Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN KEPANITERAAN

PERAWATAN ORTHODONSIA

NO. MODEL :
040958/P25/1204017

Nama Pasien : Eka Desi

Nama Operator : Mierza Farizi.,S.KG

Pembimbing : drg. Bayu Ananda, Sp.Ort

MODUL MALOKLUSI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
ORTODONTIK REKAM MEDIK PERAWATAN

No. RM : 042917/P21/
No.Model : 040958/P25/1204017
drg/Operator : Mierza Farizi, S.KG

Nama : Eka Desi Ruhmawati


Alamat : Pingit JT 1 / 79
Telepon/HP : 08554030831

DATA PASIEN
1. Tempat/tanggal lahir : Yogyakarta, 16 Desember 1996 Usia: 23 Tahun
2. Jenis kelamin : Perempuan
3. Pekerjaan : Mahasiswi
4. Agama : Islam
5. Suku : Jawa
6. Nama Ayah : Purwoko
Suku : Jawa Usia : 43 Tahun
7. Nama Ibu : Wagirah
Suku : Jawa Usia : 45 Tahun
8. Pekerjaan Orang Tua : Swasta
9. Alamat Orang Tua : Pingit JT 1/ 79 YK
Tanggal Pendaftaran : 4 April 2017
Tanggal Pencetakan : 12 April 2017

DATA MEDIK UMUM


1. Golongan darah :O
2. Penyakit jantung : tidak ada
3. Diabetes : tidak ada
4. Haemophilia : tidak ada
5. Hepatitis : tidak ada
6. Penyakit lainnya : tidak ada

1
7. Alergi terhadap obat : tidak ada
8. Alergi terhadap makanan : Telur

ANAMNESIS
1. Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan giginya yang kurang rapi terutama pada bagian depan rahang atas,
sehingga membuat tidak percaya diri dan ingin dirapikan giginya.
2. Riwayat Perjalanan Penyakit :
Keluhan tersebut dirasakan sekitar 1 tahun yang lalu dan pasien memiliki keinginan untuk
merawat gigi geliginya sejak 3 bulan yang lalu.
3. Riwayat Kesehatan Oral :
Pasien pernah datang untuk mencabutkan giginya yg sudah mati ke Koas gigi. Pasien
memiliki kebiasaan sikat gigi 2 kali sehari, yaitu pada saat mandi pagi dan mandi sore.
Mengunyah dua sisi, dan kebiasaan menyikat gigi dengan teknik yang salah. Pasien
mempunyai kebiasaan menopang dagu dan mendorong-dorong lidah.
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Geligi :
a. Gigi Desidui : Gigi decidui pasien tumbuh normal dan tidak ada
gigi yang berlubang
,b. Gigi Bercampur : Pergantian gigi decidui dan permanen terjadi
secara normal dan pernah dicabut sewaktu SD da nada yang
tanggal sendiri, serta teratur
kontrol ke dokter gigi
c. Gigi Permanen : Gigi permanen pasien tumbuh agak tidak teratur sejak umur
17 tahun
*Gigi kanan bawah pernah berlubang dan saat ini sudah di cabut

2
5. Kebiasaan Jelek yang berkaitan dengan keluhan pasien :
Jenis Kebiasaan Durasi Frekuensi Intensitas Keterangan
1. Menopang dagu Sejak SMP Jarang Sedang Kebiasaan
hingga saat ini selama 10-15 tersebut kadang
(10 tahun yang menit masih dilakukan
lalu) terutama pada sisi
sebelah kiri.
Biasa dilakukan
saat sedang
belajar di kelas
2.mendorong-dorong Sejak masuk SD Jarang Sedang Kebiasaan masih
gigi dengan lidah sampai SMA selama 5-10 sering dilakukan
menit dan biasanya
dilakukan pada
gigi-gigi bagian
depan. Biasa
dilakukan saat
santai

6. Riwayat Kesehatan Keluarga :


a. Ayah (43 tahun): memiliki ukuran rahang yang relatif besar, ukuran gigi yang besar
dan susunan giginya yang rapi dan tidak dicurigai memiliki riwayat penyakit sistemik.
b. Ibu (45 tahun): memiliki ukuran rahang yang relatif kecil, ukuran gigi yang besar dan
susunan giginya yang tidak rapi dan tidak memiliki riwayat penyakt sistemik.

7. Riwayat Kehidupan Pribadi/Sosial :


Pasien adalah seorang mahasiswa s1 di yogyakarta, tinggal bersama orang tua. Jarang
berolahraga, diet kurang teratur,tidak konsumsi alcohol dan tidak merokok, Pasien
merupakan suku jawa

8. Riwayat Kesehatan Umum :


Pasien belum pernah dirawat inap di rumah sakit, tidak memiliki alergi obat dan
makanan, tidak sedang dalam terapi pengobatan pada saat ini. tidak dicurigai memiliki
penyakit sistemik yang mengganggu tumbuh kembang gigi geligi serta tidak dalam
perawatan medis apapun.

3
PEMERIKSAAN FISIK
1. Vital Sign :
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg (normal)
b. Nadi : 85 x / menit (normal)
c. Pernafasan : 18 x/menit (normal)
d. Suhu : Afebris
e. Berat badan : 53 kg
f. Tinggi Badan : 150 cm
2. Pemeriksaan Ekstra Oral :
(kepala/muka, kulit, mata, hidung, bibir, telinga, muskulus skeletal, sistem pengunyahan,
kelenjar ludah dan limfe).
a. Kepala :
Indeks Kepala =Lebar Kepala (155mm) x 100 = 93,93 mm
Panjang Kepala (165mm)
Bentuk Kepala : Hiper Brachisepali
b. Muka :
Indek muka = Jarak N – Gn (90 mm) x 100 = 61,6 mm
Lebar Bizygomatik (146 mm)
Bentuk muka : Hipo Euriprosop
c. Garis Simon (Orbital) : Posisi rahang terhadap bidang orbital/Simon
 Maksila
Kanan : 1/3 distal C (normal )
Kiri : 1/3 distal C (normal)
 Mandibula
Kanan : inter C-P (normal)
Kiri : inter C-P ( normal)
d. Sendi Temporomandibular (TMJ) : normal
e. Tonus Otot Mastikasi : Normal
f. Tonus Otot Bibir : Normal
g. Bibir Posisi Istirahat : Normal (menutup)
h. Free Way Space : 2,1 mm
 Sentrik oklusi : 56,1 m
 Rest posisi : 58,2 mm

4
Fasial Neuromuscular K. Ludah K. Limfe Tl. Rhg TMJ

Deformitas TAK TAK TAK TAK TAK TAK


Nyeri TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Tumor TAK TAK TAK TAK TAK TAK

Gangguan
TAK TAK TAK TAK TAK TAK
Fungsi

Tidak ditemukan kelainan apapun/normal.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan Rongga Mulut (Intra Oral)


PETA MUKOSA DAN JARINGAN LUNAK :
(Mukosa bibir, pipi, dasar mulut, lidah, gingiva, palatum, Orofaring)

Diskripsi lesi / kelainan yang ditemuka :

5
(Berikan ciri-ciri dan letak lesi serta Diferensial Diagnosisnya)
2,4 : Terdapat lekukan sejajar dengan dataran oklusal, bilateral, sepanjang M2
sampai P2, sewarna dengan mukosa, hilang jika diregangkan dan tidak
sakit jika dipalpasi/asimptomatik.
dx. Cheek Bite
28,29 : Terdapat vasodilatasi pembuluh darah linier berjumlah dua, berwarna biru
di ventral lidah, tidak sakit jika dipalpasi/asimptomatik.
dx. Variskositas
17 : Terdapat gigiva kemerahan, papila interdental membulat, konsistensi
lunak, tekstur unstipling
dx : Gingivitis
33,34. : Terdapat selaput berwarna putih pada permukaan dorsal lidah , dapat
dikerok dan tidak meninggalkan bekas.
dx : Coated tongue

ODONTOGRAM :
UNE

6
UNE UNE

: Karies UNE : unerupted : Missing Teeth

Malposisi gigi individual :


18: - 28: -
17: - 27: -
16: - 26: -
15 (55): - 25 (65): -
14 (54): mesiolabiotorsiversi 24 (64): -
13(53): distolabiotorsiversi 23 (63): mesiopalatotorsiversi
12 (52): - 22 (62):
11(51): distolabiotorsiversi 21 (61): distolabiotorsiversi
41 (81): - 31 (71): distolabiotorsiversi
42 (82): - 32 (72): Mesiolinguotorsiversi
43 (83): - 33 (73): distolabiotorsiversi
44 (84): mesiobukotorsiversi 34 (74): -
45 (85): - 35 (75): -
46: - 36: -
47: - 37: -
48: - 38: Un erupted

7
8

Torus palatinus : tidak

Torus mandibula : tidak ada


Palatum : Sedang
Supernumerary Teeth : tidak ada
Diastema : Tidak ada
Gigi anomali : tidak ada
Gigi Tiruan : tidak ada
Oral Hygiene : Baik

RELASI GIGI PADA OKLUSI SENTRIK


1. Anterior
a. Overjet : 1,6 mm
(diukur dari mesial gigi 11terhadap mesio gigi 41)
b. Overbite : 1,5 mm
(diukur dari mesial gigi 11 terhadap mesial gigi 41)
c. Palatal bite : Tidak ada
d. Deep bite : tidak ada
e. Open bite : Ada, gigi 13 terhadap 43
f. Edge to edge bite : Tidak ada
g. Cross bite : Ada, gigi 23 terhadap gigi 33
2. Posterior
a. Cross bite : Tidak ada
b. Open bite : Tidak ada
c. Scissor bite : Tidak ada
d. Cup to Cup bite : Tidak ada

3. Relasi
a. Relasi Molar Pertama Kanan :-
Molar Pertama Kiri : Kelas I Angle
b. Relasi Kaninus Kanan : Kelas II Angle
Kaninus Kiri : Kelas I Angle

8
9

4. Garis tengah rahang bawah terhadap rahang atas : segaris


5. Garis Interinsisivi sentral terhadap garis tengah wajah: Segaris

ANALISIS FOTO MUKA

9
10

Tampa
k
Depan
Tampak depan senyum
Bentuk Muka : hiperleptoprosop

Tampak samping
Profil Muka : Cembung

10
11

FOTO INTRA ORAL

Tampak Depan

Tampak samping Kanan Tampak samping Kiri

11
12

SKEMA GIGI-GIGI DARI OKLUSAL

Rahang Atas Rahang Bawah

12
13

FOTO MODEL STUDI

Rahang atas

Rahang bawah

13
14

ANALISIS MODEL STUDI

1. Bentuk Lengkung Gigi : Rahang Atas : Parabola, Asimetris


Rahang Bawah : Parabola, Asimetris
2. Lebar Mesiodistal Gigi-Gigi (mm)

RAHANG ATAS RAHANG BAWAH


Ket. Ket.
Gigi Kanan Kiri Normal Gigi Kanan Kiri Normal
Kanan / Kiri Kanan / Kiri
1 7,6 7,8 7.40–9.75 Normal / Normal 1 5,2 5.1 4.97–6.60 Normal / Normal

2 6 6,1 6.05– 8.10 Normal / Normal 2 5,6 5,4 5.45–6.85 Normal / Normal

3 7.5 7.2 7.05–9.32 Normal / Normal 3 6.4 6.4 6.15–8.15 Normal / Normal

4 7 6,6 6.75–9.00 Normal / Normal 4 6,8 7 6.35–8.75 Normal / Normal

5 7,1 7,1 6.00–8.10 Normal / Normal 5 7,1 6.7 6.80–9.55 Normal / Normal

6 10.8 10.7 9.95–12.10 Normal / Normal 6 10,7 11 10.62–13.05 Normal / Normal

7 10,4 10,5 8.75–10.87 Normal / Normal 7 10,5 10.1 8.90–11.37 Normal / Normal

Kesimpulan :
1. Semua gigi geligi pada rahang atas dan rahang bawah mempunyai ukuran
mesiodistal yang normal

PERHITUNGAN – PERHITUNGAN

1. Metode Pont
Jumlah Lebar Mesiodistal 2 1 | 1 2 = 27,5 mm
Jarak P1-P1 pengukuran : 35,9 mm
Jarak P1-P1 perhitungan : ∑ I x 100 = 27,5 x 100 = 34,37 mm
80 80
Diskrepansi : 35,9 mm – 34,7 mm = 1,53mm

Jarak M1-M1 pengukuran : 47 mm


Jarak M1-M1 perhitungan : ∑ I x 100 = 47 x100 = 45,83 mm
64 64

14
15

Diskrepansi : 47 mm – 45,83 mm = 1,17mm


Keterangan:
a. Perkembangan lengkung gigi gigi inter p1 ke arah lateral mengalami
distraksi ringan sebesar 1,53 mm dan perkembangan M1 ke arah lateral
mengalami distraksi ringan sebesar 1,17 mm

2. Metode Korkhaus:
Jumlah Lebar Mesiodistal 2 1 | 1 2 = 27,5 mm
Tabel Korkhaus : 16,3 mm
Jarak I – (P1-P1) pengukuran : 16,8 mm
Diskrepansi : 16,8 mm – 16,3 mm = 0.5mm
Keterangan:
Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anterior mengalami
protraksi ringan sebesar 0,5 mm
3. Metode Howes:
Jarak lebar mesiodistal M1-M1 : 91,5 mm
Jarak P1-P1 (tonjol) : 40,6 mm
Indeks P : Jarak P1-P1 x 100% = 40,6 x 100% = 44, 37 %
md M1-M1 91,5
Keterangan :
Indeks P adalah 44,47%, sehingga lengkung gigi dapat menampung gigi geligi
dalam keadaan lengkung ideal dan stabil, karena P>43%.

Jarak inter fossa canina (FC) : 40,4 mm


Indeks FC : Jarak FC x 100% = 40,4 x 100% = 44,1%
md M1-M1 91,5
Keterangan :
Indeks FC adalah 44,1 % sehingga lengkung basal dapat menampung gigi
geligi dalam keadaan lengkung ideal dan stabil, karena FC>44%.

15
16

Kesimpulan :
Indeks premolar lebih besar dibandingkan indeks fossa canina (IP<IFC),
sehingga indikasi perawatan ekspansi .

DETERMINASI LENGKUNG GIGI


1. Penapakan lengkung pra koreksi (lengkung awal dan lengkung ideal)
Keterangan :

----- (biru) : lengkung ideal


----- (merah) : lengkung mula-mula

Keterangan:
a. Rahang Atas
Jika gigi geligi rahang atas disusun dalam lengkung ideal, yaitu lengkung anterior
mengikuti gigi 11 dan 21, lengkung posterior tetap dan tidak dilakukan koreksi
maka terdapat kelebihan/kekurangan ruang:
RA kanan : -1,2 mm (kekurangan ruang)
RA kiri : - 1,5mm (kekurangan ruang)
b. Rahang Bawah

16
17

Jika gigi geligi rahang bawah disusun dalam lengkung ideal, yaitu lengkung
anterior mengikuti gigi 42, lengkung posterior tetap dan tidak dilakukan koreksi
maka terdapat kekurangan ruang:
RB kanan : 0 mm (cukup)
RB kiri : -1,4 mm (kekurangan ruang)

Overjet : 1,6 mm (diukur dari mesial gigi 11terhadap mesial gigi 41)
Overbite : 1,5 mm (diukur dari mesial gigi 11terhadap mesial gigi 41)

Pemeriksaan penunjang

Hasil pemeriksaan rontgen OPG:


1. M3 rahang atas kanan dan kiri tampak ada benih giginya
2. M3 rahang bawah kanan dan kiri tampak ada benih giginya
3. Tidak terdapat resorbsi tulang alveolar

DIAGNOSIS FINAL

Relasi Molar kanan : Maloklusi Angle kelas II dilihat dari relasi kaninus,
relasi Molar kiri : Maloklusi Angle kelas I tipe dental, dengan open bite gigi
13 terhadap 43 dan cross bite gigi 23 terhadap gigi 33, disertai malrelasi dan
malposisi gigi-gigi individual:

14 (54): mesiolabiotorsiversi
13(53): distolabiotorsiversi
11(51): distolabiotorsiversi

17
18

21 (61):distolabiotorsiversi
23 (63): mesiopalatotorsiversi
31 (71): distolabiotorsiversi
32 (72): Mesiolinguotorsiversi
33 (73): distolabiotorsiversi
44 (84): mesiobukotorsiversi

Overjet: 1,6 mm (diukur dari mesial gigi 11 terhadap mesial


gigi 41)
Overbite: 1,5mm (diukur dari mesial gigi 11 terhadap mesial
gigi 41)

ANALISIS ETIOLOGI MALPOSISI DAN MALOKLUSI

Malposisi gigi – gigi individual


14 : Mesiolabiotorsiversi
kemungkinan terjadi karena pertumbuhan rahang pasien kearah
posterior kurang sehingga gigi kekurangan ruang untuk tumbuh.
13 : Distolabiotorsiversi
kemungkinan terjadi karena pertumbuhan rahang pasien kearah
anterior kurang sehingga gigi kekurangan ruang untuk tumbuh..
11 : distolabiotorsiversi
Kemungkinan terjadi karena gigi 21 kekurangan ruang sehingga mendesak gigi
11 ke distal
21 : distolabiotorsiversi
tidak mencukupinya ruang yang tersedia untuk erupsi, membuat
gigi mencari ruang untuk tumbuh.
23 : mesiopalatoorsiversi
tidak mencukupinya ruang yang tersedia untuk erupsi, membuat
gigi mencari ruang untuk tumbuh.
31 : distolabiotorsiversi

18
19

kemungkinan terjadi karena pertumbuhan rahang pasien kearah


anterior kurang sehingga gigi kekurangan ruang untuk tumbuh.
32 : mesiolinguotorsiversi
tidak mencukupinya ruang yang tersedia untuk erupsi, membuat
gigi mencari ruang untuk tumbuh.
33 : Distolabiotorsiversi
Tidak mencukupinya tuang sehingga gigi terdesak ke distal saat tumbuh
44 : mesiobukotorsiversi
tidak mencukupinya ruang yang tersedia untuk erupsi, membuat
gigi mencari ruang untuk tumbuh

RENCANA PERAWATAN :
1. Penjelasan perawatan kepada pasien
2. Menghilangkan kebiasaan buruk
3. Analisis ketersediaan ruang
4. Mengoreksi malposisi gigi individual
5. Penyesuaian oklusi
6. Retainer

1. Penjelasan perawatan kepada pasien


Operator memberikan penjelasan mengenai penyebab malposisi
gigi, prosedur perawatan, biaya yang diperlukan, dan kemungkinan
lamanya perawatan (6 bulan-1 tahun), banyaknya kunjungan (1x
seminggu), cara pemakaian alat, kemungkinan yang terjadi selama
perawatan, dan hal yang mempengaruhi perawatan, serta selesai perawatan
pasien diminta untuk menggunakan retainer. Pasien diminta untuk
menjaga kebersihan gigi dan mulutnya.
Operator menjelaskan bahwa saat awal pemakaian dan awal
pengaktifan alat, pasien akan merasakan ketidaknyamanan dan ini
merupakan hal yang wajar terjadi akibat proses adaptasi dari jaringan.
Operator memberikan penjelasan bahwa perawatan orthodontic
19
20

memerlukan waktu lama, sehingga membutuhkan kesabaran, ketelatenan,


dan kerjasama pasien untuk menaati anjuran operator dan rencana
perawatan yang telah dibuat agar perawatan dapat berhasil. Setelah
menjelaskan seluruh prosedur, pasien diminta menandatangani informed
consent.
2. Menghilangkan Kebiasaan Buruk
Pasien memiliki kebiasaan buruk yaitu menopang dagu sebelah
kiri, apabila kebiasaan ini dibiarkan terus menerus dalam waktu lama,
akan mempengaruhi persendian TMJ. Oleh karena itu pasien diberikan
informasi dan edukasi untuk membiasakan diri menghilangkan kebiasaan
ini perlahan-lahan.
3. Analisis Ketersediaan Ruang
Berdasarkan perhitungan-perhitungan yang telah dilakukan :
A. Metode Pont
Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi kearah lateral pada inter
P1-P1 mengalami kontraksi ringan 1 mm dan inter M1-M1 mengalami
distraksi ringan sebesar 38,37 mm
B. Metode Korkhaus
Pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi ke arah anteroposterior
mengalami retraksi ringan 0,2 mm.
C. Metode Howes
Lengkung gigi untuk menampung gigi geligi dalam lengkung ideal dan
stabil tidak cukup karena indeks premolar sebesar 40,4 % (IP>43%). Dan
lengkung basal tidak cukup untuk menampung gigi geligi dalam lengkung
ideal dan stabil, karena indeks fossa canina sebesar 42,5% (IFC>44%).
Pada kasus ini merupakan indikasi ekspansi karena indeks premolar lebih
kecilr dibandingkan dengan indeks fossa canina (IP<IFC).

D. Determinansi Lengkung
 Rahang atas
Jika gigi-gigi pada rahang atas disusun dalam lengkung gigi ideal dan
lengkung posterior tidak dilakukan koreksi maka rahang atas bagian
20
21

kanan akan kekurangan ruang sebesar 1,1 mm dan kiri kekurangan


rauang sebesar 0,7 mm, ruangan yang tersedia tidak cukup untuk
menampung gigi geligi sehingga karena diskrepansi <1/4 MD P1 maka
menurut hukum carey rahang atas dapat dilakukan ekspansi. Maka akan
di lakukan ekspansi sebesar 2,3.
 Rahang bawah
Jika gigi-gigi disusun dalam lengkung gigi ideal (mengikuti lengkung
gigi 42), dan posterior tidak dilakukan koreksi maka untuk rahang
bawah sisi kanan akan kekurangan ruang sebesar 1,5 mm, karena <1/4
MD P1 maka sesuai hukum carey kekurangan tersebut diatasi dengan
penggrindingan gigi 44 dan 45 masing-masing sebesar 0,5 mm. Sisi kiri
kekurangan ruang sebesar 0,9mm, karena <1/4 MD P1 maka sesuai
hukum carey kekurangan diatasi dengan penggrindingan gigi 34 dan 35
masing-masing sebesar 0,5 mm.

4. Koreksi Malposisi Gigi Individual

A. Rahang Atas
Tahap I (Ekspansi), terdiri dari:
 Plat akrilik palatal
 Adam klamer yang diletakkan pada gigi 16 dan 26 dengan
stainless wire Ф 0,7mm
 Labial arch dengan U loop pada bagian 14 dan 24 dengan
stainless wire Ф 0,7mm
 Skrup ekspansi pada palatal base ke arah lateral

Jalannya Perawatan
o Adaptasi alat selama 3-7 hari
o Pengaktifan skrup sebagai alat ekspansi untuk menggerakkan
lengkung ke arah lateral sehingga didapatkan cukup ruang untuk

21
22

susuanan gigi geligi ideal. Skrup ekspansi ke arah lateral sejauh 2,3
mm dari lengkung awal. Pengaktifan plat ekspansi 2x ¼ putaran
(1/4 putaran membuka 0,18-0,2mm), untuk mencapai 1,3 mm pada
sisi kiri dan 1 mm pada sisi kanan maka dilakukan pemutaran
sebanyak 12 kali selama kurang lebih 12 minggu.

Tahap II (Plat Aktif), terdiri dari:


 Plat akrilik palatal
 Adam klamer yang diletakkan pada gigi 16 dan 26 dengan
stainless wire Ф 0,7mm
 Labial arch dengan U loop pada bagian 14 dan 24 dengan
stainless wire Ф 0,7mm, diaktifkan.
 Simple pada gigi 12 dengan stainless wire ɸ 0,6 mm
 Simple pada gigi 22 dengan stainless wire ɸ 0,6 mm

Jalannya Perawatan
o Adaptasi alat selama 3-7 hari
o Pada tahap plat aktif, dilakukan pengurangan verkelung pada region
anterior(palatal gigi 11). Kemudian pergaktifan alat dengan
menggunakan labial arch rahang bawah dengan stainless wire Ф
0,7mm. pengaktifan U loop labial arch dengan retensi maksimal untuk
meretraksi lengkung anterior sekaligus menuntun gigi dalam bentuk
lengkung yang sesuai dengan mempertahankan pergerakan gigi
posterior seminimal mungkin.
o Adam klamer Ф 0,7mm digunakan sebagai retensi plat aktif.
o Simple spring pada 12 mendorong mesial gigi kearah labial
o Simple spring pada 22 mendorong mesial gigi kearah labial

B. Rahang Bawah

22
23

I. Tahap I (Ekspansi), terdiri dari


 Plat akrilik pada bagian lingual
 Adam klamer yang diletakkan pada gigi 36 dan 46 dengan
stainless wire Ф 0,7mm
 Labial arch dengan u loop pada bagian 34 dan 44 dengan
stainless wire Ф 0,7mm, diaktifkan.
 Simple pada gigi 44 dengan stainless wire ɸ 0,6 mm
 Simple pada gigi 45 dengan stainless wire ɸ 0,6 mm
 Skrup ekspansi pada lingual base ke arah lateral
Jalannya Perawatan
o Adaptasi alat selama 3-7 hari
o Pengaktifan skrup sebagai alat ekspansi untuk menggerakkan lengkung
ke arah lateral sehingga didapatkan cukup ruang untuk susuanan gigi
geligi ideal. Skrup ekspansi ke arah lateral sejauh 2,3 mm dari
lengkung awal. Pengaktifan plat ekspansi 2x ¼ putaran (1/4 putaran
membuka 0,18-0,2mm), untuk mencapai 1,5 mm pada sisi kiri dan 0,9
mm pada sisi kanan maka dilakukan pemutaran sebanyak 12 kali
selama kurang lebih 12 minggu

II. Tahap II (Plat Aktif),terdiri dari


 Plat akrilik pada bagian lingual
 Adam klamer yang diletakkan pada gigi 36 dan 46 dengan
stainless wire Ф 0,7mm
 Labial arch dengan u loop pada bagian 34 dan 44 dengan
stainless wire Ф 0,7mm, diaktifkan.
 Simple pada gigi 44 dengan stailess wire ɸ 0,6 mm
 Simple pada gigi 45 dengan stailess wire ɸ 0,6 mm

Jalannya Perawatan
o Insersi plat aktif rahang bawah tahap II

23
24

o Pengurangan verkellung pada palatal gigi 44,45


o Pada tahap plat aktif II dilakukan Pengaktifan simple spring 44,45
untuk mendorong gigi kearah bukal. Dan pengaktifan labial arch untuk
menuntun gigi kearah lengkung ideal dengan retensi maksimal untuk
menjaga pergerakan gigi posterior seminimal mungkin..
o Adam klamer Ф 0,7 mm digunakan sebagai retensi plat aktif.

5. Penyesuaian Oklusi
Pengaturan malposisi gigi akan mengubah keseimbangan oklusal,
sehingga dapat menyebabkan traumatik oklusi. Maka dari itu,
diperlukan penyesuian oklusi setelah dilakukan koreksi malposisi
individual dengan cara :
 Pasien mengigit kertas artikulasi pada posisi sentrik dalam
keadaan mengunyah.
 Cek tonjol oklusal dan insisal gigi yang terdapat bekas
artikulating, menandakan adanya traumatik.
 Bagian tersebut dikurangi dengan bur finishing sampai tidak
terjadi trauma lagi dan dipolishing.

6. Pemasangan Retainer
Retainer adalah alat untuk stabilisasi gigi setelah selesai perawatan
ortodontik, jadi tidak berfungsi untuk menggerakkan gigi. Pemakaian
retainer bertujuan untuk mempertahankan gigi-gigi dan lengkung gigi
yang telah dikoreksi dan menunggu terjadinya proses aposisi di sekitar
gigi, sehingga gigi menjadi kokoh kembali dan perawatan tidak relaps
seperti semula.
Untuk mempertahankan posisi gigi-gigi setelah dirawat ortodontik,
dgunakan Hawley retainer yang terdiri dari :
 Plat dasar dengan verkeilung pada semua gigi
 Klamer adam dengan stainless wire Ф 0,7mm

24
25

 Labial arch dengan stainless wire Ф 0,8mm dipasang dalam


keadaan pasif
Instruksi yang diberikan pada pemakaian retainer adalah :
a. Retainer dipakai siang dan malam (hanya dilepas pada makan dan sikat
gigi) selama 3 bulan pertama. Kontrol sebulan sekali untuk mengetahui
derajat imobilisasi atau kegoyahan gigi yang telah terkoreksi.
b. Jika selama 3 bulan pertama masih terdapat kegoyah gigi, maka
pemakaian retainer dengan cara yang sama diperpanjang 3 bulan lagi.
Dicek apakah setiap pemakaian kembali terasa sesak atau pas. Kontrol
setiap 1 bulan sekali.
c. Jika setelah 3 bulan kedua alat masih tersa sesak jika dipakai, maka
pemakaian dilanjutkan 3 bulan dengan kontrol setiap bulan sekali. Jika
pada pemakaian alat dirasa sudah pas maka, untuk bulan ketiganya alat
dipakai pada malam hari. Kontrol 1 bulan sekali.
d. Jika bulan ketiga sudah pas, maka retainer dihentikan, kontrol 3 bulan
berikutnya untuk pemeriksaan terakhir. Jika masih dicurigai relaps
sebaiknya retainer tetap dipakai pada malam hari selama 3 bulan
dengan kontrol setiap bulan sekali.

25
26

GAMBAR ALAT

Rahang Atas
Tahap 1

Keterangan :
1. Labial arch Ф 0,7 mm
2. Adam’s klamer Ф 0,7 mm
3. Basis plat rahang atas
4. Skrup ekspansi

Rahang Bawah
Keterangan :
1. Labial arch Ф 0,7 mm
2. Adam’s klamer Ф 0,7 mm
3. Basis plat rahang atas
4. Skrup ekspamsi

26
27

Tahap II
Rahang Atas

Keterangan :
5. Labial arch Ф 0,7 mm
6. Adam’s klamer Ф 0,7 mm
7. Basis plat rahang atas
8. Simple spring pada gigi 12
dan 22

Rahang Bawah
Keterangan :
5. Labial arch Ф 0,7 mm
6. Adam’s klamer Ф 0,7 mm
7. Basis plat rahang atas
8. Simple spring pada gigi 44
dan 45

27
28

Retainer RA

Retainer RA, dilengkapi dengan:


1. Labial arch dengan stainless wire  0,8 mm
2. Adam klamer dengan stainless wire  0,7 mm
3. Plat akrilik

Retainer RB

Retainer RB, dilengkapi dengan:


4. Labial arch dengan stainless wire  0,8 mm
5. Adam klamer dengan stainless wire  0,7 mm
6. Plat akrilik

28
29

PROGNOSIS

Hasil perawatan diharapkan lebih baik mengingat pasien kooperatif dan


mimiliki motivasi tinggi, keadaan jaringan periodontal baik, serta keadaan sosial
ekonomi pasien mendukung.
Indikasi Perawatan : Kuratif

Yogyakarta, 12 Oktober 2017

Menyetujui,
Dokter Gigi Pembimbing Operator

Drg. Novarini.,Sp.Ort Mierza Farizi, S.KG

29

Anda mungkin juga menyukai