Dosen Pembimbing:
drg. Inneke Cahyani, MDSc., Sp.Perio
Disusun Oleh:
Hani Kurnia Marlina
G4B016063
Komponen
Pembelajaran
Daring Resume Diskusi Tindakan Kontrol
Nilai
Tanda Tangan
DPJP
A. Gingival enlargement
Pembesaran gingiva atau dikenal dengan gingiva enlargement
merupakan jaringan gusi yang membesar secara berlebihan diantara gigi dan
atau daerah servikal gigi. Istilah pembesaran gingiva disebut sebagai
hypertrophic gingivitis atau hiperplasia gingiva. Hiperplasi merupakan
penambahan jumlah sel sedangkan hipertropi adalah peningkatan ukuran sel.
Pembesaran gingiva diartikan sebagai suatu keadaan dimana ukuran gingiva
bertambah dari ukuran normal sehingga menimbulkan masalah estetis dan
kebersihan gigi geligi. Tanda klinis gingival enlargement adalah gingiva
membesar, halus, mengkilat, konsistensi lunak, warna merah dan tepi gingiva
tampak membulat. Hal tersebut menimbulkan estetik yang kurang baik,
sehingga memerlukan perawatan gingivektomi (Indrawati, 2015).
B. Klasifikasi gingival enlargement
Klasifikasi gingival enlargement (Carranza, dkk., 2015)
1. Pembesaran gingiva akibat inflamasi (inflamatory enlargement)
a) Kronik
b) Akut
2. Pembesaran gingiva akibat obat-obatan (drug-induced enlargement)
a) Antikonvulsan
b) Immunosupresan
c) Calcium channel blocker
3. Pembesaran gingiva terkait dengan penyakit sistemik atau kondisi
tertentu
a) Conditioned enlargement
b) Penyakit sistemik yang menyebabkan pembesaran gingiva
c) Pembesaran neoplastik (tumor gingiva)
d) Tumor jinak (benign tumor)
e) Tumor ganas (malignant tumor)
f) Pembesaran palsu (false enlargement)
Klasifikasi gingival enlargement berdasarkan lokasi dan distribusi meliputi
1. Localize : Terbatas pada gingiva yang mencakup satu atau beberapa
gigi yang terlibat.
2. Generalized : Melibatkan seluruh gingiva di rongga mulut
3. Marginal : Terbatas pada margin gingiva
4. Papillary : Terbatas pada papilla interdental
C. Drug-induced gingival enlargement
Gingival enlargement dapat terjadi karena efek samping obat. Saat ini
terdapat kurang lebih 20 macam obat yang diduga yang berkaitan dengan
terjadinya gingival enlargement. Secara garis besar obat-obatan tersebut dapat
dikelompokan menjadi tiga kelompok yaitu antikonvulsan, calcium channel
blocker (CCB), dan imunosupresan. Kelompok CCB merupakan kelompok
obat yang paling umum digunakan pada pasien hipertensi dan terdapat
keterkaitan dengan gingival enlargement akibat penggunaanya. CCB dapat
dikelompokan lagi berdasarkan struktur kimianya menjadi empat kelompok
yaitu dihydropyridines (nifedipine dan amlodipine), diphenylalkylamines
(verapamil), benzothiazipines (diltiazem), dan diphenylpiperazines
(flunarizine). Keempat golongan obat tersebut secara umum digunakan untuk
perawatan pasien penyakit kardiovaskular seperti hipertensi (Utami dan
Thahir, 2019).
Berdasarkan penelitian Seymour (1994) amlodipine diketahui
berpengaruh terhadap timbulnya gingival enlargement. Penelitian lain juga
menyebutkan bahwa hiperplasia gingiva terjadi pada pasien yang
mengkonsumsi amlodipine 10 mg per hari selama 2 bulan. Farmakologi
amlodipine meliputi long-acting dihydropyridine (nifedine, nicardipine,
isoradipine, nitrendipine, dan felodipine). Mekanisme vasodilatasi
artericoronal dan peripheral dosis 2,5 atau 5 mg, dosis tunggal (tunggal atau
dengan kombinasi atenolol). Efek samping amlodipine yaitu sakit kepala,
pusing, edema, hiperplasia, gingiva, efek pada rongga mulut dapat dideteksi
di cairan krevikular, penggunaan obat menunjukkan pertumbuhan gingiva
yang berlebih (Utami dan Thahir, 2019).
Patogenesis pembesaran gingiva akibat CCB hingga kini belum jelas,
tetapi sepertinya disebabkan oleh berbagai macam faktor. Beberapa faktor
resiko termasuk dosis dan lama penggunaan obat CCB, umur, jenis kelamin,
dan status kesehatan mulut serta inflamasi gingiva. Samudra dkk.
menyebutkan bahwa gingival enlargement oleh karena penggunaan obat
biasanya terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah penggunaan obat dan lebih
sering terjadi pada regio anterior bagian labial dan biasanya tanpa kehilangan
tulang (Utami dan thahir, 2019).
D. Gingivektomi
1. Pengertian gingivektomi
Gingivektomi merupakan prosedur bedah periodontal yang
bertujuan menghilangkan poket gingiva pada penyakit radang periodontal
untuk menciptakan suatu gingiva yang normal baik fungsi, kesehatan,
dan estetika. Sedangkan menurut Harty dan Ogston (1995) gingivektomi
adalah eksisi jaringan gingiva yang berlebih untuk menciptakan gingiva
margin yang baru. Gingivektomi dilakukan apabila gingivitis tidak
berhasil dirawat dengan perawatan biasa dan prosedur oral hygiene, atau
pada kasus hiperplasi gingiva. Gingivektomi dapat dilakukan dengan
scalpel, elektrode, laser, maupun kimia tetapi metode yang paling
dianjurkan adalah dengan menggunakan scalpel (Carranza, 2015).
2. Indikasi gingivektomi
Manson dan Eley (1993) menyatakan bahwa indikasi gingivektomi
meliputi:
a. Adanya poket supraboni dengan kedalaman lebih dari 4 mm
b. Pembesaran gingiva yang tidak mengecil sesudah dilakukan
scalling, curretage, root planing dan polishing maka perlu dilakukan
gingivektomi.
c. Adanya kerusakan furkasi (tanpa disertai cacat tulang)
d. Abses gingiva yaitu abses yang terdapat di dalam jaringan lunak
e. Flap perikoronal
3. Kontra indikasi gingivektomi
Kontraindikasi gingivektomi menurut Fedi, dkk (2004) meliputi:
a. Apabila kedalaman dasar poket berada pada atau lebih ke apikal dari
mukogingivaljunction
b. Apabila dinding jaringan lunak poket terbentuk oleh mukosa
alveolar.
c. Apabila frenulum atau perlekatan otot terletak di daerah yang akan
dibedah
d. Apabila ada indikasi perawatan poket infraboni
e. Apabila gingivektomi tidak menghasilkan estetik yang baik
f. Apabila attached gingiva atau berkeratin tidak cukup tersedia
(sehingga jika gingivektomi dilakukan, tepi gingiva terbentuk dari
mukosa alveolar)
4. Teknik gingivektomi
Menurut Fedi, dkk (2004) teknik gingivektomi meliputi:
a. Melakukan anestesi lokal yang memadai dengan teknik blok atau
infiltrasi
LAPORAN KASUS
A. Identitas pasien
Pasien : Ny. X
Jenis kelamin : perempuan
Umur : 56 tahun
B. SOAP
1. Pemeriksaan Subjektif
a) Chief complain : Pasien mengeluhkan terdapat pembesaran
gusi pada gigi depan rahang bawah.
b) Present illness : Pasien merasakan pembesaran gusi dirasakan
muncul selama kurang lebih setahun.
c) Past dental history : tidak ada keterangan
d) Past medical history : Pasien menderita hipertensi dan
mengkonsumsi
obat antihipertensi dan sedang mengkonsumsi
obat antihipertensi yaitu amlodipin dosis 10
mg/hari selama kurang lebih 3 tahun.
e) Family history : tidak ada keterangan
f) Social history : tidak ada keterangan
2. Pemeriksaan Objektif
a) Pemeriksaan ekstra oral : tidak ada keterangan
b) Pemeriksaan intra oral: status kebersihan mulut sedang dan
pembesaran gingiva pada hampir semua regio, yang paling parah
terdapat di regio anterior bagian labial rahang bawah. Gingiva tampak
hampir menutupi sepertiga mahkota gigi, mudah berdarah hanya
dengan sentuhan yang lembut dan disertai rasa nyeri (gambar 1).
Faktor lokal seperti adanya kalkulus subgingiva memperparah
terjadinya inflamasi.
Gambar 1. Foto klinis preoperasi
c) Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan foto radiologi tidak terlihat adanya kerusakan tulang.
3. Asessment : Gingival enlargment et causa drug induced calcium chanel
blokers
4. Planning : Perawatan non bedah dan perawatan bedah
5. Treatment
Kunjungan pertama (Fase I atau Non surgical phase)
Perawatannya dimulai dengan skeling dan root planning, pasien diminta
menggunakan obat kumur Chlorhexidine 0,2% dua kali sehari untuk menjaga
status kebersihan mulut. Pasien dikembalikan ke dokter umum untuk
mempertimbangkan penggantian obat antihipertensi amlodipine dengan obat
antihipertensi lainnya. Pasien diminta kembali setelah 2 minggu. Setelah
kontrol 2 minggu, pembesaran pada rahang bawah bagian anterior masih ada
sehingga pasien disarankan menjalani perawatan bedah periodontal, yaitu
gingivektomi.
Kunjungan kedua (Fase II atau surgical phase)
Prosedur perawatan bedah, yaitu gingivektomi dimulai dengan bevel eksterna
gingivektomi pada anterior rahang bawah yang telah dianastesi. Secara
bersamaan dilakukan gingivoplasti untuk membentuk kembali kontur gingiva
dengan alasan estetik. Daerah bekas luka operasi ditutup dengan periodontal
pack. Pasien diberikan resep antibiotik dan analgetik, dan diinstruksikan
untuk kembali 1 minggu kemudian. Pasien kontrol dan melepas periodontal
pack, tampak gingiva normal kembali tanpa tanda-tanda rekuren.
(a) (b)
Gambar 2 (a) Bevel eksterna gingivektomi (b) Kontrol 1 minggu
setelah operasi
DAFTAR PUSTAKA
Carranza, F.A., Newman, M.G., Takel H.H., Klokkevold, P.R., 2015, Carranza’s
Clinical Periodontology 12th Edition, Canada: Elsevier.
Indrawati, Ika, 2015, Treatment Gingival Enlargment by Gingivectomy, Mutiara
Medika, 9(2):69-73.
Utami, S., Thahir, H.., 2019, Management of Gingival Enlargement in Patient
with Calcium Chanel Blockers: Case Report, Makassar Dent. J., 8(2):
105-107
Fedi, P.F., Vernino, A.r., Gray, J.l., 2004, Silabus Periodonti, EGC, Jakarta
Harty, F.J., Ogston, R., 1995, Kamus Kedokteran Gigi, EGC, Jakarta
Manson, J.D., Eley, B.M., 1993, Buku Ajar Periodonti, Hipocrates, Jakarta.