Pendahuluan
Kualitas hidup didefinisikan sebagai penilaian individu terhadap dampak fungsional,
psikologi, dan sosial yang mempengaruhi kesejahteraan.1 Ferrand dan power mendefinisikan
kualitas hidup sebagai suatu konsep yang mencakup karakteristik fisik dan psikologis secara
luas yang menggambarkan kemampuan individu berperan dalam lingkungannya dan
memperoleh kepuasan dari yang dilakukannya.2 Kualitas hidup bersifat subjektif yang
dipengaruhi oleh pengalaman yang banyak kemudian dievaluasi dengan perasaan positif atau
negatif oleh individu tersebut.2 Konsep kualitas hidup telah banyak digunakan pada berbagai
bidang sosial, seiring dengan waktu diadaptasi oleh pelayanan kesehatan. Brooker
menyatakan bahwa kualitas hidup adalah ukuran konseptual atau operasional yang sering
digunakan dalam situasi penyakit kronis sebagai cara untuk menilai dampak terapi pada
pasien.3 Penilaian kualitas hidup memberikan informasi baru dalam penilaian hasil jangka
panjang berlandaskan definisi sehat menurut World Health Organization (WHO), yaitu
sehat fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit dan keterbatasan atau
kecacatan saja.4-7 Penilaian kualitas hidup tidak hanya dipengaruhi oleh keadaan fisik saja,
namun juga keadaan mental, sosial dan emosional, sehinga dapat dilihat sebagai suatu konsep
multi dimensi yang terdiri dari tiga bidang utama, yaitu: fisik, psikologis (kognitif dan
emosional) dan sosial.4,
mengaitkan antara hasil survey subjektif tentang kepuasan hidup dengan perbandingan
objektif kualitas hidup seluruh negara. Indonesia memiliki indeks 5,81, menempti indeks
kualitas hidup ke 71 dari 111 negara yang dinilai oleh Economist Intelligence Unit pada tahun
2005. Irlandia menempati tingkat kualitas hidup pertama dari 111 negara dengan nilai indeks
kualitas hidup 8,33.
Konsep sehat saat ini menekankan pada kondisi pasien disertai kompleksitas penilaian
lainnya yang berpengaruh.8 Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu aspek kesehatan
yang banyak dikeluhkan oleh kelompok usia anak dan remaja.9 Gangguan pada kesehatan
gigi dan mulut merupakan salah satu faktor yang berperan pada status kualitas hidup terkait
0
kesehatan gigi dan mulut.10 Salah satu gangguan kesehatan gigi dan mulut pada anak yang
sering dikeluhkan adalah karies gigi. Karies merupakan infeksi kronis yang mengenai 18%
anak dengan rentang usia antara 2 sampai 4 tahun, 52% pada anak dengan usia 6 sampai 8
tahun, dan 61% pada anak remaja usia 15 tahun keatas di populasi Amerika Serikat tahun
1988 sampai 1994. Dampak karies pada kualitas hidup anak telah banyak diteliti. Penelitian
yang dilakukan oleh Davis menyimpulkan bahwa penyakit pada gigi dan mulut memiliki
dampak yang minimal pada status kualitas hidup seseorang.11 Pernyataan tersebut banyak
dibantah oleh penelitian-penelitian terbaru yang melihat dampak penyakit gigi dan mulut
pada anak dapat berakibat buruk pada status kualitas hidupnya.12 Dampak tersebut mulai dari
rasa tidak nyaman sampai dengan penurunan atau keterlambatan perkembangan fisik anak,13,
14
selain itu juga berdampak pada aktivitas sosial anak dan anak menjadi lebih sering tidak
masuk sekolah.15
Konsep penilaian kualitas hidup adalah multidimensi, yang terdiri dari aspek fisik,
psikologis (kognitif dan emosional) dan sosial. Masing-masing aspek diukur dengan beberapa
pertanyaan yang sesuai. Terdapat dua bentuk dasar instrumen penilaian kualitas hidup: secara
generik dan spesifik penyakit. Instrumen generik dibuat untuk menilai semua aspek kesehatan
yang berhubungan dengan kualitas hidup pada berbagai macam penyakit dan populasi.
Sedangkan penilaian kualitas hidup spesifik hanya pada aspek kesehatan tertentu.8 Pemilihan
instrumen penilaian kualitas hidup anak berdasarkan atas konsep, keandalan, kesahihan, dan
kepraktisan instrumen tersebut. Penilaian kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut
telah banyak diciptakan, tiga diantaranya yang sering digunakan adalah Child Perception
Questionnaire (CPQ), Child Oral Impacts on Daily Performances (COIDP), dan Michigan
Oral Health-Related Quality of Life (MOHRQoL). Penilaian kualitas hidup diukur
berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi.16 Berbagai instrumen dapat digunakan,
tergantung dari kesesuaian instrumen dengan tujuan penilaian. Berbagai faktor yang dinilai
juga dapat disesuaikan dengan karakteristik subjek pemeriksaan. Makalah ini akan membahas
mengenai instrumentasi penilaian kualitas hidup anak terkait kesehatan rongga mulut.
Kualitas Hidup
Kualitas hidup adalah persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan, dalam
hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan berhubungan dengan cita-cita,
pengharapan, dan pandangan-pandangannya, yang merupakan pengukuran multidimensi,
tidak terbatas hanya pada efek fisik maupun psikologis pengobatan.17 Kualitas hidup
didefinisikan sebagai penilaian individu terhadap dampak fungsional, psikologi, dan sosial
yang mempengaruhi kesejahteraan.1 Ferrand dan power
sebagai suatu konsep yang mencakup karakteristik fisik dan psikologis secara luas yang
menggambarkan kemampuan individu berperan dalam lingkungannya dan memperoleh
kepuasan dari yang dilakukannya.2 Kualitas hidup bersifat subjektif yang dipengaruhi oleh
pengalaman yang banyak kemudian dievaluasi dengan perasaan positif atau negatif oleh
individu tersebut.2 Sedangkan pada literatur lainnya disebutkan bahwa kualitas hidup adalah
kenyataan yang dialami individu berbanding dengan harapan dari individu tersebut.2
Sedangkan menurut World Health Organisation (WHO), kualitas hidup adalah persepsi
individu terhadap posisi mereka dalam kehidupan pada konteks budaya dan sistem nilai
dimana mereka tinggal, berhubungan dengan tujuan hidupnya, harapan, standard dan fokus
hidup mereka.18
Wilson dan Cleary menggambarkan model alur variasi-variasi penyebab yang
mempengaruhi kualitas hidup. Tujuan dari model alur tersebut adalah untuk menghubungkan
penilaian objektif dengan persepsi subjektif. Model konsep kualitas hidup dari Wilson dan
Cleary dapat dilihat pada bagan di bawah ini.19
Karakteristik
individual
Faktor
Keluhan
Variasi Biologis
& Fisiologis
Kondisi
Keluhan
Faktor
Fisiologis
Motivasi
Personal
Kondisi
Fungsional
Faktor Ekonomi
dan Sosial
Karakteristik
Lingkungan
Nilai
Preferensi
Persepsi
Kesehatan Umum
Status Kualitas
Hidup
Faktor Fisiologis
dan Sosial
Faktor
Nonmedis
Tingkat pertama dari model tersebut adalah faktor biologis dan fisiologis, karena dua
faktor tersebut umumnya terkonsep, dapat diukur dan diaplikasikan di klinik. Tingkat
kedua adalah fokus pada sel spesifik, dan organ sampai dengan organisme sebagai satu
kesatuan. Wilson dan Cleary menjelaskan di dalam konsep yang digambarkannya, bahwa
karena kompleksitasnya, maka perawatan yang efektif tujuannya tidak hanya melihat
faktor biologis dan fisiologis saja. Tingkat ketiga yaitu fungsionalitas yang mengukur
kemampuan individu untuk melakukan suatu tugas tertentu. Inisiator model ini
berpendapat bahwa gejala dan variasi bio-fisiologis berhubungan dengan kondisi
fungsionalitas. Tingkat keempat yaitu persepsi sehat individu yang juga berhubungan
dengan tingkat-tingkat sebelumnya. Persepsi individu muncul dari pengamatan dan
pengalaman individu pada pelayanan kesehatan yang didapatkannya. Tingkat terakhir
yaitu keseluruhan kualitas hidup. Model konseptual ini meliputi faktor sakit, sehat, dan
kualitas hidup, sehingga model ini menggambarkan hubungan sebab akibat dan
memberikan karakteristik individu dan lingkungan.4
untuk mengukur kualitas hidup anak. Ukuran kualitas hidup anak menjadi nilai yang
potensial untuk membandingkan hasil observasi klinis.
Beberapa aspek yang mempengaruhi konsep kualitas hidup, yaitu perspektif
individu terhadap kualitas hidup, hal ini tergantung dari gaya hidup, pengalaman,
harapan, cita-cita dan ambisi individu. Aspek berikutnya yaitu kesehatan, kualitas hidup
yang berhubungan dengan kesehatan merupakan konsep multi dimensi yang saling
berhubungan. Hal ini sesuai dengan definisi dari World Health Organisation (WHO),
bahwa kualitas hidup sebagai status dari keseluruhan fisik, mental dan kesejahteraan
sosial individu, tidak hanya status ada atau tidaknya penyakit atau disabilitas. Aspek
ketiga yaitu kualitas hidup dapat mencakup perspektif subjektif dan objektif pada
masing-masing aspek. Penilaian objektif kualitas hidup fokus pada kemampuan individu,
dan derajat kesehatannya. Sedangkan penilaian subjektif kualitas hidup mencakup
perspektif dan penilaian individu terhadap status kesehatan berdasarkan pengalaman.
Anak merupakan kelompok usia yang tidak dapat dipercaya penilaiannya. Oleh
karena itu, telah banyak dilakukan usaha untuk mengukur kualitas hidup anak
berdasarkan data yang didapatkan dari orangtuanya. Namun demikian, anak dan
orangtua memiliki pandangan yang berbeda mengenai dampak suatu penyakit sehingga
tetap dibutuhkan keterlibatan anak secara langsung dalam penentuan perawatan anak.
Sehingga, dibutuhkan berbagai evaluasi pada pengukuran kualitas hidup anak untuk
mempertimbangkan perspektif anak dalam menilai kualitas hidupnya sendiri.
Penilaian kualitas hidup anak memiliki keterbatasan tertentu. Anak tidak berbagi
dengan orang dewasa mengenai penyebab, etiologi dan perawatan penyakit. Anak
menginterpretasikan pertanyaan secara berbeda, dan mengadopsi perspektif waktu
berdasarkan perjalan penyakit secara berbeda. Selain itu, kemampuan anak dalam
menggunakan skala penilaian, pemahaman bahasa dan tipe kuesioner yang digunakan
tergantung dari perkembangan kognitif dan usia.
umum, depresi secara psikologis, penurunan rasa percaya diri, berkurangnya waktu
aktivitas sekolah dan berdampak pada tingkat kualitas hidup. Gigi geligi merupakan
salah satu organ pencernaan yang berperan penting dalam proses pengunyahan makanan,
sehingga pemeliharaan kesehatan gigi penting dilakukan.24 Tindakan pencegahan
terhadap penyakit gigi dan mulut perlu dilakukan agar tidak terjadi gangguan fungsi,
aktivitas (belajar dan bekerja) dan penurunan produktivitas kerja yang tentunya akan
mempegaruhi kualitas hidup.24
Lebih dari dua dekade, status kesehatan gigi dan mulut telah digunakan sebagai
indikator dan pembanding untuk penilaian dampak kesehatan gigi dan mulut di suatu
populasi. Kondisi kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu penyebab yang paling
banyak menimbulkan keluhan fisik, sosial, dan psikologis. Sehingga adanya keluhan
pada gigi dan mulut mempengaruhi aktivitas keseharian dan kualitas hidup seseorang.
Kelompok usia yang banyak mengeluhkan kesehatan gigi dan mulut adalah kelompok
usia anak dan remaja.9 Pada penelitian yang dilakukan oleh Barbosa dan Gaviao,
menunjukkan bahwa kondisi kesehatan gigi dan mulut sangat mempengaruhi aspek sosio
ekonomi
kondisi klinis dengan gangguan kesehatan gigi dan mulut yang ringan dapat
menimbulkan keluhan pada beberapa kelompok pasien anak, sebaliknya dengan kondisi
klinis gangguan kesehatan gigi dan mulut yang berat tidak menimbulkan keluhan.27 Hal
ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu bahwa pengalaman klinis seseorang
ditentukan tidak hanya dari karakteristik dan keparahan penyakit tapi juga dari
karakteristik lingkungan dan personal.28 Sehingga anak dengan kondisi psikologis yang
baik menunjukkan status kualitas hidup yang lebih baik dibandingkan kualitas hidup
anak dengan kondisi psikologis yang tidak baik.29 Selain faktor psikologis, rasa sakit dan
tidak nyaman juga menimbulkan keluhan depresif dan mempengaruhi status kualitas
hidupnya.30
serta mampu membedakan sehingga mampu digunakan pada anak dengan gangguan
orofasial dan dental. CPQ merupakan bagian dari kuesioner kualitas hidup yang terdiri
dari kuesioner untuk orang tua atau perawat anak dan kuesioner spesifik untuk anak itu
sendiri dengan kelompok usia 6-7 tahun, 8-10 tahun, dan 11-14 tahun. Kelompok usia
tersebut dibuat karena dianggap memiliki kemampuan kognitif yang homogen.32
Penelitian pendahuluan menggunakan kuesioner ini dengan tujuan untuk melihat
dampak kondisi oral dan orofasial pada status fungsional dan psikososial anak.
Kuesioner penilaian terdiri dari 36 pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 4
kelompok, yaitu keluhan oral, keterbatasan fungsional, kondisi emosional, dan sosial.32
Instrumen CPQ terdiri dari 5 pertanyaan mengenai keluhan rongga mulut, 5 pertanyaan
mengenai keterbatasan atau gangguan fungsi, 5 pertnyaan mengenai kesejahteraan
emosional dan 10 pertanyaan mengenai kesejahteraan sosial. Kuesioner memiliki
pendahuluan dan 2 pertanyaan umum mengenai usia dan jenis kelamin anak.32
Setiap pertanyaan menanyakan mengenai frekuensi kejadian dalam 4 minggu terakhir;
dengan 5 poin skor skala Likert dari 0-4. Skor yang paling tinggi menunjukkan
peningkatan efek pada kualitas hidup. Pilihan respon jawaban berupa tidak pernah
dengan skor 0, sekali atau dua kali dengan skor 1, kadang-kadang dengan skor 2,
sering dengan skor 3, dan setiap hari dengan skor 4. Keseluruhan skor dari tiap
pertanyaan dijumlahkan. Total skor bervariasi dari 0 sampai 100.32 Prosedur penyesuaian
instrumen CPQ mengikuti metode yang telah disetujui secara internasional.32,
33
Pertanyaan harus sederhana, mudah dipahami, dan menghindari istilah teknis yang sulit
dipahami responden, dan isi pertanyaan sesuai dengan budaya dan kebiasaan populasi
yang akan dinilai.32
11
12
psikologis berhubungan dengan kesehatan gigi dan mulutnya dan aspek sosial terkait
kesehatan rongga mulut.12
Penilaian masing-masing aspek berdasarkan akumulasi dari beberapa item
pertanyaan kuesioner, dengan total pertanyaan secara keseluruhan adalah 14 pertanyaan.
Kriteria penilaian kualitas hidup berdasarkan rata-rata dari jumlah item pertanyaan dari
masing-masing aspek, dengan penilaian yang dikatakan kualitas hidup rendah adalah
diatas 3 dan kualitas hidup baik dibawah 3.
Sara L. melakukan penelitian mengenai kualitas hidup anak dan perspektif
orangtua yang memiliki early childhood caries (ECC). Pada penelitian tersebut,
digunakan skala MOHRQoL versi anak. Skala ini dibuat untuk mengukur kualitas hidup
yang berhubungan dengan kesehatan oral anak usia lebih dari sama dengan 4 tahun.12
Skala kuesioner awalnya terdiri dari 7 pertanyaan yang mencakup 3 aspek, yaitu rasa
sakit atau tidak nyaman (apakah giginya terasa sakit saat ini? Apakah giginya pernah
terasa sakit sebelumnya? Apakah giginya terasa sakit atau tidak nyaman ketika makan
sesuatu yang panas atau dingin?), keterbatasan fungsi (apakah sulit untuk digunakan saat
mengunyah? Apakah sulit untuk digunakan untuk mengigit?), aspek psikologis (apakah
anda menyukai gigi anda? Apakah anda menyukai senyum anda?).12
Pada skala MOHRQoL versi orangtua, merupakan ukuran perwakilan dari
orangtua mengenai kualitas hidup anaknya berhubungan dengan kesehatan berdasarkan 3
pertimbangan. Pertama, oragtua harus mempertimbangkan aspek keseimbangan hidup
anak ketika mengevaluasi kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan. Oleh
karena itu, pertanyaan kueioner yang diberikan pada orangtua harus sesuai dengan
pertanyaan yang diajukan pada anak. Pertimbangan kedua yaitu latar belakang kognitif
orangtua memiliki karakteristik jawaban yang berbeda dengan anak-anak. Skala
penilaian jawaban dari 1 sampai 5 digunakan pada format kuesioner orangtua,
dibandingkan format ya atau tidak yang digunakan pada format kuesioner anak. Interval
skala ini memungkinkan metode analisis yang lebih baik. Pertimbangan terakhir pada
versi
kuesioner
orangtua
yaitu
pemahaman
pertanyaan
kuesioner,
karena
13
14
15
Ringkasan
Kualitas hidup adalah persepsi individu tentang posisinya dalam kehidupan, dalam
hubungannya dengan sistem budaya dan nilai setempat dan berhubungan dengan cita-cita,
pengharapan, dan pandangan-pandangannya, yang merupakan pengukuran multidimensi,
tidak terbatas hanya pada efek fisik maupun psikologis pengobatan. 17
Konsep kesehatan rongga mulut tidak hanya bebas dari penyakit, tapi juga termasuk
aspek fungsionalitas, sosial dan psikologis. Paradigma kesehatan rongga mulut menurut
WHO juga telah mengacu kepada konsep secara holistik, yaitu kesehatan rongga mulut
memungkinkan seseorang untuk dapat berbicara, makan, bersosialisasi tanpa adanya penyakit
aktif, rasa tidak nyaman atau malu untuk bersosialisasi. Kesehatan rongga mulut merupakan
bagian integral dari kesehatan secara umum dan dapat mempengaruhi kondisi kesehatan
umum.
Kualitas hidup anak merupakan perhatian yang banyak dikeluhkan pada masyarakat
modern. Faktor yang mempengaruhi kondisi kualitas hidup anak adalah faktor biologis,
psikologis, sosial. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada kelompok usia anak paling banyak
dikeluhkan dan sangat berdampak pada status kualitas hidup anak. Sehingga kecenderungan
ini menyebabkan peneliti-peneliti tertarik untuk melakukan penilaian kualitas hidup anak
yang terkait dengan kesehatan gigi dan mulut. Berbagai parameter diciptakan sebagai
instrumen pengukuran kualitas hidup anak.
Penilaian kondisi kualitas hidup anak terkait kesehatan rongga mulut dapat dilakukan
menggunakan berbagai teknik psikometrik modern yang telah banyak digunakan dalam
penelitian sebelumnya. Beberapa diantara teknik penilaian tersebut membutuhkan
penyesuaian isi pertanyaan. Instrumen penilaian yang digunakan mampu membedakan antar
kelompok sehingga tidak dibutuhkan pengukuran lebih lanjut.
Validasi dan reliabilitas instrumen pengukuran harus dapat dibuktikan sebelum
digunakan dalam penelitian. Beberapa instrumen pengukuran yang umum digunakan untuk
melihat status kualitas hidup terkait kesehatan gigi anak yaitu CPQ, COIDP, dan MOHRQoL.
CPQ merupakan instrumen kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada anak
kelompok usia tertentu dengan berbagai kondisi dental, ortodontik, dan orofasial. Namun
penjelasan dalam tahap skoring menyebabkan instrumen ini sulit untuk dikalibrasi. COIDP
menilai dampak dari kehidupan sehari-hari anak dengan melihat perilaku anak. Sedangkan
MOHRQoL menilai kualitas hidup anak yang berhubungan dengan kesehatan rongga mulut.
16
Berbagai instrumen pengukuran kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut yang
digunakan harus sesuai dengan tujuan penelitian. Beberapa dari instrumen tersebut dapat
disesuaikan menurut subjek dan tujuan penilaian. Indikator klinis dapat dijadikan tambahan
penilaian seiring dengan penilaian kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut anak.
17
DAFTAR PUSTAKA
1.
Naito M. YH, Nomura Y., Nakayama T. Hamajima N., Hanada N. Oral Health Status
and Health-related Quality of Life: a Systematic Review. J Oral Scie 2006;48(1):1 - 7.
2.
3.
4.
5.
Slade GD. Measuring Oral Health and Quality of Life. University of North Carolina:
Department of Dental Ecology, School of Dentistry; 1997.
6.
WHO (World Health Organization a. WHO information series on school health, Doc
11; Oral health promotion through schools. In: WHO, editor. Geneva: World Health
Organization; 2003.
7.
8.
9.
10.
11.
P D. Compliance structures and the delivery of health care. Soc Sci Med
1975;10:329-35.
12.
Sara L. Filstrup. Dan Briskie MdF. Early Childhood Caries and Quality of Life: Child
and Parent Perspectives. Pediatric Dentistry 2002;25(5):431-44.
13.
Acs G LG, Kaminsky S, Cisneros GJ. Effect of nursing caries on body weight in a
pediatric population. Pediatric Dentistry 1992;14:302-05.
18
14.
Ayhan H SE, . Yildrim S. The Effect of nursing rampan caries on height, body
weight, and head circumference. J Clin Pediatr Dent 1996;20:209-12.
15.
Gift HC RS, Larach DC. The social impact of dental problems and visits. Am J Public
Health 1992;82:1663 - 68.
16.
17.
18.
WHOQOL TWGDot. rationale and current status. Int J Mental Health 1994;23.:2456.
19.
Wilson IB CP. Linking clinical variables with health-related quality of life. 1995
1995;273(59).
20.
Aji FD. Kualitas Hidup Anak Pasca Sindrom Syok Dengue [Semarang: Universitas
Diponegoro; 2004.
21.
Ridley S YD. Intensive care after care. In: Griffiths RD JC, editor. Classification and
measurement problems of outcomes after intensive care. Oxford ButterworthHeinemann; 2002. p. 142-5.
22.
23.
24.
25.
OBrien C BP, Marshman Z. Evaluation of a quality of life measure for children with
malocclusion. J Orthod 2007;34(3):18593.
26.
Smith KW AN, Assmann SF. Distinguishing between quality of life and health status
in quality of life research: a meta-analysis. Qual Life Res 1999;8:44759.
27.
Barbosa TS TM, Gaviao MBD. Validity and reliability of the Child Perceptions
Questionnaires applied in Brazilian children. BMC Oral Health 2009;9(13).
28.
19
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Astrom N.A. OI. Validity and Reliability of The Oral Impacts on Daily Performances
(OIDP) Frequency Scale: a Cross-sectional Study of Adoloescent in Uganda. BMC
Oral Health 2003;3(5).
35.
Christina Nuca CA, Elisabeth Martoncsak, Dan Dumitru Tomi. Study Regarding The
Correlation Between The Child-OIDP Index and The Dental Status in 12-year-old
Children from Harsova, Constanta County. OHDMBSC 2005;4(4):4 - 13.
20