Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN SIMULASI KASUS

Glositis

Dosen Pembimbing:
drg. Anindita Laksitasari, M.Biomed

Disusun Oleh:
Hani Kurnia Marlina
G4B016063

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2020
LEMBARAN PENILAIAN BIDANG ILMU PENYAKIT MULUT
REQUIRMENT : Manifestasi Oral pada Pasien Medis Kompromis

Dosen Pembimbing:
drg. Anindita Laksitasari, M.Biomed

Disusun Oleh:
Hani Kurnia Marlina
G4B016063

Komponen
Pembelajaran
Resume Diskusi Tindakan Kontrol
Daring

Nilai

Tanda Tangan

DPJP

drg. Anindita drg. Anindita drg. Anindita drg. Anindita


Laksitasari, Laksitasari, Laksitasari, Laksitasari,
M.Biomed M.Biomed M.Biomed M.Biomed

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2020
PENDAHULUAN

A. Definisi glositis
Glositis adalah suatu kondisi peradangan pada lidah ditandai dengan
depapillasi permukaan dorsal lidah sehingga menghasilkan daerah
kemerahan (eritema) yang mengkilat. Kondisi ini bisa terjadi akut maupun
kronis. Glositis dapat diderita oleh semua tingkatan usia. Peradangan ini
dapat disebabkan karena ada kelainan di lidah atau karena faktor sistemik
yang bermanifestasi di rongga mulut. Glositis sering dikarenakan oleh
kekurangan nutrisi dan mungkin pasien tidak merasakan sakit atau merasa
tidak nyaman. Rasa sakit yang diderita pasien biasanya dirasakan pada
beberapa bagian pada lidah, pasien mengalami kesulitan menelan dan
mengalami sensasi terbakar di lidah (Reamy, dkk., 2010).
B. Etiologi
Terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya glositis diantaranya:
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan anemia mikrositik yang
disebabkan oleh kehilangan banyak darah akibat menstruasi dalam
jangka waktu lama, perdarahan dari saluran gastrointestinal,
gasterektomi atau sindrom malabsorpsi yang mengakibatkan
berkurangnya absorpsi zat besi dari saluran gastrointestinal. Zat besi
merupakan komponen mineral penting yang dibutuhkan tubuh untuk
memproduksi sel darah merah. Defisiensi besi dapat bermanifestasi di
rongga mulut berupa atropik glositis. Atropik glositis merupakan
suatu kondisi yang ditandai dengan kehilangan rasa dikarenakan
degenerasi pada ujung papila lidah. Kondisi ini mengakibatkan lidah
terlihat licin dan mengkilat baik pada beberapa bagian atau seluruh
bagian pada lidah (Raju, dkk., 2014).
2. Defisiensi vitamin B12
Anemia makrositik biasanya disebabkan karena defisiensi
vitamin B12 atau asam folat diakibatkan karena perdarahan kronis,
kehamilan, keganasan dan penggunaan obat seperti methotrexat,
azathioprin, cytosine, dan hidrosikarbamid. Vitamin B12 sangat
diperlukan oleh tubuh untuk pematangan eritrosit dan pembentukan
sel darah. Selain itu, vitamin B12 adalah salah satu vitamin yang
berperan dalam sistem pertahanan jaringan lunak pada rongga mulut.
Apabila terjadi defisiensi vitamin B12 akan mengakibatkan anemia
pernisiosa. Manifestasi anemia pernisiosa di rongga mulut berupa
glositis, warna lidah merah terang, dan permukaan lidah licin (Raju,
dkk., 2014).
3. Reaksi alergi
Glositis bisa timbul dikarenakan terjadinya alergi terhadap
obat-obatan tertentu, makanan atau bahan lainnya. Reaksi alergi
terjadi saat sistem imun tubuh melakukan respon yang berlebihan
terhadap zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh kita memiliki
sistem imun (antibodi) yang disebut IgE. Antibodi ini melindungi
tubuh dari zat asing yang dapat membuat tubuh kita sakit atau
menyebabkan infeksi (Raju, dkk., 2014).
4. Penyakit lain
Glositis dapat diakibatkan oleh penyakit seperti penyakit
Sindrom Sjogren yang menyebabkan peradangan pada kelenjar ludah
sehingga mulut menjadi kering (Kruska dan Brian, 2009). Penyakit
lainnya yaitu Herpes simplex dan kandidiasis menyebabkan median
rhomboid glossitis pada lidah. (Terai, dkk., 2016).
C. Klasifikasi glositis
Terdapat beberapa klasifikasi glositis diantaranya:
1. Atrofik glositis
Atrofik glositis merupakan suatu peradangan yang ditandai
dengan permukaan dorsum lidah yang eritema dan mengkilap disertai
dengan rasa sakit dan rasa terbakar pada lidah. Lidah terlihat licin dan
mengkilap baik pada seluruh bagian lidah maupun pada sebagian
lidah. Permukaan dorsal lidah yang halus disebabkan karena atrofi
pada papila filiform. Penyebab rasa terbakar pada lidah dipicu karena
adanya ulserasi. Secara umum, atrofik glositis disebabkan oleh
kekurangan vitamin B12, zat besi, asam folat, riboflavin dan niacin
(Scully, 2008). Gambaran klinis atrofik glositis dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Gambaran klinis atrofik glositis


2. Median rhomboid glossitis
Median rhomboid glossitis (MRG) adalah suatu kondisi
patologis yang berbentuk oval atau belah ketupat yang berwarna
merah di lidah yang disebabkan oleh infeksi candida albicans yang
kronis. Lokasi yang paling umum yaitu di garis tengah dorsum lidah
tepat di anterior papila-papila sirkumvalata. Ukuran MRG bervariasi
tampak sebagai lesi merah, berbatas jelas dengan tepi tidak teratur
tetapi bulat berukuran 1-2,5 cm. Faktor presdisposisi MRG antara lain
merokok, penggunaan gigi tiruan, dan penggunaan kortikosteroid
(Rajendran dan Sivapathasundharan, 2009). Gambaran klinis MRG
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Gambaran klinis median rhomboid glossitis
3. Benign migratory glossitis
Benign migratory glossitis atau geographic tongue adalah suatu
kondisi peradangan jinak yang disebabkan oleh pengelupasan keratin
superfisial dan papila-papila filiformisnya. Etiologi dari kondisi ini
tidak diketahui namun diperkirakan karena stres, defisiensi nutrisi dan
faktor genetik. Benign migratory glossitis biasanya terbatas pada
dorsal dan tepi-tepi lateral dua pertiga anterior lidah dan hanya
mengenai papila filiformis sedangkan papila fungiformis tetap baik.
Benign migratory glossitis ditandai dengan bercak-bercak
eritema, tunggal atau multipel yang dibatasi atau tidak dibatasi oleh
pinggiran putih yang menimbul. Kondisi ini dapat disertai dengan
peradangan merah di tepi lesinya. Apabila terdapat peradangan, maka
rasa sakit merupakan suatu gejala. Lesi ini terus menerus berubah pola
dan berpindah dari suatu daerah ke daerah lain sehingga namanya
disebut benign migratory (Langlasis dan Miller, 2012). Gambar 3.
Menunjukkan gambaran klinis benign migratory glossitis.

Gambar 3. Benign migratory glossitis


4. Herpetic geometric glossitis
Herpetic geometric glossitis merupakan lesi kronis yang
berkaitan dengan infeksi virus herpes simpleks (HSV) tipe I, dimana
ditemukan celah (fissure) yang bercabang di garis tengah lidah.
Kondisi ini biasanya sangat menyakitkan dan terdapat erosi di
kedalaman celah. Istilah geometric glossitis berasal dari pola
geometris pada celah yang membujur, menyeberang atau bercabang
(Crawson dan Odell, 2008). Gambaran klinis herpetic geometric
glossitis dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Herpetic geometric glossitis


D. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari glositis dapat bermacam-macam
dikarenakan etiologi glositis yang bermcam-macam. Tanda dasar lesi ini
adalah perubahan warna lidah dan rasa nyeri. Warna lidah pada kondisi ini
bervariasi mulai dari merah gelap sampai merah terang. Lesi ini
menyebabkan permukaan lidah terlihat halus, terkadang terdapat ulserasi.
Glositis menyebabkan kesulitan mengunyah, berbicara dan menelan
(Scully, 2008).
E. Diagnosis
Penegakkan diagnosis glositis dimulai dari anamnesis,
pemeriksaan objektif dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
anamnesis, pasien melaporkan keluhan lidah bengkak, panas dan nyeri
disertai sensasi terbakar atau iritasi pada lidah. Pasien juga mengeluhkan
gangguan pada saat makan, menelan atau berbicara.
Pada pemeriksaan objektif ditemukan gambaran permukaan
lidah yang berbeda-beda tergantung tipe glositisnya. Secara umum, lidah
terlihat halus, terkadang ditemukan ulserasi, bengkak serta terdapat
perubahan warna lidah. Kondisi klinis lidah menunjukkan area eritema
yang berbatas tegas, terutama mengenai dorsum lidah dan dapat meluas
hingga lateral lidah. Pemeriksaan penunjang glositis berupa biopsi, tes
untuk defisiensi B12, profil kimia darah, kikisan KOH, kultur lesi dan
smear apabila terdapat indikasi (Jainkittivong dan Langlais, 2005).
F. Perawatan
Tujuan perawatan glositis adalah untuk mengurangi peradangan.
Peradangan dapat dikurangi dengan penggunaan kortikosteroid.
Penggunaan antibiotik, anti jamur dan anti virus dapat diberikan apabila
penyebabnya infeksi bakteri dan virus. Perubahan pola makan dan
suplemen digunakan untuk mengobati anemia dan kekurangan nutrisi.
Pasien juga diinstruksikan untuk menghindari iritasi seperti makan panas
atau pedas, alkohol dan tembakau untuk meminimalisir ketidaknyamanan.
Pencegahan glositis dengan cara menjaga kebersihan mulut dengan baik,
asupan nutrisi yang cukup, menghindari iritan, dan segera konsultasi ke
dokter gigi apabila gangguannya bertambah parah (Djou dan Wahyuni,
2019).
LAPORAN KASUS

Pasien seorang perempuan berusia 46 tahun datang ke RSGM Unsoed dan


dilakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
A. Pemeriksaan subjektif
1. Chief complain : Pasien datang dengan keluhan nyeri seperti
terbakar
pada lidah
2. Present illness : Pasien merasakan nyeri pada lidah sejak 3 minggu
yang lalu. Pada awalnya lidah terasa seperti
terbakar, lidah berwarna merah, mengkilat dan
bibir terasa kering. Pasien sudah mengkonsumsi
obat kumur betadine untuk mengatasi masalah
pada lidahnya. Pasien rutin mengkonsumsi obat
lambung.
3. Past dental history : Pasien pernah melakukan perawatan tambal gigi
belakang rahang atas.
4. Past medical history : Pasien memiliki riwayat penyakit gastritis dan
pernah dirawat inap karena gastritis selama lima
hari setahun yang lalu. Pasien tidak memiliki
riwayat alergi.
5. Family history : Ayah pasien memiliki riwayat diabetes
6. Social history : Pasien merupakan seorang pengusaha catering
B. Pemeriksaan objektif
Pemeriksaan intra oral
1. Peta mukosa rongga mulut
Gambar 5. Peta mukosa lesi
2. Deskripsi lesi
Terdapat lesi berupa erosi berbentuk irreguler, berukuran lebih dari
1 cm, berjumlah 1 buah, berwarna merah mengkilat, konsistensi
lunak, berlokasi pada dorsum lidah, terasa sakit.
3. Gambaran klinis lesi

Gambar 6. Gambaran klinis lesi pada dorsum lidah

4. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada kasus ini adalah pemeriksaan
darah rutin. Pemeriksaan darah rutin merupakan pemeriksaan darah
yang paling awal atau screening test untuk mengetahui diagnosis
suatu kelainan. Pemeriksaan darah rutin meliputi pemeriksaan
hemoglobin (Hb), hematokrit (HCT), hitung jumlah sel darah merah
atau erirosit, hitung jumlah sel darah putih atau leukosit, hitung
jumlah trombosit dan indeks eritrosit. Berikut hasil pemeriksaan darah
rutin pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil pemeriksaan darah rutin


Interpretasi hasil pemeriksaan darah rutin

a. Hemoglobin (g/dl)
Hemoglobin (Hb) merupakan molekul protein pada sel
darah merah yang berfungsi sebagai alat transportasi oksigen dari
paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru-paru. Kandungan zat
besi dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah.
Berdasarkan pemeriksaan hemoglobin didapatkan nilai Hb pasien
8,84 g/dL. Nilai Hb pasien mengalami penurunan dari nilai
rujukan. Secara umum, jumlah Hb kurang dari 12 g/dL
menunjukkan pasien mengalami anemia. Pada penentuan status
anemia, jumlah total Hb lebih penting dibandingkan jumlah
erirosit. Penurunan nilai Hb dapat terjadi pada pasien anemia,
sirosis, hipertiroidisme, perdarahan, peningkatan asupan cairan
dan kondisi kehamilan.
b. RBC (cells/ uL)
Red blood cells (RBC) atau eritrosit merupakan sel yang
paling sederhana yang terdapat di tubuh manusia. Eritrosit tidak
memiliki nukleus dan merupakan sel terbanyak dalam darah.
Fungsi utama dari eritrosit adalah mengangkut oksigen dari paru
paru ke jaringan tubuh dan mengangkut Hb.Berdasarkan
pemeriksaan RBC diatas nilai RBC menunjukkan 3,3 cells/uL.
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai RBC pasien
mengalami penurunan dari nilai rujukan. Penurunan nilai RBC
menunjukkan pasien mengalami anemia. Penurunan sel darah
merah juga terlihat pada pasien leukimia, pasien ginjal, talasemia,
pasien yang mengalami lupus eritematosus sistemik, dan pasien
yang sedang menjalani perawatan hemolisis darah.
c. MCV (fL)
Mean corpuscular volume (MCV) merupakan indeks
untuk menentukan ukuran sel darah merah. MCV menunjukkan
ukuran sel darah merah tunggal apakah sebagai normositik
(ukuran normal), mikrositik (ukuran < 80 fL), atau makrositik
(ukuran > 100 fL). Berdasarkan tabel pemeriksaan hematologi
diatas nilai MCV pasien 146 sehingga terjadi peningkatan nilai
MCV dari nilai rujukan. Peningkatan nilai MCV berhubungan
dengan ukuran sel darah merah pasien sehingga pasien
mengalami anemia makrositik. Peningkatan nilai MCV juga
terlihat pada pasien yang memiliki penyakit hati, pasien yang
sedang menjalani terapi antimetabolik, pasien yang kekurangan
asam folat atau vitamin B12 dan terapi valproat.
d. Hematrokrit (Z)
Hematrokit adalah nilai yang menunjukkan persentase sel
darah merah terhadap volume total. Berdasarkan hasil
pemeriksaan darah nilai hematokrit pasien melebihi nilai rujukan
yaitu 48. Peningkatan nilai hematokrit dapat terjadi pada kondisi
eritrositosis, dehidrasi, kerusakan paru-paru kronis, polistemia
dan syok.
e. RDW (Z)
Red blood cells distribution width (RDW) merupakan
perbedaan ukuran (luas) dari sel darah merah. Nilai RDW
berfungsi untuk memperkirakan terjadinya anemia dini, sebelum
nilai MCV berubah serta sebelum terjadi tanda dan gejala anemia.
Berdasarkan nilai RDW pasien yaitu 25 mengalami peningkatan
dibandingkan dengan nilai rujukan. Peningkatan nilai RDW
mengindikasikan anemia defisiensi zat besi, defisiensi asam folat
dan defisiensi vitamin B12.
f. Serum folate (ng/ml)
Kadar asam folat dapat diperiksa dengan memeriksa folat
serum secara mikrobiologis, competitive protein-binding
radioassay, ion capture separation, homosistein total, tes supresi
deoksiuridin dan pemeriksaan kadar FIGlu dalm urin. Asam folat
merupakan salah satu vitamin yang termasuk kedalam vitamin B
dan merupakan unsur penting dalam sintesis DNA. Berdasarkan
tabel diatas, terjadi penurunan kadar asam folat dalam tubuh
pasien dari nilai rujukan. Defisiensi asam folat dihubungkan
dengan anemia megaloblastik, kemungkinan adanya neural tube
defect (NTD) dan hiperhomosistemia.
g. Serum cobalamine (pmol/L)
Pemeriksaan serum cobalamine untuk mengetahui kadar
cobalamine dalam tubuh. Cobalamine atau vitamin B12 berfungsi
untuk mengubah folat menjadi bentuk aktif dan dibutuhkan dalam
metabolisme sel. Pada tabel diatas nilai serum cobalamine pasien
adalah 71,8 pmol/L. Hal tersebut menunjukkan terjadi defisiensi
cobalamine dalam tubuh. Defisiensi dari cobalamine dapat
menyebabkan anemia pernisiosa, anemia megaloblastik dan
gangguan sisntesis DNA.
Berdasarkan hasil pemeriksaan darah rutin dapat disimpulkan bahwa
pasien mengalami anemia makrositik karena defisiensi asam folat
dan vitamin B12.
5. Diagnosa banding
a. Atrofik glositis
b. Median rhomboid glossitis
c. Geographic tongue
d. Erythema Candidiasis
6. Diagnosa
Diagnosa lesi pada kasus ini adalah atrofik glositis et causa
defisiensi vitamin B12 dan asam folat. Berdasarkan gambaran klinis
lesi menunjukkan gejala klinis dari lesi atrofik glositis yaitu terdapat
permukaan dorsum lidah yang eritema dan mengkilap disertai dengan
rasa sakit dan rasa terbakar pada lidah. Berdasarkan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin ditemukan bahwa pasien
mengalami anemia karena defisiensi vitamin B12 dan asam folat.
Etiologi atrofik glositis diantaranya dikarenakan defisiensi vitamin
B12 dan asam folat.

7. Tatalaksana kasus
Tatalaksana kasus diantaranya:
a. Pasien diinstruksikan untuk cek ke dokter spesialis penyakit
dalam terkait riwayat penyakit gastritis karena pasien yang
mengalami gastritis biasanya mengalami anemia. Hal tersebut
terbukti dengan hasil pemeriksaan darah rutin yang menunjukkan
bahwa pasien mengalami anemia karena kekurangan asam folat
dan vitamin B12. Dokter gigi hendaknya berkonsultasi dengan
dokter spesialis penyakit dalam terkait pemberian vitamin
terhadap pasien.
b. Pasien diinstruksikan untuk makan tepat waktu dan menjaga pola
makan.
c. Pasien diinstruksikan untuk menjaga kebersihan rongga mulut
agar tidak terjadi infeksi pada lesi.
d. Pasien diinstruksikan untuk menghindari iritan seperti makan
panas atau pedes untuk menghundari iritasi pada lidah.
DAFTAR PUSTAKA

Crawson, R.A., Odell, E.W., 2008, Disease of Oral Mucosa ed. 8th, Toronto:
Elsevier.

Djou, R., Wahyuni, I.S., 2019, Atrophic Glossitis As A Clinical Sign For Anemia
in The Elderly (Case Report), Jurnal Kedokteran Gigi, 4(1): 70-76.

Jainkittivong, A., Langlais, R.P., 2005, Geograpic Tongue Clinical Characteristics


of 188 Cases, the Journal of Contemporary Dental Practice, 6(10):1-11.

Kruska, P., O’Brian, R.J., 2009, Diagnosa and Management of Sjogren Syndrome,
American Family Physician, 79(60: 465-470.

Langlais, R.P., Miller, C.S., 2012, Atlas Berwarna Kelainan Rongga Mulut Yang
Lazim, Alih Bahasa Budi Susetyo, Jakarta: EGC.

Rajendran, R., Sivapathasundharam, B., 2009, Shafer’s Textbook of Oral


Pathology ed. 6th, India: Elsevier

Raju, V., Arora, A., Saddu, S., Atrophic glossitis: an Indicator of Iron Deficiency
Anemia : Report of Three Cases, Int. Journal Dent. Clinics, 6(6):30-31.

Reamy, B.V., Derby, R., Bunt, C.W., 2010, Common Tongue Conditions in
Primary Care, American Family Physician, 81(50:627-634.

Scully, C., 2008, Oral and Maxillofacial Medicine: The Basis of Diagnosis and
Treatment, Edinburgh: Churchill Livingstone.
Terai, H., Fukui, N., Kasuya, S., Hashiguchi, N., Ueno, T., 2016, Clinical Features
of Partial Atrophic Tongue Associated with Candida, International
Journal of Dentistry and Oral Science, 3(1): 177-180.

drg. Y
SIP. 123456789/2022
Praktek Jl. Kampus No.99 Purwokerto
Telp. (0281) 654785

SURAT RUJUKAN

Purwokerto, 26 Mei 2020

Kepada Yth,
Ts. drg. X, Sp.PM
di Tempat

Dengan hormat,
Bersama ini kami rujuk OS:
Nama : Ny. S
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Jaelani No. 88 Purwokerto Utara

Dari pemeriksaan klinis didapatkan lesi erosi berbentuk irreguler,


berukuran lebih dari 1 cm, berjumlah 1 buah, berwarna merah mengkilat,
konsistensi lunak, berlokasi pada dorsum lidah terasa sakit serta rasa terbakar
pada lidah. Berdasarkan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan darah rutin
ditemukan bahwa pasien mengalami anemia karena defisiensi vitamin B12 dan
asam folat. Diagnosa sementara adalah atrofik glositis et causa defisiensi vitamin
B12 dan asam folat. Tindakan yang dilakukan adalah observasi.
Mohon pemeriksaan lebih lanjut di bidang sejawat. Terima Kasih.

Dokter
Pengirim

drg. Y

Anda mungkin juga menyukai