MANAJEMEN BENCANA
JUDUL:
OLEH KELOMPOK 10 :
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena oleh berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan proposal ini yang berjudul “Pengaruh
Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Tanggap Darurat Covid -19 Di
Kelurahan Naikoten 1, RW 10, RT 19-20 ” dengan tepat waktu. Proposal ini dibuat untuk
memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Bencana.
Dalam pembuatan proposal ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Demikian, proposal ini dibuat dengan segala kekurangan dan kelebihan. Oleh sebab
itu, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk membantu dalam perbaikan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terbentuk setelah seseorang melakukan
pengindraan terhadap suatu objek tertentu yang ditentukan oleh faktor internal misalnya
pendidikan, minat dan faktor eksternal misalnya budaya. Pengetahuan memiliki kekuatan
untuk mengatur perilaku manusia tergantung proses internalisasi manusia dalam konteks
budaya.
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Menurut Newcomb, sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sehingga sikap bersifat
tertutup danmerupakan predisposisi perilaku seseorang terhadap suatu stimulus.
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati dari luar. Menurut Skinner, perilaku
adalah respon atau reaksi seseorang terhadap suatu rangsangan dari luar.
Wabah COVID-19 tidak hanya menyangkut aspek biologis virus tetapi juga biososial
yang terkait dengan upaya mengubah perilaku manusia untuk patuh terhadapa aturan yang
ditetapkan pemerintah. Perilaku manusia berpengetahuan berpotensi besar mendukung
keberhasilan dalam menekan penularan COVID-19, namun juga dapat berpotensi
mendorong kegagalan karena manusia merasa lebih tahu yang terbaik untuk dirinya dari
pada mengikuti aturan dan anjuran dari pemerintah. Situasi dan keadaan yang mengancam
membuat pemerintah harus turun tangan dalam mengayomi dan mengambil ahli dalam
menjelaskan dan mengajarkan tentang bahaya COVID-19 yang kian memburuk kepada
masyarakat. Dengan adanya pengetahuan manusia dapa mengambil sikap dan melakukan
perilaku sesuai dengan norma dan pengetshusn yang ia mengerti. Di tengah pandemi
COVID-19 yang mewabah, pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sangatlah penting
diterapakan di tengah keadaan new normal yang diberlakukan, perilaku hidup bersih dan
4
sehat yang dimulai dari pengetahuan perlu diterapkan agar dapat meminimalisir dampak
buruk yang terjadi bahkan memutus rantai penularan. Dengan begitu kesiap siagaan dan
tanggap darurat masyarakat terhadap bencana dapat diwujudakn dan dapat diterapkan
dalam kebiasaan baru ini.
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.1 Kesiapsiagaan
1. Mengurangi Ancaman
Untuk mencegah bencana secara mutlak merupakan hal sulit terutama apabila bencana
tersebut tidak dapat diprediksi seperti gempa bumi atau gunung meletus, namun terdapat
banyak cara untuk mengurangi bencana ancaman, salah satunya dengan menjaga lingkungan
tempat tinggal dengan tidak membuang sampah sembarangan ataupun melakukan reboisasi.
Kerentanan keluarga dapat dikurangi apabila keluarga sudah mempersiapkan diri, akan
lebih mudah melakukan penyelamatan pada saat bencana terjadi.
3. Mengurangi akibat
Umumnya pada semua kasus bencana, masalah utama adalah penyediaan air bersih.
Dengan melakukan persiapan terlebih dahulu, kesadaran keluarga akan pentingnya sumber air
bersih dapat mengurangi kejadia penyakit menular.
4. Menjalin kerjasama
6
Untuk menjalin kerjasamayang baik, pada tahap sebelum terjadi bencana, keluarga perlu
menjalin hubungan dengan pihak-pihak seperti Puskesmas, TNI/POLRI, Aparat Desa atau
Kecamatan.
2.1.2 Mitigasi
Pasal 1 (9) UU 24/ 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, Mitigasi Bencana
didefinisikan sebagai; “Upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan
fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana”.
7
Berdasarkan atas pemahaman pada ketentuan pasal di atas maka mitigasi bencana terbagi atas
2 (dua) pola:
1) Mitigasi struktural: upaya untuk meminimalkan bencana yang dilakukan melalui
pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan pendekatan teknologi (seperti
pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir, alat pendeteksi aktivitas gunung
berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa, ataupun Early Warning System yang
digunakan untuk memprediksi terjadinya gelombang tsunami)
2) Mitigasi non-struktural: upaya mengurangi dampak bencana, selain dari upaya fisik
sebagaimana yang ada pada mitigasi struktural.
Dalam mitigasi non struktural dapat dilakukan dengan pembuatan tata ruang kota, capacity
building masyarakat, legislasi, perencanaan wilayah, dan asuransi. Kebijakan mitigasi baik
yang bersifat struktural maupun yang bersifat non struktural harus saling terintegrasi.
Pemanfaatan teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya
suatu bencana harus diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat peraturan yang
memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai.
Oleh karena itu, mitigasi bencana merupakan sebuah tuntutan bagi daerah/kabupaten yang
memiliki tingkat kerawanan bencana rendah hingga tingkat kerawanan yang tinggi. Secara
umum mitigasi bencana belum menjadi sebuah keharusan sebagai prioritas pembangunan.
Kenihilan tersebut bisa dilihat melalui visi dan misi pembangunan dari daerah yang memiliki
potensi rawan bencana. Dengan mempertimbangkan aspek mitigasi bencana berarti mitigasi
bencana juga sebagai proses kebijakan evaluatif yang menyebabkan perumusan ulang
kebijakan (Faturahman, 2017). Meskipun secara teoritis penanggulangan bencana memiliki
tahap sendiri yaitu; prabencana-tanggap darurat-pasca bencana. Konsep ini cukup jelas dalam
mengevaluasi tindakan yang seharusnya dilakukan akan tetapi tidak menutup kemungkinan
terdapatproses kebijakan awal dan akhir yang kurang jelas.Pada saat yang bersamaan, mitigasi
bencana dikaji ulang, dikontrol, dimodifikasi, bahkan bisa dihentikan, mitigasi bencana bisa
saja terus-menerus dirumuskan, dilaksanakan, dievaluasi dan disesuaikan. Tetapi proses ini
tidak terjadi dan berkembang pada urutan yang jelas melainkan tahap-tahapnya terus
bercampur dan terikat dalam proses yang berkelanjutan.
8
Tanggap darurat adalah suatu upaya yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama pada penyelamatan
korban dan harta benda, evakuasi, dan pengungsian.
Berdasarkan bukti yang tersedia, COVID-19 ditularkan melalui kontak dekat dan droplet,
bukan melalui transmisi udara. Orang-orang yang paling berisiko terinfeksi adalah mereka
yang berhubungan dekat dengan pasien COVID-19 atau yang merawat pasien COVID-19.
Tindakan pencegahan dan mitigasi merupakan kunci penerapan di pelayanan kesehatan dan
masyarakat. Langkah-langkah pencegahan yang paling efektif di masyarakat meliputi:
a. Melakukan kebersihan tangan menggunakan hand sanitizer jika tangan tidak terlihat
kotor atau cuci tangan dengan sabun jika tangan terlihat kotor
c. Menerapkan etika batuk atau bersin dengan menutup hidung dan mulut dengan lengan
atas bagian dalam atau tisu, lalu buanglah tisu ke tempat sampah;
d. Pakailah masker medis jika memiliki gejala pernapasan dan melakukan kebersihan
tangan setelah membuang masker
e. Menjaga jarak (minimal 1 m) dari orang yang mengalami gejala gangguan pernapasan.
9
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah metode penelitian Kuantitatif, yang
mengkaji tentang Masyarakat Naikoten 1, RW 10, RT 19-20 dalam menghadapi Era New
Normal di masa Pandemi Covid-19.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menggunakan hasil dari
lembaran kuisioner.
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh Masyarakat yang bertempat tinggal
di Kelurahan Naikoten 1, RW 10, RT 19-20.
10
DAFTAR PUSTAKA
11