MEDIA TRANSMISI
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kesehatan lingkungan terdiri dari 12 poin, yaitu:
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan dan pembuangan limbah cair, gas dan padat
3. Pencegahan kebisingan
4. Pencegahan kecelakaan
5. Mencegah penyebaran penyakit bawaan air, udara, makanan dan vector
6. Pengelolaan kualitas lingkungan, air, udara, makanan, pemungkiman,
dan bahan berbahaya
7. Pengelolaan keamanan dan sanitasi trasportasi
8. Pengelolaan kepariwisataan
9. Pengelolaan tempat makan umum
10. Pengelolaan pelabuhan
11. Mencegah dan memberi pertolongan pada bencana
12. Pengelolaan lingkungan kerja
2. Mengganti (Subsitution)
Prinsip ini sering digunakan sebagai metode pengendalian yang murah,
mudah dilaksanakan dan efektif.Misalnya mengganti bahan makana
yang tidak mendukung terjadinya pertumbuhan yang cepat dari
Staphylococcen adalah efektif untuk menghindari terjadinya keracunan
makanan.Mengganti deterjen yang persisten dengan bahan yang
degradable dapat memperkecil dampak terjadinya perubahan ekosistem
akuatik bahan air yang terpapar oleh air limbah yang mengandung
detergen.Mengganti bahan bakar fosil dengan gas yang lebih sedikit
menimbulkan pencemaran udara dari suatu industri.
3. Perlindungan (Sielding)
Perlindungan memiliki arti berbeda dengan isolasi. Perlindungan ini
berprinsip menggunakan barrier untuk melindungi seseorang dari
gangguan lingkungan seperti penggunaan safety glasses untuk tukang
las untuk melindungi mata, pakaian pelindung radiasi, pemakaian
kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk, dan pemakaian helm
untuk melindungi kepala dari kecelakaan kendaraan motor.
4. Perlakuan (Treatment)
Jika berbagai cara telah dilakukan dan mengalami kegagalan, perlakuan
tertentu atau penatalaksanaan terhadap gangguan dapat dilakukan, yaitu
dengan:
a) Menghancurkan (Distruction)
Misalnya merebus air untuk membunuh kuman, autoclaving,
pasteurisasi, aerasi air, klorinasi, eradikasi terhadap nyamuk
dan tikus, termasuk pula tindakan yang menggunakan
disinfektan, algasida, fungisida, bakterisida, dan rodentisida.
b) Mengubah, konversi (Convension)
Yang termaksud dengan konversi ialah menjadikan bahan
berbahaya menjadi kurang atau tidak berbahaya. Biasanya
melibatkan proses kimia atau biokimia. Asam kuat dan basa
kuat pada air limbah mungkin dapat memenfaatkan
mikroorganisme sehingga diperoleh hasil konversi yang tak
berbahaya lagi.
c) Pembersihan (Removal)
Sedimentasi dan filtrasi adalah contoh untuk memisahkan
bahan padatan dari bahan cair pada air limbah. Koagulasi atau
flokulasi (pembentukan flok-flok koloid dengan memberikan
koagulasi) juga usaha removal terutama untuk memisahkan
koloid dalam air sehingga mempercepat/membantu proses
sedimentasi. Removal juga termasuk instrument pemberih
udara (seperti electrostatic precipitation,bag filter and
cyclones) yang digunakan untuk pemisahan secara mekanik
partikel-partikel yang terkandung dalam aliaran udara yang
akan diemisikan melalui cerobong (stack).
d) Penghambatan (Inhibition)
Penghambatan (Inhibition) digunakan apabila ada ancaman
dari lingkungan tetapi efeknya tidak Nampak secara nyata atau
tidak dapat dikendalikan dengan intervensi
lingkungan.Pengendalian PH atau penembahan garam atau
gula digunakan untuk pengawetan makanan.Bila bakteri
mengkontaminasi makanan mereka tidak tahan dalam suasana
lingkungan yang tidak menguntungkan baginya, sehingga
makanan tidak rusak karena kontaminasi.
e) Pencegahan (Prevention)
Adalah istilah umum agar seseorang dalam kondisi sehat tidak
terganggu kesehatannya akibat terkena gangguan
lingkungan.Upaya ini termasuk memperkecil pemaparan
dengan mengatasi kegiatan, imunisasi terhadap penyakit,
penggunaan bahan/alat pelindung untuk menghindari infeksi
atau pengaruh dari faktor lingkungan. Imunisasi adalah
termasuk usaha pencegahan penyakit yang ditularkan melalui
lingkungan, atau petugas kesehatan akan menuju ke daerah
endemik malaria menggunakan atau diberi obat anti malaria
sebelum berangkat.
Sumber-sumber sampah
1) Sampah yang berasal dari pemungkiman
Merupakan sampah yang timbul akibat hasil dari rumah tangga yang sudah
dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makan baik yang sudah dimasak
atau belum, bekas pembungkusan berupa kertas, plastik dan daun, pakaian
bekas, dan perabotan rumah tangga yang sudah tidak terpakai.
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Merupakan sampah yang berasal dari pasar, tempat-tempat hiburan,
terminal bus dan stasiun kereta api/bandara.Sampah ini berupa kertas,
plastic, daun dan sebagainya.
3) Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah-sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas-kertas, plastic,
karbon, klip, dan sebagainya.Umumnya sampah ini bersifat kering, dan
mudah terbakar.
4) Sampah yang berasal dari jalan raya
Umumnya sampah yang dihasilkan dapat berupa bahan-bahan yang tidak
terbuat dari kertas, debu, batu-batuan, pasir, plastik, besi-besih kendaraan
yang terjatuh atau bahan karet ban yang dibuang sembarangan.
5) Sampah yang berasal dari industri
Sampah yang dihasilkan dapat berupa sampah-sampah pengepakan
barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.
6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari pertanian/perkebunan, misalnya: jerami,
sisa-sisa sayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan
sebagainya.
7) Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah yang dihasilkan tergantung dari jenis usaha pertambangan,
misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang),
dan sebagainya.
8) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Misalnya kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan ternak, bangkai
binatang dan sebagainya.
Pengelolaan sampah
cara pengelolaan sampah antara lain:
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Perlu adanya tempat penampungan sementara sampah yang dihasilkan
dari aktivitas masyarakat guna mencegah sampah-sampah yang
berserahkan di lingkungan. Mekanisme cara pengangkutan sampah untuk
di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya
dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan, sampah dapat
dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun
TPA.Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dapat didaur
ulang menjadi pupuk.
b. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pemusnahan dan pengelolaan sampah padat dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain:
1) Dikubur (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
2) Dibakar (inceneration), yaitu pemusnahan sampah yang dilakukan
dengan cara membakar ditungku pembakaran.
3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengelolahan sampah menjadi
pupuk, khususnya sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan
sampah lainnya yang dapat membusuk.
c) Pengolahan air limbah
Air limbah merupakan air sisa kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga,
kegiatan industri, perhotelan, dan tambang.Meskipun merupakan air sisa,
namun volumenya besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan
bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut terbuang lagi dalam
bentuk yang sudah tercemar. Selanjutnya air limbah ini akan mengalir ke
sungai atau terserap masuk ke dalam tanah sehingga tingkat pencemaran
lingkungan meningkat. Oleh sebab itu air buangan ini dapat dikelola dengan
baik dan benar. Cara-cara pengelolaan air limbah secara sederhana:
a) Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konstentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru di buang ke badan-badan air. Akan tetapi makin
bertambahnya jumlah penduduk maka makin meningkatnya kegiatan
manusia yang menghasilkan air limbah, sehingga cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu masih terdapat kerugian-kerugian lain
yang dihasilkan dari cara ini diantaranya: bahaya kontaminasi terhadap air
sungai masih ada, pengendapan yang menimbulkan pendangkalan sungai,
selokan, dan danau. Dan dampak lainnya yang akan timbul adalah banjir.
b) Kolam oksidasi
Prinsip dari metode ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang,
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah
dialirkan kedalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman
antara 1-2 meter.Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemungkiman, dan
didaerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi udara dengan
baik. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah akan berkurang, sehingga
relatif aman bila akan dibuang ke aliran-aliran air.
c) Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
meresap masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut.
Iro fk. 2018. Plastik dan Ancaman Kesehatan Lingkungan [internet]. Tersedia :
https://fk.ugm.ac.id [16 Februari 2020]
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Trtiwibowo, Cecep. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika.