Anda di halaman 1dari 18

FRAKTUR GIGI

Oleh :
Nelsi Marintan Tampubolon G99152043

Penguji :
Dr. Risya Cilmiaty AR, drg., M.Si, Sp. KG

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR. MOEWARDI
SURAKARTA
2017
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 1
C. Rumusan Masalah 1
BAB II LAPORAN KASUS 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 5
A. Definisi Fraktur Gigi 5
B. Etiologi Fraktur Gigi 5
C. Klasifikasi Fraktur Gigi 5
D. Gambaran Klinis 10
E. Gambaran Radiologi 11
F. Penatalaksanaan 12
G. Pencegahan 13

DAFTAR PUSTAKA 15
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fraktur gigi merupakan salah satu dari penyebab utama kerusakan pada
gigi setelah karies dan penyakit jaringan periodontal. Fraktur gigi adalah suatu
kondisi gigi geligi yang memperlihatkan hilangnya atau lepasnya fragmen dari
suatu gigi utuh. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh trauma pada bagian wajah
atau gigi geligi seperti olahraga yang melakukan kontak fisik atau terlibat dalam
kecelakan mobil. 1,2
Fraktur gigi pada umumnya terjadi bersamaan dengan cedera mulut lainnya.
Deteksi dan pengobatan dini dapat mempertahankan hidup dan fungsi dari gigi
tersebut. Pada kasus yang berat, sebagian dari gigi fraktur sehingga bagian dentin
dan jaringan pulpa menjadi terbuka serta dapat menyebabkan rasa sakit dan
kerusakan pada pulpa. 3,4
Gigi retak atau fraktur dapat menyebabkan rasa nyeri dengan intensitas
yang bervariasi. Rasa sakit yang terus-menerus pada saat digunakan merupakan
keluhan yang paling sering terjadi, selain ini gejala yang sering timbul berupa
ketidaknyamanan. Fraktur gigi dapat terjadi secara horizontal maupun vertikal.
5,6

B. Tujuan
1. Mengetahui definisi dan penyebab fraktur gigi?
2. Mengetahui gambaran klinis dan radiologi serta klasifikasi fraktur gigi
3. Mengetahui penatalaksanaan fraktur gigi
C. Rumusan Masalah
1. Apakah penyebab fraktur gigi?
2. Bagaimana gambaran klinis dan radiologi serta klasifikasi fraktur gigi?
3. Bagaimana penatalaksanaan fraktur gigi?

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. UMUM
a. Identifikasi
Tanggal : 27 Februari 2017
Nama : Nn RR
Jenis Kelamin/Umur : Perempuan/21 tahun
Agama/Kebangsaan : Islam/Indonesia
Status : Mahasiswi
Alamat : Tegal Gede
b. Status Medis
Alergi : disangkal
Kelainan Kongenital : disangkal
Kelainan Lain : disangkal
Kelainan dalam Perawatan : disangkal
c. Status Rongga Mulut
Extraoral
Maxilla : tidak ada kelainan
Mandibulla : tidak ada kelainan
Bibir : tidak ada kelainan
Intraoral
Lingua : tidak ada kelainan
Palatum : tidak ada kelainan
Left buccal : tidak ada kelainan
Right buccal : tidak ada kelainan
Upper gingiva : tidak ada kelainan
Lower gingiva : tidak ada kelainan

2
Oral hygiene
Debris index : sedang
Calculus index : sedang
OHIS : sedang
d. Dental Formula
M C R C C
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
32 31 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20 19 18 17
C C C C

Gambar 1. Pemeriksaan Objektif


II. SUBJECTIVE
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan gigi kanan atas bagian depan terasa ngilu.
b. Riwayat Penyakit Sekarang

3
Pasien mengeluhkan gigi kanan atas bagian depan terasa ngilu pada saat
tersentuh makanan. Pasien tidak mengeluhkan gusi bengkak atau gusi
berdarah.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Gigi kanan atas bagian depan patah karena pasien mengalami kecelakaan
sepeda motor sejak 2 minggu yang lalu sehingga menyebabkan gigi terasa
ngilu apabila tersentuh oleh makanan.
III. OBJEKTIVE
a. Gigi : 8 fraktur ellis kelas 3
Sondasi : positif Perkusi : positif
Palpasi : positif Chlorethile : positif
b. Jaringan Lunak : tidak didapatkan nyeri tekan dan massa pada gingiva
c. Pemeriksaan Lain
Rontgen foto : pro foto panoramic
Laboatorium : tidak dilakukan
IV. DIAGNOSIS
8 fraktur ellis kelas 3
V. TERAPI
8 pro perawatan saluran akar

4
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dental atau patah
gigi merupakan hilangnya atau lepasnya fragmen dari satu gigi lengkap yang
biasanya disebabkan oleh trauma atau benturan.
Fraktur gigi dapat dimulai dari ringan (melibatkan chipping dari lapisan
gigi terluar yang disebut email dan dentin) sampai berat (melibatkan fraktur
vertikal, diagonal, atau horizontal akar). 7
B. Etiologi
Menurut penelitian Peng pada tahun 2007, kebanyakan penyebab fraktur
dental adalah benturan atau trauma terhadap gigi yang menimbulkan disrupsi
atau kerusakan email, dentin, atau keduanya. Disamping itu, faktor lain yang
ditambahkan oleh American Dental Association (ADA) yaitu kebiasaan buruk,
kehilangan sebagian besar struktur gigi, paparan email gigi terhadap suhu
ekstrim, tambalan pada gigi, gigi pasca rawatan endodontik dan kesalahan
dokter gigi. 7,8
C. Klasifikasi fraktur gigi
Para ahli mengklasifikasikan berbagai macam kelainan akibat trauma gigi
anterior. Klasifikasi fraktur gigi yang telah diterima secara luas adalah
klasifikasi menurut Ellis dan Davey (1970), Klasifikasi menurut World Health
Organization (WHO) dan modifikasi oleh Andreasen (1978) serta klasifikasi
yang direkomendasikan dari World Health Organization (WHO) dalam
Application of International Classification of Diseases to Dentistry and
Stomatology (1995).
1. Klasifikasi menurut Ellis dan Davey
Ellis dan Davey (1970) menyusun klasifikasi fraktur pada gigi
anterior menurut banyaknya struktur gigi yang terlibat, yaitu:

5
Kelas 1: Fraktur mahkota sederhana yang hanya melibatkan
jaringan email. Ini adalah fraktur relatif tidak berbahaya melibatkan
terluar permukaan gigi. Hal ini biasanya tidak menimbulkan rasa
sakit
Kelas 2: Fraktur mahkota yang lebih luas yang telah melibatkan
jaringan dentin tetapi belum melibatkan pulpa. Fraktur ini
menembus lapisan kedua gigi yang cenderung sensitif terhadap
suhu panas atau dingin.
Kelas 3: Fraktur mahkota gigi yang melibatkan jaringan dentin dan
menyebabkan terbukanya pulpa
Kelas 4: Fraktur pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi tidak
vital dengan atau tanpa kehilangan struktur mahkota.
Kelas 5: Fraktur pada gigi yang menyebabkan kehilangan gigi atau
avulsi.
Kelas 6: Fraktur akar dengan atau tanpa kehilangan struktur
mahkota.
Kelas 7: Fraktur pada gigi yang menyebabkan perubahan posisi atau
displacement gigi.
Kelas 8: Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi yang
menyebabkan fraktur mahkota yang besar tetapi gigi tetap pada
tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan.
Kelas 9: Kerusakan gigi akibat trauma atau benturan pada gigi
sulung.
2. Klasifikasi menurut World Health Organization (WHO)
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (1978) memakai klasifikasi
dengan nomor kode yang sesuai dengan ICD (International Classification
of Diseases), sebagai berikut:

6
873.60: Fraktur email hanya meliputi email dan mencakup
gumpilnya email, fraktur tidak menyeluruh atau retak pada email.
873.61: Fraktur mahkota yang melibatkan email dan dentin tanpa
terbukanya pulpa. Fraktur sederhana yang mengenai email dan
dentin, pulpa tidak terbuka.
873.62: Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa. Fraktur yang
rumit yang mengenai email dan dentin dengan disertai pulpa yang
terbuka.
873.63: Fraktur akar hanya mengenai sementum, dentin, dan pulpa.
Juga disebut fraktur akar horizontal.
873.64: Fraktur mahkota-akar. Fraktur gigi yang mengenai email,
dentin, dan sementum akar. Bisa disertai atau tidak dengan
terbukanya pulpa.
873.66: luksasi. Pergeseran gigi, mencangkup konkusi
(concussion), subluksasi, luksasi lateral, luksasi ekstruksi, dan
luksasi intrusi.
873.67: Intrusi atau ekstrusi.
873.68: Avulsi. Pergeseran gigi secara menyeluruh dan keluar dari
soketnya.
873.69: Injuri, seperti laserasi jaringan lunak.
3. Klasifikasi menurut Andreasen
Andreasen juga mengklasifikasikan injuri pada tulang pendukung
dan injuri pada mukosa mulut. Menurut Andreasen dalam bukunya
Patologi Gigi Geligi Kelainan Jaringan Keras Gigi, secara garis besar
fraktur gigi digolongkan menurut penyebabnya sebagai berikut:
a. Fraktur spontan
Merupakan jenis fraktur yang diakibatkan oleh adanya
tekanan pengunyahan. Pada hal ini elemen-elemen email gigi

7
mengalami atrisi dan aus karena adanya gesekan pada saat
mengunyah. Keadaan ini bisa menyebabkan gigi mengalami fraktur.
Fraktur spontan lebih sering terjadi pada gigi molar satu bawah.
b. Fraktur traumatik
Fraktur traumatik terjadi akibat adanya benturan keras yang
bersifat tiba-tiba. Fraktur traumatik tidak terjadi pada bayi dibawah
umur 1 tahun karena pengaruh aktivitas yang dilakukannya.
Penyebab yang sering terjadi adalah benturan akibat kecelakaan
atau karena dipukul. Berdasarkan bagian yang mengalami fraktur,
dibedakan menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
1) Fraktur mahkota
Fraktur mahkota merupakan jenis fraktur yang terjadi pada
bagian email hingga ke bagian tulang gigi dengan atau tanpa
patahnya sebagian elemen. Dalam hal ini, yang termasuk
dalam jenis fraktur ini adalah jenis fraktur Ellis 1 dan Ellis 2.
Fraktur mahkota juga dapat dibagi menjadi:
Infraksi mahkota: fraktur yang terjadi tidak membentuk
suatu patahan, namun hanya berupa garis retak saja yaitu
sekitar 10-13%. Retak biasa mencapai dentin hingga pulpa.
Fraktur mahkota tanpa komplikasi: fraktur yang terjadi
pada sebagian email, dan dentin. Umumnya terjadi pada
gigi anterior dan patah pada bagian sudut mesial maupun
sudut distal. Fraktur jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit,
namun apabila fraktur terjadi hingga mencapai dentin,
maka rasa sakit akan terasa terutama pada saat makan
maupun karena perubahan suhu. Rasa sakit pada saat
mengunyah juga bisa terjadi karena jaringan periodontal
juga mengalami kerusakan.
Fraktur mahkota dengan komplikasi: bagian besar mahkota

8
dan tulang gigi patah sehingga pulpa terbuka dan
mengalami pendarahan kapiler. Rasa sakit biasanya timbul
pada saat mengunyah dan jika terjadi perubahan suhu
(terjadi sekitar 4% pada kasus fraktur mahkota).
2) Fraktur akar
Fraktur akar terjadi pada daerah sekitar akar gigi. Diagnosis
ditegakkan melalui pemeriksaan foto rontgen untuk
mengetahui kondisi gigi yang mengalami fraktur.
Fraktur Mahkota Akar terjadi dari insisal sampai 2-3 mm
di bawah pengikatan gingival pada elemen pada arah
vestibulolingual, dan pulpa sering terlibat dalam hal ini.
Pada gigi premolar atas, tonjol vestibular sering patah.
Pada kasus yang terakhir, bagian yang patah biasanya
ditahan pada tempatnya oleh serabut periodontal, sehingga
retak pada mulanya kurang menarik perhatian. Keluhan
yang terjadi pada pasien seperti keluhan pada pulpitis, dan
sakitnya akan bertambah ketika digunakan untuk
menggigit.
Fraktur Akar Gigi yang baru erupsi memiliki resiko untuk
lepas dari alveolus apabila terjadi benturan, sedangkan gigi
yang telah tumbuh sempurna memiliki resiko patah.
Andreasen (1981) juga mengklasifikasi trauma terhadap gigi
berdasarkan gejala pada gambaran klinis, seperti:
a. perubahan warna email menjadi lebih putih atau kuning hingga
kecokelatan
b. perubahan warna email yang mengalami hipoplasia, menjadi lebih
putih atau kuning hingga kecokelatan
c. dilaserasi mahkota
d. malformasi gigi

9
e. dilaserasi akar
f. gangguan pada erupsi
D. Gambaran klinis
Menurut klasifikasi fraktur dari Ellis, fraktur terdiri dari empat kelompok
dasar:

1. Fraktur email

Fraktur mahkota sederhana tanpa mengenai dentin.

Gambar 2. Fraktur terbatas pada email dengan hilangnya struktur gigi. 9,10

2. Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa


Fraktur mahkota yang mengenai cukup banyak dentin, tanpa megenai
pulpa.

Gambar 3. Fraktur terbatas pada email dan dentin dengan hilangnya


struktur gigi, tapi tidak melibatkan pulpa. 9, 10

3. Fraktur mahkota dengan terbukanya pulpa

Fraktur mahkota yang mengenai dentin dan menyebabkan pulpa terbuka.

10
Gambar 4. Fraktur yang melibatkan email dan dentin dengan hilangnya
struktur gigi dan eksposur pulpa. 9, 10, 11

4. Fraktur Akar
Fraktur terbatas pada akar gigi yang melibatkan sementum, dentin dan
pulpa.

Gambar 5.

E. Gambaran Radiologi
Foto rontgen penting sebelum membuat diagnosis pada pasien, dan dari
foto tersebut kita dapat melihat batas fraktur sampai mana. Dari foto tersebut,
lokasi yang mengalami fraktur akan muncul gambaran garis yang radiolusen.

11
(a) (b)

(c) (d)
Gambar 8. a. Fraktur email; b. Fraktur dentin tanpa terbukanya pulpa; c. Fraktur
mahkota dengan terbukanya pulpa; d. Fraktur akar

F. Pencegahan
Mencegah fraktur tampaknya sulit. Namun ada beberapa cara untuk
mengurangi kemungkinan gigi fraktur secara umum:
1. Pemakaian mouth guard
Aspek utama fraktur gigi adalah disebabkan oleh trauma. Mouth guard
dapat melindungi mulut dan meminimalkan risiko terkait cedera mulut,
termasuk cedera pada bibir, lidah, jaringan lunak, dan gigi. Memakai mouth
guard dapat melindungi terhadap pecah atau fraktur gigi, akar atau
kerusakan tulang, dan bahkan mencegah gigi lepas atau tercabut. Biasanya

12
meliputi gigi atas, dan akan membantu melindungi dari cedera. 8,12

Gambar 9a. Mouth guard untuk olahraga; b. Mouth guard untuk waktu tidur.
2. Pemeriksaan gigi
Pasien harus melakukan kunjungan ke dokter gigi sekali atau dua kali
setiap tahun untuk pemeriksaan gigi. Hal ini disebabkan oleh struktur gigi
yang sudah rapuh karena perawatan saluran akar ataupun bahan restorasi
yang lama mulai terpisah dari struktur gigi. Dengan pemeriksaan dan dapat
dideteksi lebih awal, kondisi fraktur gigi dapat dielakkan dan segera
dilakukan perawatan. 8
3. Diet
Pilihan makanan terbaik untuk kesehatan gigi seperti keju, daging,
kacang-kacangan, dan susu. Makanan ini penting untuk melindungi email
gigi dengan menyediakan kalsium dan fosfor yang dibutuhkan untuk
remineralisasi gigi. 13
G. Penatalaksanaan
1. Emergency department care
Menyediakan manajemen nyeri yang memadai dan vaksinasi tetanus,
dan memastikan tindak lanjut perawatan yang tepat.
Fraktur Ellis kelas I: Meratakan bagian kasar dengan bor gigi atau
amplas. Tatalaksana fraktur gigi bagian enamel saja tidak memerlukan
perawatan segera.

13
Fraktur Ellis kelas II: Melapisi bagian dentin yang terbuka dengan
lapisan seng oksida atau pasta kalsium hidroksida (Dycal).
Gigi harus kering pada pemakaian dycal agar dapat menempel.
Melapisi gigi dengan sepotong kecil kertas aluminium. Paparan
kelembaban meningkatkan kecepatan penggunaan dycal.
Pada pasien yang lebih muda dari 12 tahun, pelapisan sangat
penting untuk mencegah infeksi.
Fraktur Ellis kelas III: Menutup bagian dentin yang terbuka dengan
lapisan seng oksida atau kalsium hidroksida. Umumnya, jika terjadi
perdarahan dan kelembaban, materi akan lebih sulit untuk menempel
di gigi. Segera tutup dengan kertas aluminium dan merujuk pasien ke
dokter gigi.
Fraktur akar dan dentoalveolar memerlukan pembidaian oleh seorang
dokter gigi selama beberapa minggu.
Ethicon, yang merupakan kombinasi dari lilin lebah dan isopropil
palmitat, tidak dianjurkan untuk fraktur gigi terbuka karena dapat
menyebabkan reaksi peradangan dari jaringan lunak sekitarnya
(misalnya, pulpa).
2. Konsultasi
Tergantung bagian yang mengalami fraktur, dokter spesialis gigi dapat
melakukan pembuatan saluran akar dengan kalsium hidroksida diikuti oleh
mengisi getah perca atau pulpotomi parsial.
3. Medikasi
Obat yang digunakan untuk mengobati patah tulang gigi umumnya
obat golongan NSAID, analgesik, anxiolytics, dan antibiotik yang tepat.

14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Da Silva Mendoca DH et al. Functional-aesthetic treatment of crown fracture


inanterior teeth with severe crowding. RSBO 2012,9(3):328-33.
2. DiAngelis AJ et al. Guidelines for the management of traumatic Dental
Injuries:1. Fractures and luxations of permanent teeth. Dent
Traumatol;2012;28:2-12.
3. Nicholls E. Endodonticcccs. Bristol: Jhon Wright & Son LTD.1967;242-55.
4. Cohen S et al. Pathwayof the pulp. Eight edision. Mosby;2002,603-12.
5. Kahler W. The cracked tooth conundrum : Terminology, classification,
diagnosis, and management. Am J Dent;2008, 21:275-82.
6. Rubina, Kumar M et al. Prosthodontic management of endodontically treated
teeth- a review. Int Dent J od Students research. 2013,1(4):4-11.
7. American Dental Association. Dictionary of dental terms.
http://www.ada.org/373.aspx

8. Do you have a cracked tooth?. JADA, Vol: 134, April 2003: 531.

9. Andreasen JO, Andreasen FM, Bakland LK, Flores MT. Crown fracture

without pulp exposure. Traumatic Dental Injuries. A Manual. Oxford:

Blackwell/Munksgaard Publishing Company. 2003: 28-29.


10. Andreasen FM, Andreasen JO. Crown fractures. In: Andreasen JO, Andreasen
FM, Andersson L, (eds.). Textbook and Color Atlas of Traumatic Injuries to the
Teeth 4th ed. Oxford, Blackwell 2007: 280-305.
11. Diangelis AJ, Andreasen JO, Ebeleseder KA, Kenny DJ, Trope M, Sigurdsson A,
Andersson L, Bourguignon C, Flores MT, Hicks ML, Lenzi AR, Malmgren B,
Moule AJ, Pohl Y, Tsukiboshi M. International Association of Dental
Traumatology guidelines for the management of traumatic dental injuries: 1.
Fractures and luxations of permanent teeth. Dent Traumatol 2012; 28: 66-71.

15
Erratum in Dent Traumatol. 2012: 28: 499.
12. Kahler W. The cracked tooth conumdrum. AMJDENT, Vol. 21, No. 5, April

2008: 276-82.

13. Saksham C. Bruxism, causes and management. IJDS, Issue: 1, Vol: 3, 2011: 26-

7.

14. Thomas JJ, Edwards AR. Fractured Teeth. Medscape. 2016

16

Anda mungkin juga menyukai