Anda di halaman 1dari 17

ASPEK HUKUM KESEHATAN LINGKUNGAN

A. Definisi Kesehatan Lingkungan


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar kita baik, berupa
benda hidup, benda mati, benda nyata dan abstrak, termasuk manusia lainnya serta
suasana yang terbentuk karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen yang
ada di alam. Menurut WHO, untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diperlukan enam usaha dasar ksehatan masyarakat yang terdiri dari:
1. Pemeliharaan dokumen kesehatan
2. Pendidikan kesehatan
3. Kesehatan lingkungan
4. Pemberantasan penyakit menular
5. Kesehatan ibu dan anak
6. Pelayanan menis dan perawatan kesehatan

Dilihat dari hal-hal tersebut kesehatan lingkungan merupakan salah satu


dari enam usaha dasar kesehatan masyarakat yang menekankan pencegahan secara
dini suatu penyakit.Hal ini dikarenakan masalah kesehatan lingkungan seperti
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran, pembuangan sampah, dan
pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan mempunyai
pengaruh terhadap peningkatan penyakit infeksi.
Menurut WHO, kesehatan lingkungan merupakan suatu ilmu dan
keterampilan yang memusatkan perhatian pada usaha pengendalian semua faktor
yang ada dilingkungan fisik manusia yang diperkirakan menimbulkan hal-hal
yang merugikan perkembangan fisik, kesehatan atau kelangsungan hidup.
Menurut himpunan ahli kesehatan lingkungan Indonesia (HAKLI),
kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologis yang dinamis antara manusia dan lingkungannya untuk
mendukung tercapainnya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.
B. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan
Dilihat dari segi kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena adanya
interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya. Interaksi manusia dengan
lingkungan hidupnya merupakan suatu proses, hal ini disebabkan karena manusia
memerlukan daya dukung unsur-unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya.
Penyelidikan yang dilakukan oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) didapatkan
hasil bahwa angka kematian (mortality), angka kesakitan (morbidity) yang tinggi
serta seringnya terjadi epidemic, terdapat di tempat dengan lingkungan yang
buruk yaitu tempat dimana terdapat banyak lalat, nyamuk, pembuangan kotoran
dan sampah yang tidak teratur, air rumah tangga dan perumahan yang buruk serta
keadaan sosial ekonomi rendah. Sebaliknya, ditempat yang kondisi lingkungannya
baik, angka kematian dan kesakitan cenderung rendah.
Pathogenesis penyakit dalam perspektif lingkungan dan variable
kependududkan dapat digambarkan seperti gambar dibawah ini:

SUMBER KOMPONEN PENDUDUK SAKIT/SEHAT


PENYAKIT LINGKUNGA
N

MEDIA TRANSMISI

VARIABEL LAIN YANG BERPENGARUH

Gambar. Diagram skematik pathogenesis penyakit


Dengan mengacu pada gambar tersebut, pathogenesis atau proses kejadian
penyakit dapat diuraikan ke dalam 4 simpul, yakni simpul 1, kita sebut sebagai
sumber penyakit, simpul 2 yaitu komponen lingkungan yang merupakan media
transmisi penyakit, simpul 3 yaitu penduduk dengan berbagai variable
kependudukan seperti pendidikan perilaku, kepadatan, gender, sedangkan simpul
4 yaitu penduduk yang dalam keadaan sehat atau sakit setelah mengalami
interaksi dengan komponen lingkungan yang mengandung bibit penyakit atau
agent penyebab penyakit. Titik simpul pada dasaranya menuntut kita sebagai
simpul manajemen.Untuk pencegahan penyakit tertentu, tidak perlu menunggu
hingga simpul 4 terjadi. Dengan mengendalikan sumber penyakit kita dapat
mencegah sebuah proses kejadian hingga simpul 3 atau 4.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kesehatan lingkungan terdiri dari 12 poin, yaitu:
1. Penyediaan air minum
2. Pengelolaan dan pembuangan limbah cair, gas dan padat
3. Pencegahan kebisingan
4. Pencegahan kecelakaan
5. Mencegah penyebaran penyakit bawaan air, udara, makanan dan vector
6. Pengelolaan kualitas lingkungan, air, udara, makanan, pemungkiman,
dan bahan berbahaya
7. Pengelolaan keamanan dan sanitasi trasportasi
8. Pengelolaan kepariwisataan
9. Pengelolaan tempat makan umum
10. Pengelolaan pelabuhan
11. Mencegah dan memberi pertolongan pada bencana
12. Pengelolaan lingkungan kerja

D. Prinsip Pengendalian Lingkungan


Ada lima prinsip dalam pengendalian lingkungan yaitu:
1. Isolasi
Isolasi adalah pemisahan menurut jarak atau tempat, perlindungan
seseorang terhadap wabah sebelum mencapai suatu tempat tertentu, dan
perlindungan pada morbilitas penduduk. Untuk melindung terhadap
radiasi, panas dan kebisingan dapat dilakukan dengan prosedur isolasi
dengan memperbesar jarak antara manusia dengan sumber daerah
berbahaya misalnya daerah wabah (contohnya mosquito infected area)
diisolasi sehingga orang tidak boleh secara leluasa masuk wilayah
tersebut.Mobilitas penduduk dibatasi, dan tidak boleh memasuki
wilayah yang diisolasi.

2. Mengganti (Subsitution)
Prinsip ini sering digunakan sebagai metode pengendalian yang murah,
mudah dilaksanakan dan efektif.Misalnya mengganti bahan makana
yang tidak mendukung terjadinya pertumbuhan yang cepat dari
Staphylococcen adalah efektif untuk menghindari terjadinya keracunan
makanan.Mengganti deterjen yang persisten dengan bahan yang
degradable dapat memperkecil dampak terjadinya perubahan ekosistem
akuatik bahan air yang terpapar oleh air limbah yang mengandung
detergen.Mengganti bahan bakar fosil dengan gas yang lebih sedikit
menimbulkan pencemaran udara dari suatu industri.

3. Perlindungan (Sielding)
Perlindungan memiliki arti berbeda dengan isolasi. Perlindungan ini
berprinsip menggunakan barrier untuk melindungi seseorang dari
gangguan lingkungan seperti penggunaan safety glasses untuk tukang
las untuk melindungi mata, pakaian pelindung radiasi, pemakaian
kelambu untuk menghindari gigitan nyamuk, dan pemakaian helm
untuk melindungi kepala dari kecelakaan kendaraan motor.

4. Perlakuan (Treatment)
Jika berbagai cara telah dilakukan dan mengalami kegagalan, perlakuan
tertentu atau penatalaksanaan terhadap gangguan dapat dilakukan, yaitu
dengan:
a) Menghancurkan (Distruction)
Misalnya merebus air untuk membunuh kuman, autoclaving,
pasteurisasi, aerasi air, klorinasi, eradikasi terhadap nyamuk
dan tikus, termasuk pula tindakan yang menggunakan
disinfektan, algasida, fungisida, bakterisida, dan rodentisida.
b) Mengubah, konversi (Convension)
Yang termaksud dengan konversi ialah menjadikan bahan
berbahaya menjadi kurang atau tidak berbahaya. Biasanya
melibatkan proses kimia atau biokimia. Asam kuat dan basa
kuat pada air limbah mungkin dapat memenfaatkan
mikroorganisme sehingga diperoleh hasil konversi yang tak
berbahaya lagi.
c) Pembersihan (Removal)
Sedimentasi dan filtrasi adalah contoh untuk memisahkan
bahan padatan dari bahan cair pada air limbah. Koagulasi atau
flokulasi (pembentukan flok-flok koloid dengan memberikan
koagulasi) juga usaha removal terutama untuk memisahkan
koloid dalam air sehingga mempercepat/membantu proses
sedimentasi. Removal juga termasuk instrument pemberih
udara (seperti electrostatic precipitation,bag filter and
cyclones) yang digunakan untuk pemisahan secara mekanik
partikel-partikel yang terkandung dalam aliaran udara yang
akan diemisikan melalui cerobong (stack).
d) Penghambatan (Inhibition)
Penghambatan (Inhibition) digunakan apabila ada ancaman
dari lingkungan tetapi efeknya tidak Nampak secara nyata atau
tidak dapat dikendalikan dengan intervensi
lingkungan.Pengendalian PH atau penembahan garam atau
gula digunakan untuk pengawetan makanan.Bila bakteri
mengkontaminasi makanan mereka tidak tahan dalam suasana
lingkungan yang tidak menguntungkan baginya, sehingga
makanan tidak rusak karena kontaminasi.
e) Pencegahan (Prevention)
Adalah istilah umum agar seseorang dalam kondisi sehat tidak
terganggu kesehatannya akibat terkena gangguan
lingkungan.Upaya ini termasuk memperkecil pemaparan
dengan mengatasi kegiatan, imunisasi terhadap penyakit,
penggunaan bahan/alat pelindung untuk menghindari infeksi
atau pengaruh dari faktor lingkungan. Imunisasi adalah
termasuk usaha pencegahan penyakit yang ditularkan melalui
lingkungan, atau petugas kesehatan akan menuju ke daerah
endemik malaria menggunakan atau diberi obat anti malaria
sebelum berangkat.

E. Pengelolaan Kualitas Lingkungan


Pengawasan dilakukan agar kualitas suatu lingkungan dapat dicegah dari
kerusakan atau tercemar. Seperti pengelolaan kualitas udara, pengelolaan kualitas
air, pemulihan tanah terkontaminasi, sanitasi makanan. Cara untuk menjaga
kaulitas lingkungan tersebut diantaranya yakni:
a) Pengelolaan pembuangan kotoran manusia
Kotoran manusia adalah semua zat yang tidak dipakai oleh tubuh dan harus
dikeluarkan dari dalam tubuh.Zat-zat yang disebut kotoran manusia adalah
tinja, air seni, dan CO2. Untuk mencegah adanya kontaminasi tinja dan air seni
terhadap lingkungan maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola
dengan baik atau dibuang pada tempatnya (jamban). Terdapat syarat-syarat
untuk dikatakan suatu jamban sehat, antara lain:
1) Tidak mengotori permukaan tanah disekeliling jamban tersebut
2) Tidak mengotori air permukaan disekitarnya
3) Tidak mengotori air tanah disekitarnya
4) Tidak terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa serta binatang-
binatang lainnya.
5) Tidak menimbulkan bau
6) Mudah digunakan dan dipelihara
7) Sederhana dan murah
8) Dapat diterima oleh pemakainya
b) Pengelolaan sampah
Sampah adalah suatu benda atau bahan yang tidak terpakai lagi oleh manusia,
atau benda padat yang sudah tidak digunakan lagi dalam suatu kegiatan
manusia dan dibuang. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai
berikut:
1) Adanya sesuatu benda atau benda padat
2) Adanya hubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan manusia
3) Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi

Sumber-sumber sampah
1) Sampah yang berasal dari pemungkiman
Merupakan sampah yang timbul akibat hasil dari rumah tangga yang sudah
dipakai dan dibuang, seperti: sisa-sisa makan baik yang sudah dimasak
atau belum, bekas pembungkusan berupa kertas, plastik dan daun, pakaian
bekas, dan perabotan rumah tangga yang sudah tidak terpakai.
2) Sampah yang berasal dari tempat-tempat umum
Merupakan sampah yang berasal dari pasar, tempat-tempat hiburan,
terminal bus dan stasiun kereta api/bandara.Sampah ini berupa kertas,
plastic, daun dan sebagainya.
3) Sampah yang berasal dari perkantoran
Sampah-sampah yang dihasilkan dapat berupa kertas-kertas, plastic,
karbon, klip, dan sebagainya.Umumnya sampah ini bersifat kering, dan
mudah terbakar.
4) Sampah yang berasal dari jalan raya
Umumnya sampah yang dihasilkan dapat berupa bahan-bahan yang tidak
terbuat dari kertas, debu, batu-batuan, pasir, plastik, besi-besih kendaraan
yang terjatuh atau bahan karet ban yang dibuang sembarangan.
5) Sampah yang berasal dari industri
Sampah yang dihasilkan dapat berupa sampah-sampah pengepakan
barang, logam, plastik, kayu, potongan tekstil, kaleng dan sebagainya.
6) Sampah yang berasal dari pertanian/perkebunan
Sampah ini sebagai hasil dari pertanian/perkebunan, misalnya: jerami,
sisa-sisa sayur, batang padi, batang jagung, ranting kayu yang patah dan
sebagainya.
7) Sampah yang berasal dari pertambangan
Sampah yang dihasilkan tergantung dari jenis usaha pertambangan,
misalnya: batu-batuan, tanah/cadas, pasir, sisa-sisa pembakaran (arang),
dan sebagainya.
8) Sampah yang berasal dari peternakan dan perikanan
Misalnya kotoran-kotoran ternak, sisa-sisa makanan ternak, bangkai
binatang dan sebagainya.

Pengelolaan sampah
cara pengelolaan sampah antara lain:
a. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Perlu adanya tempat penampungan sementara sampah yang dihasilkan
dari aktivitas masyarakat guna mencegah sampah-sampah yang
berserahkan di lingkungan. Mekanisme cara pengangkutan sampah untuk
di daerah perkotaan adalah tanggung jawab pemerintah daerah setempat
yang didukung oleh partisipasi masyarakat produksi sampah, khususnya
dalam hal pendanaan. Sedangkan untuk daerah pedesaan, sampah dapat
dikelola oleh masing-masing keluarga, tanpa memerlukan TPS, maupun
TPA.Sampah rumah tangga daerah pedesaan umumnya dapat didaur
ulang menjadi pupuk.
b. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pemusnahan dan pengelolaan sampah padat dapat dilakukan melalui
berbagai cara, antara lain:
1) Dikubur (landfill), yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
2) Dibakar (inceneration), yaitu pemusnahan sampah yang dilakukan
dengan cara membakar ditungku pembakaran.
3) Dijadikan pupuk (composting), yaitu pengelolahan sampah menjadi
pupuk, khususnya sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan
sampah lainnya yang dapat membusuk.
c) Pengolahan air limbah
Air limbah merupakan air sisa kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga,
kegiatan industri, perhotelan, dan tambang.Meskipun merupakan air sisa,
namun volumenya besar, karena kurang lebih 80% dari air yang digunakan
bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut terbuang lagi dalam
bentuk yang sudah tercemar. Selanjutnya air limbah ini akan mengalir ke
sungai atau terserap masuk ke dalam tanah sehingga tingkat pencemaran
lingkungan meningkat. Oleh sebab itu air buangan ini dapat dikelola dengan
baik dan benar. Cara-cara pengelolaan air limbah secara sederhana:
a) Pengenceran (dilution)
Air limbah diencerkan sampai mencapai konstentrasi yang cukup rendah,
kemudian baru di buang ke badan-badan air. Akan tetapi makin
bertambahnya jumlah penduduk maka makin meningkatnya kegiatan
manusia yang menghasilkan air limbah, sehingga cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu masih terdapat kerugian-kerugian lain
yang dihasilkan dari cara ini diantaranya: bahaya kontaminasi terhadap air
sungai masih ada, pengendapan yang menimbulkan pendangkalan sungai,
selokan, dan danau. Dan dampak lainnya yang akan timbul adalah banjir.
b) Kolam oksidasi
Prinsip dari metode ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang,
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah
dialirkan kedalam kolam besar berbentuk segi empat dengan kedalaman
antara 1-2 meter.Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemungkiman, dan
didaerah yang terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi udara dengan
baik. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah akan berkurang, sehingga
relatif aman bila akan dibuang ke aliran-aliran air.
c) Irigasi
Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
meresap masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut.

F. Masalah-masalah Kesehatan Lingkungan Di Indonesia


Masalah kesehatan lingkungan merupakan masalah kompleks yang untuk
mengatasinya dibutuhkan integrasi dari berbagai sector terkait. Di Indonesia
permasalah-permasalahan dalam lingkup kesehatan lingkungan antara lain:
1. Air Bersih
Berdasarkan survey yang pernah dilakukan sebelumnya, hanya sekitar 60%
penduduk air bersih adalah air yang digunakan untuk sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak air minum Indonesia mendapat air bersih PDAM, terutama penduduk
perkotaan, selebihnya menggunakan sumur.Bila musim kemarau, krisis air
dapat terjadi dan penyakit gastroenteristis mulai muncul dimana-mana.
2. Kesehatan Pemungkiman
Daya dukung dan daya tamping lahan kota tidak mampu mengatasi urbanisasi
karena pada hakikarnya luas lahan tidak bertambah, namun parah urban
memaksa untuk tetap bertahan hidup meskipun terpaksa menempati
pemungkiman yang tidak sesuai peruntukkannya seperti bantaran sungai,
kolong jembatan, bahwa aliran listrik tengangan tinggi dan tempat-tempat
lainnya yang tidak bertuan. Kondisi ini membawa konsekuensi yang tidak
sehat bagi lingkungan perkotaan.
3. Tempat Pembuangan Sampah
Banyak permasalahan lingkungan yang sering kita temui disekitar kita salah
satunya yaitu masalah sampah plastik. Sampah plastik sekarang ini menjadi
masalah sampah universal karena selain mengotori daratan juga mengotori lautan.
Sampah plastik memang sulit didegradasi, sekali di dalam tanah, plastik akan
bertahan selama berpuluh tahun bahkan ratusan tahun dan tidak terurai tetap
sebagai plastik (Prof. Dr. Hari Kusnanto, Dr. PH)
Plastik juga menjadi salah satu bahan yang berpotensi menyebabkan
kanker, khususnya jika dibakar. Plastik yang akan dibakar akan terurai menjadi
dioksi dan furan yang menyebabkan kanker dan penyakit lain akibat gangguan
kelenjar endokrin seperti diabetes, tirotoksikosis dan lain sebagainya. Asap
pembakaran plastik kemudian bisa dihirup manusia, itu yang berbahaya. Plastik
yang dibuang dengan cara apapun juga masih menjadi polutan karena tidak bisa
terurai. Hal paling berbahaya adalah pencemaran terhadap badan air akibat
leachate sampah termasuk plastik.
Pengelolaan sampah dengan Reduce, Reuse dan Recycle memang diakui
masih menjadi upaya pengangguran sampah plastik. Akan tetapi, seluruh proses
itu tetap memerlukan peran serta seluruh pihak, seperti pemerintah, pelaku bisnis,
investor, maupun masyarakat.
Sistem pembuangan sampah di Indonesia dilakukan dengan system
pembuangan dumping tanpa ada pengolahan lebih lanjut sistem pembuangan
semacam itu selain memerlukan lahan yang cukup luas juga menyebabkan
pencemaran terhadap udara, tanah dan air selain lahannya juga dapat menjadi
tempat perkembangbiakan agen dan vektor penyakit menular.
4. Serangga dan Binatang Penggangu
Serangga sebagaia reservoir bibit penyakit dapat berkembangbiak pada tempat
yang telah tercemar misalnya: pinjal pada tikus yang dapat menyebabkan
penyakit pes/sampar, nyamuk Anopheles sp untuk penyakit malaria, nyamuk
Aedes sp untuk DBD, dan sebagainnya. Penanggulangan atau pencegahan dari
penyakit tersebut diantaranya dengan merancang rumah/tempat pengelolaan
makanan dengan rat proff (rapat tikus), kelambu yang dicelupkan dengan
pestisida untuk mencegah gigitan nyamuk, gerakan 3M (menguras mengubur
dan menutup) tempat penampungan air untuk mencegah gigitan nyamuk
penyebab DBD, penggunaan kasa pada lubang ventilasi udara di rumah atau
dengan pestisida untuk mencegah penyakit kaki gajah dan usaha-usaha
sanitasi lingkungan yang lainnya.
5. Pencemaran Udara
Tingkat pencemaran udara di Indonesia sudah melebihi nilai ambang batas
normal terutama di kota-kota besar akibat kendaraan bermotor, pabrik-pabrik
besar atau perusahan yang ada di tengah kota.
6. Pembuangan Limbah
Limbah cair yang di hasilkan dari berbagai kegiatan rumah tangga dan
industry atau sejenisnya bercampur menjadi satu dan biasanya dibuang atau
dialirkan ke badan sungai dan mengalir ke hilir sampai keteluk atau
laut.Limbah cair yang tidak diproses melalui instalasi pengelolaan air limbah
(IPAL), tidak ramah lingkungan. Dampak yang diberikan kepada lingkungan
adalah kualitas air menurun, hingga tidak apat dimanfaatkan masyarakat
sebagai sumber air bersih dalam kebutuhan sehari-hari.
7. Bencana Alam
Kondisi geografi Negara kita merupakan kondisi terjal dengan tanah dan
batuan hal ini yang membuat cukup rentan terhadap bencana alam seperti
gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan tanah longsor.Dampaknya
penduduk eksodus dan mengungsi.Oleh karena begitu dengan kondisi tersebut
dapat menimbulkan permasalahan kesehatan lingkungan yang tidak pernah
tuntas.
8. Perencana Tata Kota dan Kebijakan Pemerintah
Perencanaan tata kota dan kebijakan pemerintah seringkali menimbulkan
permasalahan baru bagi kesehatan lingkungan. Misalnya pemberian izin
tempat pemungkiman, gedung atau tempat industry baru tanpa didahului
dengan studi kelayakan yang berwawasan lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya banjir, pencemaran udara, air, tanah serta masalah sosial lainnya.
G. Aspek Hukum Kesehatan Lingkungan
Derajat kesehatan lingkungan masyarakat dipengaruhioleh empat faktor
utama, yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan atau
herediter (Blum,1974). Lingkungan sebagai faktor yang paling besar pengaruhnya
terhadap kesehatan, tidak hanya lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan
nonfisik: sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Terkait dengan kesehatan lingkungan ada beberapa undang-undang yang
memberikan pengaturan masalah lingkungan terkait dengan kesehatan yakni:
1. Undang-undang No. 11 Tahun 1962
Sebelum istilah kesehatan lingkungan digunakan saat ini, dalam UU No.
11 tahun 1962 menggunakan istilah higiene. Dala undang-undang tersebut
yang dimaksud higiene adalah segala upaya untuk memelihara dan
mempertinggi derajat kesehatan. Dalam undang-undang ini juga disebutkan
bahwa higiene adalah kesehatan masyarakat yang khusus meliputi segala
usaha untuk emlindungi, memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan
dengan tujuan memberoi dasar-dasar kelanjutan hidup yang sehat serta
mempertinggi kesejahteraan dan daya guna perikehidupan manusia.Undang-
undang ini mengatur khusus untuk usaha-usaha bagi umum, yang meliputi:
a. Higiene air, susu, makanan dan minuman untuk konsumsi bagi umum
perlu diawasi mutu kesehatannya, tidak mengadung kuman penyakit, zat-
zat racun.
b. Higiene perusahaan-perusahaan dan lingkungannya perlu memenuhi
syarat-syarat mutu kesehatan agar karyawan tidak mudah mengalami
bahaya dan bekerja dalam suasana yang sehat.
c. Higiene bangunan-bangunan umum, seperti stasiun, pelabuhan, bioskop,
sekolah dan lain-lain harus memenuhi syarat-syarat kesehatan seperti
ventilasi, kebersihan, dan sebagainnya.
d. Higiene tempat permandian umum, harus bersih dan sehat serta aman dari
penularan dan penyebaran penyakit menular.
e. Higiene alat-alat pengangkutan umum seperti kereta api, bus, kapal,
pesawat terbang, dan lain-lain perlu memenuhi syarat-syarat kesehatan.
2. Undang-undang No. 2 Tahun 1966
Dalam undang-undang ini dijelaskan istilah higiene digunakan untuk
mencakup seluruh usaha manusia maupun masyarakat yang perlu dijalankan
guna mempertahankan dan mengembangkan kesejahteraan di dalam
lingkungan yang bersifat badan dan jiwa maupun sosial. Ketentuan tentang
usaha-usaha di bidang higiene dan pelaksanaan usaha tersebut antara lain:
a. Masyarakat harus mengerti dan sadar akan pentingnyakeadaan sehat, baik
kesehatan pribadi, maupun kesehatan masyarakat.
b. Pemerintah harus memberikan pelayanan di bidang kesehatan bagi
masyarakat.

3. Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan


lingkungan hidup
Dalam undang-undang ini dijelaskan bahwa kesehatan lingkungan adalah
suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologis
yang dinamis antara manusia dan lingungan untuk mendukung tercapanianya
kualitas hidup manusia yang sehat, sejahtera dan bahagia.

4. Undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992


Undang-undang kesehatan ini berupaya menghimpun ketentuan-ketentuan
hukum yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan menjadi satu, sehingga
dengan demikian tidak tersebar di beberapa undang-undang seperti
sebelumnya, kesehatan lingkungan dalam undang-undang ini termasuk dalam
bab mengenai upaya kesehatan. Pasal 22 menyebutkan tentang kesehatan
lingkungan sebagai berikut:
1. Kesehatan lingkungan dilaksanakan terhadap tempat umum, lingkungan
pemukiman, lingkungan kerja angkutan umum dan lingkungan lainnya.
2. Kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air dan udara, pengamanan
limbah padat, limbah cair, limbah gas, radiasi dan kebisingan,
pengendalian vektor penyakit dan penyebaran atau pengamanan lainnya.
3. Setiap tempat atau saran pelayanan umum wajib memelihara dan
meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar pelayanan.
Ketentuan-ketentuan di atas dapat lebih dijelaskan bahwa:
a. Untuk mencapai kesehatan masyarakat yang optimal perlu
ditingkatkan sanitasi lingkungan baik pada lingkungan tempatnya
maupun terhadap wujud atau bentuk substansinya yang berupa fisik,
kimiawi atau biologik, termasuk perubahan perilaku
b. Mengenai tempat umum dimaksud antara lain hotel, pasar, pertokoan,
pasar swalayan, mall bioskop dan lain-lain. Demikian pula dengan
lingkungan kerja, lingkungan pemukiman dan angkutan umum.
c. Penyehatan air dan udara untuk meningkatkan kualitas, termasuk
penekanan pada masalah polusi. Pengaman ditujukan pada limbah
padat, cair dan gas serta pengamanan terhadap limbah yang berasal
dari rumah tangga dan industri. Pengamanan ditujukan pula pada
penetapan standar pengamanan tegangan tinggi, sinar radioaktif, sinar
infra merah dan ultra violet, alat yang menghasilkan radioaktif,
gelombang elektronik, dan sebagainnya.
d. Pengamanan terhadap ambang batas bising yang dapat mengganggu
kesehatan di pabrik-pabrik serta pengendalian vektor penyakit dari
binatang pembawa penyakit seperti serangga dan binatang pengerat.

5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


Dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tidak diberikan batasan tentang
kesehatan lingkungan, namun demikian pada pasal 162 disebutkan bahwa
kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap
orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Ketentuan lain
yang diatur dalam undang-undang ini (Pasal 163) antara lain disebutkan
sebagai berikut:
1. Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai resiko buruk bagi kesehatan.
2. Lingkungan sehat tersebut mencakup lingkungan pemukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi dan fasilitas umum.
3. Lingkungan sehat di berbagai tempat atau tatanan ini hendaknya bebas
dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara lain:
a. Limbah cair
b. Limbah padat
c. Limbah gas
d. Sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditepkna
ditetapkan pemerintah.
e. Binatang pembawa penyakit
f. Zat kimia yang berbahaya
g. Kebisingan yang melebihi ambang batas
h. Radiasi sinar pengion dan nopengion
i. Air yang tercemar
j. Udara yang tercemar
k. Makanan yang terkontaminasi
DAFTAR PUSTAKA

Iro fk. 2018. Plastik dan Ancaman Kesehatan Lingkungan [internet]. Tersedia :
https://fk.ugm.ac.id [16 Februari 2020]

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. KESEHATAN MASYARAKAT ilmu dan seni.


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Trtiwibowo, Cecep. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Jogjakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai