Anda di halaman 1dari 77

SISTEM SURVEILANS MASYARAKAT

Minggu, 11 Desember 2016


KEMITRAAN DALAM PROMOSI KESEHATAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemitraan merupakan upaya melibatkan berbagai komponen baik kelompok, masyarakat, lem

baga pemerintah atau non pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama berdasa

rkan atas kesepakatan, prinsip dan peran masing-masing

Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini masih memp
erlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan masyarakat denga
n tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi masyarakat yang di
harapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan telah dite
gaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya adalah meningkatkan k
emandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh karena itu pemerinta
h maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap pembangunan kesehat
an masyarakat termasuk komunitas perlu mencoba mencari terobosan yang kreatif agar pr
ogram-program tersebut dapat dilaksanakan secara optimal dan berkesinambungan.

Hingga saat ini, dan beberapa tahun yang akan datang di negara-negara berkembang seperti

Indonesia, masalah kesehatan masih menjadi prioritas utama di kalangan masyarakat. Dan ini

menjadi salah satu patokan keberhasilan program kesehatan di negara-negara yang sedang

berkembang.

Kelompok masyarakat di negara ini, rata- rata mencangkup bayi, balita, anak, remaja, dew

asa, ibu hamil dll. Secara biologis dan sosiologis merupakan kesatuan yang sangat erat untuk m
enanggung reiko kesehatan yang relatif lebih berat dan berjalan dengan seadanya. Kelom

pok ibu berada dalam peran reproduksi (kehamilan dan persalinan ) disamping mereka juga seba

gai tulang punggung kehidupan keluarga. Sementaraitu, anak sampai dengan usia 5 tahun adala

h kelompok yang sangat bergantung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya yang justru sedang d

alam fase kritis dalam proses pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosialnya.

Angka kematian yang terus melonjak pada setiap tahunnya, termasuk angka kematian bayi yan

g terus meningkat, contoh kasusnya seperti : dikarenakan penyebab utama tingginya angka-

angka tersebut memang masih kompleks. Pertolongan persalinan yang saat ini masih dilakukan

oleh “dukun bersalin tradisional” memang masih dianggap sebagai pemegang peran utama ti

ngginya angka-angka tersebut, meskipun pendekatan kepada dukun-dukun tersebut sebenarn

ya sudah merupakan salah satu kegiatan utama dalam program KIA. Keterlambatan meruj

uk ke fasilitas yang lebih mampu (Rumah Sakit, Dokter atau Bidan) yang diduga masih menja

di penyebab tingginya “kecelakaan” persalinan bila dukun-dukun tadi tiba-tiba menghadapi pro

ses persalinan yang tidak normal, meskipun kewaspadaan untuk menghadapi hal-hal seperti ini s

ebenarnya sudah termasuk dalam bahan pelatihan yang seringkali diberikan kepada dukun-dukun

tadi.

Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi masalah tersebut yang juga membutuhkan pa

rtisipasi masyarakat baik secara individu maupun secara kelompok agar derajat kesehatan masya

rakat dapat ditingkatkan. Peran serta masyarakat dalam hal ini dapat berbentuk program k

emitraan yang saling menguntungkan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang menjadi dasar penyusunan makalah ini adalah :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam promosi kesehatan ?


1.2.2 Apa saja unsur- unsur kemitraan ?

1.2.3 Apa saja prinsip-prinsip kemitraan ?

1.2.4 Apa saja model dan jenis kemitraan ?

1.2.5 Apa saja dasar kemitraan ?

1.2.6 Apa saja ruang lingkup kemitraan ?

1.2.7 Bagaimana dasar pemikiran kemitraan dalam promosi kesehatan ?

1.2.8 Apa saja tujuan kemitraan ?

1.2.9 Bagaimana perilaku kemitraan dalam kesehatan ?

1.2.10 Apa saja syarat kemitraan ?

1.2.11 Apa itu promosi kesehatan ?

1.2.12 Bagaimana peran organisasi masyarakat dalam kemitraan ?

1.2.13 Bagaimana sistem kemitraan kesehatan ?

1.3 Tujuan Makalah

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1.3.1 Mengetahui pengertian dari kemitraan dalam pendidikan dan promosi

kesehatan.

1.3.2 Mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kemitraan dalam

pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat.

1.3.3 Mengetahui dan menjelaskan model-model dalam kemitraan.

1.3.4 Mengetahui dan menerapkan kerangka berpikir dalam kemitraan.


1.4 Manfaat Makalah

Manfaat yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah :

1.4.1 Mengetahui, memahami dan mengerti apa yang dimaksud dengan kemitraan dalam promosi

kesehatan.

1.4.2 Mengetahui penerapan prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan.

1.4.3 Mengetahui model-model kemitraan.

1.4.4 Mengetahui bagaimana prilaku kemitraan di Kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemitraan

Secara teoritis, Eisler dan Montuori (1997) membuat pernyataan yang menarik yang berbunyi ba

hwa “memulai dengan mengakui dan memahami kemitraan pada diri sendiri dan orang lain,

dan menemukan alternatif yang kreatif bagi pemikiran dan perilaku dominator merupaka

n langkah pertama ke arah membangun sebuah organisasi kemitraan.” Dewasa inigaya-gaya se

perti perintah dan kontrol kurang dipercaya. Di dunia baru ini, yang dibicarakan oran

g adalah tentang karyawan yang “berdaya”, yang proaktif, karyawan yang berpengetahuan yan

g menambah nilai dengan menjadi agen perubahan.

Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari

berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),

kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau

organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu. Ada berbagai pengertian

kemitraan secara umum (Promkes Depkes RI) meliputi:

a. kemitraan mengandung pengertian adanya interaksi dan interelasi minimal antara dua pihak

atau lebih dimana masing-masing pihak merupakan ”mitra” atau ”partner”.

b. Kemitraan adalah proses pencarian/perwujudan bentuk-bentuk kebersamaan yang saling

menguntungkan dan saling mendidik secara sukarela untuk mencapai kepentingan bersama.
c. Kemitraan adalah upaya melibatkan berbagai komponen baik sektor, kelompok masyarakat,

lembaga pemerintah atau non-pemerintah untuk bekerja sama mencapai tujuan bersama

berdasarkan atas kesepakatan, prinsip, dan peran masing-masing.

d. Kemitraan adalah suatu kesepakatan dimana seseorang, kelompok atau organisasi untuk

bekerjasama mencapai tujuan, mengambil dan melaksanakan serta membagi tugas, menanggung

bersama baik yang berupa resiko maupun keuntungan, meninjau ulang hubungan masing-masing

secara teratur dan memperbaiki kembali kesepakatan bila diperlukan. (Ditjen P2L & PM, 2004)

Kemitraan adalah upaya yang melibatkan berbagai sektor, kelompok masyarakat, lembaga pem

erintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama

berdasarkan kesepakatan prinsip dan peran masing-masing, dengan demikian untuk membangun

kemitraan harus memenuhi beberapa persyaratan yaitu persamaan perhatian, saling percaya d

an saling menghormati, harus saling menyadari pentingnya kemitraan, harus ada kesepakatan mi

si, visi, tujuan dan nilai yang sama, harus berpijak padalandasan yang sama, kesediaan untuk

berkorban.

Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari ber

bagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), ”kemit

raan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau orga

nisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu”.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan kerja, pasa

ngan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra.Ke

mitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbaga

i pihak, baik secara individual maupun kelompok.


2.2 Unsur-unsur Kemitraan

Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :

1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih

2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut

3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut

4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus dida

sarkan pada hal-hal berikut :

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,

b. Saling mempercayai dan saling menghormati

c. Tujuan yang jelas dan terukur

d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

2.3 Prinsip Kemitraan

Terdapat 3 prinsip kunci yang perlu dipahami dalam membangun suatu kemitraan oleh masing-

masing anggota kemitraan yaitu:

a. Prinsip Kesetaraan (Equity)

Individu, organisasi atau institusi yang telah bersedia menjalin kemitraan harus merasa sama atau

sejajar kedudukannya dengan yang lain dalam mencapai tujuan yang disepakati.
b. Prinsip Keterbukaan

Keterbukaan terhadap kekurangan atau kelemahan masing-masing anggota serta berbagai

sumber daya yang dimiliki. Semua itu harus diketahui oleh anggota lain. Keterbukaan ada sejak

awal dijalinnya kemitraan sampai berakhirnya kegiatan. Dengan saling keterbukaan ini akan

menimbulkan saling melengkapi dan saling membantu diantara golongan (mitra).

c. Prinsip Azas manfaat bersama (mutual benefit)

Individu, organisasi atau institusi yang telah menjalin kemitraan memperoleh manfaat dari

kemitraan yang terjalin sesuai dengan kontribusi masing-masing. Kegiatan atau pekerjaan akan

menjadi efisien dan efektif bila dilakukan bersama.

Beberapa prinsip kemitraan yang lainnya yaitu:

1. Saling menguntungkan (mutual benefit)

Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari keb

ersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan.

2. Pendekatan berorientasi hasil

Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tin

dakan. Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kema

mpuan efektif dan kapasitas operasional yang konkrit.

3. Keterbukaan (transparansi)

Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh ang

gota yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan meneka

nkan konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparans

i, termasuk transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi.


4. Kesetaraan

Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tin

ggi, tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan memb

utuhkan rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan.

Para peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang

lain serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling men

ghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat

yang konstruktif.

5. Tanggung Jawab

Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam men

empuh tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tep

at. Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitm

en terhadap sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan k

apasitas untuk mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap pe

nyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanj

utan.

6. Saling Melengkapi

Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan- kele

bihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal a

dalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika me

mungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal seb
agai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus dia

tasi.

Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan

 Policy-makers (pengambil kebijakan)

 Health managers

 Health professionals

 Academic institutions

 Communities institutions

Adapun ruang lingkup kemitraan secara garis besar adalah :

a) Persiapan;

b) Inisiasi Kemitraan;

c) Pelaksanaan kerjasama;

d) Pelaporan;

e) Publikasi hasil pelaksanaan

2.4 Model-model Kemitraan dan Jenis Kemitraan

Secara umum, model kemitraan dalam sektor kesehatan dikelompokkan menjadi dua

(Notoadmodjo, 2003) yaitu:

a. Model I

Model kemitraan yang paling sederhana adalah dalam bentuk jaring kerja (networking) atau

building linkages. Kemitraan ini berbentuk jaringan kerja saja. Masing-masing mitra memiliki
program tersendiri mulai dari perencanaannya, pelaksanaannya hingga evalusi. Jaringan tersebut

terbentuk karena adanya persamaan pelayanan atau sasaran pelayanan atau karakteristik lainnya.

b. Model II

Kemitraan model II ini lebih baik dan solid dibandingkan model I. Hal ini karena setiap mitra

memiliki tanggung jawab yang lebih besar terhadap program bersama. Visi, misi, dan kegiatan-

kegiatan dalam mencapai tujuan kemitraan direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi bersama.

Menurut Beryl Levinger dan Jean Mulroy (2004), ada empat jenis atau tipe

kemitraan yaitu:

a. Potential Partnership

Pada jenis kemitraan ini pelaku kemitraan saling peduli satu sama lain tetapi belum bekerja

bersama secara lebih dekat.

b. Nascent Partnership

Kemitraan ini pelaku kemitraan adalah partner tetapi efisiensi kemitraan tidak maksimal

c. Complementary Partnership

Pada kemitraan ini, partner/mitra mendapat keuntungan dan pertambahan pengaruh melalui

perhatian yang besar pada ruang lingkup aktivitas yang tetap dan relatif terbatas seperti program

delivery dan resource mobilization.

d. Synergistic Partnership

Kemitraan jenis ini memberikan mitra keuntungan dan pengaruh dengan masalah pengembangan

sistemik melalui penambahan ruang lingkup aktivitas baru seperti advokasi dan penelitian.
Bentuk-bentuk/tipe kemitraan menurut Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI

yaitu terdiri dari aliansi, koalisi, jejaring, konsorsium, kooperasi dan sponsorship. Bentuk-bentuk

kemitraan tersebut dapat tertuang dalam:

a. SK bersama

b. MOU (Memorantum of understanding)

c. Pokja

d. Forum Komunikasi

e. Kontrak Kerja/perjanjian kerja

2.5 Dasar Kemitraan

1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan

Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan

kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatuma

salah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulka

n perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-u

paya informasi dan advokasi secara intensif.

2. Saling mempercayai dan saling menghormati

Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan har

us mampu menimbulkan trust bagi partnernya.

3. Tujuan yang jelas dan terukur


Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk men

ghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejaht

eraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.

4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat me

mudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersa

ma, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.

2.6 Tahap – tahap Kemitraan

Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yai

tu:

1. Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri

2. Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah

3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lint

as organisasi yang mencakup:

a) Unsur pemerintah

b) Unsur swasta atau dunnia usaha

c) Unsur LSM da organisasi massa

d) Unsur organisasi profesi


2.7 Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan

1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan ke

wajiban bagi semua pihak.

2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti m

asalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dl

l.

3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan se

mua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swast

a.

4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta dih

arapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan mening

katkan produktivitas.

5. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi inte

rnasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.

6. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan man

faat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan

kesetaraan.

2.8 Tujuan Kemitraan

Tujuan umum :
 Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangu

nan pada umumnya.

Tujuan khusus :

 Meningkatkan saling pengertian

 Meningkatkan saling percaya

 Meningkatkan saling memerlukan

 Meningkatkan rasa kedekatan

 Membuka peluang untuk saling membantu

 Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan

 Meningkatkan rasa saling menghargai

Hasil yang diharapkan :

 Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

2.9 Perilaku Kemitraan

Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Per

wakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khusus

nya swasta

6 langkah pengembangan kemitraan :


1. penjajagan/persiapan,

2. penyamaan persepsi,

3. pengaturan peran,

4. komunikasi intensif,

5. melakukan kegiatan, dan

6. melakukan pemantauan & penilaian.

Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi sete

mpat adalah :

1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Ind

onesia Sehat.

2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bers

ama, dll.

3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dap

at berjalan lancar.

4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.

5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.

6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).

7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah da

n potensi yang ada.


Indikator keberhasilan dalam kemitraan

1. Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.

2. Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang dise

lenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitra

an yang dijalankan.

3. Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efe

ktivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

Contoh Kemitraan dalam Kesehatan

1. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)

2. Balai Keperawatan

3. Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi

4. Paguyuban Penderita Tuberkulosis

2.10 Promosi Kesehatan

Suatu proses memberdayakan atau memandirikan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan

dan melindungi kesehatannya melalui peningkatan kesadaran, kemauan dan kemampuan, serta

pengembangan lingkungan sehat.

Five level of Prevention (Leavel & Clark):

Health Promotion (Promosi kesehatan)


Specific Protection (Perlindungan khusus)

Early Diagnosis and Prompt Treatment (Diagnosis dini dan pengobatan segera)

Disability Limitation (Mengurangi terjadinya kecacatan)

Rehabilitation. (pemulihan)

Strategi Promosi Kesehatan (WHO, 1994) :

1. Advokasi (Advocacy)

2. Dukungan sosial (Social Support)

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)

STRATEGI BARU PROMOSI KESEHATAN (Ottawa Charter, 1986)

Kebijakan berwawasan kesehatan (Healthy public policy)

Lingkungan yang mendukung (Supportive environment)

Reorientasi pelayanan kesehatan (Reorient health service)

Ketrampilan individu (personnel skill)

Gerakan masyarakat (community action)

2.11 Syarat dalam Kemitraan

1. Kesamaan perhatian ( common interest )


Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian

dan kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu

masalah niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan

perhatian terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upayaupaya

informasi dan advokasi secara intensif.

2. Saling mempercayai dan menghormati

Kepercayaan (trust) _ modal dasar setiap relasi/hub antar manusia, kesehatan harus mampu

menimbulkan trust bagi partnernya.

3.Saling menyadari pentingnya arti kemitraan

Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk

menghasilkan sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya,

kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan _ advokasi dan informasi.

4. Kesepakatan Visi, misi, tujuan dan nilai

Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakati bersama, dan akan sangat

memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan

bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.

5. Berpijak pada landasan yang sama

Prinsip lain yang harus dibangun dalam kemitraan adalah bahwa kesehatan merupakan

aspek yang paling utama dalam kehidupan manusia. Sektor kesehatan harus mampu meyakinkan
kepada sektor lain bahwa “health is not everything, but without health everything is nothing”

disini Informasi dan Advokasi sangat penting.

6. Kesediaan untuk berkorban

Dalam kemitraan sangat memerlukan sumber daya, baik berupa tenaga, sarana dan dana

yang dapat berasal dari masing-masing mitra, tetapi dapat juga diupayakan bersama. Disinilah

dibutuhkan pengorbanan dalam bentuk tenaga, pikiran, dana, materi, waktu dsb.

2.12 Peran dalam Kemitraan

Beberapa contoh dibawah ini adalah peranan sektor atau ormas dalam membangun kemitraan :

1. Sektor Kesehatan : sebagai penggerak, perumus standar/pedoman.

2. Sektor diluar kesehatan : pengembang kebijakan lingkungan dan perilaku sehat.

3. Organisasi profesi : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran

aktif.

4. Ormas dan LSM : memberi masukan, pengembangan, dukungan sumberdaya dan peran aktif.

5. Media masa : memberi masukan, penyebarluasan informasi.

6. Swasta : memberi dukungan sumber daya dalam bentuk sarana, dana, dan tenaga.
2.13 Sistem Kemitraan Kesehatan

 Input

 Meliputi Jenis dan jumlah

instansi/sektor yang akan

diajak bermitra,mengkaji potensi masing-masing sektor, yang meliputi :

a. Sumberdaya manusia

b. Keuangan

c. Tugas pokok dan fungsi masing-masing

d. Lainnya

 Prediksi peran masing-masing.

 Proses

 Diadakan pertemuan dengan tahapan :

a. Penjajakan

b. Sosialisasi / advokasi

c. Dibangun kesepakatan

 Pertemuan pendalaman dan penyusunan rencana kegiatan


(Bentuk

Mekanism

e Kerja;Diagram Pilar Kemitraan)

 Output

 Tersusunnya rencana kerja yang berisi :

a. Program

b. Kegiatan

c. Penanggung jawab

d. Peran masing-masing

e. Lokasi

f. Waktu

g. Biaya

 Pelaksanaan Kegiatan
 Monitoring dan Evaluasi

 Outcome

 Indikator Kesehatan Membaik :

a) ANGKA KESAKITAN (IR, PR)

b) ANGKA KEMATIAN

c) ANGKA KELAHIRAN

d) UMUR HARAPAN HIDUP

e) PERILAKU KESEHATAN

f) STATUS GIZI
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemitraan dapat disimpulkan berhasil jika banyaknya mitra yang terlibat, sumberdaya (3M)

tersedia (input), pertemuan-pertemuan, lokakarya, kesepakatan bersama, seminat (proses),

terbentuknya jaringan kerja, tersusunnya program dan pelaksanaan kegiatan bersama (output),

membaiknya indikator derajat kesehatan (outcome). Fokus praktik keperawatan komunitas

adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat. Pengorganisasikan komponen

masyarakat yang dilakukan oleh perawat spesialis komunitas dalam upaya peningkatan,

perlindungan dan pemulihan status kesehatan masyarakat dapat menggunakan pendekatan

pengembangan masyarakat (community development). Intervensi keperawatan komunitas yang

paling penting adalah membangun kolaborasi dan kemitraan bersama anggota masyarakat dan

komponen masyarakat lainnya, karena dengan terbentuknya kemitraan yang saling

menguntungkan dapat mempercepat terciptanya masyarakat yang sehat.

Model kemitraan keperawatan komunitas dalam pengembangan kesehatan masyarakat”

merupakan paradigma perawat spesialis komunitas yang relevan dengan situasi dan kondisi

profesi perawat di Indonesia. Model ini memiliki ideologi kewirausahaan yang memiliki dua

prinsip penting, yaitu kewirausahaan dan advokasi pada masyarakat untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang sesuai dengan azas keadilan sosial dan azas pemerataan. Dalam

tulisan ini telah disajikan analisis mengenai kemanfaatan model

kemitraan keperawatan komunitas terhadap: keperawatan spesialis komunitas, sistem pendidikan

keperawatan komunitas, regulasi, sistem pelayanan kesehatan, dan masyarakat serta implikasi

model terhadap pengembangan kebijakan keperawatan komunitas dan promosi kesehatan di

Indonesia.

3.2 Saran-Saran

1. Dapat dikembangkannya model praktik keperawatan komunitas yang terintegrasi antara

praktik keperawatan dengan basis riset ilmiah.

2. Mengenalkan model praktik keperawatan komunitas.

3. Meningkatkan proses berpikir kritis dan pengorganisasian pengembangan kesehatan

masyarakat

4. Meningkatkan jejaring dan kemitraan dengan masyarakat dan sektor terkait

5. Meningkatkan legalitas praktik keperawatan spesialis komunitas

6. Mendorong praktik keperawatan komunitas yang profesional


DAFTAR PUSTAKA

Anonym, 2009. Model Kemitraan Keperawatan Komunitas DalamPengembangan Kesehatan

Masyarakat. Dinas Kesehatan kabupaten Ngawi (online).( http://www.dinkesngawi.net/ di akses

2 Oktober 2009).

Anonym. 2007. Prinsip-prinsip Kemitraan. Sebuah Pernyataan Komitmen . Global

Humanitarian Platform (online). (www.globalhumanitarianplatform.org di akses 2 Oktober

2009)

http://documents.tips/documents/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html

BAGIAN 2

Kemitraan Dalam Kesehatan

Bangsa indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang mempunyai banyak
permasalahan yang membutuh penyelesaian yang melibatkan semua komponen masyarakat,
salah satu penyebab yang menyebabkan lambatnya berbagai permasalahan adalah masih sangat
rendahnya pendidikan masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi disekitar mereka, sebagai
suatu perbandingan permasalah penyakit malaria sudah dilakukan pencegahan.
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu,masyarakat,pemerintah dan
swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan memang merupakan sektor yang paling
depan dalam bertanggung jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan
dan program ,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun
swasta.Dengan kata lain sektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin
kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana bahwa
Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah:
a. Persamaan atau equality,
b. Keterrbukaan atau transparancy dan
c. Saling menguntungkan atau mutual benefit.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu tahap
pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri, tahap kedua
kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah
membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas
organisasi yang mencakup :
a. Unsur pemerintah,
b. Unsur swasta atau dunia usaha,
c. Unsur lsm dan organisasi masa
d. Unsur organisasi profesi.
Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun kemitraan kesehatan
perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions
Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan

 Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
 Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
 Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
 Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
 Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
 Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.

Tujuan Kemitraan dan Hasil yang Diharapkan


Tujuan umum :Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :

1. Meningkatkan saling pengertian;


2. Meningkatkan saling percaya;
3. Meningkatkan saling memerlukan;
4. Meningkatkan rasa kedekatan;
5. Membuka peluang untuk saling membantu;
6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
7. Meningkatkan rasa saling menghargai;

Hasil yang diharapkan :

 Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.
Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan

 3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi
sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
 7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi
juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk
dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
 6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi
intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.

Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan

Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :

1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi


Indonesia Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama,
dll.
3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat
berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan
potensi yang ada.
Indikator Keberhasilan

 Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.


 Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan
kemitraan yang dijalankan.
 Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan,
efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

PENGALAMAN PENGEMBANGAN KEMITRAAN DENGAN LSM DAN DUNIA USAHA

1. Pelatihan guru uks/penjaskes dalam rangka menuju kawasan bebas jentik bagi institusi
pendidikan ( 150 sd/smp/mi/mts negeri dan swasta selama 2 angkatan, masing-masing 2
hari)
2. Cerdas cermat dokter kecil dan lomba kader kesehatan remaja
3. Pendirian posko kesehatan lebaran
4. Pencanangan cuci tangan pakai sabun
5. Program lansia dalam rangka jalan sehat memperingati hari lansia di Kab Banyumas
6. lomba kader kesehatan remaja
7. Refreshing pelatihan kader PSN di wilayah Purwokerto kidul

BAGIAN 3

Kemitraan Dalam Kesehatan


May12
Bangsa indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang mempunyai banyak
permasalahan yang membutuh penyelesaian yang melibatkan semua komponen masyarakat,
salah satu penyebab yang menyebabkan lambatnya berbagai permasalahan adalah masih sangat
rendahnya pendidikan masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi disekitar mereka, sebagai
suatu perbandingan permasalah penyakit malaria sudah dilakukan pencegahan.
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu,masyarakat,pemerintah dan
swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan memang merupakan sektor yang paling
depan dalam bertanggung jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan
dan program ,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun
swasta.Dengan kata lain sektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin
kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana bahwa
Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).

Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :

a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih

b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut

c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut

d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,

b. Saling mempercayai dan saling menghormati

c. Tujuan yang jelas dan terukur

d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah:


a. Persamaan atau equality,
b. Keterrbukaan atau transparancy dan
c. Saling menguntungkan atau mutual benefit.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu tahap
pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri, tahap kedua
kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah
membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas
organisasi yang mencakup :
a. Unsur pemerintah,
b. Unsur swasta atau dunia usaha,
c. Unsur lsm dan organisasi masa
d. Unsur organisasi profesi.
Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun kemitraan kesehatan
perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions

Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka


pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan

 Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
 Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
 Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
 Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
 Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
 Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.

Tujuan Kemitraan dan Hasil yang Diharapkan


Tujuan umum :Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.

Tujuan khusus :

1. Meningkatkan saling pengertian;


2. Meningkatkan saling percaya;
3. Meningkatkan saling memerlukan;
4. Meningkatkan rasa kedekatan;
5. Membuka peluang untuk saling membantu;
6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
7. Meningkatkan rasa saling menghargai;

Hasil yang diharapkan :

 Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

Perilaku Kemitraan : Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan
lain-lain, khususnya swasta.

Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan

 3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi
sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
 7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi
juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk
dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
 6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi
intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.
Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan

Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :

1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi


Indonesia Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama,
dll.
3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat
berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan
potensi yang ada.

Indikator Keberhasilan

 Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.


 Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan
kemitraan yang dijalankan.
 Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan,
efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

Contoh Kemitraan Dalam Kesehatan

Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe

Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan
tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan adanya peran serta
masyarakat melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kec. Sumberjamber.

Kecamatan Sumberjambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di sebelah
utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung
Raung. Jumlah penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani
maupun buruh perkebunan. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih
banyak berobat ke Puskesmas Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah
diantaranya penyakit Campak dan tuberkulosis (TB)
Untuk pelayanan pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumberjambe secara khusus
mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang sama sehingga
sesama penderita sering bertemu dan saling tukar menukar informasi terutama tentang penyakit
yang diderita dan pengalaman berobatnya. Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis
yang dideritanya merupakan penyakit menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan
dulunya dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib diantara
sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas Sumberjambe Kec. Sumberjambe
Kab. Jember.
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab karena
sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB
dan ikut membantu sebagai pengawas minum obat.

Tujuan pembentukan paguyuban

Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka kesakitan
TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec. Sumber-jambe Kab.
Jember. Adapun tujuan secara khusus yaitu :

a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB untuk tetap
berobat sampai sembuh

b. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB

c. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.

d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan penghasilan dari
penderita atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.

Kegiatan dan peran dalam program penanggulangan tuberkulosis


Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah:
1. Pertemuan rutin 3 bulanan
2. Penemuan suspek di masyarakat dan
3. Sebagai pengawas minum obat
Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan yang secara sepakat dipilih Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris dan wakil sekretaris. Jumlah seluruhnya pengurus dan anggota yang terdaftar
sebanyak 80 orang dimana semuanya adalah penderita yang masih berobat dan yang sudah
sembuh setelah menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota paguyuban relatif
berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
Pada awalnya dana kegiatan pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas Sumbejambe yang
berasal dari dana PKS BBM. Bila selanjutnya tidak ada dana PKS BBM ini, maka akan
mempengaruhi pelaksanaan program dari paguyuban ini terutama dalam membantu program
penanggulangan tuberkulosis khususnya di Kec. Sumbejambe. Dengan demikian perlu
disarankan untuk mencari donator lain atau dana operasional ke Dinas terkait sampai paguyuban
ini bisa secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan dana operasionalnya. Sebagai upaya untuk
mandiri tersebut, masing-masing anggota dapat berkontribusi dana secara sukarela sesuai
kesepakatan
Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu mulai tahun 2004, para anggota
sudah banyak membantu pelaksanaan program penang-gulangan Tuberkuloisis. Peran aktifnya
terutama dalam sosialisasi program, pengawasan pengobatan dan penemuan suspek. Pada
gambar 1 terlihat adanya peningkatan penemuan yang berarti serta turunnya penderita yang drop
out. Pada tahun 2005 ini dilaporkan bahwa suatu ketika paguyuban ini pernah membawa 5 (lima)
orang yang dicurigai sebagai penderita TB ke Puskesmas Sumbejambe dan setelah dilakukan
pemeriksaan, ke lima orang tersebut penderita TB BTA positif.
Adanya paguyuban ini telah membantu UPK (Unit Pelaksana Teknis) Puskesmas Sumberjambe
dalam program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian program sangat baik.
Penemuan penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah mencapai 80% dan angka
kesembuhan pada tahun 2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu tahun 2003 dimana penemuan penderita baru TB BTA positif hanya mencapai
28%.
Pencapaian yang telah baik ini, jika dipertahankan selama 5 tahun berturut-turut akan
memberikan dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumberjambe pada
khususnya.
Model kemitraan berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit tuberkulosis ini perlu
dikembangkan ke daerah lainnya terutama daerah dengan resiko tinggi penularan,
dengan mempertimbangkan budaya, tingkat sosial yang ada tentunya. Untuk melanggengkan
keberadaan paguyuban ini perlu dijaga komitmen yang tinggi dari para anggota yaitu
kesepakatan melaksanakan kegiatan utama untuk terus membantu penemuan penderita suspek
TB dan sebagai pengawas minum obat. Selanjutnya dibuat kesepakatan usaha peningkatan
penghasilan pengurus dan anggota melalui usaha kecil dan menengah (UKM) disamping
mengajak pihak swasta atau donator yang tidak terikat.

DAFTAR PUSTAKA :

Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto: webmaster@
promokes.qo.id.
Fahrudda, Ansarul,dkk, 2005, Paguyuban Penderita TB Paru Kec. Sumberjambe Kab.
Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan Pengawas Minum Obat
Berbasis Masyarakat), Laporan supervise PTO-East Java, Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
WHO, 2000, Chalenges And Opportunities For Partnership In Health Development,
Geneva

BAGIAN 4

Kemitraan Dalam Kesehatan


May12
Bangsa indonesia merupakan negara yang sedang berkembang yang mempunyai banyak
permasalahan yang membutuh penyelesaian yang melibatkan semua komponen masyarakat,
salah satu penyebab yang menyebabkan lambatnya berbagai permasalahan adalah masih sangat
rendahnya pendidikan masyarakat terhadap permasalahan yang terjadi disekitar mereka, sebagai
suatu perbandingan permasalah penyakit malaria sudah dilakukan pencegahan.
Masalah kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap individu,masyarakat,pemerintah dan
swasta.Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan memang merupakan sektor yang paling
depan dalam bertanggung jawab(leading sector) ,namun dalam mengimplementasikan kebijakan
dan program ,intervensi harus bersama-sama dengan sektor lain ,baik pemerintah maupun
swasta.Dengan kata lain sektor kesehatan seyogyanya merupakan pemrakarsa dalam menjalin
kerjasama atau kemitraan (partnership) dengan sektor-sektor terkait. (Notoadjmojo,2003)
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003),
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana bahwa
Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).

Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :

a. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih

b. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut

c. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut

d. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.

Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :

a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,

b. Saling mempercayai dan saling menghormati

c. Tujuan yang jelas dan terukur

d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah:


a. Persamaan atau equality,
b. Keterrbukaan atau transparancy dan
c. Saling menguntungkan atau mutual benefit.
Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri 3 tahap yaitu tahap
pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri, tahap kedua
kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah dan yang tahap ketiga adalah
membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas
organisasi yang mencakup :
a. Unsur pemerintah,
b. Unsur swasta atau dunia usaha,
c. Unsur lsm dan organisasi masa
d. Unsur organisasi profesi.
Hal ini sejalan seperti di kemukakan oleh WHO (2000) untuk membangun kemitraan kesehatan
perlu diidentifikasi lima prinsip kemitraan yaitu
a. Policy-makers (pengambil kebijakan)
b. Health managers
c. Health professionals
d. Academic institutions
e. Communities institutions

Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka


pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.

Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan

 Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan
kewajiban bagi semua pihak.
 Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain,
seperti masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan,
pemerintahan, dll.
 Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri,
melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut,
khususnya kalangan swasta.
 Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
 Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
 Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan
manfaat. Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.

Tujuan Kemitraan dan Hasil yang Diharapkan


Tujuan umum :Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.

Tujuan khusus :

1. Meningkatkan saling pengertian;


2. Meningkatkan saling percaya;
3. Meningkatkan saling memerlukan;
4. Meningkatkan rasa kedekatan;
5. Membuka peluang untuk saling membantu;
6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
7. Meningkatkan rasa saling menghargai;

Hasil yang diharapkan :

 Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

Perilaku Kemitraan : Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur
pemerintah, Lembaga Perwakilan Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan
lain-lain, khususnya swasta.

Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan

 3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi
sama tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
 7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur);
saling memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling
menghubungi secara proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi
juga pikiran dan perasaan (empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk
dibantu dan membantu (opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan
saling menghargai kenyataan masing-masing (reward).
 6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi
intensif, melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.

Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan

Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :

1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi


Indonesia Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama,
dll.
3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat
berjalan lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan
potensi yang ada.

Indikator Keberhasilan

 Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.


 Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan
kemitraan yang dijalankan.
 Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan,
efektivitas dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

Contoh Kemitraan Dalam Kesehatan

Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe

Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan
tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan adanya peran serta
masyarakat melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kec. Sumberjamber.

Kecamatan Sumberjambe adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di sebelah
utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung
Raung. Jumlah penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani
maupun buruh perkebunan. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih
banyak berobat ke Puskesmas Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah
diantaranya penyakit Campak dan tuberkulosis (TB)
Untuk pelayanan pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumberjambe secara khusus
mengumpulkan hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang sama sehingga
sesama penderita sering bertemu dan saling tukar menukar informasi terutama tentang penyakit
yang diderita dan pengalaman berobatnya. Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis
yang dideritanya merupakan penyakit menular sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan
dulunya dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib diantara
sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas Sumberjambe Kec. Sumberjambe
Kab. Jember.
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab karena
sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB
dan ikut membantu sebagai pengawas minum obat.

Tujuan pembentukan paguyuban

Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka kesakitan
TB sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec. Sumber-jambe Kab.
Jember. Adapun tujuan secara khusus yaitu :

a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB untuk tetap
berobat sampai sembuh

b. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB

c. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.

d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan penghasilan dari
penderita atau mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.

Kegiatan dan peran dalam program penanggulangan tuberkulosis


Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah:
1. Pertemuan rutin 3 bulanan
2. Penemuan suspek di masyarakat dan
3. Sebagai pengawas minum obat
Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan yang secara sepakat dipilih Ketua, Wakil
Ketua, Sekretaris dan wakil sekretaris. Jumlah seluruhnya pengurus dan anggota yang terdaftar
sebanyak 80 orang dimana semuanya adalah penderita yang masih berobat dan yang sudah
sembuh setelah menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota paguyuban relatif
berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
Pada awalnya dana kegiatan pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas Sumbejambe yang
berasal dari dana PKS BBM. Bila selanjutnya tidak ada dana PKS BBM ini, maka akan
mempengaruhi pelaksanaan program dari paguyuban ini terutama dalam membantu program
penanggulangan tuberkulosis khususnya di Kec. Sumbejambe. Dengan demikian perlu
disarankan untuk mencari donator lain atau dana operasional ke Dinas terkait sampai paguyuban
ini bisa secara mandiri dapat memenuhi kebutuhan dana operasionalnya. Sebagai upaya untuk
mandiri tersebut, masing-masing anggota dapat berkontribusi dana secara sukarela sesuai
kesepakatan
Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu mulai tahun 2004, para anggota
sudah banyak membantu pelaksanaan program penang-gulangan Tuberkuloisis. Peran aktifnya
terutama dalam sosialisasi program, pengawasan pengobatan dan penemuan suspek. Pada
gambar 1 terlihat adanya peningkatan penemuan yang berarti serta turunnya penderita yang drop
out. Pada tahun 2005 ini dilaporkan bahwa suatu ketika paguyuban ini pernah membawa 5 (lima)
orang yang dicurigai sebagai penderita TB ke Puskesmas Sumbejambe dan setelah dilakukan
pemeriksaan, ke lima orang tersebut penderita TB BTA positif.
Adanya paguyuban ini telah membantu UPK (Unit Pelaksana Teknis) Puskesmas Sumberjambe
dalam program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian program sangat baik.
Penemuan penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah mencapai 80% dan angka
kesembuhan pada tahun 2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan pada tahun
sebelumnya yaitu tahun 2003 dimana penemuan penderita baru TB BTA positif hanya mencapai
28%.
Pencapaian yang telah baik ini, jika dipertahankan selama 5 tahun berturut-turut akan
memberikan dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumberjambe pada
khususnya.
Model kemitraan berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit tuberkulosis ini perlu
dikembangkan ke daerah lainnya terutama daerah dengan resiko tinggi penularan,
dengan mempertimbangkan budaya, tingkat sosial yang ada tentunya. Untuk melanggengkan
keberadaan paguyuban ini perlu dijaga komitmen yang tinggi dari para anggota yaitu
kesepakatan melaksanakan kegiatan utama untuk terus membantu penemuan penderita suspek
TB dan sebagai pengawas minum obat. Selanjutnya dibuat kesepakatan usaha peningkatan
penghasilan pengurus dan anggota melalui usaha kecil dan menengah (UKM) disamping
mengajak pihak swasta atau donator yang tidak terikat.

DAFTAR PUSTAKA :
Depkes RI, 2006, Kemitraan Dan Peran Serta, promosi kesehatan online, mailto: webmaster@
promokes.qo.id.
Fahrudda, Ansarul,dkk, 2005, Paguyuban Penderita TB Paru Kec. Sumberjambe Kab.
Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB dan Pengawas Minum Obat
Berbasis Masyarakat), Laporan supervise PTO-East Java, Surabaya.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
WHO, 2000, Chalenges And Opportunities For Partnership In Health Development,
Geneva

BAGIAN 4

381.Pembangunan berarti membangkitkan kemauan optimal manusia baik


dan kesejahteraan (Equity)
2.Menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya
sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.Kepercayaan ini
dinyatakandalam bentuk kesempatan yang sama kebebasan memilih dan
kekuasaan untuk memutuskan (Empowermwnt)
3.Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun
secara mandiri (Sustainability)
4.Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan negara yangsatu dengan
yang lainnyadan menciptakan hubungan yangsalingmenggantungkandan
saling menghormati (Interdependece)
Sedangkan menurut Nugroho (2003:24) inti dari pembangunan pada dasarnya
adalah pergerakan ekonomi rakyat. Ada pe
patah mengatakan bahwa negara dalam
kondisi paling berbahaya jika rakyatnya miskin. Kemiskinan mempunyai
pengaruh paling buruk kepada setiap sisi kehidupan manusia. Oleh karena
itu,
tugas pembangunan adalah menanggunglangi kemiskinan. Dengan
pemahaman
ini
dapat dikatakan bahwa inti pembangunan adalah menggerakan ekonomi agar
rakyat mempunyai kemampuan untuk tidak berada dalam kemiskinan. Dalam
b
ahasa politis disebut sebagai ”
menggerakan ekonomi rakyat”.
Pembangunan
dapat secara efektif dicapai dengan meli
hat kekuatan pokok yang
harus dibangun dan mengidentifikasitugas pokok dan fungsi dari lembaga
-
lembaga strategis pembangunan. Kekuatan pokok yang dibangun oleh
indonesia
adalah keunggulan bersaing. Dengan demikian, setiap bidang harus
mendukung
39
kearah terb
entuknya daya saing ekonomi. Secara khusus prioritas bagi sektor
ekonomi adalah membangun daya saing pelaku ekonomi baik secara sektoral
maupun secara regional.
Daya dukung ideologi, politik dan hukum adalah implementasi kebijakan
otonomi
daerah yang taat
asas dan penegakkan hukum yang konsisten
.
Daya dukung di
bidang sosial budaya adalah membangun paradigma pendidikan yang
mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu saja kesemuanya tidak akan terjadi
jika
tidak didukung keamanan dan ketertiban yang mantap. Denga
n melihat kondisi
tersebut, maka strategi untuk pelaku ekonomi/usaha adalah mewajibkan
implementasi
good cooperate governance
, dan untuk sektor bukan ekonomi bisnis
dengan mewajibkan implementasi
good governance
.
Visi dari pembangunan adalah terwujudnya
masyarakat yang maju, mandiri,
sejatera, adil, dan setia kepada pancasila dan UU
D
19
45. Visi ini mempunyai
jangka waktu tak ter
batas, karena sifat dari ”
kemajuan” bersifat tergantung dengan
waktu. Oleh karena itu, dapat pula disusun visi lima tahunan, dan
disesuaikan
dengan tantangan dan kebutuhan yang harus dijangkau dalam lima tahun
kedepan.
Misi pembangunan tidak berbeda dengan misi dari Negara Indonesia, seperti
yang
dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa
indonesia dan sel
uruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial. Dikaitkan dengan konteks kekinian, maka misi
pembangunan
40
disempurnakan lagi dengan mencermati kondisi objektif dalam masyarakat
yaitu
adanya kesenjangan sebagai tantangan pembangunan.
Fokus dari misi pembangunan ini adalah menanggulangi kesenjangan sosial,
mempersiapkan kompetisi global, dan menjag
a kesinambungan hidup bangsa
dengan pola pembangunan untuk rakyat, dilaksanakan oleh rakyat sesuai
aspirasi
yang tumbuh dari rakyat.Keberhasilan Pembangunan desa juga merupakan
wujud
adanya efektifitas dan kemampuan serta etos kerja kepala desa dan aparatu
r
pemerintah desa.
Banyak realitas di desa seorang kepala desa tidak memiliki orientasi yang
maju
dalam menjalankan pemrintahan desa.Hal ini banyak disebabkan banyak
pemerintah desa tidak memiliki visi dan misi serta rencana yang kurang
strategisuntuk men
jalankan roda pemerintahan dan pembangunan pada
masyarakat desa dari sosial ekonomi, politik dan fisik.
Pembangunan desa adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk
peningkatan kesejahtraan masyarakat yang nyata baik dalam asspek
pendapatan,
kesemp
atan kerja, lapangan usaha, akses terhadap pengambilan keputusan,
pembangunan fisik desa, maupun indeks pembangunan manusia.
Pembangunan di desa menjadi tanggungjawab Kepala Desa sebagaimana
diatur
dalam PP No 72 Tahun 2005 ditegaskan bahwa Kepala Desa mempunyai
tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan.
Kegiatan pembangunan direncanakan dalam f
orum MUSRENBANGDES, dan
hasil dari musyawarah tersebut ditetapkan dalam RKPDES (Renca Kerja
41
Pemerintah Desa) selanjutnya ditetapkan dalam APBDES. Dalam
pelaksanaan
pembangunan kepala desa dibantu oleh perangkat desa dan dapat dibantu
oleh
lembaga kemasyara
katan desa.
Konsep pembangunan desa menjelaskan pembangunan masyarakat adalah
suatu
gerakan untuk memajukan suatu kehiduapan yang lebih baik bagi seluruh
masyarakat, dengan partisipasi aktif, bahkan jika mungkin dengan swakarsa
(inisiatif) masyarakat itu
sendiri.
Oleh karena itu bagaimana menggugah dan
menumbuh kembangkan partisipasi sangatlah diperlukan untuk proses
pemba
ngunan masyarakat itu sendiri (
DEPDAGRI).
G.
Tinjauan Tentang Desa
Menurut Undang
-
Undang No. 32 Tahun 2004, desa adalah kesatuan masya
rakat
hukum yang memiliki batas
-
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal
-
usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
negara
Republik Indonesia. Penger
tian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat
diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu agar mereka
saling
mengenal dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan
banyak
bergantung secara langsung kepada alam.
D
esa dia
sosiakan sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor
agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat, bersahaja, serta
tingkat pendidikan yang dikatakan rendah. Sedangkan dari sudut pandang
politik
dan hukum, desa sering diident
ikkan sebagai organisasi kekuasaan. Melalui kaca
42
mata ini, desa dipahami sebagai organisasi pemerintahan atau organisasi
kekuasaan yang secara politis mempunyai wewenang tertentu dalam struktur
pemerintah negara. (Juliantara, 2000:18).
Desa berd
asarkan Pe
raturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005 selanjutnya
disebut desa adalah kesatuan masyarakat hukum memiliki batas
-
batas wilayah
yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat
setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dan
dibentuk dalam sistem pemerintah nasional dan berada di kabupaten atau
kota,
sebagaimana dimaksud dalam UU 1945. Landasan pemikiran dalam
pengaturan
mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli,
demokratisasi,
dan pemberd
ayaan masyarakat.
Pengertian desa secara umum menurut Daldjoeni (2003: 53) adalah
pemukiman
manusia yang letaknya diluar kota dan penduduknya berjiwa agraris.
Desa dalam
arti administaratif menurutKartohadikusumo dalam Daldjoeni (2003: 54)
yaitu
desa dije
laskan sebagai suatu kesatuan hukum yang mana tempat tinggal suatu
masyarakat yang berkuasa mengadakan pemerintahan sendiri.
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal
-
usul desa
dan kondisi sisial budaya masyarakat setempat, dan pembentukan desa
sebagai
mana yang dimaksud harus memenuhi syarat:
a.
Jumlah penduduk
b.
Luas wilayah
c.
Bagian wilayah kerja
d.
Perangkat
, dan
43
e.
S
a
rana dan prasarana pemerintahan
.
H.
Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian
terdahulu yang berkaitan dengan
fenomenologi dan fokus
masalah penelitian yakni mengenai
harmonisasi Kepala Desa dan BPD
yang
dijadikan sebagai bahan literatur dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
1.
Komunikasi Dan Koordinasi Yang Sinergi Antara Pemerintah Desa Dan BPD
Dalam Pembuatan Peraturan Desa, oleh Paulina Dwijayanti
(2013)
.
Penulisan ini
mendeskripsikan
komu
nikasi dan koordinasi antara Pemerintah
Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan Peraturan Desa
untuk mewuj
udkan kesejahteraan masyarakat
di Desa Benuang, Kecam
atan
Toho, Kabupaten Pontianak.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskripti
f kualitatif. Penel
itian deskriptif ini bertujuan
untuk mendeskripsikan
dan menganalisis hubungan yang sinergi yaitu ko
munikasi dan koordinasi
antara
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam pembuatan
peraturan desa di
Desa Benuang. Lokasi
Pene
litian di Desa Benuang
Kecamatan Toho Kabupaten Pontianak.
Berdasarkan
hasil p
enelitian diketahui bahwa k
omunikasi yang terj
adi antara
pemerintah desa dan
BPD dalam pembuatan
peraturan desa tidak terjalin
baik,
karena sering
terjadi kesimpangsiuran antar
yang satu denga
n yang lain,
sepertinya adanya
anggapan dari p
emerintah desa yang menganggap
BPD
bukan sebaga
i mitra melainkan lawan, serta
BPD yang merasa
bahwa
kehadiran merekan tidak
dihargai. Komunikasi m
erupakan salah sat
u
persyaratan untuk
mencapai koordinasi yang baik.
Koordinasi antara
44
pemerintah desa dan BPD sering
berja
lan masing
-
masing. Kepala desa
penyele
nggaraan pemerintahan memegang
kekuasaan penuh
dan mengabaikan
keberadaan BPD
sebagi mitra yang
menyebabkan BPD s
ering merasa
mereka
tidak dihargai.
2.
Kemitraan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dengan Kepala Desa Dalam
Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Bakalanpule Kecamatan
Tikung Kabupaten Lamongan), Oleh Farisia Dwi Puspitarini
(2012)
.
Penelitian ini d
ilakukan untuk mendeskripsikan dan menganalisismengenai
mekanisme penyusunan Peraturan Desa di Desa Bakalanpule, kemitraan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan Kepala Desa di Desa
Bakalanpule dalam penyusunan Peraturan Desa dan Hasil Peraturan Desa
Tahu
n 2012 yang telah disusun dan ditetapkan oleh Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) dalam kemitraannya dengan Kepala Desa.
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan d
ata sekunder. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara, penga
-
matan, dan dokumentasi.
Analisis data dengan
menggunakan model interaktif.
Berdasarkan
hasil p
enelitian diketahui bahwa
Dalam penyusunan peraturan
desa yang dilakukan oleh Badan Permusyawarat
an Desa (BPD) dengan
Kepala Desa Bakalanpule, proses penyusunannya menggunakan mekanisme
yang benar dan semua tahap dilalui dengan baik. Yakni tahap pertama adalah
:
a.
Persiapan penyusunan Peraturan Desa, yang terdiri dari tahap perencanaan
dan persiapan dal
am pembentukan peraturan desa.
45
b.
Proses penyusunan Peraturan Desa, melalui tahap proses perumusan
pembahasan dan teknik penyusunan peraturan desa serta pengesahan,
pengundangan dan penyebarluasan peraturan desa. Adanya kemitraan
yang dilakukan oleh Badan Pe
rmusyawaratan Desa (BPD) dan Kepala
Desa dalam penyusunan peraturan desa yang sangat diperlukan dalam
proses penyusunan dan pengesahan peraturan desa agar apa yang menjadi
keinginan masyarakat dapat terpenuhi dan tersalurkan. Kemitraan ini
terjalin dengan
baik karena Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan
Kepala Desa Bakalanpule menjalankan tugas dan wewenang masing
-
masing dengan baik.
I.
Kerangka Pikir
Sebagai salah satu lembaga perwakilan masyarakat
BPD mempunyai peran
normative
. Perannya s
ebagai alat control pemerintah desa. Akan tetapi, dalam
konteks
good governance
m
pendekatan kemitraan (
partnership
) lebih relevan
ketimbang pendekatan konfrontatif yang memungkinkan terjadi ksejajaran
antara
pemerintah desa dan BPD tanpa harus mengurangi m
akna control BPD
.
Sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan desa peran BPD memiliki posisi yang
strategis
dalam menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan situasi dan kondisi
masyarakat desa setempat. Perannya sangat besar dalammempercepat
keberhasilan pem
bangunan desa.
Terlebih
dalam melaksanakan otonomi desa.
Selain memahami dan mampu melaksanakan kedudukan,
fungsi, wewenang, hak
dan kewajiban sesuai ketentuan yang berlaku, maka setiap anggota BPD
harus
benar
-
benar dapat menjadikan lembaga
tersebut
sebagai saluran aspirasi
46
masyarakat kepada pemerintah desa.
Sehingga pemerintahan desa dapat berjalan
sesuai dengan yang diharapkan masyarakat desa.
S
etiap anggota BPD juga harus
mampu membaca kepentingan
-
kepentingan
masyarakatnya.
Menyalurkan aspirasi
sert
a menjembatani apa yang menjadi kebutuhan masyarakat desa.
Kepala desa juga memilik tanggungjawab dalam pembangunan
di
desa
sebagaimana diatur dalam Pasal 14 ayat (1) PP No 72 tahun 2005 ditegaskan
bahwa Kepala Desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan,
pembangunan, dan kemasyarakatan.
Kegiatan pembangunan direncanakan dalam
forum Musrenbangdes, hasil musyawarah tersebut ditetapkan dalam RKPDes
(Rencana Kerja Pemerintah Desa) selanjutnya ditetapkan dalam APBDes.
Dalam
pelaksanaan pembanguna
n
k
epala
d
esa dibantu oleh perangkat desa dan dapat
dibantu oleh lembaga kemasyarakatan di desa.
Konsep pembangunan desa atau pembangunan masyarakat adalah suatu
gerakan
untuk memajukan suatu kehiduapan yang leb
ih baik bagi seluruh masyarakat
dengan part
isipasi aktif
bahkan jika memungkinkan dengan swakarsa (inisiatif)
masyarakat itu sendiri.
Oleh karena itu
,
bagaimana menggugah dan menumbuh
kembangkan partisipasi
masyarakat
sangatlah diperlukan untuk proses
pembangunan masyarakat itu sendiri (DEPDAGRI).
Penelitian ini memfokuskan pada hubungan masing
-
masing lembaga, yaitu Badan
Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa dalam Penyelenggaraan
Pembangunan
Fisik Desa Sripendowo Kecamatan Sri Bhawono Kabupaten Lampung Timur
Tahun 2012
-
2016.
Untuk memudahkan penuli
s dalam mengetahui dan memahami
47
hubungan BPD dengan Kepala Desa dalam Penyelenggaraan Pembangunan
Fisik
Desa, berikut ini adalah gambar bagan kerangka pikir dari penelitian ini :
Gambar
1. Kerangka Pikir
Hubungan Badan Eksektif dan
Legislatif
Tugas Pokok dan Fungsi
Pemerintah Desa
Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa
Kepala Desa
Badan
Permusyawaratan
Desa
Pembangunan Fisik Desa

http://digilib.unila.ac.id/3703/16/BAB%20II.pdf

BAGIAN 5

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan kesehatan masyarakat di Indonesia yang telah dijalankan selama ini
masih memperlihatkan adanya ketidaksesuaian antara pendekatan pembangunan kesehatan
masyarakat dengan tanggapan masyarakat, manfaat yang diperoleh masyarakat, dan partisipasi
masyarakat yang diharapkan. Meskipun di dalam Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan telah ditegaskan bahwa tujuan pembangunan kesehatan masyarakat salah satunya
adalah meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya. Oleh
karena itu pemerintah maupun pihak-pihak yang memiliki perhatian cukup besar terhadap
pembangunan kesehatan masyarakat termasuk perawat spesialis komunitas perlu mencoba
mencari terobosan yang kreatif agar program-program tersebut dapat dilaksanakan secara
optimal dan berkesinambungan.
Salah satu intervensi keperawatan komunitas di Indonesia yang belum banyak digali
adalah kemampuan perawat spesialis komunitas dalam membangun jenjang kemitraan di
masyarakat. Padahal, membina hubungan dan bekerja sama dengan elemen lain dalam
masyarakat merupakan salah satu pendekatan yang memiliki pengaruh signifikan pada
keberhasilan program pengembangan kesehatan masyarakat (Kahan & Goodstadt, 2001). Pada
bagian lain Ervin (2002) menegaskan bahwa perawat spesialis komunitas memiliki tugas yang
sangat penting untuk membangun dan membina kemitraan dengan anggota masyarakat. Bahkan
Ervin mengatakan bahwa kemitraan merupakan tujuan utama dalam konsep masyarakat sebagai
sebuah sumber daya yang perlu dioptimalkan (community-as-resource), dimana perawat spesialis
komunitas harus memiliki keterampilan memahami dan bekerja bersama anggota masyarakat
dalam menciptakan perubahan di masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari kemitraan dalam bidang kesehatan?
2. Apa saja unsur-unsur kemitraan dalam bidang kesehatan itu?
3. Apa ruang lingkup kemitraan itu?
4. Apa saja prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan promosi kesehatan di masyarakat itu?
5. Apa saja kah model-model dalam kemitraan itu?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan pembelajaran dari kemitraan dalam promosi dan pendidikan kesehatan yaitu :
1. Bidan dapat mengetahui pengertian dari kemitraan dalam bidang kesehatan.
2. Bidan dapat mengetahui unsur-unsur kemitraan dalam bidang kesehatan.
3. Bidan dapat mengetahui ruang lingkup kemitraan.
4. Bidan dapat mengetahui dan menerapkan prinsip-prinsip kemitraan dalam pendidikan dan
promosi kesehatan di masyarakat.
5. Bidan dapat mengetahui dan menjelaskan model-model dalam kemitraan.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kemitraan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti kata mitra adalah teman, kawan
kerja, pasangan kerja, rekan. Kemitraan artinya perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai
mitra.Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari
berbagai pihak, baik secara individual maupun kelompok.
Menurut Notoatmodjo (2003), Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-
individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan
tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) dalam promosi kesehatan Online mengemukana
bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).

B. Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus
didasarkan pada hal-hal berikut :
a. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
b. Saling mempercayai dan saling menghormati
c. Tujuan yang jelas dan terukur
d. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.

C. Dasar Kemitraan
1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan
Dalam membangun kemitraan,masing-masing anggota harusmerasa mempunyai perhatian dan
kepentingan bersama. Tanpaadanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatumasalah
niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian
terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya
informasi dan advokasi secara intensif.
2. Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi/hubungan antar manusia, kesehatan harus
mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3. Tujuan yang jelas dan terukur
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan
sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan
masyarakat pada umumnya. Penting dilakukan advokasi dan informasi.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat
memudahkan untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan
bersama, hal ini harus meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.

D. Prinsip – Prinsip Kemitraan


1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari
kebersamaan atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tindakan.
Hal ini membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif
dan kapasitas operasional yang konkrit
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh anggota
yang lain Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan
konsultasi dan pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk
transparansi finansial, membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi,
tidak boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan
rasa saling menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para
peserta harus saling menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain
serta memahami keterbatasan dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling
menghormati tidak menghalangi masing-masing organisasi untuk terlibat dalam pertukaran
pendapat yang konstruktif
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh
tugas-tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat.
Organisasi kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap
sesuatu kegiatan ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk
mewujudkan komitmen tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang
dilakukan oleh para pekerja kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan-
kelebihan komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas
lokal adalah salah satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang.
Ketika memungkinkan, organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset
lokal sebagai bagian integral dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa
harus diatasi.
Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan
1. Policy-makers (pengambil kebijakan)
2. Health managers
3. Health professionals
4. Academic institutions
5. Communities institutions

E. RuangLingkupKemitraan
Adapunruanglingkupkemitraansecaragarisbesaradalah :
a) Persiapan;
b) Inisiasi Kemitraan;
c) Pelaksanaan kerjasama;
d) Pelaporan;
e) Publikasi hasil pelaksanaan.

F. Tahap – tahap Kemitraan


Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yaitu:
1. Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2. Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lintas
organisasi, yang mencakup:
a) Unsur pemerintah
b) Unsur swasta atau dunnia usaha
c) Unsur LSM da organisasi massa
d) Unsur organisasi profesi

G. Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan


1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban
bagi semua pihak.
2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti
masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan,
dll.
3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swasta.
4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
5. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
6. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
H. Tujuan Kemitraan
Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya
pembangunan pada umumnya.
Tujuan khusus :
1. Meningkatkan saling pengertian
2. Meningkatkan saling percaya
3. Meningkatkan saling memerlukan
4. Meningkatkan rasa kedekatan
5. Membuka peluang untuk saling membantu
6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan
7. Meningkatkan rasa saling menghargai
Hasil yang diharapkan :
Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

I. Perilaku Kemitraan :
Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.

J. 6 langkah pengembangan kemitraan :


1. penjajagan/persiapan,
2. penyamaan persepsi,
3. pengaturan peran,
4. komunikasi intensif,
5. melakukan kegiatan, dan
6. melakukan pemantauan & penilaian.

K. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :
1. Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
Sehat.
2. Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.
3. Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
4. Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5. Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6. Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
7. Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi
yang ada.

L. Indikator keberhasilan dalam kemitraan


1. Indikator input : Jumlah mitra yang menjadi anggota.
2. Indikator proses :Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang
diselenggarakan, jumlah dan jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan
yang dijalankan.
3. Indikator output : Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas
dan efisiensi upaya yang diselenggarakan.

M. Contoh Kemitraan dalam Kesehatan


1. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)
2. Balai Keperawatan
3. Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi
4. Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe, kab. Jember
KESIMPULAN

1. Kemitraan kesehatan adalah hubungan kerjasama antara dua pihak atau lebih, berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan dan memberikan manfaat bagi masyarakat
mengenai kesehatan.
2. Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
a) Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
b) Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
c) Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
d) Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat

3. RuangLingkupKemitraan
a) Persiapan
b) Inisiasi Kemitraan
c) Pelaksanaan kerjasama
d) Pelaporan
e) Publikasi hasil pelaksanaan

4. Prinsip – prinsip kemitraan


a) Persamaan atau equality
b) Keterbukaan atau transparansi
c) Saling menguntungkan atau mutual benefit.
5. Model kemitraan
a) Kepemimpinan (manageralism) (Rees, 2005),
b) Pluralisme baru (new-pluralism),
c) Radikalisme berorientasi pada negara (state-oriented radicalism),
d) Kewirausahaan (entrepreneurialism) dan
e) Membangun gerakan (movement-building) (Batsler dan Randall, 1992).

DAFTAR PUSTAKA

http://muhammadwahyudi123.blogspot.com/p/kesmas-berbasis-evidence-evidence-base.html
http://nesyairmalia.blogspot.com/2012/03/kemitraan-dalam-promosi-kesehatan.html
http://nezfine.wordpress.com/tag/kemitraan/
http://www.hidayatjayagiri.net/2012/10/mengenal-kemitraan.html
http://www.artikata.com/arti-371870-kemitraan.html
http://dcorpinugd.blogspot.co.id/2015/04/kemitraan-kesehatan.html

BAGIAN 6

KEMITRAAN DAN PERAN SERTA


oleh muhammadidris1970 pada 23 April 2010

Apakah Kemitraan Itu ?


•Kemitraan adalah hubungan (kerjsama) antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan,
keterbukaan dan saling menguntungkan (memberikan manfaat).
•Unsur kemitraan adalah :
1.adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2.adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3.adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut
4.adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
•Kemitraan di bidang kesehatan adalah kemitraan yang dikembangkan dalam rangka
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
•Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban
bagi semua pihak.
•Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti
masalah pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan,
dll.
•Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan
semua pihak juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swasta.
•Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta
diharapkan juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan
meningkatkan produktivitas.
•Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi
internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
•Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.

Tujuan Kemitraan dan Hasil yang Diharapkan

Tujuan umum :
Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan
pada umumnya

Tujuan khusus :

1.Meningkatkan saling pengertian;


2.Meningkatkan saling percaya;
3.Meningkatkan saling memerlukan;
4.Meningkatkan rasa kedekatan;
5.Membuka peluang untuk saling membantu;
6.Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;
7.Meningkatkan rasa saling menghargai;

Hasil yang diharapkan :


•Adanya percepatan, efektivitas dan efisiensi berbagai upaya termasuk kesehatan.

Perilaku Kemitraan :

Adalah semua pihak, semua komponen masyarakat dan unsur pemerintah, Lembaga Perwakilan
Rakyat, perguruan tinggi, media massa, penyandang dana, dan lain-lain, khususnya swasta.

Prinsip, Landasan dan Langkah Dalam Pengembangan Kemitraan


3 prinsip, yaitu : kesetaraan, dalam arti tidak ada atas bawah (hubungan vertikal), tetapi sama
tingkatnya (horizontal); keterbukaan dan saling menguntungkan.
•7 saling, yaitu : saling memahami kedudukan, tugas dan fungsi (kaitan dengan struktur); saling
memahami kemampuan masing-masing (kapasitas unit/organisasi); saling menghubungi secara
proaktif (linkage); saling mendekati, bukan hanya secara fisik tetapi juga pikiran dan perasaan
(empati, proximity); saling terbuka, dalam arti kesediaan untuk dibantu dan membantu
(opennes); saling mendorong/mendukung kegiatan (synergy); dan saling menghargai kenyataan
masing-masing (reward).
•6 langkah : penjajagan/persiapan, penyamaan persepsi, pengaturan peran, komunikasi intensif,
melakukan kegiatan, dan melakukan pemantauan & penilaian.
Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang Kesehatan
Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat
adalah :
•Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia
Sehat.
•Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.
•Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan
lancar.
•Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
•Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
•Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program kesehatan).
Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai keadaan, masalah dan potensi
yang ada.

Indikator Keberhasilan
•Indikator input :
Jumlah mitra yang menjadi anggota.

•Indikator proses :
Kontribusi mitra dalam jaringan kemitraan, jumlah pertemuan yang diselenggarakan, jumlah dan
jenis kegiatan bersama yang dilakukan, keberlangsungan kemitraan yang dijalankan.

Indikator output :
Jumlah produk yang dihasilkan, percepatan upaya yang dilakukan, efektivitas dan efisiensi upaya
yang diselenggarakan

https://muhammadidris1970.wordpress.com/2010/04/23/kemitraan-dan-peran-sertakemitraan-
dan-peran-serta/

BAGIAN 7

Kemitraan dalam Pembangunan Kesehatan

Definisi Kemitraan
Menurut Fletcher K.L dan Kamus Besar Bahasa Indonesia memandang kemitraan sebagai suatu
jalinan kerjasama usaha untuk tujuan memperoleh keuntungan. Menurut Notoatmodjo (2003),
Kemitraan adalah suatu kerja sama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-
organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Sedangkan menurut Depkes (2006) mengemukan bahwa Kemitraan adalah hubungan (kerjsama)
antara dua pihak atau lebih, berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
(memberikan manfaat).

Definisi Pembangunan dan Kesehatan


Menurut Shoemaker, pembangunan merupakan suatu jenis perubahan sosial dimana ide-ide baru
diperkenalkan kepada suatu sistem sosial untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat
kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modernisasi pada tingkat sistem sosial.
Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) sebagai suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik
melalui upaya yang dilakukan secara terencana.

Menurut WHO (1948), kesehatan ialah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan
dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Sedangkan dalam Piagam Ottawa dikatakan
bahwa kesehatan merupakan sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup.

Unsur-unsur Kemitraan
Adapun unsur-unsur kemitraan adalah :
1. Adanya hubungan (kerjasama) antara dua pihak atau lebih
2. Adanya kesetaraan antara pihak-pihak tersebut
3. Adanya keterbukaan atau kepercayaan (trust relationship) antara pihak-pihak tersebut

4. Adanya hubungan timbal balik yang saling menguntungkan atau memberi manfaat.
Menurut Ansarul Fahruda, dkk (2005), untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan pada
hal-hal berikut :

1. Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,


Dalam membangun kemitraan, masing-masing anggota harus merasa mempunyai perhatian dan
kepentingan bersama. Tanpa adanya perhatian dan kepentingan yang sama terhadap suatu masalah
niscaya kemitraan tidak akan terjadi. Sektor kesehatan harus mampu menimbulkan perhatian
terhadap masalah kesehatan bagi sektor-sektor lain non kesehatan, dengan upaya-upaya informasi dan
advokasi secara intensif.
2. Saling mempercayai dan saling menghormati
Kepercayaan (trust) adalah modal dasar setiap relasi atau hubungan antar manusia, kesehatan harus
mampu menimbulkan trust bagi partnernya.
3. Tujuan yang jelas dan terukur
Arti penting dari kemitraan adalah mewujudkan kebersamaan antar anggota untuk menghasilkan
sesuatu yang menuju kearah perbaikan kesehatan masyarakat pada khususnya, kesejahteraan
masyarakat pada umumnya.
4. Kesediaan untuk berkorban baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Visi, misi, tujuan dan nilai tentang kesehatan perlu disepakatibersama, dan akan sangat memudahkan
untuk timbulnya komitmen bersama untuk menanggulangi masalah kesehatan bersama, hal ini harus
meliputi semua tingkatan organisasi sampai petugas lapangan.

Prinsip – Prinsip Kemitraan


1. Saling menguntungkan (mutual benefit)
Saling menguntungkan disini bukan hanya materi tetapi juga non materi, yaitu dilihat dari kebersamaan
atau sinergisme dalam mencapai tujuan
2. Pendekatan berorientasi hasil
Tindakan kemanusiaan yang efektif harus didasari pada realitas dan berorientasi pada tindakan. Hal ini
membutuhkan koordinasi yang berorientasi hasil dan berbasis pada kemampuan efektif dan kapasitas
operasional yang konkrit
3. Keterbukaan (transparansi)
Apa yang menjadi kelebihan dan kekurangan tiapanggota mitra harus diketahhui oleh anggota yang lain
Transparansi dicapai melalui dialog (pada tingkat yang setara) dengan menekankan konsultasi dan
pembagian informasi terlebih dahulu. Komunikasi dan transparansi, termasuk transparansi finansial,
membantu meningkatkan kepercayaan antar organisasi
4. Kesetaraan
Masing-masing pihak yang bermitra harus merasa duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi, tidak
boleh satu anggota memaksakan kehendak kepada yang lain. Kesetaraan membutuhkan rasa saling
menghormati antar anggota kemitraan tanpa melihat besaran dan kekuatan. Para peserta harus saling
menghormati mandat kewajiban dan kemandirian dari anggota yang lain serta memahami keterbatasan
dan komitmen yang dimiliki satu sama lain. Sikap saling menghormati tidak menghalangi masing-masing
organisasi untuk terlibat dalam pertukaran pendapat yang konstruktif
5. Tanggung Jawab
Organisasi kemanusiaan memiliki tanggung jawab etis terhadap satu sama lain dalam menempuh tugas-
tugasnya secara bertanggung jawab dengan integritas dan cara yang relevan dan tepat. Organisasi
kemanusiaan harus meyakinkan bahwa mereka hanya akan berkomitmen terhadap sesuatu kegiatan
ketika mereka memang memiliki alat, kompetensi, keahlian dan kapasitas untuk mewujudkan komitmen
tersebut. Pencegahan yang tegas dan jelas terhadap penyelewengan yang dilakukan oleh para pekerja
kemanusiaan harus menjadi usaha yang berkelanjutan
6. Saling Melengkapi
Keragaman dari komunitas kemanusiaan adalah sebuah aset bila dibangun atas kelebihan-kelebihan
komparatif dan saling melengkapi kontribusi yang satu dengan yang lain. Kapasitas lokal adalah salah
satu aset penting untuk ditingkatkan dan menjadi dasar pengembangang. Ketika memungkinkan,
organisasi-organisasi kemanusiaan harus berjuang untuk menjadikan aset lokal sebagai bagian integral
dari tindakan tanggap darurat dimana hambatan budaya dan bahasa harus diatasi.
Prinsip-prinsip kemitraan menurut WHO untuk membangun kemitraan kesehatan :

1. Policy-makers (pengambil kebijakan)


2. Health managers
3. Health professionals
4. Academic institutions
5. Communities institutions

Tahap – tahap Kemitraan


Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri atas 3 tahap yaitu:
1. Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2. Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor lintas bidang dan lintas organisasi,
yang mencakup:
a. Unsur pemerintah

b. Unsur swasta atau dunnia usaha

c. Unsur LSM da organisasi massa

d. Unsur organisasi profesi

Tujuan Kemitraan

a. Tujuan umum :

Meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi upaya kesehatan dan upaya pembangunan pada
umumnya.

b. Tujuan khusus :

1. Meningkatkan saling pengertian;


2. Meningkatkan saling percaya;

3. Meningkatkan saling memerlukan;

4. Meningkatkan rasa kedekatan;

5. Membuka peluang untuk saling membantu;

6. Meningkatkan daya, kemampuan, dan kekuatan;

7. Meningkatkan rasa saling menghargai;

Dasar Pemikiran Kemitraan dalam Kesehatan

1. Kesehatan adalah hak azasi manusia, merupakan investasi, dan sekaligus merupakan kewajiban bagi
semua pihak.
2. Masalah kesehatan saling berkaitan dan saling mempengaruhi dengan masalah lain, seperti masalah
pendidikan, ekonomi, sosial, agama, politik, keamanan, ketenagakerjaan, pemerintahan, dll.
3. Karenanya masalah kesehatan tidak dapat diatasi oleh sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak
juga perlu peduli terhadap masalah kesehatan tersebut, khususnya kalangan swasta.
4. Dengan peduli pada masalah kesehatan tersebut, berbagai pihak khususnya pihak swasta diharapkan
juga memperoleh manfaat, karena kesehatan meningkatan kualitas SDM dan meningkatkan
produktivitas.
5. Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO pada konfrensi internasional
promosi kesehatan yang keempat di Jakarta pada tahun 1997.
6. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya kerjsama yang saling memberikan manfaat.
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan kesetaraan.

Contoh Kemitraan dalam Pembangunan Kesehatan


1. AIMI (Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia)
2. Balai Keperawatan
3. Kemitraan antara bidan dengan dukun bayi
Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia, adalah persalinan yang ditolong
oleh dukun bayi. Beberapa waktu lalu salah satu stasiun TV terkenal negeri ini memberitakan bahwa
hampir sebagian besar persalinan di Kabupaten Tangerang ditolong oleh dukun bayi. Masalah kesehatan
bagi penduduk di kota maupun di perdesaan Indonesia masih saja merupakan masalah yang pelik. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya program kesehatan yang diterapkan dan terus dikembangkan
belum berjalan dengan baik, baik itu program kesehatan baru maupun program kesehatan hasil
modifikasi program lama. Banyak pelayanan kesehatan yang belum memadai. Indikator yang penting
adalah kematian ibu dan bayi yang masih tinggi.

Program Kemitraan Bidan dan Dukun merupakan salah satu program sebagai upaya untuk
meningkatkan cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Definisi Kemitraan Bidan dan
Dukun sendiri adalah suatu bentuk kerjasama bidan dan dukun yang saling menguntungkan dengan
prinsip keterbukaan, kesetaraan dan kepercayaan dalam upaya untuk menyelamatkan ibu dan bayi,
dengan menempatkan bidan sebagai penolong persalinan dan mengalih fungsikan dukun dari penolong
persalinan menjadi mitra dalam merawat ibu dan bayi pada masa nifas, dengan berdasarkan
kesepakatan yang telah dibuat antara bidan dan dukun serta melibatkan seluruh unsur/elemen
masyarakat yang ada.

Berdasarkan hasil penelitian, ternyata masyarakat lebih senang ditolong oleh dukun bayi. Namun
ada juga ibu bersalin yang lebih senang ditolong oleh bidan. Pada saat pertolongan persalinan tersebut
ada pembagian peran antara bidan dengan dukunnya. Sebenarnya, selain pada saat persalinan ada juga
pembagian peran yang dilakukan pada saat kehamilan dan masa nifas, tetapi memang yang lebih banyak
diutarakan adalah kerjasama pada saat persalinan. Istilah kemitraan dalam bahasa Tolaki, salah satu
bahasa daerah di Kendari, adalah meronga-ronga. Sedangkan di Kabupaten Cirebon kemitraan dikenal
dengan istilah paguyuban. Sebenarnya, kemitraan di Kendari telah berjalan di hampir semua wilayah.
Apalagi dukun dan bidan sudah mendapatkan intervensi dari Departemen Kesehatan melalui program
Healthy Mother Healthy Baby (HMHB). Intervensi tersebut merupakan program yang telah dicanangkan
oleh Departemen Kesehatan dengan menggalang kemitraan bidan dan dukun bayi melalui pelatihan-
pelatihan. Di Cirebon, kemitraan bidan dan dukun sudah dimulai sejak tahun 1998 bersamaan dengan
dicanangkannya GSI (Gerakan Sayang Ibu).

Keberhasilan dari kegiatan kemitraan Bidan dan Dukun adalah ditandai dengan adanya kesepakatan
antara Bidan dan dukun dimana dukun akan selalu merujuk setiap ibu hamil dan bersalin yang datang.
serta akan membantu bidan dalam merawat ibu setelah bersalin dan bayinya. Sementara Bidan sepakat
untuk memberikan sebagian penghasilan dari menolong persalinan yang dirujuk oleh dukun kepada
dukun yang merujuk dengan besar yang bervariasi. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam peraturan
tertulis disaksikan oleh pempinan daerah setempat (Kepala Desa, Camat).
4. Paguyuban Penderita Tuberkulosis Kec. Sumberjambe, kab. Jember
Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan
tuberkulosis telah dilaksanakan di Propinsi Jawa Timur yaitu dengan adanya peran serta masyarakat
melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kec. Sumberjamber.

Kecamatan Sumberjamber adalah salah satu kecamatan di Kab. Jember dan terletak di sebelah utara
Kota Jember dengan jarak tempuh + 35 km yang berada di dataran tinggi di kaki Gunung Raung. Jumlah
penduduknya sekitar 53.806 jiwa, dengan sebagian bekerja sebagai petani maupun buruh perkebunan.
Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih banyak berobat ke Puskesmas
Sumberjambe. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah diantaranya penyakit Campak dan
tuberkulosis (TB).

Untuk pelayanan pengobatan tuberkulosis, Puskesmas Sumberjambe secara khusus mengumpulkan


hari pemberian obat anti tuberkulosisi (OAT) pada hari yang sama sehingga sesama penderita sering
bertemu dan saling tukar menukar informasi terutama tentang penyakit yang diderita dan pengalaman
berobatnya.
Adanya pemahaman bahwa penyakit tuberkulosis yang dideritanya merupakan penyakit menular
sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan dulunya dirinya sendiri secara tidak sengaja tertulari.
Selain itu adanya rasa senasib diantara sesama penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas
Sumberjambe Kec. Sumberjambe Kab. Jember.

Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini merasa ikut bertanggung jawab karena
sebagai sumber penularan sehingga ikut membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB dan
ikut membantu sebagai pengawas minum obat.

Tujuan dari paguyuban penderita tubekulosis ini adalah membantu menurunan angka kesakitan TB
sehingga TB tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat di Kec. Sumber-jambe Kab. Jember. Adapun
tujuan secara khusus yaitu :

a. Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun penderita TB untuk tetap berobat
sampai sembuh
b. Secara perorangan membantu penemuan suspek penderita TB
c. Secara perorangan membantu sebagai pengawas minum obat.
d. Sebagai langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan penghasilan dari penderita atau
mantan penderita TB yang berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
Kegiatan utama dari paguyuban ini adalah, pertemuan rutin 3 bulanan, penemuan suspek di
masyarakat, dan sebagai pengawas minum obat. Setelah melalui pertemuan telah diadakan pemilihan
yang secara sepakat dipilih Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris dan wakil sekretaris. Jumlah seluruhnya
pengurus dan anggota yang terdaftar sebanyak 80 orang dimana semuanya adalah penderita yang masih
berobat dan yang sudah sembuh setelah menjalani pengobatan tuberkuloisis. Pengurus dan anggota
paguyuban relatif berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.

Pada awalnya dana kegiatan pertemuan dibantu sepenuhnya oleh Puskesmas Sumbejambe yang
berasal dari dana PKS BBM. Bila selanjutnya tidak ada dana PKS BBM ini, maka akan mempengaruhi
pelaksanaan program dari paguyuban ini terutama dalam membantu program penanggulangan
tuberkulosis khususnya di Kec. Sumbejambe. Dengan demikian perlu disarankan untuk mencari donator
lain atau dana operasional ke Dinas terkait sampai paguyuban ini bisa secara mandiri dapat memenuhi
kebutuhan dana operasionalnya. Sebagai upaya untuk mandiri tersebut, masing-masing anggota dapat
berkontribusi dana secara sukarela sesuai kesepakatan.
Sebelum secara resmi terwadahi dalam paguyuban ini yaitu mulai tahun 2004, para anggota sudah
banyak membantu pelaksanaan program penang-gulangan Tuberkuloisis. Peran aktifnya terutama
dalam sosialisasi program, pengawasan pengobatan dan penemuan suspek. Pada tahun 2005 ini
dilaporkan bahwa suatu ketika paguyuban ini pernah membawa 5 (lima) orang yang dicurigai sebagai
penderita TB ke Puskesmas Sumbejambe dan setelah dilakukan pemeriksaan, ke lima orang tersebut
penderita TB BTA positif.

Adanya paguyuban ini telah membantu UPK (Unit Pelaksana Teknis) Puskesmas Sumberjambe
dalam program penanggulangan Tuberkulosis, dimana pencapaian program sangat baik. Penemuan
penderita baru TB BTA (+) pada tahun 2004 telah mencapai 80% dan angka kesembuhan pada tahun
2003 > 85%. Hasil ini jauh lebih baik dibandingkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2003 dimana
penemuan penderita baru TB BTA positif hanya mencapai 28%.

Pencapaian yang telah baik ini, jika dipertahankan selama 5 tahun berturut-turut akan memberikan
dampak pada penurunan angka kesakitan TB di Kec. Sumberjambe pada khususnya. Model kemitraan
berbasis masyarakat atau paguyuban penderita penyakit tuberkulosis ini perlu dikembangkan ke daerah
lainnya terutama daerah dengan resiko tinggi penularan, dengan mempertimbangkan budaya, tingkat
sosial yang ada tentunya. Untuk melanggengkan keberadaan paguyuban ini perlu dijaga komitmen yang
tinggi dari para anggota yaitu kesepakatan melaksanakan kegiatan utama untuk terus membantu
penemuan penderita suspek TB dan sebagai pengawas minum obat. Selanjutnya dibuat kesepakatan
usaha peningkatan penghasilan pengurus dan anggota melalui usaha kecil dan menengah (UKM)
disamping mengajak pihak swasta atau donator yang tidak terikat.
5. Unilever dan FDI World Dental Federation tentang pentingnya menyikat gigi

Unilever dan FDI World Dental Federation telah memperpanjang kemitraan mereka selama tiga
tahun dari tahun 2010, dengan opsi untuk memperpanjangnya lagi untuk tiga tahun setelah itu. Melalui
kemitraan publik-swasta ini, satu-satunya di dunia mengenai perawatan mulut, dua perusahaan ini
menggerakkan kampanye secara nasional dan global untuk mempromosikan secara luas materi
pendidikan tentang pentingnya menyikat gigi ke sekolah-sekolah dan dokter gigi.

FDI World Dental Federation adalah organisasi global independen yang mewakili sekitar satu juta
dokter gigi di seluruh dunia dan juga 200 asosiasi dokter gigi dan spesialis. Visi dari organisasi ini adalah
untuk menciptakan kesehatan gigi yang optimal di seluruh dunia karena kesehatan gigi adalah bagian
penting dari kesehatan dan kehidupan secara umum. Unilever membantu FDI World Dental Federation
untuk mencapai hal ini secara global melalui merek perawatan mulut termuka yakni Pepsodent, Signal,
Close Up, Mentadent, Aim, PIS, dan Zhong Hua.

http://anggitaaprilia19.blogspot.co.id/2017/01/kemitraan-dalam-pembangunan-kesehatan.html

Anda mungkin juga menyukai