Anda di halaman 1dari 3

Judul : Surveillance of Zoonotic Diseases in Marvdasht city, Fars Province

Penulis : Mehdi Nejat, Mohammad Fararouei, Hamid Reza Tabatabaie, Parvin Afsar
Kazerooni, Mohsen Akbarpoor, Roksana Estakhrian Haghighi
Nama Jurnal : Journal of Health Science Surveillance System
Tahun terbit : 2016
Volume :4
Number :2
Halaman : 95-102
Reviewer : Aufiena Nur Ayu Merzistya
Tanggal : 12 September 2019

Pedahuluan :
Sistem surveilens penyakit menular yang teroganisir sangat penting dalam merancang dan
memantau program pengendalian penyakit menular. Sistem pengawasan penyakit menular
memiliki dua strategi yang sangat penting yaitu peringatan dini dan pemamntau efektivitas
program pengendalian penyakit. Kualitas sistem pengawasan dapat dievaluasi dengan beberapa
indeks seperti ketepatan waktu, kelengkapan dan sensitivitas. Selain itu, dituliskan secara jelas
pula masalah penelitian di dalam pendahuluan. Di Iran, sistem surveilens berujung Iranian
primary health care system (PHC). Selanjutnya informasi pelaporan tersebut dikumpulkan dan
dilaporan ke kabupaten untuk selanjut ke Pusat Kesehatan Provinsi. Pusat kesehatan provinsi
akhirnya menggabungkan dan mengirim data ke kantor menteri Pusat Pengendalian Penyakit
Menular.
Berdasarkan data yang dituliskan dalam pendahuluan, peneliti menyampaikan masalah penelitian
yaitu studi evaluasi pada kualitas sistem surveilens nasional di Iran tentang penyakit menular dan
non menular masih sangat terbatas.

Metode :
Penelitian ini menggunakan studi evaluasi untuk mengukur 3 indeks utama sistem surveilens
pada 3 penyakit zoonosis penting di Iran yaitu leishmaniasis kulit, brucellosis, dan rabies.
Sampel sebanyak 110 cluster dimana dibagi menjadi 55 cluster dari pedesaan dan 55 cluster dari
perkotaan. Teknik sampling menggunakan cluster sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan wawancara oleh pewawancara yang berasal dari staf kesehatan yang berpengalaman dan
sudah diberikan pelatihan wawancara. Tiga indeksi utama yaitu kelengkapan, ketepatan waktu
dan sensitivitas sistem surveilans diukur menggunakan data dari hasil wawancara. Dalam
penjelasan metode ini cukup jelas dan rinci disampaikan oleh peneliti.
Hasil :
Dari hasil pengolahan data diketahui tingkat kejadia Leishmaniasis pada penduduk pedesaan
1,5 kal lebih tinggi dibandingkan pada penduduk perkotaan dengan rasio jenis kelamin 1,1 serta
usia rata-rata 34,7 tahun. Untuk kejadian kasus brucellosis di daerah pedesaan 2 kali lebih tinggi
dibandingkan di daerah perkotaan dengan rasio jenis kelamin 2,5 dan rata-rata usia 38,9 tahun.
Tingkat kejadian dugaan kasus rabies di daerah perkotaan 1,1 kali lebih tinggi dibandingkan di
daerah pedesaan dengan rasio jenis kelamin 2,9 dan rata-rata usia 28,7 tahun.
A. Kelengkapan Pelaporan Kasus untuk Sistem Surveilens Nasional Iran
Leishmaniasis: Dari 115 kasus, sebanyak 104 kasus (67,1%) datang ke pelayanan kesehatan.
Dari 104 kasus yang dirujuk ke pusat pelayanan kesehatan, hanya 28 yang terdaftar dan
dilaporkan ke CDC provinsi. Maka total kelengkapan adalah 26,9%
Brucellosis: Dari 7 kasus yang terkonfirmasi, seluruhnya (100%) datang ke pelayanan
kesehatan, sedangkan dari 7 kasus yang dirujuk hanya 1 yang terdaftar dan dilaporkan ke
CDC provinsi. Maka total kelengkapan pelaporan kasus adalah 14,3%
Rabies: Dari 31 kasus rabies, 16 (51,6%) kasus yang datang ke pelayanan kesehatan dan dari
16 kasus tersebut seluruhnya terdaftar da dilaporkan ke CDC provinsi. Maka totaln
kelengkapan pelaporan kasus yang diduga rabies adalah 100%.
B. Ketepatan Waktu Sistem Surveilens Nasional Iran
Leishmaniasis: Periode rata-rata waktu antara timbulnya gejala dan presentasi pasien ke
yankes adalah 33,2 hari. Periode rata-rata antara waktu pasien datang ke yankes dan durasi
waktu kasus dilaporkan ke Kementerian adalah 70 hari. Maka, rata-rata total ketepatan
waktu pelaporan 103,2 hari.
Brucellosis: Periode rata-rata waktu antara timbulnya gejala dan presentasi pasien ke yankes
adalah 20 hari. Periode rata-rata antara waktu pasien datang ke yankes dan durasi waktu
kasus dilaporkan ke Kementerian adalah 38 hari. Maka, rata-rata total ketepatan waktu
pelaporan 58 hari.
Rabies: Periode rata-rata waktu antara gigitan hewan dan presentasi pasien ke yankes adalah
5,1 jam. Periode rata-rata antara waktu pasien datang ke yankes dan durasi waktu kasus
dilaporkan ke Kementerian adalah 38 hari. Maka, rata-rata total ketepatan waktu pelaporan
83,4 hari.
C. Indeks Sensitivitas Sistem Surveilens Nasional Iran
Leishmaniasis: Sebanyak 955 kasus yang dilaporkan ke Pusat Pengendalian Penyakit
Menular. Tingkat sensitivitas diperkirakan sekitar 11,1%.
Brucellosis: Sebanyak 47 kasus Brucellosis yang dilaporkan ke Pusat Pengendalian Penyakit
Menular. Tingkat sensitivitas diperkirakan sekitar 12,1%.
D. Rabies: Sebanyak 826 kasus yang diduga Rabies dilaporkan ke Pusat Pengendalian Penyakit
Menular. Tingkat sensitivitas diperkirakan sekitar 48,2%.
Pembahasan :
Kejadian leishmaniasis yang paling banyak terjadi pada subjek penelitian ini. Pada kasus
leishmaniasis, indeks sensitivitas yang rendah dan keterlambatan dalam melaporkan kasus dapat
menjadi penyebab utama ketidakmampuan untuk deteksi dini dan implementasi program
pengendalian yang efektif dan tepat waktu. Semua pasien brucellosis dirujuk dan mendapatkan
perawatan di yankes, namun kelengkapan pelaporan kasus untuk laboratorium0% serta
sensitivitas sistem surveilens yang rendah. Hal ini memungkinkan menjadi faktor utama dalam
kegagalan program pencegahan brucellosis. Pada kasus rabies, semua kasus dilaporkan ke
Kementerian, hal ini dikarenakan karena pentingnya kasus rabies dan sistem pelaporan kasus
rabies yang cukup baik.

Kesimpulan :
Sistem pelaporan penyakit menular masih kurang dalam memberikan informasi dan tidak tepat
waktu. Pemantauan berkala terhadap tenaga kesehatan serta pelatihan-pelatihan penting
dilakukan dan diberikan.

Kelebihan :
Jurnal ini disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan jelas. Penulisan yang mudah untuk
dibaca oleh orang-orang awam yang kurang mengerti tentang sistem surveilens penyakit
khususnya penyakit menular.

Kekurangan :
Data mengenai topik yang diangkat terlalu sendikit sehingga pendahuluan lebih banyak
menerangkan pada kajian teorinya saja. Dalam pendahuluan tidak dituliskan tujuan peneliti
melakukan penelitian ini. Pembahasan terhadap hasil data yang dijabarkan dalam jurnal terlalu
singkat serta referensi yang terlalu sedikit.

Anda mungkin juga menyukai