Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Ada empat keadaan yang menyebabkan rusaknya struktur gigi dan
kadang-kadang memerlukan perbaikan yakni karies, aus, trauma dan kelainan
pertumbuhan. Suatu pemahaman mengenai aspek perubahan histologik,
gejala atau efek lain yang ditimbulkannya merupakan hal yang sangat penting
jika dokter gigi akan merencanakan dan melaksanakan perawatan yang benar,
efektif dan berorientasi pada kepentingan pasien.
Karies gigi (penyakit gigi berlubang) merupakan penyakit yang tersebar
luas di seluruh dunia, di mana penyakit ini tidak dapat sembuh dengan
sendirinya. Karies gigi dapat dihambat hanya dengan melakukan penambalan
yang baik. Struktur elemen gigi dan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya karies gigi harus diketahui, bila kita ingin tahu bagaimana proses
terjadinya karies gigi tersebut. Aspek morfologi dan bentuk-bentuk karies gigi
yang perlu diketahui agar penambalan atau perawatan terhadap karies gigi ini
dapat dilakukan secara baik dan dengan demikian, akan dapat mengurangi
kemungkinan kembalinya tambalan.
Keberadaan bakteri dalam mulut merupakan suatu hal yang normal.
Bakteri dapat mengubah semua makanan, terutama gula, menjadi asam.
Bakteri, asam, sisa makanan, dan ludah akan membentuk lapisan lengket yang
melekat pada permukaan gigi. Lapisan lengket inilah yang disebut plak.
Plak akan terbentuk 20 menit setelah makan. Zat asam dalam plak akan
menyebabkan jaringan keras gigi larut dan terjadilah karies. Bakteri yang paling
berperan dalam menyebabkan karies adalah Streptococcus mutans. Karies
ditandai dengan adanya lubang pada jaringan keras gigi, dapat berwarna
coklat atau hitam.
Karies gigi dapat dialami oleh setiap orang dan dapat timbul pada satu
permukaan gigi atau lebih dan dapat meluas ke bagian yang lebih dalam dari
gigi misalnya dari email ke dentin atau pulpa. Gigi dengan fisur yang dalam
mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga
produksi

asam

oleh

bakteri

akan

berlangsuang

dengan

cepat

dan

menimbulkan karies gigi.


1

Karies gigi terdapat diseluruh dunia, tanpa memandang umur, bangsa


atau keadaan ekonomi. Menurut penelitian di negara-negara Eropa, Amerika
dan Asia termasuk Indonesia, ternyata bahwa 80-95% dari anak-anak di bawah
umur 18 tahun terserang karies gigi. Patut diketahu bahwa karies gigi terdapat
terutama pada manusia dan jarang pada hewan. Pada manusai yang hidup
berkelompok secara primitif, penyakit ini lebih sedikit dibandingkan dengan
golongan yang lebih beradap. Persentase karies gigi bertambah dengan
meningkatnya peradaban manusia dan hanya kira-kira 5% penduduk yang
imun terhadap karies gigi. Hal ini merupakan suatu tantangan untuk ilmu
kedokteran gigi.
1.2.

Rumusan Masalah
1. Apa diagnosis berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari skenario di
2.
3.
4.
5.
6.
7.

1.3.

atas?
Apa yang dimaksud dengan karies?
Jelaskan etiologi karies?
Bagaimana klasifikasi karies?
Bagaimana patomekanisme dari karies?
Apa hubungan karies dengan rasa ngilu yang dialami pasien?
Bagaimana pencegahan dan perawatan karies?

Tujuan penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Mengetahui diagnosis berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari
2.
3.
4.
5.
6.
7.

skenario
Mengetahui definisi karies
Mengetahui etiologi karies
Mengetahui klasifikasi karies
Mengetahui patomekanisme dari karies
Mengetahui hubungan karies dengan rasa ngilu yang dialami pasien
Mengetahui pencegahan dan karies

BAB II
BATASAN TOPIK
2.1.

Skenario
Seorang laki-laki berusia 57 tahun yang berprofesi sebagai guru, datang ke
klinik RSGM Unhas dengan keluhan gigi belakang kiri bawah terasa ngilu bila
minum dingin dan makan makanan manis. Pasien tersebut merasa tidak ada
2

lubang giginya. Pada pemeriksaan klinis tampak warna kehitaman pada fisura
oklusal gigi 35 dan pada sondasi terasa ngilu. Pasien tersebut ingin penjelasan
bagaimana hal ini terjadi dan juga rencana perawatan selanjutnya pada gigi
tersebut. Perkusi dan palpasi tidak ada keluhan.
2.2.

Pertanyaan
1. Apa diagnosis berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari skenario di
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

atas?
Apa yang dimaksud dengan karies?
Apa etiologi karies serta gejala klinis yang dialami?
Berdasarkan skenario, termasuk klasifikasi apa karies di atas?
Bagaimana patomekanisme dari karies?
Apa hubungan karies dengan rasa ngilu yang dialami pasien?
Bagaimana pengaruh usia dengan resiko karies dari seseorang?
Bagaimana penanganan, perawatan, dan pencegahan karies?

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Definisi Karies
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin
dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu
karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi
jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya,
akibatnya terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksi ke
jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri. Walaupun demikian,
mengingat mungkinnya remineralisasi terjadi, pada stadium yang sangat dini
penyakit ini dapat dihentikan.1

3.2.

Etiologi Karies
Proses terjadinya karies pada gigi melibatkan beberapa faktor yang tidak
berdiri sendiri tetapi saling bekerjasama. Ada 4 faktor penting yang saling
berinteraksi dalampernbentukan karies gigi, yaitu:
a. Mikroorganisme
Mikroorganisme sangat berperan menyebabkan karies. Streptococcus
mutcins dan Lactobacillus merupakan 2 dari 500 bakteri yang terdapat pada
plak gigi dan merupakan bakteri utama penyebab terjadinya karies. Plak
adalah suatu massa padat yang merupakan kumpulan bakteri yang tidak
terkalsifikasi, melekat erat pada permukaan gigi, tahan terhadap pelepasan
dengan berkumur atau gerakan fisiologis jaringan lunak. Plak akan
terbentuk pada semua permukaan gigi dan tambalan, perkembangannya
paling baik pada daerah yang sulit untuk dibersihkan, seperti daerah tepi
gingival, pada permukaan proksimal, dan di dalam fisur.
Bakteri yang kariogenik tersebut akan memfermentasi sukrosa menjadi
asam

laktat

yang

sangat

kuat

sehingga

mampu

menyebabkan

demineralisasi
b. Gigi (Host)
Morfologi setiap gigi manusia berbeda-beda, permukaan oklusal gigi
memiliki lekuk dan fisur yang bermacam-macam dengan kedalaman yang
berbeda pula. Gigi dengan lekukan yang dalam merupakan daerah yang
sulit dibersihkan dari sisa sisa makanan yang melekat sehingga plak akan
mudah berkembang dan dapat menyebabkan terjadinyakaries gigi.
Karies gigi sering terjadi pada permukaan gigi yang spesifik baik pada
gigi susu maupun gigi permanen. Gigi susu akan mudahmengalami karies
pada permukaan yang halus sedangkan karies pada gigi permanen
ditemukan di permukaan pit dan fisur.
c. Makanan
Peran makanan dalam menyebabkan karies bersifat lokal, derajat
kariogenik makanan tergantung dari komponennya. Sisa-sisa makanan
dalam mulut (karbohidrat) merupakan substrat yang difermentasikan oleh
bakteri untuk mendapatkan energi. Sukrosa dan gluosa di metabolismekan
sedemikian rupa sehingga terbentuk polisakarida intrasel dan ekstrasel
sehingga bakteri melekat pada permukaan gigi. Selain itu sukrosa juga
menyediakan cadangan energi bagi metabolisme kariogenik. Sukrosa oleh
4

bakteri kariogenik dipecah menjadi glukosa dan fruktosa, lebih lanjut


glukosa ini dimetabolismekan menjadi asam laktat, asam format, asam
sitrat dandekstran.
d. Waktu
Karies

merupakan

penyakit

yang

berkembangnya

lambat dan

keaktifannya berjalan bertahap serta merupakan proses dinamis yang


ditandai oleh periode demineralisasi dan remineralisasi. Kecepatan karies
anak-anak lebih tinggi dibandingkan dengan kecepatan kerusakan gigi
orang dewasa.2
3.3.

Klasifikasi Karies
a. Berdasarkan topografi
- Karies pada mahkota gigi
- Karies pada akar gigi
b. Berdasarkan permukaan gigi yang terinfeksi
- Karies pada pit dan fisur (fissure and pit caries)
- Karies pada permukaan halus gigi (smooth surface caries)
- Karies pada daerah servikal gigi
- Karies pada daerah approximal (approximal facets caries)
c. Berdasarkan jaringan gigi yang terinfeksi
- Enamel caries
- Dentin caries
- Cementum caries
- Kombinasi dari ketiga jenis karies diatas
d. Berdasarkan lokasi karies (apakah pada gigi yang telah dirawat atau belum)
- Primary caries : caries yang timbul pertama kali pada gigi yang belum
-

pernah dirawat
Secondary caries : karies yang timbul pada gigi yang telah dirawat
,tetapi letak karies tidak langsung terhubung tengan tambalan dari gigi

yang telah direstorasi


Relapsing caries : karies yang timbul dibawah tambalan gigi yang telah

direstorasi, sebagian besar menyerang dentin


e. Berdasarkan kecepatan terjadinya
- Karies akut (caries rapida) : karies terjadi secara cepat, banyak terjadi
-

pada anak anak dan pada pasien dengan riwayat penyakit sistemik
Karies kronis (caries tarda) : progress dari caries tergolong lambat,

dapat pula terhenti secara sementara ataupun permanen


- Arrested caries
f. Berdasarkan defek serta hubungan dengan keadaan pulpa
- Incipient caries : fase pertama dari karies pada gigi, hanya menginfeksi
enamel, ditandai dengan bercak putih (white spot) pada gigi
5

Superficial

(dentinoenamel junction)
Intermediate caries (karies media) : karies telah melewati DEJ dan

menginfeksi dentin
Deep caries ( caries profunda simplex) menginfeksi struktur dentin yang

lebih dalam namun masih jauh dari pulpa


Deep caries close to the pulp ( caries profunda pulpae proximal ) : karies

caries

menginfeksi

seluruh

enamel

hingga

DEJ

telah mendekati pulpa , ditandai dengan tebentuk cavitas pada gigi


dengan terjadinya perubahan pada dentin , namun pulpa belum
3.4.

terinfeksi
Caries penetrating pulp : karies telah menginfeksi pulpa 3

Patomekanisme Karies

Sumber: Edwina A.M. Kidd. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangan1

Mekanisme terjadinya karies terdiri dari 3 teori, yaitu teori protheolysis,


proteolitic-chelation dan chemoparasitic atau disebut juga dengan teori
asidogenik. Teori asidogenik menjelaskan bahwa pernbentukan karies gigi
disebabkan oleh asam yang dihasilkan oleh aksi mikroorganisme terhadap
karbohidrat. Reaksi ini ditandai dengan dekalsifikasi komponen inorganik
dilanjutkan oleh disintegrasi substansi organik yang berasal dari gigi. 2
3.5.

Penyebab Rasa Ngilu pada Karies


Biasanya, rasa ngilu tidak dirasakan walaupun caries telah menginfeksi
dentin kecuali ketika lesi yang dalam membuka jalan bagi bakteri untuk
menginfekai pulpa. Pada tahap awal dari karies pada dentin kadangkala
dirasakan rasa ngilu walaupun hanya dalam durasi singkaat. Rasa ngilu
tersebut terjadi karena stimulasi pada jaringan pulpa oleh pergerakan cairan
melalu tubulus dentin yang telah berkontak langsung dengan keadaan rongga
mulut akibat cavitas yang tebentuk pada gigi.
Ketika infeksi bakteri telah mendekati pulpa , toksin serta bakteri yang
masuk ke dalam pulpa mengakibatkan terbentuknya inflamasi dari jaringan
pulpa , yang mana ditandai dengan rasa ngilu yang tajam dengan durasi

10 detik akibat respon dari rangsangan thermal (suhu).


Adapun rasa ngilu yang tajam dengan durasi singkat akibat rangsangan
suhu dapat pula dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya reversible pulpitis
atau pulpal hyperemia, dimana merupakan inflamasi dari pulpa yang nantinya
akan mengalami perbaikan setelah karies penyebab inflamasi tersebut
dihilangkan dengan tidakan operatif. Sedangkan ketika pulpa sudah sangat
sering mengalami inflamasi , serta rasa ngilu yang ditimbulkan akibat stimulus
thermal

10 detik , hal ini dapat dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya

irreversible pulpitis, dimana merupakan pulpitis yang tidak dapat lagi diperbaiki
walaupun

karies

penyebabnya

tellah

dihilangkan

sehingga

diperlukan

perawatan pengisian saluran akar, ataupun tindakan restorasi pada gigi. 4


3.6.

Pencegahan dan Perawatan Karies


3.6.1 Pencegahan Karies Gigi

Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup


dengan memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut. Pencegahan
karies gigi dapat dibagi atas 2 bagian:
a. Tindakan Pra Erupsi
Tindakan ini bertujuan pada kesempurnaan struktur enamel dan
dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui yang
mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan gigi kecuali protein
untuk pembentukan matriks gigi, juga terutama vitamin dan zat
mineral yang mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan
kekerasan gigi. Vitamin atau mineral tersebut adalah:
1. Vitamin-vitamin
: terutama A, C, D
2. Mineral-mineral
: terutama Ca, P, F, Mg
Oleh karena itu ibu-ibu hamil, sebelum terjadinya pengapuran
pada gigi bayinya dapat diberikan makanan yang mengandung
unsur-unsur

yang

dapat

menguatkan

enamel

dan

dentin.

Pemberian calcium dalam bentuk tablet baik diterapkan asalkan


tidak terlalu banyak, karena kelebihan calcium akan menyebabkan
kesukaran waktu melahirkan karena adanya pengapuran yang
terlalu cepat dari tengkorak kepala bayi tersebut. Air minum yang
mengandung flour juga sangat penting diberikan pada ibu yang
sedang hamil.
b. Tindakan Pasca Erupsi
Pada dasarnya hampir sama dengan stadium pra erupsi, hanya
ditambah dengan:
1. Kebersihan mulut dan gigi yang harus diperhatikan supaya tetap
sehat.
2. Pemeriksaan berkala 6 bulan sekali.
3. Makan makanan yang menguatkan gigi dan gusi.
4. Memelihara kesehatan badan.5
Pencegahan karies juga gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu
tahap pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pencegahan primer
bertujuan untuk rnencegah terjadinya penyakit dan mempertahankan
keseimbangan
mendeteksi

fisiologis.

karies

secara

Pencegahan
dim

dan

sekunder
intervensi

bertujuan
untuk

untuk

rnencegah

berlanjutnya penyakit. Pencegahan tersier ditujukan untuk rnencegah

meluasnya

penyakit

yang

akan

menyebabkan

hilangnya

fungsi

pengunyahan dan gigi.


a. Pencegahan primer (Drummond)
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu :
1. Modifikasi diet
Untuk rnencegah terjadinya karies gigi maka perlu dilakukan
modifikasi diet melalui berbagai cara, yaitu :
a) Memperbanyak

memakan

makanan

kariostatik

seperti

lemak, protein dan fluor. Lemak dapat meningkatkan pH


saliva setelah mengkonsumsi karbohidrat. Lemak harus
dikonsumsi sebelum memakan makanan yang manis.
Protein meningkatkan urea saliva yang dapat menetralisir
asam. Mengkonsumsi makanan tinggi protein setelah makan
karbohidrat dapat mengembalikan pH menjadi dengan cepat.
Fiuor dapat mencegah terjadinya karies. Fluor secara alami
terdapat dalam jumlah yang kecil pada the dan makanan
laut. Fluor dari makanan, air atau minuman melindungi gigi
dari serangan asam. Fluor mempunyai efek antibakteri dan
antiplak.
b) Mengganti gula Gula sintetik seperti saccharine dan
aspartam serta gula alkohol banyak digunakan pada
makanan untuk mengurangi karies. Gula sintetik dan gula
alkohol bersifat noncariogenic. Contoh dari gula alkohol
adalah xylitol, sorbitol dan maltitol. Xylitol merupakan bentuk
alkohol dari xylose dan merupakan pengganti gula yang
paling baik karenabakteri plak tidak bisa memetabolisme
xylitol dan dapat mengurangi Streptococcus mutans pada
mulut. Peneliti dari Universitas Michigan menemukan bahwa
anak sekolah yang mengunyah permen karet xylitol selama
5 menit, 3-5 kali sehari dapat mengurangi karies dan
remineralisasi lesi awal karies. Sorbitol merupakan bentuk
alkohol dari sukrosa yang dibuat dengan menambahkan
hidrogen pada glukosa. Penelitian menyimpulkan bahwa
mengunyah permen karet sorbitol setelah makan dapat
9

mengurangi terjadinya karies gigi secara signifikan. Sorbitol


secara alami terdapat pada buah- buahan dan sayursayuran. Maltitol merupakan bentuk alkohol dari mannose.
Secara alami terdapat pada nenas, asparagus, kentang dan
wortel.
c) Mengurangi mengkonsumsi makanan yang manis dan asam.
d) Mengurangi konsurnsi snack yang mengandung karbohidrat
sebelurn tidur.
e) Mengkombinasikan makanan, seperti memakan makanan
manis setelah makan protein dan lemak atau setelah
konsurnsi keju setelah memakan makanan yang manis.
f) Kombinasikan makanan mentah dan renyah yang dapat
menstimulasi saliva dengan makanan yang dimasak.
g) Buah-buahan yang asam dapat menstimulasi produksi
saliva.
h) Membatasi meminum minuman yang manis.
2. Pemakaian fluor
Fluor berfungsi menghambat enzim pembentukan asam oleh
bakteri, menghambat kerusakan email lebih lanjut, serta
membantu remineralisasi pada lesi awal karies. Fluor dapat
diberikan dalam bentuk fluoridasi air minum, pasta gigi, obat
kumur, dan tablet fluor.
3. Pit dan fissure sealant
Pit dan fissure sealant yaitu penutupan pit dan fissure yang
dalam yang beresiko terhadap karies.
4. Pengendalian plak
Pengendalian plak dapat dilakukan dengan tindakan secara
mekanis yaitu dengan penyikatan gigi dan penggunaan alat-alat
bantu lain seperti benang gigi, tusuk gigi dan sikat interdental
serta tindakan secara kimiawi yaitu dengan menggunakan
antibiotik dan senyawa-senyawa antibakteri lain selain antibiotik.
b. Tahap pencegahan sekunder
Pencegahan

sekunder

dilakukan

dengan

melakukan

pengobatan dan perawatan gigi dan mulut serta penambalan pada


gigi berlubang.
c. Tahap pencegahan tersier
10

Pencegahan tersier dilakukan dengan cara perawatan pulpa


(akar gigi) atau melakukan pencabutan gigi.2
3.6.2 Perawatan yang dapat dilakukan pada beberapa jenis karies yaitu:
1. Pada gigi decidui; mendalam tetapi tidak ada pulpitis
Perawatan : pembersihan kavitas dengan solusi mikrobisida,
penggalian parsial, kalsium hidroksida, oksida seng dan semen
eugenol.
Pada kejadian berulang semua dentin karies yang lembut digali.
(n=55)
2. Pada gigi permanen; mendalam tetapi tidak ada pulpitis
Perawatan : penggalian jaringan karies massal, penggunaan kalsium
hidroksida, oksida seng dan semen eugenol.
Pada kejadian berulang semua dentin lunak dihilangkan dengan
excavator atau burs. (n=57)
3. Pada gigi permanen; lesi pada bagian oklusal yang memiliki
kedalaman tidak sampai setengah dari dentin jika dilihat melalui foto
radiografi.
Perawatan: melakukan restorasi dan di tambal dengan bahan
komposit. (n=156)
4. Pada gigi decidui; tanpa pulpitis
Perawatan : menghilangkan penyebab karies dengn round bur, dapat
diperbaiki dengan penambalan bahan bonding agent dan komposit.
(n=24).6
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan

kalau laki-laki lebih banyak membutuhkan perawatan

karies gigi dibandingkan perempuan. Kebutuhan perawatan karies gigi


yang tertinggi yaitu fissure sealant kemudian diikuti oleh restorasi satu
permukaan, restorasi dua atau lebih permukaan, aplikasi fluor,
pencabutan gigi, perawatan saluran akar dan yang terendah pada
crown, sedangkan Elemen gigi yang paling banyak membutuhkan
perawatan karies gigi yaitu pada gigi molar pertama dan yang paling
sedikit pada gigi kaninus dan insisivus kedua.7

11

BAB IV
KESIMPULAN
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi
yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat
dicegah. Karies gigi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1.
2.
3.
4.

Mikroorganisme
Gigi (Host)
Makanan
Waktu

Pencegahan karies gigi dapat dilakukan dalam tiga tahap yaitu pencegahan
primer, sekunder dan tersier. Sedangkan kebutuhan perawatan karies gigi yang
tertinggi yaitu fissure sealant kemudian diikuti oleh restorasi satu permukaan,
restorasi dua atau lebih permukaan, aplikasi fluor, pencabutan gigi, perawatan
saluran akar dan yang terendah pada crown.

DAFTAR PUSTAKA
12

1. Edwina A.M. Kidd. Dasar-dasar Karies Penyakit dan Penanggulangan.


Jakarta: EGC; 2012. Pg. 142-5
2. Sri R, Idral P. Peran Makanan Terhadap Kejadian Karies Gigi. Padang : Jurnal
Kesehatan Masyarakat; 2013 ; 7(2) P. 92-3
3. Dostalova T, Seydlova M. Dentistry and Oral Disease for Medical Student
.Grada. 2010.p47-50
4. Roberson TM, Heymann HO, Swift EJ. Sturdevants Art and science of
operative dentistry.5th edition. Mosby. P67-102
5. Rasinta T. Karies Gigi. Jakarta : Hipokrates; 1990 p. 49-50
6. Fajerskov, Edwina K. Dental Caries The Disease and Its Clinical Management
2nd ed. Australia : Blackwell Munksgaard; 2008
7. Riedle L. T, Dinar A. W, Kustina Z. Gambaran Kebutuhan Perawatan Karies
Gigi pada Siswa Sekolah Menengah Atas di Kecamatan Lembeh Selatan
Kota Bitung. Manado: Jurnal e-GIGI; 2013; 1(2)

13

Anda mungkin juga menyukai