Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KELAINAN MALOKLUSI

DENTAL 1
FALFASAH PERAWATAN ORTODOTI

Disusun oleh kelompok 3:

NADIRA CALLISTA N (2019 - 11 - 111) NAZHIFA ALFATHIA (2019 - 11 - 116)

NADYA PUSPITA S (2019 - 11 - 112) NIKITA NUR F (2019 - 11 - 117)

NADYA PUTRI D (2019 - 11 - 113) NINDHIYA N (2019 - 11 - 118)

NARULITA (2019 - 11 - 114) NISRINA AYU P (2019 - 11 - 119)

NASYWA KAMILAH N (2019 - 11 – 115) NUR KHOFIFAH (2019 - 11 - 120)

Kelas: D / Semester 4
Tutor: drg. Albert S, SpOrt.
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
dan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kelainan maloklusi
dental 1 ini yang membahas tentang falfasah perawatan ortodoti. Adapun makalah
ini kami buat dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai
pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih pada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah kelainan


maloklusi dental 1 ini yang membahas tentang falfasah perawatan ortodoti ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi terhadap
pembaca.

Jakarta, 16 Maret 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................i

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................... 2

1.3 TUJUAN PENULISAN .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3

2.1 PENGERTIAN DASAR PERAWATAN ORTODOTI ....................... 3

2.2 TUJUAN PERAWATAN ORTODONTI ............................................. 5

2.3 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERAWATAN ORTODOTI 5

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11

3.1 KESIMPULAN ..................................................................................... 11

3.2 SARAN ................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Sebagaimana diketahui bahwa pertumbuhan struktur tulang maxillo-


mandibula merupakan hal yang menjadi pusat perhatian para ortodontis dalam
melakukan perawatan terhadap kasus-kasus ortodonsia pada tahap yang dini.
Meski hal ini hingga sekarang tetap merupakan kontroversi sejak pertama kali
perawatan ortodonsia dilakukan.1

Diketahui ada tiga hal yang saling berkaitan dalam melaksanakan


perawatan ortodonsia pada kasus-kasus yang berhubungan dengan modifikasi
(redirection) pertumbuhan tulang-tulang wajah. Pertama, terdapat asumsi
bahwa pertumbuhan tulang pada umumnya tidak dapat diubah secara klinis
baik dengan alat-alat ortodonti cekat yang konvensional, maupun dengan alat
ortodonsia fungsional. Kedua, pengalaman klinis menunjukkan bahwa bila
pendekatan atau prosedur perawatan yang diberikan berbeda, baik dalam hal
waktu pelaksanaan serta lamanya perawatan, maka akan diperoleh pula hasil
yang berbeda. Ketiga, adanya perbedaan persepsi mengenai diagnostik serta
validitasnya dalam mengidentifikasi kaitan pertumbuhan dengan kurangnya
pertumbuhan atau perkembangan rahang pada usia muda yang diyakini
sebenarnya berpola normal khususnya pada anak-anak.2

Pengetahuan biologi dasar dapat pula dipakai sebagai pertimbangan


untuk menetapkan waktu dimulainya perawatan ortodonti berdasarkan
modifikasi pertumbuhan yang masih ada, sehingga dapat dilakukan upaya
untuk memperbaiki kelainan dentofasial. Dikenal empat faktor yang dapat
menerangkan hal tersebut, yaitu pertama, proses ontogeni secara umum; ke
dua, prinsip ontogeni khusus, yaitu prinsip sutura dan kondila temporo

1
mandibula; ke tiga implikasi akibat adanya modifikasi pertumbuhan
dentofasial; dan ke empat, hasil riset di masa mendatang tentang hubungan
perawatan ortopedik-ortodonti pada kelainan dentofasial.3

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengertian dasar perawatan ortodonti?


2. Apakah tujuan perawatan ortodonti?
3. Bagaimana sejarah dan perkembangan perawatan ortodonti?

1.3 TUJUAN PENULISAN

4. Mampu memahami dan menjelaskan pengertian dasar dari perawatan


ortodonti.
5. Mampu memahami dan menjelaskan tujuan dari perawatan ortodonti.
6. Mampu memahami dan menjelaskan bagaimana sejarah dan
perkembangan perawatan ortodonti.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DASAR PERAWATAN ORTODOTI

Istilah ortodontik berasal dari kata Ortodonsia. Ortodonsia


(Orthodontia, Bld., Orthodontic, Ingg.) berasal dari bahasa Yunani (Greek)
yaitu Orthos (baik, betul) dan Dons (gigi). Jadi ortodonti dapat diterjemahkan
sebagai ilmu pengetahuan yang bertujuan memperbaiki atau membetulkan
letak gigi yang tidak teratur atau tidak rata. Lebih dari itu ortodonti juga
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan bentuk wajah dan gigi
geligi.4

Ada beberapa pengertian lain tentang definisi ortodonti, beberapa


diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Ortodonti adalah ilmu yang membahas pertumbuhan dan perkembangan


tulang kranofasial, perkembangan oklusi dan perawatan kelainan-
kelainan kranofasial. Perawatan ortodonti terutama dipimpin dan didasari
oleh pertumbuhan dan perkembangan oklusi dan tulang kranofasial. Arah
pertumbuhan dan waktu pertumbuhan gigi berpengaruh terhadap
keberhasilan dan kestabilan perawatan.5
2. Menurut Dr. E.H. Angle (1900) Ortodonti adalah ilmu pengetahuan yang
bertujuan meratakan atau membetulkan kedudukan gigi-gigi.
3. Menurut Noyes (1911) Ortodonti adalah ilmu yang mempelajari
hubungan gigi-gigi terhadap perkembangan muka dan memperbaiki
akibat pertumbuhan yang tidak normal. Disini telah menyangkut ilmu
anatomi dan biologi.
4. Menurut The British Society of Orthodontics (1922) Ortodonti adalah
ilmu yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan rahang, muka

3
dan tubuh pada umumnya yang dapat mempengaruhi kedudukan gigi.
Juga mempelajari adanya aksi dan reaksi dari pengaruh luar maupun
pengaruh dalam terhadap perkembangan, serta pencegahan dan
perawatan terhadap perkembangan yang mengalami gangguan atau
hambatan dan pengaruh jelek.6
5. Menurut American Association of Orthodontist Ortodonti adalah ilmu
yang mempelajari pertumbuhan dan perkembangan gigi dan jaringan
sekitarnya dari janin sampai dewasa dengan tujuan mencegah dan
memperbaiki keadaan gigi yang letaknya tidak baik untuk mencapai
hubungan fungsional serta anatomis yang normal. Dengan
memperhatikan definisi-definisi di atas, Dr. Angle dan Noyes
memandang tindakan kuratif lebih dipentingkan, sedangkan mulai tahun
1922 sampai sekarang lebih mengutamakan tidakan preventifnya,
disamping tetap menjalankan tindakan kuratif.

Keadaan gigi yang tidak teratur disebabkan oleh malposisi gigi, yaitu
kesalahan posisi gigi pada masing-masing rahang. Malposisi gigi (maloklusi)
akan menyebabkan malrelasi (malfungsi), yaitu kesalahan hubungan antara
gigi-gigi pada rahang yang berbeda. Lebih lanjut lagi keadaan demikian
menimbulkan maloklusi, yaitu penyimpangan terhadap oklusi normal.
Maloklusi dapat terjadi karena adanya kelainan gigi (dental), tulang rahang
(skeletal), kombinasi gigi dan rahang (dentoskeletal) maupun karena otot-otot
pengunyahan (muskuler).

Pertumbuhkembangan perlu dipelajari karena maloklusi bukan


merupakan suatu penyakit tetapi suatu penyimpangan pertumbuhkembangan.
Penyimpangan pertumbuhkembangan yang menyangkut letak gigi dapat
menyebabkan suatu maloklusi, misalnya letak gigi-gigi yang berdesakan.
Penyimpangan pertumbuhkembangan tulang rahang menghasilkan kelainan
skeletal misalnya, maloklusi kelas III Angle yang ditandai dengan rahang
bawah yang terlalu ke depan dibandingkan dengan rahang atas. Letak gigi
yang tidak teratur dan kelainan letak rahang sangat besar pengaruhnya

4
terhadap penampilan seseorang. Sebagian besar kelainan ortodonti lebih
banyak mempengaruhi kondisi psikososial seseorang daripada mempengaruh
kesehatan fisik.

2.2 TUJUAN PERAWATAN ORTODONTI

Tujuan perawatan ortodontik adalah memperbaiki susunan dan


kedudukan gigi-geligi untuk mendapatkan hubungan gigi-geligi (fungsi
oklusi) yang stabil, perbaikan pengunyahan, keseimbangan otot dan
keserasian estetika wajah yang harmonis. Secara umum perawatan ortodontik
bertujuan memperbaiki kehidupan pasien dengan mengatasi kesulitan
psikososial yang berhubungan dengan penampilan wajah dan gigi.7

Ada 2 alasan yang jelas dari perawatan ortodontik yaitu untuk estetika
dan fungsi, perawatan ortodontik tidak hanya dapat memperbaiki susunan
gigi geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu juga dapat mempunyai dampak
yang besar pada lingkungan seseorang dan perkembangan kariernya. Selain
itu susunan gigi yang lebih baik dapat menyebabkan standar kebersihan mulut
menjadi lebih baik.

Tujuan utama perawatan ortodontik adalah mendapatkan penampilan


10 dentofasial yang menyenangkan secara estetika dengan fungsi yang baik
dan dengan gigi-gigi dalam posisi yang stabil. Perawatan ortodontik tidak
boleh dilakukan jika tidak dapat memberikan perbaikan yang nyata serta
abadi karena alasan inilah banyak maloklusi ringan yang dibiarkan tanpa
perawatan.7

2.3 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PERAWATAN


ORTODOTI

Gigi berjejal, tidak teratur, dan menonjol telah menjadi masalah bagi
beberapa individu sejak jaman dahulu, dan upaya untuk memperbaiki kelainan
ini dimulai setidaknya hingga 1000 SM. Peralatan ortodontik primitif dan

5
secara mengejutkan dirancang dengan baik telah ditemukan dalam bahan
Yunani dan Etruria.

Seiring berkembangnya kedokteran gigi pada abad ke-18 dan 19,


sejumlah perangkat untuk "pengaturan" gigi dijelaskan oleh berbagai penulis dan
tampaknya digunakan secara sporadis oleh dokter gigi pada masa itu.8

Setelah tahun 1850, teks pertama yang secara sistematis


menggambarkan ortodontik muncul, yang paling terkenal adalah Cacat Lisan
Norman Kingsley. Kingsley, yang memiliki pengaruh luar biasa pada
kedokteran gigi Amerika pada paruh kedua abad ke-19, termasuk di antara
orang pertama yang menggunakan kekuatan ekstraoral untuk memperbaiki gigi
yang menonjol. Dia juga perintis dalam perawatan celah langit-langit dan
masalah terkait.

Terlepas dari kontribusi Kingsley dan orang-orang sezamannya,


penekanan mereka pada ortodontik tetap sejalan dengan gigi dan koreksi
proporsi wajah. Sedikit perhatian diberikan pada hubungan gigitan, dan karena
pencabutan gigi merupakan praktik yang umum untuk banyak masalah gigi,
pencabutan gigi untuk berjejal atau tidak sejajar sering dilakukan. Di era ketika
gigi utuh jarang ditemukan, detail hubungan oklusal dianggap tidak penting.

Untuk membuat gigi pengganti prostetik yang baik, perlu


dikembangkan konsep oklusi, dan ini terjadi pada akhir tahun 1800-an. Ketika
konsep oklusi prostetik berkembang dan disempurnakan, hal ini wajar untuk
diperluas ke gigi asli. Edward H. Angle (Gambar. 1), yang pengaruhnya mulai
dirasakan sekitar tahun 1890, dapat dikaitkan dengan banyak perkembangan
konsep oklusi dalam gigi asli. Ketertarikan awal Angle pada prostodontik, dan
dia mengajar di departemen itu di sekolah kedokteran gigi di Pennsylvania dan
Minnesota pada tahun 1880-an. Minatnya yang meningkat pada oklusi gigi dan
perawatan yang diperlukan untuk mendapatkan oklusi normal mengarah

6
langsung pada perkembangan ortodontiknya sebagai spesialisasinya, dengan
dirinya sebagai "bapak ortodontik modern".8

Gambar1. Edward H. Angle berusia 50-an, sebagai pemilik Sekolah Angle of Orthodontia. Setelah
memantapkan dirinya sebagai spesialis gigi pertama, Angle mengoperasikan sekolah ortodontik
berpemilik dari tahun 1905 hingga 1928 di St. Louis, Missouri; New London, Connecticut; dan
Pasadena, California, tempat banyak dokter ortodontis perintis Amerika dilatih.8

Klasifikasi Maloklusi Angle pada tahun 1890-an merupakan langkah


penting dalam perkembangan ortodontik karena tidak hanya membagi jenis
utama maloklusi tetapi juga termasuk definisi pertama yang jelas dan sederhana
dari oklusi normal pada gigi asli. Postulat Angle adalah bahwa molar pertama
atas adalah kunci oklusi dan molar atas dan bawah harus dihubungkan sehingga
puncak mesiobuccal molar atas tersumbat di alur bukal molar bawah. Jika gigi
diatur pada garis lengkung oklusi yang halus (Gambar. 2) dan hubungan molar
ini ada (Gambar 3), maka oklusi normal akan terjadi. Pernyataan ini, yang
menurut pengalaman 100 tahun telah terbukti benar kecuali jika ada
penyimpangan dalam ukuran gigi, oklusi normal yang sangat disederhanakan.

7
Gambar 2. Garis oklusi adalah kurva halus (catenary) yang melewati fossa sentral dari setiap
molar atas dan melintasi cingulum gigi taring atas dan gigi seri. Garis yang sama membentang di
sepanjang cusp bukal dan tepi insisal gigi bawah, sehingga menentukan hubungan oklusal dan
interark setelah posisi molar ditetapkan.8

Gambar 3. Kelas oklusi dan maloklusi normal seperti yang ditentukan oleh Angle. Klasifikasi ini
dengan cepat dan luas diadopsi pada awal abad ke-20. Itu digabungkan dalam semua skema
deskriptif dan klasifikasi kontemporer.8

Angle kemudian mendeskripsikan tiga kelas maloklusi, berdasarkan


hubungan oklusal molar pertama:

8
• Kelas I: Hubungan molar normal, tetapi garis oklusi tidak benar karena
malposisi gigi, rotasi, atau penyebab lain.
• Kelas II: Posisi molar bawah di distal relatif terhadap gigi molar atas, garis
oklusi tidak ditentukan.
• Kelas III: Molar bawah diposisikan secara mesial relatif terhadap atas
molar, garis oklusi tidak ditentukan.

Perhatikan bahwa klasifikasi Angle memiliki empat kelas: oklusi


normal, maloklusi Klas I, maloklusi Klas II, dan maloklusi Klas III (lihat
Gambar 3). Oklusi normal dan maloklusi Kelas I memiliki hubungan molar
yang sama tetapi berbeda dalam susunan gigi relatif terhadap garis oklusi. Garis
oklusi mungkin atau mungkin tidak benar pada maloklusi Kelas II dan Kelas
III.8

Dengan dibuatnya konsep oklusi normal dan skema klasifikasi yang


menggabungkan garis oklusi, pada awal tahun 1900-an ortodontik tidak lagi
hanya sekedar penyelarasan gigi yang tidak beraturan. Sebaliknya, ini telah
berkembang menjadi pengobatan maloklusi, yang didefinisikan sebagai
penyimpangan apapun dari skema oklusal ideal yang dijelaskan oleh Angle.
Karena dibutuhkan hubungan yang didefinisikan dengan tepat gigi lengkap di
kedua lengkungan, mempertahankan gigi utuh menjadi tujuan penting dari
perawatan ortodontik. Angle dan para pengikutnya sangat menentang ekstraksi
untuk tujuan ortodontik.

Dengan penekanan pada oklusi gigi yang diikuti, bagaimanapun, kurang


perhatian diberikan pada proporsi wajah dan estetika. Angle meninggalkan gaya
ekstraoral karena dia memutuskan ini tidak perlu untuk mencapai hubungan
oklusal yang tepat. Dia memecahkan masalah penampilan gigi dan wajah
dengan hanya mendalilkan bahwa estetika terbaik selalu dicapai ketika pasien
memiliki oklusi yang ideal.

9
Seiring waktu berlalu, menjadi jelas bahwa oklusi yang sangat baik pun
tidak memuaskan jika dicapai dengan mengorbankan proporsi wajah yang tepat.
Tidak hanya ada masalah estetika, seringkali terbukti tidak mungkin untuk
mempertahankan hubungan oklusal yang dicapai dengan penggunaan elastik
berat dalam waktu lama untuk menyatukan gigi seperti yang disarankan Angle
dan para pengikutnya. Di bawah kepemimpinan Charles Tweed di Amerika
Serikat dan Raymond Begg di Australia (keduanya pernah belajar dengan
Angle), pencabutan gigi diperkenalkan kembali ke ortodontik pada 1940-an dan
1950-an untuk meningkatkan estetika wajah dan mencapai stabilitas oklusal
yang lebih baik.8

Radiografi sefalometrik, yang memungkinkan ahli ortodontis mengukur


perubahan posisi gigi dan rahang yang disebabkan oleh pertumbuhan dan
perawatan, mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Radiografi ini
memperjelas bahwa banyak maloklusi Kelas II dan Kelas III diakibatkan oleh
hubungan rahang yang rusak, bukan hanya gigi yang rusak. Dengan
menggunakan sefalometrik, pertumbuhan rahang juga dapat diubah dengan
perawatan ortodontik. Di Eropa, metode "ortopedi rahang fungsional"
dikembangkan untuk meningkatkan perubahan pertumbuhan, sedangkan di
Amerika Serikat, gaya ekstraoral digunakan untuk tujuan ini. Saat ini, peranti
fungsional dan ekstraoral digunakan secara internasional untuk mengontrol dan
memodifikasi pertumbuhan dan bentuk. Mendapatkan hubungan rahang yang
benar atau setidaknya lebih baik menjadi tujuan pengobatan pada pertengahan
abad ke-20.

Perubahan tujuan perawatan ortodontik, yang sekarang berfokus pada


proporsi wajah dan pengaruh pertumbuhan gigi terhadap penampilan wajah,
telah dikodifikasi dalam bentuk paradigma jaringan lunak.8

10
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Terdapat 3 fase perawatan ortodonti

• Ortodoti pencegahan (preventive ortodontics)


• Interceptive orthodontics
• corrective/currative orthodontics.

2. Istilah ortodontik berasal dari kata Ortodonsia. Ortodonsia (Orthodontia,


Bld., Orthodontic, Ingg.) berasal dari bahasa Yunani (Greek) yaitu Orthos
(baik, betul) dan Dons (gigi). Jadi ortodonti dapat diterjemahkan sebagai
ilmu pengetahuan yang bertujuan memperbaiki atau membetulkan letak
gigi yang tidak teratur atau tidak rata. Lebih dari itu ortodonti juga
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan bentuk wajah dan
gigi geligi.
3. Ada 2 alasan yang jelas dari perawatan ortodontik yaitu untuk estetika dan
fungsi, perawatan ortodontik tidak hanya dapat memperbaiki susunan gigi
geligi, tetapi dalam kasus-kasus tertentu juga dapat mempunyai dampak
yang besar pada lingkungan seseorang dan perkembangan kariernya.
Selain itu susunan gigi yang lebih baik dapat menyebabkan standar
kebersihan mulut menjadi lebih baik.
4. Untuk membuat gigi pengganti prostetik yang baik, perlu dikembangkan
konsep oklusi, dan ini terjadi pada akhir tahun 1800-an. Ketika konsep
oklusi prostetik berkembang dan disempurnakan, hal ini wajar untuk
diperluas ke gigi asli. Edward H. Angle (Gambar. 1), yang pengaruhnya
mulai dirasakan sekitar tahun 1890, dapat dikaitkan dengan banyak
perkembangan konsep oklusi dalam gigi asli. Ketertarikan awal Angle
pada prostodontik, dan dia mengajar di departemen itu di sekolah

11
kedokteran gigi di Pennsylvania dan Minnesota pada tahun 1880-an.
Minatnya yang meningkat pada oklusi gigi dan perawatan yang diperlukan
untuk mendapatkan oklusi normal mengarah langsung pada perkembangan
ortodontiknya sebagai spesialisasinya, dengan dirinya sebagai "bapak
ortodontik modern".

3.2 SARAN

1. Kebutuhan perawatan ortodontik dapat dilakukan sejak usia dini,


dokter gigi bertanggung jawab dalam memberikan informasi kepada
masyarakat mengenai kebutuhan perawatan ortodontik.
2. Dokter gigi harus selalu mengikuti perkembangan sejarah dari
ortodontik agar tidak ketinggalan dari perkembangan yang telah
modern.

12
DAFTAR PUSTAKA
1. Ucuncu N., Ertugay E., The use of the Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN) in a School Population and Reffered Population, J Orthod; 2001, 28:
45-52.

2. Brook PH, Shaw W.C., The Development of an Index of Orthodontic Treatment


Priority, Eur J Orthod 1989; 11: 309-20.

3. Hassan AH. Orthodontic Treatment Need in the Western Rgion of Saudi


Arabia. Head & Fac Medicine 2006; 18: 2.

4. Daljit S. Gill, Orthodontics At A Glance, terj. Titiek Suta, (Jakarta: EGC, 2008),
hal. 2

5. Mundiyah Mukhtar, Dasar-dasar Ortodonti : Pertumbuhan dan Perkembangan


Kraniodentofasial/Mundiyah, (Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia, 1998), hal. 2

6. Heryumani Sularji, Buku Ajar Ortodonsia I KGO I...... hal. 10

7. Sari, C. & Kiki. Persepsi Kepuasan Pasien Perawatan Ortodontik Berdasarkan


Keahlian Operator Menurut Jenjang Profesionalisme; 2013.

8. Fields HW, Larson BE, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 6th Edition.
Philadelphia: Elsevier. 2018; 2-4

13

Anda mungkin juga menyukai