Anda di halaman 1dari 16

PERIODONTAL TISSUE DISEASE

A. SKENARIO 1
Pasien wanita berusia 55 tahun datang dengan keluhan bengkak pada
gingiva dalam beberapa bulan ini. Pasien merasa sangat tidak nyaman terutama
saat mengunyah dan kadang-kadang disertai perdarahan spontan. Pasien
memiliki riwayat hipertensi sejak beberapa tahun dan sedang dalam pengobatan
yaitu Amlodipine 5mg, Metoprolol 100mg, dan Aspirin 75 mg yang diminum
setiap hari, serta Lovastatin sebagai obat tambahan untuk kontrol kolesterol.
Keadaan umumnya tampak baik. Pada pemeriksaan intraoral, terdapat
pembesaran gingiva pada labial/bukal dan palatal/lingual dari gigi atas dan
bawah. Interdental papilla mengalami peradangan dan berlobul terutama pada
gigi anterior yang bawah. Kebersihan mulutnya sangat buruk dengan banyaknya
plak dan kalkulus. BOP (+) pada semua daerah yang terkena. Adanya poket
sedalam 3-9 mm yang diketahui sebagai pseudopoket. Terdapat sisa akar pada
gigi 12 yang tertutup oleh gingiva dan terdapat karies pada gigi 21 dan 23.

1. Pemeriksaan Subjektif
a. CC : Pasien datang dengan keluhan pada gingiva terdapat
pembengkakan
b. PI : Pasien merasa tidak nyaman saat mengunyah dan kadang disertai
perdarahan spontan
c. PDH :-
d. PMH : Pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan berupa
antihipertensi yaitu Amlodipine 5mg, Metoprolol 100mg, dan Aspirin 75
mg yang diminum setiap hari, serta Lovastatin sebagai obat tambahan
untuk kontrol kolesterol.
e. FH : Memiliki riwayat penyakit sistemik yaitu hipertensi
f. SH :-
2. Pemeriksaan Objektif
Hasil pemeriksaan intraoral, terdapat pembesaran gingiva pada labial/bukal
dan palatal/lingual dari gigi atas dan bawah. Interdental papilla mengalami
peradangan dan berlobul terutama pada gigi anterior yang bawah.
Kebersihan mulutnya sangat buruk dengan banyaknya plak dan kalkulus.
BOP (+) pada semua daerah yang terkena. Adanya poket sedalam 3-9 mm
yang diketahui sebagai pseudopoket. Terdapat sisa akar pada gigi 12 yang
tertutup oleh gingiva. Terdapat karies pada gigi 21 dan 23.
3. Diagnosis
Gingiva Enlargement (Drug-induced enlargement)
4. Rencana Perawatan
a. Phase 1 atau non surgical : Scalling Root Planing (SRP), Dental Health
Education (DHE), Subtitusi obat-obatan dengan merujuk pasien ke dokter
yang menangani penyakit jantung. Pasien diharapkan kontrol kembali 1
minggu kemudia (Taib. dkk, 2007).
b. Pada kunjungan ke dua dilakukan phase 4 atau maintenance dan evaluasi:
memeriksa kembali kedalaman poket, perubahan kontur gingiva dan
pemeriksaan OHI. Jika masih terdapat gingiva enlargement dan OHI
buruk maka dilakukan gingivectomy, pemberian medikasi dan DHE
(Taib. dkk, 2007).
c. Gingivectomy dilakukan pada phase 2 yaitu surgical. Menurut Andriani,
(2009) teknik gingivectomy lebih efektif jika menggunakan aplikasi laser,
berikut teknik gingivectomy :
1) Ukur kedalam poket dengan menggunakan pocket probe
2) Lakukan lokal anestesi untuk penghilang rasa sakit saat dilakukan
gingivectomy
3) Tandai kedalaman pocket dengan pocket marking forceps
4) Insisi pada gingiva, dengan ketentuan 1 mm lebih apical dari dasar
pocket
5) Bevel 45o ke arah koronal (eksternal bevel)
6) Lakukan insisi dengan mantap, setelah gingiva terinsisi kemudian
hilangkan gingiva yang telah terpotong, sehingga tampak tepi gingiva
yang belum terbentuk dengan baik secara fisiologis.
7) Lakukan gingivoplasi untuk merapihkan bentuk tepi gingiva, sehingga
menghasilkan kontur gingiva yang baik
8) Kuretase dilakukan untuk membersihkan seluruh jaringan granulasi
9) Hilangkan kalukulus dan plak dengan scaling root planning (SRP)
pada bagian subgingiva
10) Irigasi dengan menggunakan larutan saline yang dicampur
clorohexidine
11) Keringkan bagian gingiva yang telah dilakukan gingivectomy dengan
catton roll, kemudian aplikasikan pack (Coe-Pack) untuk menutupi
bagian yang telah dilakukan pembedahan.
d. Pasien diharapkan kontrol kembali seminggu setelah dilakukan
pembedahan, untuk dilakukan pelepasan bahan pack dan dilakukan fase 4
yaitu maintenance.
e. Setelah dilakukan fase maintenance, pasien diberikan tindakan berupa
fase 2 yaitu fase surgical pada sisa akar gigi 12.
f. Pasien diharapkan kembali untuk kontroling pada fase maintenance,
setelah dianggap tidak ada keluhan, pasien dilakukan tindakan fase 3
yaitu fase restorative pada gigi 21 dan 23 yang mengalami karies.
Kemudian dievaluasi pada fase maintenance.
5. Pembahasan Penentuan Diagnosis
Menurut Caranza. dkk, (2012), gingiva enlargement yaitu suatu
pertumbuhan atau peningkatan ukuran gingiva yang berasal dari kealinan
gingiva. Gingiva enlargement terdiri dari beberapa klasifikasi yang
berdasarkan faktor patologisnya, yaitu :
a. Infalammtory enlargement
1) Chronic
2) Acute
b. Drug-Induced enlagement
1) General information
2) Anticonvulsant
3) Immunosuppresants
4) Calcium channel blockers
c. Enlargement associated eith systemic diseases or conditioned
1) Conditioned enlargement
a) Pregnancy
b) Puberty
c) Vitamin C deficiency
d) Plasama Cell gingivitis
e) Nonspecific conditioned enlargement
2) Systemic disease causing gingival enlargement
a) Leukemia
b) Granulomatous diseases
d. Noeplastic enlargement (gingival tumor)
1) Benign tumors
2) Malignant tumors
e. False enlargement
Berdasarkan kriteria lokasi dan penyebearannya, menurut Caranza ….
gingival enlargement terdiri dari :
a. Localized : hanya mengenai gingiva pada satu gigi atau beberapa gigi
pada region tertentu
b. Generalized : mengenai seluruh gingiva pada rongga mulut
c. Marginal : mengenai bagian marginal gingiva
d. Papillary : mengenai bagian interdental papilla
e. Diffuse : mengenai bagian marginal, attached gingival dan papilla
f. Discrete : terbentuk sessile atau pedunculated, tumorlike enlargement
Pada kasus diatas, pasien mengalami pembesaran pada gingiva yang
disebabkan oleh obat-obatan yang pasien konsumsi yaitu amlodipine atau obat
antihipertensi, sehingga diagnosis yang teapat yaitu gingiva enlargement drug
induced dengan penyebarannya hampir menyeluruh pada bagian rongga mulut
yaitu generalized serta lokasinya difuse pada bagian marginal, attached dan
papilla gingiva (Taib. dkk, 2007).

B. SKENARIO 2
Pasien laki-laki 31 tahun datang dengan keluhan pembengkakan gusi dan
ketidaknyamanan di gusi kanan bawah belakang sejak 4 hari yang lalu. Pasien
merasa sakit dan kesulitan untuk mengunyah. Pada pemeriksaan intraoral
terdapat plak dan kalkulus di beberapa gigi. Pembengkakan dan eritema pada
gingiva terlihat di area lingual gigi 46 (Gambar 1). Terdapat mobilitas gigi 46
derajat 2, tes perkusi dan tes vitalitas negatif. Pemeriksaan probing terdapat
poket sedalam 5,5 mm dengan furcation involvement grade 2 menggunakan
probe Naber’s furcation (Gambar 2). Pemeriksaan radiografi periapikal terdapat
gambaran radiolusen periapikal di akar distal dan daerah furkasi gigi 46 (Gambar
3). Kondisi umum pasien dalam keadaan baik.
1. Pemeriksaan Subjektif
a. CC : Pasien datang dengan keluhan pembengkakan pada gusi dan
ketidaknyamanan digusi kanan bawah belakang
b. PI : Pasien mengalami pembengkakan gusi selama 4 hari yang
lalu. Pasien merasakan sakit dan kesulitan untuk mengunyah
c. PDH :-
d. PMH :-
e. FH :-
f. SH :-
2. Pemeriksaan Objektif
Hasil pemeriksaan intraoral, terdapat plak dan kalkulus di beberapa gigi.
Pembengkakan dan eritema pada gingiva terlihat di area lingual gigi 46.
Terdapat mobilitas gigi 46 derajat 2, tes perkusi dan tes vitalitas negatif.
Pemeriksaan probing terdapat poket sedalam 5,5 mm dengan furcation
involvement grade 2 menggunakan probe Naber’s furcation. Pemeriksaan
radiografi periapikal terdapat gambaran radiolusen periapikal di akar distal
dan daerah furkasi gigi 46 (Gambar 3). Kondisi umum pasien dalam keadaan
baik.
3. Diagnosis
Abses Periodontal Disease
4. Rencana Perawatan
a. Tahap pertama yaitu emergency phase yaitu dengan berupa insisi drainase
pada abses periodontal yang berada di gigi 46. Insisi drainase terdapat dua
teknik yaitu drainase melalui poket dan drainase melalui eksternal insisi.
Berikut teknik penggunaan drianase melalui sulkus dan eksternal insisi :
1) Drainase melalui pocket
Drainase melalui pocket yang pertama kali dilakukan yaitu anestesi
terlebih dahulu untuk operasi flap periodontal pada daerah abses.
Setelah itu dinding pocket diretraksi dengan probe atau kuret untuk
mendapatkan drainase langsung melalui muara pocket. Lakukan
penekanan dengan jari secara halus untuk mengeluarkan pus, irigasi
dapat dilakukan untuk membersihkan eksudat dan dasar pocket yang
tersisa. Apabila daerah abses besar, maka prosedur scalling dan
kuretase sebaiknya ditunda sampai tanda klinis berkurang dengan
terapi antibiotik.
2) Drainase melalui eksternal insisi
Anastesi lokal atau topical merupakan tindakan pertama yang
dilakukan pada saat akan melakukan drainse eksternal insisi. Lakukan
insisi pada daerah abses yang dianggap terdapat fluktuatif dengan cara
dipalpasi terlebih dahulu, setelah ditemukan kemudian dilakukan insisi
dan drainse cairan abses hingga bersih.
Kemudian pasien diberikan medikasi pasca drainse abses dengan
antibiotik berupa penicillin 250-500 mg, amoxyclin 250-500 mg atau
metronidazole 250mg, serta pemberian analgesic dan instruksikan pasien
kontrol kembali 5 hari yang akan datang.
b. Kunjungan kedua berupa maintenance phase yaitu dengan pemeriksaan,
evaluasi dan kontrol plak
c. Kunjungan ketiga berupa restorative phase yaitu perawatan saluran akar
pada gigi yang non vital
d. Kemudian pada kunjungan selanjutnya yaitu phase maintenance dan phase
surgical yaitu dengan pemberian bone graft pada daerah furkasi. Sebelum
dilakukan bone graft, pasien terlebih dahulu dilakukan anestesi lokal,
kemudian lakukan tindakan open flap dan aplikasi bone graft. Setelah
selesai aplikasi bone graft daerah yang telah di lakukan tindakan kemudian
jaringan lunak dilekatkan kembali dengan teknik suturing menggunakan
surgical silk.
5. Pembahasan Penentuan Diagnosis
Abses periodontal dapat berasal dari periodontitis kronis yang terjadi
karena berbagai faktor predisposisi (Patel. Dkk, 2011).Berbagai faktor
predisposisi yang akan mempermudah terbentuknya abses yaitu :
a. Perubahan komposisi dari mikroflora
b. Virulensi bakteri atau pada respon jaringan dapat membuat tidak
efisiennya pembuangan pus dari lumen
c. Bentuk poket yang kompleks yang berhubungan dengan furkasi gigi molar
akan memudahkan terbentuknya abses
d. Perawatan scalling yang tidak sempurna
e. Impaksi benda asing
f. Infeksi kista lateral
g. Trauma terhadap gigi yang mengakibatkan gigi patah pada bagian akarnya
h. Terjadi perforasi lateral pada gigi yang sedang dirawat endodontic
i. Pemberian antibiotik secara sistemik tanpa dilanjutkan dengan skeling
subgingiva pada pasien dengan periodontitis parah akan mengakibatkan
perubahan pada komposisi mikrobiota subgingiva yang dapat
menghasilkan infeksi yang lebih parah.
Abses periodontal secara khas terjadi pada aspek lateral akar gigi.
Secara klinis terlihat pembengkakan, warna kemerahan, gingiva tampak
mengkilap, dapat berbentuk seperti kubah, dapat pula menyatu pada satu titik
atau fistula. Jika abses tidak segera ditangani dapat menyebabkan kehilangan
gigi. Pasien dengan abses periodontal memiliki gejala seperti demam,
dehidrasi, pembengkakan yang terjadi dengan cepat, trismus, rasa sakit yang
hebat, kesulitan saat berbicara, dan menelan. Kondisi abses periodontal yang
bersifat lokal akan dapat menjadi berbahaya bila dibiarkan saja, karena abses
ini dapat cepat menyebar dan semakin parah sehingga mempengaruhi kondisi
sistemik (Patel. Dkk, 2011).
Berdasarkan skenario diatas, Menurut Caranza. dkk, (2012), diagnosis
abses periodontal termasuk primary periodontal lesion with secondary
endodontic involvement karena biasanya ditandai dengan adanya penyakit
periodontitis yang parah sampai terjadi keterlibatan daerah furkasi,
periodontitis yang parah dekat ujung apikal akan mengakibatkan infeksi
pulpa, dapat terjadi pada gigi tanpa karies atau tambalan yang non vital.

C. SKENARIO 3
Seorang pasien laki-laki berusia 40 tahun dating ke klinik dokter gigi
dengan keluhan gigi depan atas dan bawah sakit terus-menerus sejak semalam.
Gusi pasien juga bengkak, mudah berdarah, dan pasien juga merasakan demam.
Pemeriksaan klinis gingiva gigi ditemukan eritema, ulcer pada papilla dan
marginal gingiva, mudah berdarah saat tersentuh makanan. Beberapa bagian
gingiva rusak yang ditutupi oleh kotoran berwarna abu-abu kekuningan. Palpasi
daerah kelenjar submental (+). Pemeriksaan radiografis tidak ditemukan
kerusakan tulang. Pasien tidak mengonsumsi obat dan tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik. Di keluarga pasien juga tidak ada yang mengalami hal serupa.
Pasien mengaku akhir-akhir ini sering kerja lembur dan jarang menyikat gigi
ketika malam hari karena terlalu lelah.
1. Pemeriksaan Subjektif
a. CC : Pasien datang dengan keluhan gigi depan atas dan bawah
sakit terus-menerus
b. PI : Pasien mengeluh sejak semalam.
c. PDH :-
d. PMH : Pasien tidak mengkonsumsi obat-obatan
e. FH : Riwayat keluarga pasien tidak ada yang mengalam kejadian
yang sama, serta tidak memiliki riwayat penyakit sistemik
f. SH : Pasien memiliki kebiasaan jarang menyikat gigi ketika malam
hari dan sering melakukan kegiatan kerja lembur
2. Pemeriksaan Objektif
Hasil pemeriksaan objektif gusi pasien mengalami pembengkakan, mudah
berdarah, dan kondisi pasien demam. Pemeriksaan klinis intraoral gingiva gigi
ditemukan eritema, ulcer pada papilla dan marginal gingiva, mudah berdarah.
Beberapa bagian gingiva rusak yang ditutupi oleh kotoran berwarna abu-abu
kekuningan. Palpasi daerah kelenjar submental (+). Pemeriksaan radiografis
tidak ditemukan adanya kerusakan tulang.
3. Diagnosis
Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)
4. Rencana Perawatan
a. Meringankan infalmasi akut dengan cara mengurangi mikroba dan
membuang jaringan nekrotik
b. Mengobati penyakit kronis yang mendasarinya
c. Meringankan gejala umum seperti demam
d. Mengoreksi kondisi sistemik atau faktor yang menjadi predisposisi awal
Berdasarkan rencana perawatan pasien dilakukan suatu perawatan dengan
beberapa kunjungan, yaitu :
1) Kunjungan pertama atau fase emergency :
a) Isolasi atau swab dengan menggunakan cotton roll dan dikeringkan
b) Aplikasi anestesi topical
c) Usap perlahan dengan cotton pellet basah untuk membuang
pseudomembran dan debris
d) Bersihkan dengan air hangat atau saline
e) Lakukan SRP pada bagian superficial gingiva
f) Berikan medikasi berupa amooksisilin 500 mg dan metronidazole
500 mg
g) Lakukan DHE kepada pasien
2) Kunjungan kedua atau fase maintenance :
a) Evaluasi (rasa nyeri pada pasien dan perubahan pada gingiva)
b) Jika rasa sakit hilang kemudia lakukan SRP
c) Lakukan DHE kepada pasien
5. Pembahasan Penentuan Diagnosis
NUG atau Necrotizing Ulcerative Gingivitis suatu penyakit gingiva
yang disebabkan adanya peran mikroba yang diperparah oleh gangguan
respon tubuh terhadap bakteri. Bakteri yang terlibat dalam NUG diantaranya
Spirochetes, Treponema microdentium, Bacillus fusifomis, Fusobcaterium,
Prevotela intermedia, Filamentous organism. NUG merupakan salah satu
manifestasi dari infeksi HIV. Tanda klinis pada pasien penderita (NUG)
ditandai dengan adanya suatu ulserasi atau nekrosis pada papilla dan marginal
gingiva yang dilapisi oleh lapisan berwarna putih kekuningan atau abu-abu
yang disebut dengan adanya pseudomembarane, perdarahan spontan, nyeri,
adanya bleeding on probing dan halitosis atau bau mulut (Menon, 2017).
NUG dapat berprogres menjadi Necrotizing Ulcerative Periodontitis
(NUP) jika penangannya tidak dilakukan segera. Perbedaan NUG dengan
NUP yaitu pada NUP bukan hanya mengenai gingva namun jaringan
periodontal termasuk tulang alveolar mengalami destruksi tulang. Menurut
Horning dan Cohen, (1995), stage NUG mencapai NUP diantaranya :
a. Stage NUG
1) Stage 1 : Nekrosis pada ujung papilla interdental
2) Stage 2 : Nekrosis pada seluruh papilla interdental
3) Stage 3 : Nekrosis meluas ke margin gingiva
b. Stage NUP
1) Stage 4 : Nekrosis meluas ke attached gingiva
2) Stage 5 : Nekrosis meluas ke mukosa bukal dan labial
3) Stage 6 : Nekrosis mengenai tulang alveolar
4) Stage 7 : Nekrosis menembus kulit pipi (NOMA)

D. SKENARIO 4
Seorang pasien wanita berusia 21 tahun datang ke Department of
Periodontology and Oral Implantology dengan keluhan utama adanya
perdarahan pada gusi selama 3 bulan ketika menyikat gigi. Pasien tersebut
mengatakan bahwa tidak memiliki penyakit sistemik dan untuk riwayat keluarga,
pasien mengatakan bahwa ibunya telah kehilangan sebagian besar giginya pada
awal dekade ke-4. Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum
alkohol. Pemeriksaan intraoral menunjukkan adanya deposit plak dan kalkulus
minimum. Namun, margin gingiva terlihat eritematosa dengan pembesaran
gingiva pada gigi anterior bawah. Pemeriksaan intraoral pada gigi #16, #21, #26
dan #46 menunjukkan adanya perdarahan dan mobilitas gigi 1. Terdapat
diastema 2mm di antara gigi insisivus sentral rahang atas. Pemeriksaan intraoral
pada empat gigi molar pertama dan insisiv sentral menunjukkan kedalaman poket
berkisar 5-8 mm dan CAL 2-5 mm. Orthopantomogram menunjukkan resorpsi
tulang vertikal pada gigi # 16, # 21, # 26, # 35 dan # 46. Pemeriksaan darah
lengkap dan glukosa darah puasa dan acak, berada di dalam batas normal.
1. Pemeriksaan Subjektif
a. CC : Pasien datang dengan dengan keluhan utama adanya
perdarahan pada gusi ketika menyikat gigi.
b. PI : Pasien mengeluh sejak 3 bulan terakhir
c. PDH :-
d. PMH :-
e. FH : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit sistemik, namun
pasien mengatakan bahwa ibunya telah kehilangan sebagian besar giginya
pada awal dekade ke-4.
f. SH : Pasien tidak mempunyai kebiasaan merokok dan minum
alkohol
2. Pemeriksaan Objektif
Hasil pemerikasaan intraoral menunjukkan adanya deposit plak dan kalkulus
minimum. Namun, margin gingiva terlihat eritematosa dengan pembesaran
gingiva pada gigi anterior bawah. Pemeriksaan intraoral pada gigi #16, #21,
#26 dan #46 menunjukkan adanya perdarahan dan mobilitas gigi 1. Terdapat
diastema 2mm di antara gigi insisivus sentral rahang atas. Pemeriksaan
intraoral pada empat gigi molar pertama dan insisiv sentral menunjukkan
kedalaman poket berkisar 5-8 mm dan CAL 2-5 mm. Orthopantomogram
menunjukkan resorpsi tulang vertikal pada gigi # 16, # 21, # 26, # 35 dan #
46. Pemeriksaan penunjang berupa darah lengkap dan glukosa darah puasa
dan acak, berada di dalam
3. Diagnosis
Generalized Aggrresive Periodontitis
4. Rencana Perawatan
a. Kunjungan pertama yaitu melakukan tindakan fase non-surgical
diantaranya tindakan scalling root planning, baik pada supragingival
ataupun subngingival dengan disertai kuretasi untuk menghilangkan
jaringan granulasi atau jaringan yang terinfeksi. Pemberian obat-obatan
berupa kombinasi antibiotik ( amoxisilin 500 mg + metronidazole 400 mg
3x sehari untuk 8 hari) dan analgesik (ibuprofen 400 mg), serta obat
kumur (Shrestha, 2017)
b. Kunjungan kedua yaitu dilakukan fase maintenance, untuk dilakukan
pemeriksaan kembali intra oral, OHI, probing deep serta BOP. Jika
mengalami peningkatan atau normal OHI nya dan tidak ditemukan
probing deep serta BOP (-) maka pasien hanya diberikan DHE, namun jika
terdapat OHI buruk maka dilakukan scalling root planning kembali pada
bagian supragingiva dan subgingiva.
5. Pembahasan Penentuan Diagnosis
Periodontitis agresif dibedakan dengan periodontitis kronis
berdasarkan onset usia, kecepatan progresi, sifat dan komposisi kumpulan
mikroflora gingiva, perubahan respon imun host dan riwayat keluarga dari
penyakit sistemik. Periodontitis agresif merupakan suatu penyakit yang
menyerang jaringan penyangga gigi dengan karakteristik onset cepat yang
melibatkan kerusakan jaringan ligament periodontal dan tulang alveolar.
Kecepatan kerusakan jaringan periodontal dan tulang alveolar pada
periodontitis agresif empat kali lebih cepat dibandingkan dengan periodontitis
kronis (Shrestha, 2017).
Patologis terjadinya periodontitis agresif disebabkan karena adanya
interaksi antara faktor host dan bakteri. Umumnya bakteri yang mendominasi
periodontitis agresif yaitu Aggregatibacter actinomycetemcomitans. Adanya
akumulasi plak yang menyebabkan peningkatan bakteri yang terkait dengan
periodontitis agresif diperburuk karena adanya faktor genetik dan lingkungan.
Menurut Caranza. dkk, (2012) periodontitis agresfi berdasarkan penyebaranya
dibagi menjadi dua yaitu localized dan generalized.
a. Localized : Terdapat attachment loss pada gigi insisiv dan molar pertama
dan interproximal pada dua gigi permanen atau lebih dengan melibatkan
molar pertama, serta dua gigi atau kurang selain gigi insisiv dan molar
pertama.
b. Generalized : Terdapat attachment loss pada tiga gigi atau lebih dari gigi
insisiv dan molar pertama.
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, I., 2009, Perawatan Pembesaran Gingiva dengan Gingivektomi, Mutiara


medika, Vol.9(1):69-73.
Caranza, F.A., Newman, M.G., Takei, H.H., Klokkevold, P.R., 2012, Carranza’s
Clinical Periodontology, 11th ed, Saunders Elsevier, China.
Chandrashekar, K.T., Saxena, C., 2010, Hopeless to hopeful: a clinical study on
management of periodontal abscess with grade II furtacion involvement-
endodontic and periodontal interdisciplinary approach:case report, Rev Clín
Pesq Odontol. Vol.6(1):107-112
Horning, G. M., Cohen, M. E., 1995, Necrotizing Ulcerative Gingivitis,
Periodontitis, and Stomatitis: Clinical Staging and Predisposing Factors,
Journal Periodontol, Vol.66(11):990-998.
Menon, S.R., 2017, Periodontal Diseases in HIV, The Internet Journal of Dental
Science, Vol.14(1):1-6.
Patel VP, Kumar S, Patel A. 2011, Periodontal Abscess. Journal of Clinical and
Diagnostic Research, Vol.5(2):9-404
Shrestha, J., 2017, Conservative Surgical Management of Localized Aggressive
Periodontitis: A Case Report, JMSCR, Vol.05(06): 23821-23825.
Taib, H., Ali, T.B.T., Kamin, S., 2007, Amlodipine-induced gingival overgrowth: a
case report, Archives of Orofacial Sciences, Vol.2:61-64.

Anda mungkin juga menyukai