Anda di halaman 1dari 8

ILMU PENYAKIT MULUT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN KASUS

Candidiasis Atrofik Akut

Oleh:

Nama : Adelia Dwirizki Novianty

NIM : J014201070

Dokter : drg. Israyani., Sp. PM


LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama : Ny. Resti

Nomor Rekam Medik :-

Tempat, Tanggal Lahir : Makassar, 23 juli 1964

Umur Pasien : 56 Tahun

Alamat : Jln. Rusa

Kunjungan Pertama : 9 Oktober 2020/ WITA

A. Subjektif

Seorang perempuan (Ibu Resti) usia 56 tahun datang ke RSGM dengan keluhan lidah terasa

sakit dan licin apalagi jika makan makanan pedas dan berbumbu.

Keluhan Utama
 Keluhan utama pasien merasakan sakit pada lidah.
Riwayat Keluhan Utama
 Rasa sakitnya perih
 Rasa sakit sudah dirasakan sejak lama sekitar 6 bulan yang lalu
 Tekanan darah tinggi
Riwayat Medis
 Sedang mengonsumsi obat
 Tidak ada alergi
Riwayat Keluarga
 Tidak ada anggota keluarga yang memiliki alergi dan kondisi seperti pasien
Riwayat Sosial
 Pasien rajin menggosok gigi (2x sehari)
 Pasien jarang mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang
Riwayat Dental
 Pernah melakukan kunjungan ke dokter gigi untuk pembersihan karang gigi
B. Objektif

1) Ekstraoral : Tidak ada kelainan

2) Intraoral : Tampak kemerahan pada permukaan dorsal lidah, lidah terlihat licin dan

mengkilat

3) Assesment : Atrophy glossitis

Differential diagnosis: Geographic Tongue

4) Planning

1) Pro KIE

a. Menginformasikan pada pasien mengenai temuan klinis

b. Menginformasikan tindakan yang akan dilakukan

c. Eliminasi etiologi pada kasus dalam hal ini mengedukasi pasien untuk rajin

memakakan makanan yang bergizi dan minum air putih 2L/hari

d. Tidak mengganggu lesi yang ada

e. Rajin menggunakan obat yang diresepkan

2) Pro medikasi

Tantum Verde Oral rinse

Becomzet

Fungatin Oral

Resep

R/ Tantum Verde Oral rinse Fl. 1

S 3 dd 1 15 ml a.c
R/Becomzet No. VII

S1 dd 1

R/Fungatin Oral Susp. fl. 1

S4 dd 1 0,5 ml
PEMBAHASAN

A. Definisi1

Atrophy glossitis merupakan radang pada lidah yang sering dialami penderita anemia.
Kehilangan papilla merupakan keadaan yang karakterikstik dalam defisiensi dari beberapa
vitamin B (niasin, riboflavin, piridoksin), asam folat, dan vitamin B12. Perubahan serupa
juga dikaitkan dengan defisiensi zat besi. Dorsum lidah pada awalnya tampak pucat dengan
papilla-papila filiformis yang rata. Atrofi yang berlanjut dari papilla mengakibatkan suatu
permukaan tanpa papilla-papila, yang tampak licin, kering dan mengkilat. Pada tahap akhir
tampak lidah seperti daging atau merah padam dan terasa sakit apabila terkena minuman
maupun makanan yang panas dan pedas.
B. Etiologi 1,2

Defisiensi nutrisi pada pasien di kasus ini disebabkan kurangnya asupan nutrisi yang
seimbang. Zat besi (Fe) merupakan micronutrient yang esensial dalam memproduksi
hemoglobin yang berfungsi dalam mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh,
mengangkut electron dalam sel dan dalam mensintesis enzim yang mengandung zat besi
dibutuhkan untuk menggunakan oksigen selama memproduksi energy seluler. Pada
penderita defisiensi zat besi akan menyebabkan gangguan proliferasi sel terutama pada
mukosa rongga mulut. Epitel basal tidak dapat bermitosis, papillary layer pun menjadi tipis
sehingga memudahkan terjadinya infeksi.
Defisiensi vitamin B yang paling dikenal adalah vitamin B12. Vitamin ini ditemukan
terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin B21 biasanya terlihat pada
anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan factor intrinsic lambung yang dibutuhkan
untuk penyerapan vitamin B12. Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan
vitamin B12. Ujung lidah memerah pada tahap awal kekurangan dan pada akhirnya
menyebar dengan fissuring yang disebut dengan atropi papilla. Fungsi vitamin B12
berperan penting pada saat pembelahan sel yang berlangsung dengan cepat. Vitamin B12
juga memelihara lapisan yang mengelilingi dan melindungi syaraf dan mendorong
pertumbuhan normalnya. Selain itu juga berperan dalam aktivitas dan metabolism sel-sel
tulang. Vitamin B12 juga dibutuhkan untuk melepaskan asam folat, sehingga dapat
membantu pembentukan sel-sel darah merah. Kekurangan vitamin B12 dapat
menyebabkan kekurangan darah (anemia), yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangan
asam folat. Tanpa vitamin B12, asam folat tidak dapat berperan dalam pembentukan sel-sel
darah merah. Gejala kekurangan lainnya adalah sel-sel darah merah menjadi belum matang
(immature) yang menunjukkan sintesis DNA yang lambat.
Vitamin B12 dan asam folat merupakan kofaktor yang paling dibutuhkan tubuh untuk
maturasi seluruh sel dan sintesis DNA dimana defisiensi vitamin B12 mencegah
pembelahan sel dalam sumsum tulang. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya
metabolisme sel epitel rongga mulut. Perubahan ini menghasilkan abnormalitas struktur sel
dan pola keratinisasi epitel oral yang merujuk pada atropi epitel dan menurunnya ketebalan
lapisan epitel.
C. Gambaran Klinis3

Tanda dan gejala dari glositis bervariasi oleh karena penyebab yang bervariasi pula.
Tanda dasar kelainan ini adalah perubahan warna lidah dan rasa nyeri. Warna yang
dihasilkan bervariasi dari gelap merah sampai dengan merah terang. Kondisi ini
menyebabkan kesulitan mengunyah, menelan atau berbicara. Lidah yang mempunyai
kelainan ini permukaannya akan terlihat halus. Terdapat beberapa ulserasi yang terlihat
pada glositis. Perawatan dari glositis tergantung pada penyakit yang mendasari. Apabila
glositis terjadi pada anemia pernisiosa maka lidah akan tampak merah dan terasa panas.

D. Diagnosis Banding4

Adapun diagnosis banding dari Atrofi glossitis yaitu geographic tongue  atau

Benign Migratory Glossitis adalah kondisi peradangan selaput lendir dari lidah, biasanya

terjadi pada permukaan lidah.  Hal ini ditandai dengan lidah yang halus, depapillation

dengan warna merah (hilangnya papila lingual ) yang berpindah atau meluas dari waktu

ke waktu. Istilah migratory berasal dari gambaran lidah yang berubah menjadi seperti

peta, dengan patch menyerupai gambaran pulau-pulau.  Penyebabnya tidak diketahui,

tetapi kondisi ini sepenuhnya jinak dan tidak ada pengobatan kuratif.
Daerah yang mengalami depapillation biasanya sedikit terangkat, berwarna putih,

kuning atau abu-abu.  Sebuah lesi lidah geografis biasanya dimulai sebagai patch putih

Pada awal terjadinya penyakit, biasanya hanya terdapat satu lesi, tapi ini jarang terjadi

dan biasanya lesi dapat berada di beberapa lokasi yang berbeda di lidah, dan kemudian

seiring waktu, lesi-lesi tersebut meluas dan menyatu untuk membentuk gambaran khas

seperti peta. Lesi biasanya berubah bentuk, ukuran dan berpindah ke bagian lidah lain.

Kondisi ini dapat mempengaruhi hanya sebagian dari lidah, dengan kecenderungan

dimulai pada ujung dan sisi lidah, yang akan berkembang ke seluruh permukaan lidah.

Glositis geografis seringkali tidak menimbulkan gejala, tetapi dalam beberapa kasus,

pasien dapat mengalami rasa sakit atau terbakar misalnya ketika makan panas, asam,

pedas atau lainnya jenis makanan (misalnya keju, tomat, buah). 

E. Perawatan2,5

Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi peradangan. Kebersihan mulut sangat

perlu, termasuk menyikat gigi menyeluruh setidaknya dua kali sehari dan flossing

sedikitnya setiap hari. Kortikosteroid seperti prednisone dapat diberikan untuk

mengurangi peradangan glositis. Untuk kasus ringan, aplikasi topis (seperti berkumur

tantum verde). Antibiotik, obat anti jamur, atau anti mikroba lainnya mungkin diberikan

jika penyebab glositis adalah infeksi. Anemia dan kekurangan gizi harus diperlukan,

sering dengan perubahan pola makan atau suplemen lainnya. Hindari iritasi (seperti

makan panas atau pedas, alkohol, dan tembakau) untuk meminimalkan ketidaknyamanan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Sukla KK, Nagar R, Raman R. Vitamin-B12 and folate deficiency, major contributing

factor for anemia: A population based study. e - SPEN Journal. 2014. Vol. 9: e45-e48.

2. Filipsen M, Zhenchenko Y. Nutritional for oral health and oral manifestations of poor

nutrition and unhealthy habits. General dentistry. 2017. Nov-Dec;65 (6): 36-43.

3. Allen LH. Causes of vitamin B12 and folate deficiency. Food and nutrition bulletin.

2008; 29 (2) : S20-S34.

3. Erriu M, Pili FMG, Garau V. Diagnosis of Lingual Atrophic Conditions: Associations

with Local and Systemic Factors. A Descriptive Review. The Open Dentistry Journal.

2016; 10: 619-635.

4. Honarmand M, Farhad ML, Shirzaiy M, Sehhatpour M. Geographic Tongue and

Associated Risk Factors among Iranian Dental Patients. Iran J Public Health. 2013; 42(2):

215-19

5. Tegeman CA, Davis JR. Nutrition Care 3th ed. St. Louis; Saunders Elsevier;

2010;p.251-9

Anda mungkin juga menyukai