularan yang
lebih besar (outbreaks) Melakukan penyemprotan yang efektif dan efisien melalui kajian
mendalam tentang bionomik anopheles seperti waktu kebiasaan menggigit, jarang terbang, dan
resistensi terhadap insektisida7. b. Berbasis Pribadi Pencegahan gigitan nyamuk seperti : Ø
Tidak keluar rumah anra senja dan malam hari, bila terpaksa gunakan pakaiaan yang menutupi
dan berwarna terang Ø Menggunakan repelan yang mengandung dimetilftalat atau zat
antinyamuk lain Ø Membuat konstuksi rumah yang tahan nyamuk dengan memasang kasa
antinyamuk pada ventilasi udara atau jendela Ø Menggunakan kelambu yang mengandung
insektisida (insecticide-treated mosquito net, ITN) Pengobatan profilaksis bila memasuki daerah
endemik meliputi : Ø Pada daerah dimana plasmodiumnya masih sensitif dengan klorokuin,
diberikan klorokuin 300 mg basa dan 500 mg klorokuin fosfat untuk orang dewasa, seminggu 1
tablet, dimulai 1 minggu sebelum masuk kr daerah tersebut sampai 4 minggu setelah
meninggalkan tempat tersebut Ø Pada daerah resistensi klorokuin, pasien memerlukan
pengobatan supresif, yaitu dengan meflokuin 5 mg/kgBB/minggu atau doksisiklin 100 mg/hari
atau sulfadoksin 500 mg/pirimetamin 25 mg (SuldoxR), 3 tablet sekali minum. Informasi tentang
donor darah. Calon donor darah yang datang ke daerah endemik dan berasal dari daerah
nonendemik serta tidak menunjukkan gejala klinis malaria, boleh mendonorkan darahnya selama
6 bulan sejak ia datang. 2.7 PENGOBATAN Pengobatan malaria menurut keperluannya dibagi
menjadi pencegahan bila obat diberikan sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat
diberikan untuk mencegah timbulnya gejala klinis, pengobatan kuratif untuk pengobatan infeksi
yang sudah terjadi terdiri dari serangan akut dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah
transmisi/penularan bila obat digunakan terhadap gametosit dalam darah6,8. Pengobatan malaria
dpat dilakukan secara rawat jalan atau rawat inap. Protokol untuk pengobatan malaria rawat
jalan/rawat inap sebagai berikut: Klorokuin basa diberikan total 25 mg/kgBB selama 3 hari,
dengan perincian sebagai berikut : hari pertama 10 mg/kgBB (max. 600 mg basa), 6 jam
kemudian dilanjutkan dengan 10 mg/kgBb (max. 600 mg basa) dan 5 mg/kgBB pada 24 jam
(max. 300 mg basa) + Primakuin 1 hari. Atau hari I dan II maisng-masing 10 mg/kgBB dan hari
III 5 mg/kgBB + Primakuin 1 hari. Bila dengan pengobatan butir 1 ternyata pada hari ke IV
masih demam atau hari ke VIII masih dijumpai parasit dalam darah maka diberikan: a. Kina
Sulfat 30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis, selama 7 hari atau b. Fansidar atau suldox dengan
dasar dosis pirimetamin 1-1,5 mg/kgBb atau sulfadoksin 20-30 mg/kgBB single dose (usia di
atas 6 bulan) Bila dengan pengobatan butir 2 pada hari IV masih demam atau hari ke VIII masih
dijumpai parasit maka : a. Tetrasiklin HCl 50 mg.kgBB/kali, sehari 4 kali selama 7 hari +
fansidar/suldox bila belum mendapat medapat pengobatan butir 2a atau b. Tetrasiklin HCl + kina
sulfat bila sebelumnya mendapatkan pengobatan butir 2b. Dosis kina dan fansidar/suldox sesuai
butir 2a dan 2b (tetrasiklin hanya diberikan pada umur 8 tahun atau lebih) Obat yang dipakai
untuk pengobatan malaria di Indonesia adalah klorokuin, primakuin, kina pirimetamin, dan
sulfadoksin. Obat antimalaria yang masih sangat terbatas di Indonesia adalah Meflokuin,
Halofantrin, Qinghaosu6. BAB III PENUTUP 3.1 KESIMPULAN Malaria merupakan penyakit
yang masih menjadi permasalahan dalam kesehatan masyarakat. Meskipun prevalensi penyakit
malaria di dunia maupun di Indonesia menurun, namun angka mortilitas dan morbiditas cukup
tinggi khususnya pada daerah endemis seperti daerah tropis dan subtropis. Jika ditinjau dari
angka kejadian malaria di dunia maka angka terbesar dialami oleh Afrika selatan di mana
seorang anak meninggal setiap 45 detik akibat malaria dan penyakit ini menyumbang sekitar
20% dari semua kematian anak di dunia Malaria adalah penyakit yang mengancam kehidupan
yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
terinfeksi. Pada dasarnya penyakit malaria dapat dicegah dengan melakukan intervensi dan
perilaku hidup bersih dan sehat. Pengobatan dilakukan berdasarkan tingkat kepeluan dengan
menggunakan obat anti malaria seperti klorokuin, primakuin, kina pirimetamin, dan sulfadoksin.
3.2 SARAN Kita tidak perlu khawatir jika sakit, karena setiap penyakit ada obatnya. Namun jika
tidak terkena penyakit itu lebih baik. Penyakit malaria adalah salah satu penyakit reemerging,
yakni penyakit yang menular kembali secara massal, sehingga menjadi ancaman serius bagi
masyarakat. Pada dasarnya jika kita melakukan perilaku hidup bersih dan sehat serta menjaga
alam sekitar maka itu sudah lebih dari cukup untuk menghindarkan diri dari malaria. Namun
apabila menemukan gejala-gejala awal malaria segeralah ke puskesmas atau rumah sakit terdekat
untuk penanganan dan pengobatan lanjutan. KEPUSTAKAAN 1. Depkes. Epidemiologi Malaria
di Indonesia. Buletin Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta, Pusat Data dan Informasi
Kesehatan, 2011. 2. World Health Organization. Malaria Fact sheet N°94.WHO Media centre,
2011. 3. Depkes. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta, Pusat Data dan Informasi Kesehatan,
2009. 4. Depkes. Indikator Kesehatan Indonesia 2005-2009. Jakarta, Pusat Data dan Informasi
Kesehatan, 2009. 5. Depkes. Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan 2010. Palembang,
Pusat Data dan Informasi Kesehatan, 2010. 6. Harijanto N. Malaria-Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis & Penanganan.Jakarta,EGC, 1999. 7. Widoyono. Penyakit Tropis.
Jakarta,Erlangga, 2008. 8. Rampengan. Penyakit Infeksi Pada Anak. Jakarta, EGC, 2007. 9. Paul
D.Hoepricb. and M.Colin Jordan. Infectous Diseases. 1989 www.cdc.gov www.who.int
www.google.com Diposting oleh Epidemiologi Penyakit Menular di 10.18 Kirimkan Ini lewat
EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest Label: Infeksi
Parasit 3 komentar: Anonim2 November 2012 02.47 mohon maaf, untuk pengobatan malaria saat
ini (sejak tahun 2005) sudah memakai Artemisinin Based Combination Therapy (ACT)
dikarenakan klorokuin sudah resisten di beberapa daerah di Indonesia.. bisa dilihat pada World
Malaria Report atau www.eliminasi.blogspot.com Balas Epidemiologi Penyakit Menular26
Maret 2013 05.59 Terimakasih komentarnya, dan suggestnya, akan dikunjungi Balas vitri
yuppy15 Juni 2014 06.02 gambar segitiga epid nya mna ? Balas Muat yang lain... Posting Lebih
Baru Posting Lama Beranda Langganan: Posting Komentar (Atom) USA Schoolarship USA
Schoolarship Australia Awards Australia Awards Neso Indonesia Neso Indonesia Clock Learn
WestLife - I Have A Dream FKM Unsri FKM Unsri Bu Najma Bu Najma Lecturer Epid Viewer
fast installation History ► 2012 (1) ▼ 2011 (39) ▼ November (37) DEMAM KUNING
SMALLPOX (CACAR) PERTUSIS SIFILIS INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT
(ISPA) TOXOPLASMOSIS RABIES TETANUS PERTUSIS DEMAM TIFOID MUMPS
TRAKOMA CAMPAK HEPATITIS A PENYAKIT KAKI GAJAH ( FILARIASIS ATAU
ELEPHANTIAS... HEPATITIS B Hepatitis C ANTHRAKS Polio

Anda mungkin juga menyukai