Pemeriksaan objektif :
a. Pemeriksaan Ekstra Oral
Tidak ada kelainan/ keluhan pada jaringan sekitar kepala, leher, TMJ dan jaringan
limponodi pasien.
Blanche Test :
Tarik frenulum labialis keatas. Perhatikan papilla interdental didaerah palatal
(papila palatinal). Jika daerah tersebut tampak pucat (ischemia), berarti
diastema disebabkan oleh migrasi frenulum labialis ke arah palatum.
e. Foto klinis :
b. Pemeriksaan objektif
Terdapat lipatan mukobukal mendekati papila interdental insisivus sentralis atas
Vital sign :
Tekanan darah : 117/77 mmHg
Pernafasan : 20 x per menit
Nadi : 80 x per menit
Suhu : afebris
BB : 57 kg
TB : 160 cm
Jarak inter insisivus sentralis : 2 mm
c. Assessment
Diagnosis : frenulum labialis tinggi
d. Planning
1. Komunikasi, informasi dan edukasi mengenai penatalaksanaan frenektomi dan
instruksi perawatan pasca frenektomi
2. Frenektomi
3. Kontrol dan evaluasi
e. Foto Klinis
f. Tahapan Perawatan
1. Pemberian lokal anastesi pada distal dan mesial frenulum masing-masing 1 cc, serta
injeksi anastesi ½ cc di bagian palatal untuk injeksi nervus nasopalatina.
3. Insisi horisontal dibuat dengan menggunakan pisau Swan-Morton no.11 dan no.12
pada mukogingival-junction. Insisi pertama di daerah superior dari hemostat untuk
melepaskan perlekatan dengan bibir.
4. Kemudian bagian frenulum labialis di daerah inferior hemostat kita insisi untuk
melepaskan dari mukosa alveolaris maupun dasar frenulum. Mukosa tersebut
dihilangkan sampai dasar periosteum termasuk serabut-serabutnya juga dihilangkan.
Dengan adanya diastema ini maka pengambilan jaringan periosteumnya sampai ke
bagian palatinal.
5. Mukosa tersebut dijahit dengan jaringan periodontal di bawahnya dengan jahitan
interupted.
6. Kasa dapat dipasang untuk mengontrol perdarahan atau dengan irigasi dengan saline
selama 3-5 menit.
7. Lakukan dressing dengan mengaplikasikan Periodontal pack di atas tempat
penjahitan. Setelah 1-2 minggu jahitan dan dressing dapat dilepas. Proses pemulihan
yang sempurna berlangsung selama ± 1 bulan
8. Diberikan obat antibiotik dan analgesik dengan resep sebagai berikut :
R/ Amoxicillin tab 500 mg No. XV
S. 3 dd tab 1 pc.
R/ Asam mefenamat tab 500 mg No. V
S.p.r.n tab 1 pc.
c. Assessment
Diagnosis : frenulum labialis rendah
Proses pentupan dan penyembuhan luka baik.
d. Treatment planning
1. Komunikasi, informasi dan edukasi mengenai cara menjaga kesehatan gigi dan
mulut
2. Pelepasan periodontal pack dan hecting
3. Kontrol dan evaluasi
e. Foto Klinis
Letak frenulum yang normal terhadap jaringan periodontal adalah melekat pada
gingiva cekat sehingga pada waktu berfungsi tidak menimbulkan tarikan yang berlebih
( Grant, 1986). Perlekatan frenulum tinggi pada bibir atas terjadi pada permukaan labial
antara insisivus sentralis maksila, adanya perlekatan ini berakibat timbulnya gingivitis
dan diastema sentral1. Perlekatan frenulum tinggi pada area insisivus sentralis maksila
ini lebih banyak insidensinya dibanding pada mandibula baik pada sisi labial maupun
lingualnya.
b) Frenulum sedang adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar sampai
dengan gingiva cekat.
c) Frenulum tinggi adalah seluruh frenulum melekat pada mukosa alveolar sampai
dengan gingiva cekat dan gingiva tepi.
Penggunaan scalpel pada frenektomi merupakan teknik yang umum dalam bedah
di bidang kedokteran gigi, namun memiliki beberapa kelemahan diantaranya adalah
banyaknya perdarahan. Perdarahan pada frenektomi dapat diminimalisir dengan
penggunaan electrosurgery,atau dapat dilakukan dengan memodifikasi teknik sayatan
yang ada. Prosedur frenektomi pada umumnya dilakukan dengan insisi di atas dan di
bawah clamp yang menyebabkan luka sobek yang melebar berbentuk belah ketupat
karena adanya tarikan otot bibir, luka yang lebar pada area bibir menyebabkan banyak
kapiler yang terbuka yang berakibat perdarahan. Pada laporan kasus Incision below the
Clamp (IBC) (Suryono) dipaparkan teknik insisi modifikasi yang ditujukan untuk
mengurangi perdarahan saat frenektomi dengan menggunakan pisau. Pada laporan
kasus ini adalah pertama, penempatan penempatan klamp sejajar dan menempel pada
mukosa pipi, kedua, melakukan insisi di bawah klamp dan dilanjutkan dengan
penjahitan segera setelah insisi pada area mucolabial fold. Hasil pengamatan
menunjukkan bahwa insisi yang dilakukan di bawah clamp tidak menyebabkan luka
yang melebar pada mukosa bibir,hal ini dikarenakan tarikan muskulus orbicularis oris
kearah lateral tertahan oleh clamp, dan tindakan penjahitan yang dilakukan segera
setelah insisi pada puncak sayatan akan menahan tarikan otot paska dilepasnya klamp.
Minimalisasi perdarahan yang terjadi, serupa dengan frenektomi yang dilakukan
dengan menggunakan electrosurgery.
Penatalakasanaan post-frenektomi
Instruksi pada pasien :
Minum obat yang telah diresepkan secara teratur.
Hindari makanan dan minuman yang panas.
Jangan berkumur terlalu sering.
Jika perdarahan terus berlanjut, aplikasikan moistened gauze atau moistened tea bag.
Hindari aktivitas fisik yang berlebihan.
Hindari minuman beralkohol dan merokok post-frenektomi.
Jangan menyentuh area post-frenektomi dengan menggunakan tangan atau lidah.
Evaluasi tindakan
1. Pada saat menginsisi muksosa frenulum, lakukan dengan mantap dan diusahakan dalam
sekali incisi.
2. Saat meretraksi bibir atas, pastikan tidak menutupi hidung sehingga tidak mengganggu
pernapasan pasien.
3. Daerah pasca insisi harus diperiksa kembali untuk mengetahui tidak ada mukosa yang
tertinggal pada daerah incisi.
4. Kerja sama tim sangat diperlukan.
IV. Refleksi kasus
Pada kasus ini frenektomi dilakukan dengan teknik konvensional, jarak inter insisivus
sentralis atas mula-mula adalah 2 mm saat dihitung pada kunjungan pertama, dan
pada kunjungan ke 3 jarak inter insisivus menjadi 1,8 mm. Penutupan diastema
sebesar 0,2 mm selama 1 minggu, pentupan diastema tidak terjadi secara cepat karena
pasien bukan dalam periode gigi bercampur (diastema akan tertutup bila gigi kaninus
erupsi). Tidak ada kesulitan saat melakukan frenektomi dan proses penyembuhan
pasca frenektomi baik.
Daftar Pustaka
1. Suproyo Hartati, drg. 2009. Penatalaksanaan Penyakit Jaringan Periodontal Edisi 2.
Kanwa Publisher. Yogyakarta.
2. Carranza Jr & NewmanG.M: Clinical Periodontology, 9th. ed., W.B Saunders
Company, Philadelphia, 2002: 112-113.
3. Grant D A, SternIB, &Everett FG: Orban’s Periodontics, 4th ed., Mosby Company,
St. Louis, 1972: 530-55, 571-76.
4. Koora K, Muthu MS, &Rathna PV. 2007.Spontaneous Closure of Midline Diastema
Following Frenectomy.J Indian Soc Pedod Prev Dent,;25(1):23-6
5. Foster T D:Buku Ajar Ortodonsi, ed. III, EGC, Jakarta, 1999: 153-6.
6. Suryono.2011. Incision Below The Clamp Sebagai Modifikasi Teknik Insisi Pada
Frenektomi Untuk Minimalisasi Perdarahan, Majalah Kedokteran Gigi, Vol. 18/2, pp.
187-190.