Disusun Oleh:
Dayani Fitriah Kasim
J011221118
Kelompok 2
Pasien perempuan usia 32 tahun datang ke RSGMP Universitas Hasanuddin dengan keluhan
gigi depan atas berlubang dan berwarna kehitaman. Gigi terasa ngilu terutama jika minum
minuman dingin dan pasien merasa kurang percaya diri untuk tersenyum. Pemeriksaan intra
oral tampak gigi 11 karies ICDAS Code 05, Site 2, Size 2 nampak kerusakan mencapai insisal
dan gigi 21 Code 04, Site 2, Size 2. Tes vitalitas gigi 11 dan 21 (+). Pasien ingin giginya
diperbaiki.
B. KATA KUNCI
1. Pasien perempuan usia 32 tahun
2. gigi depan atas berlubang
3. Gigi terasa ngilu terutama jika minum minuman dingin
4. Gigi berwarna kehitaman
5. gigi 11 karies ICDAS Code 05, Site 2, Size 2 dan kerusakan mencapai insisal
6. Pasien ingin giginya diperbaiki.
7. Tes vitalitas gigi 11 dan 21 (+)
8. pasien merasa kurang percaya diri
9. gigi 21 Code 04, Site 2, Size 2
C. PERTANYAAN PENTING
1. Apa definisi dan klasifikasi dari lesi karies dan lesi non-karies? (Inas dan Siti)
2. Bagaimana cara mencegah terjadinya karies? (Nindya)
3. Bagaimana patomekanisme terjadinya karies? (Nadya)
4. Apa yang dimaksud dengan lesi karies code 05, site 2, size 2 pada gigi 11 dan code
04, site 2, size 2 pada gigi 21? (Bethsy)
5. Adakah hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kasus pada scenario?
(Aidzar)
6. Mengapa pasien merasa ngilu pada saat meminum minuman dingin? (Azzahra)
7. Apa yang menyebabkan gigi anterior berwarna kehitaman? (Early)
8. Bagaimana cara menginterpretasi hasil tes vitalitas pada gigi pasien? (Atikah
danAziza)
9. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis dan bahan
restorasiberdasarkan kasus pada skenario? (Mifta)
10. Bagaimana prosedur perawatan kasus pada skenario? (Victoria)
11. Apa akibat yang terjadi apabila kasus pada skenario tidak dilakukan perawatan?
(Dayani)
1. Forward Caries
Forward karies ialah karies yang paling umum yang dimulai dari enamel dan semakin
meluas proceeds from enamel to dentin.lesi berbentuk segitiga dengan dasar segitiga
pada permukaan email + apeks ke arah dentin
2. Backward caries
Karies yang dimulai dari dej ke sepanjang email juga berbentuk segitiga dengan
dasar pada DEJ + apeks ke arah permukaan enamel
1. Simple Caries
Merupakan karies yang terjadi hanya pada satu permukaan gigi
Gambar 1.5.1.Simple Caries
2. Compound caries
Merupakan karies yang terjadi pada dua permukaan gigi
3. Complex caries
Merupakan karies yang terjadi di lebih dari dua permukaan gigi
Klasifikasi lesi non karies adalah Kerusakan yang tidak disebabkan oleh mikroorganisme
atau plak.
Klasfikasi lesi non karies
Atrisi adalah keausan gigi yang disebabkan oleh kontak langsung dari gigi ke gigi4
Penggunaan fluoride9
Penggunaan fluorida untuk pencegahan dan pengurangan karies sangatlah tinggi.
Fluorida dalam jumlah kecil meningkatkan ketahanan struktur gigi terhadap demineralisasi
dan sangat penting untuk pencegahan karies. Pada saat fluoride tersedia selama siklus
demineralisasi gigi itu merupakan faktor utama dalam mengurangi aktivitas karies. Fluorida
tampaknya menjadi nutrisi penting bagi manusia dan dibutuhkan hanya dalam jumlah yang
sangat kecil kuantitas.
Saliva3
Saliva memberikan efek pertama sebagai garis pertahanan terhadap karies gigi.
Saliva bekerja dengan cara mengencerkan asam yang diproduksi di dalam biofilm,
kemudian mencuci asam (menelan), buffering asam yang dihasilkan (bikarbonat + fosfat),
dan membantu dalam remineralisasi (kalsium + fosfat). Saliva juga bekerja dengan
membentuk sebuah pelikel. Ketika tingkat rendah saliva normal terganggu, pasien biasanya
berisiko tinggi untuk mengembangkan karies
Probiotik3
Salah satu pendekatan baru untuk mengurangi karies gigi yang telah muncul dalam
beberapa tahun terakhir adalah probiotik. Konsep dasarnya adalah untuk menginokulasi
rongga mulut dengan bakteri yang akan bersaing dengan bakteri kariogenik dan akhirnya
menggantikannya. Bakteri probiotik tidak boleh menghasilkan efek samping yang
signifikan. Sejumlah produk komersial telah diperkenalkan dan telah terbukti aman dalam
studi jangka pendek. Namun, tingkat efektivitas mereka masih belum diketahui. Telah
berspekulasi bahwa untuk mikroorganisme probiotik untuk mendapatkan dominasi, patogen
yang ada harus dieliminasi terlebih dahulu.
Restorasi3
Status restorasi pasien yang ada mungkin memiliki pengaruh yang penting
mempengaruhi hasil dari tindakan pencegahan dan pengobatan karies. Restorasi lama yang
kasar dan retensi plak harus dihaluskan dan dipoles. Jika integritas marginal tidak memadai,
maka restorasi tersebut harus diperbaiki atau diganti. Restorasi cacat seperti overhang,
kontak proksimal terbuka, dan cacat kontur berkontribusi pada pembentukan dan retensi
plak. Ini cacat harus diperbaiki, biasanya dengan penggantian restorasi yang rusak
(Prasetiowati LE, Purnomowati RRD. Peningkatan pengetahuan, keterampilan oral
propylaksis upaya pencegahan karies gigi dan perilaku hidup bersih sehat lingkungan
pondok pesantren tahfiz daarul hidayah. Jompa Abdi: Jurnal Pengabdian Masyarakat.
2022: 1(2), pp. 147-8.
Ritter AV. Sturdevant's art & science of operative dentistry-ebook. 7th Ed. Elsevier
Health Sciences: 2017, pp. 75, 99, 127, 219, 248.)
4) Apa yang dimaksud dengan lesi karies code 05,site 2,size 2 pada gigi 11 dan
code 04,site 2,size 2 pada gigi 21?
Jawaban:
Lesi karies pada gigi 11
Code 05:Tampak kavitas pada dentin
Site 2:Karies terletak di area proksimal gigi,baik gigi anterior maupun
posterior gigi.
Size 2:Ukuran kavitas sedang,dimana masih terdapat struktur gigi yang
cukup untuk menyangga restorasi yang akan ditempatkan.
Lesi karies pada gigi 21
Code 04:Tampak bayangan gelap pada dentin
Site 2:Karies gigi terletak diarea proksimal gigi,naik gigi anterior maupun
gigi posterior
Size 2:Ukuran kavitas sedang,dimana masih terdapat struktur gigi yang
cukup untuk menyangga restorasi yang akan ditempatkan.
5) Adakah hubungan antara usia dan jenis kelamin dengan kasus pada
skenario?
Jawaban:
Setiap orang berisiko terkena karies gigi, tetapi anak-anak adalah yang paling
berisiko. Strategi pencegahan karies gigi yaitu untuk mengurangi konsumsi gula yang
merupakan pendekatan kesehatan masyarakat utama yang harus menjadi prioritas. Karena
karies gigi adalah hasil dari paparan faktor risiko makanan yang banyak menggandung gula
(WHO, 2017).
Penelitian yang dilakukan oleh (Kurniawan et al., 2017), berjudul hubungan
pengetahuan, umur dan jenis kelamin dengan kejadian karies gigi pada siswa-siswi kelas ii-
iii mi muhammadiyah jatikulon kudus, hasil penelitian tidak ada hubungan jenis kelamin
dengan kejadian karies. Penelitian yang dilakukan oleh (Kusuma dan Taiyeb, 2020),
berjudul gambaran kejadian karies gigi pada anak kelas 2 sekolah dasar negeri 20
sungaiselan, hasil penelitian tidak ada hubungan jenis kelamin dengan kejadian karies
dengan nilai (p value 0,446). Berdasarkan asumsi peneliti sebagian besar jenis kelamin
perempuan. Kejadian karies di akibatkan oleh mikroorganisme yang ada di mulut, kejadian
karies tidak didasarkan oleh faktor jenis kelamin, karena faktor yang berhubungan dengan
faktor resiko kejadian karies seperti perilaku, megosok gigi serta konsumsi glukosa yang
tinggi.10
Awalnya,perubahan warna sementara dari mahkota menjadi warna merah muda dan dapat
diamati.hal ini diikuti oleh hemolisis sel darah merah.heme yang dilepas kemudian bergabung
dengan jaringan pulpa yang sudah rusak untuk membentuk besi.besi lalu dikonversi oleh
hidrogen sulfat berwarna gelap,yang akan menghitamkan gigi.hal ini dapat menembus jauh
kedalam dentinalis dan menyebabkan perubahan warna pada seluruh permukaan gigi. 12
Tes vitalitas pulpa digunakan untuk menilai berbagai parameter yang mencirikan suplai
vaskular pulpa gigi, yang merupakan penentu sebenarnya vitalitas pulpa. Flowmetri Laser
Doppler (LDF), sinar laser yang ditransmisikan (TLL), pencitraan spekel laser (LSI),
oksimetri pulsa (PO), plethysmografi cahaya yang ditransmisikan (TLP), dan
spektrofotometri panjang gelombang ganda (DWS) adalah metode pengujian pulp
berdasarkan teknologi optik.Tindakan ini sepenuhnya non-invasif, tidak menimbulkan rasa
sakit, dan objektif (tidak memerlukan respons subjektif dari pasien).Salah satu kelemahan
yang dimiliki oleh semua perangkat transmisi cahaya yang digunakan untuk pengujian pulpa
adalah bahwa perangkat tersebut terbatas pada gigi yang mengandung jaringan pulpa di
bagian mahkota gigi.13
PO dan LDF adalah tes vitalitas pulpa yang paling banyak dipelajari, dengan hasil klinis
terbaik di antara metode pengujian pulpa.TLP dan TLL dikembangkan untuk pengujian pulp
dalam upaya untuk memperbaiki beberapa keterbatasan PO dan LDF, namun relatif berhasil,
karena keduanya memiliki keterbatasannya sendiri.DWS telah dipelajari secara in-vitro
dengan hasil yang baik dan menjadi dasar untuk pengembangan oksimetri nadi. Evaluasi
hasil ukur alat-alat tes vitalitas pulpa gigi tersebut yaitu: positif asli, positif palsu, negative
asli, negative palsu, dan penghitungan data hasil tes sensitivitas-spesifisitas pulpa. Evaluasi
menggunakan alat PO memiliki tingkat spesifisitas yang paling tinggi yaitu 628.5 yang
diikuti dengan EPT dengan nilai sebesar 10.75, CT dengan nilai 17.24, dan HT dengan nilai
3.47.13
Vitalitas pulpa dipengaruhi oleh seberapa dalam jaringan pulpa terpapar oleh karies, bakteri
penyebab karies, atau sistem imunitas tubuh yang selanjutnya dari vitalitas pulpa tersebut
dapat mengindikasikan keadaan pulpa dan memprediksi rencana perawatan apakah dengan
menggunakan amputasi pulpa atau menggunakan bahan tambal yang merangsang
terbentuknya dentin sekunder-tersier pada gigi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PO
memiliki tingkat akurasi yang paling akurat menentukan status vitalitas pulpa. Namun,
terdapat beberapa faktor tambahan yang harus diperhatikan oleh dokter gigi ketika melakukan
tes vitalitas pulpa, yaitu: keadaan umur dan jenis kelamin pasien yang datang. Keakurasian
dalam menentukan keadaan vitalitas pulpa merupakan hal yang dapat mempengaruhi
penegakan diagnosis, maintenance, dan rencana perawatan terhadap pasien yang datang ke
dokter gigi.13
9) Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam memilih jenis dan bahan
restorasi berdasarkan kasus pada skenario?
Jawaban:
2.5.1 Pertimbangan dalam memilih bahan
Gigi anterior sangat mementingkan estetik, sehingga pemilihan bahan yang digunakan dan
warnanya menjadi faktor penting untuk dipertimbangkan. Pilihan bahan restorasi yang
dipakai yaitu komposit, glass-ionomer dan komposit mikrofil, yang masing-masing memiliki
keuntungan dan kerugian. Dokter gigi dianjurkan untuk bisa memilih bahan yang digunakan
untuk memenuhi kebutuhan estetik pasien. Dokter gigi juga harus memahami bentuk,
proporsi, warna, bahan dan efek samping dalam bekerja serta menentukan diagnosis dan
tahapan perawatan. Pemakaian masing-masing material restorasi tersebut harus dipilih
dengan mempertimbangkan kesesuaian antara sifat bahan yang akan digunakan dengan
kondisi gigi yang akan direstorasi, untuk memperoleh hasil restorasi yang baik. 14
Saat memilih bahan restorasi, perlu dipertimbangkan apakan pasien menderita beban oklusal
dan paragungsi yang berlebihan atau tidak. Perlu juga mempertimbangkan apakah pasien
dengan kebiasaan bruxism, panduan disoklusi yang kurang, facet/aus, atau atrisi yang parah
karena tekanan oklusal yang berat. Pemilihan bahan restorasi harus sesuai dengan rencana
perawatan. Contohnya, restorasi gigi yang nantinya berfungsi sebagai penyangga prostetik
mungkin berbeda dari restorasi permanen tanpa perawatan lebih lanjut. 15
2.5.2 Survival, performance, dan hal yang berkaitan dengan pemilihan bahan restorasi
estetik direct
Survival rate komposit jauh lebih rendah daripada amalgam. Secara keseluruhan, survival
rate untuk komposit pada gigi permanen setelah 7 tahun adalah 67.4%, dibandingkan dengan
restorasi amalgam 94.5%. Lebih dari 90% restorasi amalgam pada gigi permanen bertahan
lebih dari 9 tahun. Sebagai perbandingan, hanya 64% restorasi glass ionomer bertahan setelah
5 tahun. Hanya 41% komposit kelas V yang dipasang dengan bonding bertahan lebih dari 5
tahun. Haisl penelitian menyimpulkan bahwa restorsasi glass ionomer kelas II/komposit
harus dihindari karena tingginya persentase kegagalan pada margin gingiva di proksimal box.
Untuk perbandingannya dapat dilihat pada gambar dibawah ini 16
Jumlah struktur gigi yang tersisa harus dipertimbangkan karena hal tersebut menentukan
resistensi dan kemungkinan retensi dari bahan restorative yang pada akhirnya mempengaruhi
hasil akhir dari restorasi. Ketahanan suatu restorasi merupakan goals dari perawatan yang
diinginkan oleh pasien, maka dari itu, desain suatu restorasi haruslah mampu mencegah
fraktur dan displacement. Kavitas kelas II kecil dan medium bisa dengan mudah direstorasi
menggunakan amalgam atau resin komposit. Namun, jika jumlah struktur gigi yang hilang
lebih besar dari sepertiga jarak intercuspal, maka gigi tersebut sangat rentan dengan
terjadinya fraktur. Restorasi indirect bisa menjadi solusi, namun konsep modern dari adhesive
kedokteran gigi menganjurkan menggunaan restorasi direct komposit bahkan pada gigi yang
dilakukan perawatan endodontik. Pada gigi anterior, jumlah truktur gigi yang tersisa juga
akan menentukan keberhasilan restorasi. 16
11) Apa akibat yang terjadi apabila kasus pada skenario tidak dilakukan
perawatan?
Jawaban:
Penyakit karies gigi merupakan suatu proseskronis regresif yang dimulai dengan larutnya
mineral email sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara emaildan sekelilingnya yang
disebabkan oleh pembentukan asam microbial dari substrat sehingga timbul komponen-
komponen organik yang akhirnya terjadi kavitas. Dimana prosesnya terjadi terus berjalan
kebagian yang lebih dalam dari gigi sehingga membentuk lubang yang tidak dapat diperbaiki
kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, pada proses ini terjadi demineralisasi yang
disebabkan oleh adanya interaksi kuman, karbohidrati pada permukaan gigi dan waktu.
Karies yang tidak dirawat terjadi karena demineralisasi lapisan email, menyebabkan email
menjadi rapuh. Jika karies gigi dibiarkan tidak dirawat, proses karies akan terus berlanjut
sampai ke lapisan dentin dan pulpa gigi, apabila sudah mencapai pulpa gigi biasanya
penderita mengeluh giginya terasa sakit. Jika tidak dilakukan perawatan, akan menyebabkan
kematian pulpa, serta proses radang berlanjut sampai ke tulang alveolar. Beberapa masalah
yang timbul pada karies yang tidak dirawat seperti pulpitis, ulserasi, fistula, dan abses. 17
DAFTAR PUSTAKA
1. Mount GJ, Hume WR, Ngo HC, Wolff MS, editors. Preservation and restoration of tooth
structure. 3rd Ed. John Wiley & Sons: 2016. pp. 83-4.
2. Ritter AV. Sturdevant's art & science of operative dentistry-ebook. 7th Ed. Elsevier Health
Sciences: 2017, pp. 75, 99, 127, 219, 248.
3. Pratiwi A,Ardy O. The level of knowledge on tooth erosion among dental students in
dental hospital, Jakarta. Majalah Sainteks.2020;7(9):25
4. Lestari NA,Suryamotjo I,Sembiring LS. Pengaruh mengonsumsi minuman
berkarbonasi terhadap erosi gigi insisivus permanen rahang atas. Sound of
Dentistry.2019;3(2):59-60
5. Rees J,Somi S. A guide to the clinical management of attrition. British Dental
Journal.2018;224(5):319-23
6. Ngatemi,Sariana E,Hilwa K. The relationship between characteristics and habits of
brushing teeth with the incidence of dental abrasion in employees of the al-ikhlas
masjid cilandak foundation in Jakarta.Arkesmas.2019;4(2):186-7
7. Badavannavar AN, Ajari S, Nayak K, Khijmatgar S. Abfraction: Etiopathogenesis,
clinical aspect, and diagnostic-treatment modalities: A review. Indian journal of
dental research : official publication of Indian Society for Dental Research. 2020;
31(2): 305-11
8. Prasetiowati LE,Purnomo RRD.Peningkatan Pengetahuan,Keterampilan oral
Propylaksis Upaya Pencegahan Karies Gigi dan Perilaku Hidup Bersuh Sehat
Lingkungan Pondok Pesantren Tahfiz Daarul Hidayah.Jompa Abdi:Jurnal Pengabdian
Masyarakat.2022;1(2):147-148
9. Jamilah,dkk. Analisis Kejadian Karies Gigi Pada Anak SD Al-Azhar di Kelurahan
Bangun Jaya Kota Pagar Alam. Jurnal Kesehatan Saelmakers
PERDANA.2022;5(1):168-169
10. Rasni NDP,Khoman JA.Pelaksanaan Hipersensitivitas Dentin.e-GiGi.2021;9(2):134-
135
11. Syamsiah Syam,dkk.Internal Bleaching of a Traumatized Discolored Teeth in The
Aesthetic Zone.Makassar Dent J.2019;8(1):7
12. Igna A,dkk.A Diagnostic Insight of Dental Pulp Testing Methods in Pediatric
Dentistry.Mediciana.2022;58(5):665
13. Torres CRG. Modern operative dentistry: principles for clinical practice. Switzerland:
Springer International Publishing 2020. Pp 31,185
14. Dewiyani S. Restorasi gigi anterior menggunakan Teknik direct komposit. Jurnal
Ilmiah dan Teknologi Kedokteran gigi. 2017; 13(2): 7-8
15. Shen C, Rawls HR, Upshaw JFE. Phillips’ science of dental materials. 13thed.
St.Louis, Missouri: Elsevier. 2022. Pp.287-9)
16. Mardianti FT,, Sukaton S, Sampoerno G. Benefit of glycerine on surface hardness of
hybrid & nanofill resin composite. Conservative Dentistry Journal. 2021; 11, pp. 28-9.
17. Simaremare A,Siregar R. Gambaran karies yang tidak dirawat dengan kualitas hidup
pada siswa/i kelas vii smp negeri 31 medan.Jurnal Ilmiah Panmed.2017;12(2):107-8