BAB I
PENDAHULUAN
Kemitraan merupakan upaya melibatkan berbagai komponen baik kelompok, masyarakat, lem
baga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasa
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memp
erlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat denga
n tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang di
harapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah dite
gaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan k
emandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerinta
h maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehat
an masyarakat termasuk komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar pr
ogram-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.
Hingga saat ini, dan beberapa tahun yang akan datang di negara-negara berkembang seperti
Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi prioritas utama di kalangan masyarakat. Dan ini
menjadi salah satu patokan keberhasilan program kesehatan di negara-negara yang sedang
berkembang.
Kelompok masyarakat di negara ini, rata- rata mencangkup bayi, balita, anak, remaja, dew
asa, ibu hamil dll. Secara biologis dan sosiologis merupakan kesatuan yang sangat erat untuk m
enanggung reiko kesehatan yang relatif lebih berat dan berjalan dengan seadanya. Kelom
pok ibu berada dalam peran reproduksi (kehamilan dan persalinan ) disamping mereka juga seba
gai tulang punggung kehidupan keluarga. Sementaraitu, anak sampai dengan usia 5 tahun adala
h kelompok yang sangat bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang justru sedang d
alam fase kritis dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosialnya.
Angka kematian yang terus melonjak pada setiap tahunnya, termasuk angka kematian bayi yan
g terus meningkat, contoh kasusnya seperti : dikarenakan penyebab utama tingginya angka-
angka tersebut memang masih kompleks. Pertolongan persalinan yang saat ini masih dilakukan
oleh “dukun bersalin tradisional” memang masih dianggap sebagai pemegang peran utama ti
ya sudah merupakan salah satu kegiatan utama dalam program KIA. Keterlambatan meruj
uk ke fasilitas yang lebih mampu (Rumah Sakit, Dokter atau Bidan) yang diduga masih menja
di penyebab tingginya “kecelakaan” persalinan bila dukun-dukun tadi tiba-tiba menghadapi pro
ses persalinan yang tidak normal, meskipun kewaspadaan untuk menghadapi hal-hal seperti ini s
ebenarnya sudah termasuk dalam bahan pelatihan yang seringkali diberikan kepada dukun-dukun
tadi.
Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang juga membutuhkan pa
rtisipasi masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok agar derajat kesehatan masya
rakat dapat ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam hal ini dapat berbentuk program k
kesehatan.
1.4.1 Mengetahui, memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam promosi
kesehatan.
1.4.2 Mengetahui penerapan prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan.
PEMBAHASAN
Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi ba
hwa “memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang lain,
dan menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator merupaka
perti perintah dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan oran
g adalah tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan yang berpengetahuan yan
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian
a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak
menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat,
lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama
d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk
bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung
bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing
secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)
Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pem
erintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama
berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk membangun
kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya d
an saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan mi
si, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama, kesediaan untuk
berkorban.
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari ber
bagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), ”kemit
raan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau orga
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasa
ngan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.Ke
mitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbaga
4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus dida
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh masing-
Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau
sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan
sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak
awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan
Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari
kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari keb
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tin
dakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kema
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh ang
gota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan meneka
nkan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparans
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tin
ggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan memb
utuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan.
Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang
lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling men
ghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat
yang konstruktif.
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam men
empuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tep
at. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitm
en terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan k
apasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap pe
nyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanj
utan.
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan- kele
bihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal a
dalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika me
mungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal seb
agai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus dia
tasi.
Health managers
Health professionals
Academic institutions
Communities institutions
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua
a. Model I
Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau
building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki
program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut
terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya.
b. Model II
Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap mitra
memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-
kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.
Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe
kemitraan yaitu:
a. Potential Partnership
Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja
b. Nascent Partnership
Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal
c. Complementary Partnership
Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui
perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program
d. Synergistic Partnership
Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan
sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI
yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk
a. SK bersama
c. Pokja
d. Forum Komunikasi
kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatuma
salah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulka
n perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-u
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan har
ghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejaht
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat me
mudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersa
ma, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yai
tu:
3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lint
a) Unsur pemerintah
1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan ke
2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti m
l.
3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan se
mua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swast
a.
4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta dih
arapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan mening
katkan produktivitas.
5. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi inte
6. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan man
faat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangu
Tujuan khusus :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Per
wakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khusus
nya swasta
2. penyamaan persepsi,
3. pengaturan peran,
4. komunikasi intensif,
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi sete
mpat adalah :
onesia Sehat.
ama, dll.
at berjalan lancar.
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah da
2. Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang dise
lenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitra
an yang dijalankan.
3. Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efe
2. Balai Keperawatan
dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta
Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera)
Rehabilitation. (pemulihan)
1. Advokasi (Advocacy)
dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu
masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan
perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upayaupaya
Kepercayaan (trust) _ modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk
menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya,
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan sangat
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan merupakan
aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan
kepada sektor lain bahwa “health is not everything, but without health everything is nothing”
Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana
yang dapat berasal dari masing-masing mitra, tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah
dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb.
Beberapa contoh dibawah ini adalah peranan sektor atau ormas dalam membangun kemitraan :
aktif.
4. Ormas dan LSM : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran aktif.
6. Swasta : memberi dukungan sumber daya dalam bentuk sarana, dana, dan tenaga.
2.13 Sistem Kemitraan Kesehatan
Input
a. Sumberdaya manusia
b. Keuangan
d. Lainnya
Proses
a. Penjajakan
b. Sosialisasi / advokasi
c. Dibangun kesepakatan
Mekanism
Output
a. Program
b. Kegiatan
c. Penanggung jawab
d. Peran masing-masing
e. Lokasi
f. Waktu
g. Biaya
Pelaksanaan Kegiatan
Monitoring dan Evaluasi
Outcome
b) ANGKA KEMATIAN
c) ANGKA KELAHIRAN
e) PERILAKU KESEHATAN
f) STATUS GIZI
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M)
terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output),
masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam upaya peningkatan,
paling penting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan bersama anggota masyarakat dan
merupakan paradigma perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi
profesi perawat di Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua
prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan. Dalam
keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat serta implikasi
Indonesia.
3.2 Saran-Saran
masyarakat
2 Oktober 2009).
2009)
http://documents.tips/documents/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html
BAGIAN 2
Bangsa indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang mempunyai banyak
permasalahan yang membutuh penyelesaian yang melibatkan semua komponen masyarakat,
salah satu penyebab yang menyebabkan lambatnya berbagai permasalahan adalah masih sangat
rendahnya pendidikan masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi disekitar mereka, sebagai
suatu perbandingan permasalah penyakit malaria sudah dilakukan pencegahan.
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu,masyarakat,pemerintah dan
swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan memang merupakan sektor yang paling
depan dalam bertanggung jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan
dan program ,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun
swasta.Dengan kata lain sektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin
kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana bahwa
Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah:
a. Persamaan atau equality,
b. Keterrbukaan atau transparancy dan
c. Saling menguntungkan atau mutual benefit.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu tahap
pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri, tahap kedua
kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah
membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas
organisasi yang mencakup :
a. Unsur pemerintah,
b. Unsur swasta atau dunia usaha,
c. Unsur lsm dan organisasi masa
d. Unsur organisasi profesi.
Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun kemitraan kesehatan
perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions
Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan
Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.
Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan
3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi
sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi
juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk
dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi
intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :
1. Pelatihan guru uks/penjaskes dalam rangka menuju kawasan bebas jentik bagi institusi
pendidikan ( 150 sd/smp/mi/mts negeri dan swasta selama 2 angkatan, masing-masing 2
hari)
2. Cerdas cermat dokter kecil dan lomba kader kesehatan remaja
3. Pendirian posko kesehatan lebaran
4. Pencanangan cuci tangan pakai sabun
5. Program lansia dalam rangka jalan sehat memperingati hari lansia di Kab Banyumas
6. lomba kader kesehatan remaja
7. Refreshing pelatihan kader PSN di wilayah Purwokerto kidul
BAGIAN 3
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.
Tujuan khusus :
Perilaku Kemitraan : Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan
lain-lain, khususnya swasta.
3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi
sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi
juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk
dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi
intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.
Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :
Indikator Keberhasilan
Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan
tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan adanya peran serta
masyarakat melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kec. Sumberjamber.
Kecamatan Sumberjambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di sebelah
utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung
Raung. Jumlah penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani
maupun buruh perkebunan. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih
banyak berobat ke Puskesmas Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah
diantaranya penyakit Campak dan tuberkulosis (TB)
Untuk pelayanan pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumberjambe secara khusus
mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang sama sehingga
sesama penderita sering bertemu dan saling tukar menukar informasi terutama tentang penyakit
yang diderita dan pengalaman berobatnya. Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis
yang dideritanya merupakan penyakit menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan
dulunya dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib diantara
sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas Sumberjambe Kec. Sumberjambe
Kab. Jember.
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab karena
sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB
dan ikut membantu sebagai pengawas minum obat.
Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka kesakitan
TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec. Sumber-jambe Kab.
Jember. Adapun tujuan secara khusus yaitu :
a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB untuk tetap
berobat sampai sembuh
d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan penghasilan dari
penderita atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
DAFTAR PUSTAKA :
Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto: webmaster@
promokes.qo.id.
Fahrudda, Ansarul,dkk, 2005, Paguyuban Penderita TB Paru Kec. Sumberjambe Kab.
Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan Pengawas Minum Obat
Berbasis Masyarakat), Laporan supervise PTO-East Java, Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
WHO, 2000, Chalenges And Opportunities For Partnership In Health Development,
Geneva
BAGIAN 4
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.
Tujuan khusus :
Perilaku Kemitraan : Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan
lain-lain, khususnya swasta.
3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi
sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi
juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk
dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi
intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :
Indikator Keberhasilan
Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan
tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan adanya peran serta
masyarakat melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kec. Sumberjamber.
Kecamatan Sumberjambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di sebelah
utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung
Raung. Jumlah penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani
maupun buruh perkebunan. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih
banyak berobat ke Puskesmas Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah
diantaranya penyakit Campak dan tuberkulosis (TB)
Untuk pelayanan pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumberjambe secara khusus
mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang sama sehingga
sesama penderita sering bertemu dan saling tukar menukar informasi terutama tentang penyakit
yang diderita dan pengalaman berobatnya. Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis
yang dideritanya merupakan penyakit menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan
dulunya dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib diantara
sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas Sumberjambe Kec. Sumberjambe
Kab. Jember.
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab karena
sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB
dan ikut membantu sebagai pengawas minum obat.
Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka kesakitan
TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec. Sumber-jambe Kab.
Jember. Adapun tujuan secara khusus yaitu :
a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB untuk tetap
berobat sampai sembuh
d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan penghasilan dari
penderita atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
DAFTAR PUSTAKA :
Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto: webmaster@
promokes.qo.id.
Fahrudda, Ansarul,dkk, 2005, Paguyuban Penderita TB Paru Kec. Sumberjambe Kab.
Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan Pengawas Minum Obat
Berbasis Masyarakat), Laporan supervise PTO-East Java, Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
WHO, 2000, Chalenges And Opportunities For Partnership In Health Development,
Geneva
BAGIAN 4
http://digilib.unila.ac.id/3703/16/BAB%20II.pdf
BAGIAN 5
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini
masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan
masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi
masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya
adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh
karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap
pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba
mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara
optimal dan berkesinambungan.
Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali
adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jenjang kemitraan di
masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam
masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada
keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada
bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang
sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan
Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai
sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis
komunitas harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat
dalam menciptakan perubahan di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kemitraan dalam bidang kesehatan?
2. Apa saja unsur-unsur kemitraan dalam bidang kesehatan itu?
3. Apa ruang lingkup kemitraan itu?
4. Apa saja prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat itu?
5. Apa saja kah model-model dalam kemitraan itu?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembelajaran dari kemitraan dalam promosi dan pendidikan kesehatan yaitu :
1. Bidan dapat mengetahui pengertian dari kemitraan dalam bidang kesehatan.
2. Bidan dapat mengetahui unsur-unsur kemitraan dalam bidang kesehatan.
3. Bidan dapat mengetahui ruang lingkup kemitraan.
4. Bidan dapat mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan
promosi kesehatan di masyarakat.
5. Bidan dapat mengetahui dan menjelaskan model-model dalam kemitraan.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kemitraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai
mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana
bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
B. Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
C. Dasar Kemitraan
1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan
kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatumasalah
niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian
terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya
informasi dan advokasi secara intensif.
2. Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan harus
mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3. Tujuan yang jelas dan terukur
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan
sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat
memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.
E. RuangLingkupKemitraan
Adapunruanglingkupkemitraansecaragarisbesaradalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan.
I. Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
K. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :
1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.
3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi
yang ada.
1. Kemitraan kesehatan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
mengenai kesehatan.
2. Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
a) Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b) Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c) Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
d) Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat
3. RuangLingkupKemitraan
a) Persiapan
b) Inisiasi Kemitraan
c) Pelaksanaan kerjasama
d) Pelaporan
e) Publikasi hasil pelaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
http://muhammadwahyudi123.blogspot.com/p/kesmas-berbasis-evidence-evidence-base.html
http://nesyairmalia.blogspot.com/2012/03/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html
http://nezfine.wordpress.com/tag/kemitraan/
http://www.hidayatjayagiri.net/2012/10/mengenal-kemitraan.html
http://www.artikata.com/arti-371870-kemitraan.html
http://dcorpinugd.blogspot.co.id/2015/04/kemitraan-kesehatan.html
BAGIAN 6
Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan
pada umumnya
Tujuan khusus :
Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
Indikator Keberhasilan
•Indikator input :
Jumlah mitra yang menjadi anggota.
•Indikator proses :
Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan
jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang dijalankan.
Indikator output :
Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya
yang diselenggarakan
https://muhammadidris1970.wordpress.com/2010/04/23/kemitraan-dan-peran-sertakemitraan-
dan-peran-serta/
BAGIAN 7
Definisi Kemitraan
Menurut Fletcher K.L dan Kamus Besar Bahasa Indonesia memandang kemitraan sebagai suatu
jalinan kerjasama usaha untuk tujuan memperoleh keuntungan. Menurut Notoatmodjo (2003),
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) mengemukan bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama)
antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat).
Menurut WHO (1948), kesehatan ialah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan
dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan dalam Piagam Ottawa dikatakan
bahwa kesehatan merupakan sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup.
Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada
hal-hal berikut :
Tujuan Kemitraan
a. Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada
umumnya.
b. Tujuan khusus :
1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi
semua pihak.
2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti masalah
pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dll.
3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak
juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swasta.
4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta diharapkan
juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan meningkatkan
produktivitas.
5. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi internasional
promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
6. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan kesetaraan.
Program Kemitraan Bidan dan Dukun merupakan salah satu program sebagai upaya untuk
meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Definisi Kemitraan Bidan dan
Dukun sendiri adalah suatu bentuk kerjasama bidan dan dukun yang saling menguntungkan dengan
prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi,
dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalih fungsikan dukun dari penolong
persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan
kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun serta melibatkan seluruh unsur/elemen
masyarakat yang ada.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata masyarakat lebih senang ditolong oleh dukun bayi. Namun
ada juga ibu bersalin yang lebih senang ditolong oleh bidan. Pada saat pertolongan persalinan tersebut
ada pembagian peran antara bidan dengan dukunnya. Sebenarnya, selain pada saat persalinan ada juga
pembagian peran yang dilakukan pada saat kehamilan dan masa nifas, tetapi memang yang lebih banyak
diutarakan adalah kerjasama pada saat persalinan. Istilah kemitraan dalam bahasa Tolaki, salah satu
bahasa daerah di Kendari, adalah meronga-ronga. Sedangkan di Kabupaten Cirebon kemitraan dikenal
dengan istilah paguyuban. Sebenarnya, kemitraan di Kendari telah berjalan di hampir semua wilayah.
Apalagi dukun dan bidan sudah mendapatkan intervensi dari Departemen Kesehatan melalui program
Healthy Mother Healthy Baby (HMHB). Intervensi tersebut merupakan program yang telah dicanangkan
oleh Departemen Kesehatan dengan menggalang kemitraan bidan dan dukun bayi melalui pelatihan-
pelatihan. Di Cirebon, kemitraan bidan dan dukun sudah dimulai sejak tahun 1998 bersamaan dengan
dicanangkannya GSI (Gerakan Sayang Ibu).
Keberhasilan dari kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun adalah ditandai dengan adanya kesepakatan
antara Bidan dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap ibu hamil dan bersalin yang datang.
serta akan membantu bidan dalam merawat ibu setelah bersalin dan bayinya. Sementara Bidan sepakat
untuk memberikan sebagian penghasilan dari menolong persalinan yang dirujuk oleh dukun kepada
dukun yang merujuk dengan besar yang bervariasi. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam peraturan
tertulis disaksikan oleh pempinan daerah setempat (Kepala Desa, Camat).
4. Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe, kab. Jember
Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan
tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan adanya peran serta masyarakat
melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kec. Sumberjamber.
Kecamatan Sumberjamber adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di sebelah utara
Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung Raung. Jumlah
penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani maupun buruh perkebunan.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih banyak berobat ke Puskesmas
Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah diantaranya penyakit Campak dan
tuberkulosis (TB).
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab karena
sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB dan
ikut membantu sebagai pengawas minum obat.
Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka kesakitan TB
sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec. Sumber-jambe Kab. Jember. Adapun
tujuan secara khusus yaitu :
a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB untuk tetap berobat
sampai sembuh
b. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB
c. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.
d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan penghasilan dari penderita atau
mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah, pertemuan rutin 3 bulanan, penemuan suspek di
masyarakat, dan sebagai pengawas minum obat. Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan
yang secara sepakat dipilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan wakil sekretaris. Jumlah seluruhnya
pengurus dan anggota yang terdaftar sebanyak 80 orang dimana semuanya adalah penderita yang masih
berobat dan yang sudah sembuh setelah menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota
paguyuban relatif berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
Pada awalnya dana kegiatan pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas Sumbejambe yang
berasal dari dana PKS BBM. Bila selanjutnya tidak ada dana PKS BBM ini, maka akan mempengaruhi
pelaksanaan program dari paguyuban ini terutama dalam membantu program penanggulangan
tuberkulosis khususnya di Kec. Sumbejambe. Dengan demikian perlu disarankan untuk mencari donator
lain atau dana operasional ke Dinas terkait sampai paguyuban ini bisa secara mandiri dapat memenuhi
kebutuhan dana operasionalnya. Sebagai upaya untuk mandiri tersebut, masing-masing anggota dapat
berkontribusi dana secara sukarela sesuai kesepakatan.
Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu mulai tahun 2004, para anggota sudah
banyak membantu pelaksanaan program penang-gulangan Tuberkuloisis. Peran aktifnya terutama
dalam sosialisasi program, pengawasan pengobatan dan penemuan suspek. Pada tahun 2005 ini
dilaporkan bahwa suatu ketika paguyuban ini pernah membawa 5 (lima) orang yang dicurigai sebagai
penderita TB ke Puskesmas Sumbejambe dan setelah dilakukan pemeriksaan, ke lima orang tersebut
penderita TB BTA positif.
Adanya paguyuban ini telah membantu UPK (Unit Pelaksana Teknis) Puskesmas Sumberjambe
dalam program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian program sangat baik. Penemuan
penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah mencapai 80% dan angka kesembuhan pada tahun
2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2003 dimana
penemuan penderita baru TB BTA positif hanya mencapai 28%.
Pencapaian yang telah baik ini, jika dipertahankan selama 5 tahun berturut-turut akan memberikan
dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumberjambe pada khususnya. Model kemitraan
berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit tuberkulosis ini perlu dikembangkan ke daerah
lainnya terutama daerah dengan resiko tinggi penularan, dengan mempertimbangkan budaya, tingkat
sosial yang ada tentunya. Untuk melanggengkan keberadaan paguyuban ini perlu dijaga komitmen yang
tinggi dari para anggota yaitu kesepakatan melaksanakan kegiatan utama untuk terus membantu
penemuan penderita suspek TB dan sebagai pengawas minum obat. Selanjutnya dibuat kesepakatan
usaha peningkatan penghasilan pengurus dan anggota melalui usaha kecil dan menengah (UKM)
disamping mengajak pihak swasta atau donator yang tidak terikat.
5. Unilever dan FDI World Dental Federation tentang pentingnya menyikat gigi
Unilever dan FDI World Dental Federation telah memperpanjang kemitraan mereka selama tiga
tahun dari tahun 2010, dengan opsi untuk memperpanjangnya lagi untuk tiga tahun setelah itu. Melalui
kemitraan publik-swasta ini, satu-satunya di dunia mengenai perawatan mulut, dua perusahaan ini
menggerakkan kampanye secara nasional dan global untuk mempromosikan secara luas materi
pendidikan tentang pentingnya menyikat gigi ke sekolah-sekolah dan dokter gigi.
FDI World Dental Federation adalah organisasi global independen yang mewakili sekitar satu juta
dokter gigi di seluruh dunia dan juga 200 asosiasi dokter gigi dan spesialis. Visi dari organisasi ini adalah
untuk menciptakan kesehatan gigi yang optimal di seluruh dunia karena kesehatan gigi adalah bagian
penting dari kesehatan dan kehidupan secara umum. Unilever membantu FDI World Dental Federation
untuk mencapai hal ini secara global melalui merek perawatan mulut termuka yakni Pepsodent, Signal,
Close Up, Mentadent, Aim, PIS, dan Zhong Hua.
http://anggitaaprilia19.blogspot.co.id/2017/01/kemitraan-dalam-pembangunan-kesehatan.html