Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN INDIVIDU

PROBLEM BASED LEARNING (PBL)


BLOK JARINGAN KERAS 2
MODUL 2
TAMBALAN LEPAS

KELOMPOK 10

RIFQI AHMAD ZAKI


J011211132

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
1. Batasan topik
1.1 Skenario
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke RSGMP Unhas dengan
keluhan tambalan gigi belakang kiri bawah terlepas. Pada pemeriksaan
objektif tampak gigi 36 karies D4, S2, S3. Pasien ingin giginya ditambal
ulang yang tahan lama.

1.2 Kata kunci


1. Seorang laki-laki usia 35 tahun
2. Keluhan tambalan gigi belakang kiri bawah terlepas.
3. Pemeriksaan objektif
4. Giginya ditambal ulang yang tahan lama.
5. Tampak gigi 36 karies D4, S2, S3

1.3 Pertanyaan penting


1. Apakah faktor usia dan jenis kelamin mempengaruhi lepasnya
tambalan?
2. Apa faktor yang dapat menyebabkan lepasnya tambalan?
3. Apakah ada kemungkinan terjadi lepasnya tambalan karena karies
yang aktif?
4. Apa saja komponen pada pemeriksaan objektif yang tampak pada
karies gigi D4, S2, S3?
2
5. Apa jenis restorasi yang sebelumnya digunakan oleh pasien sehingga
tambalannya bisa terlepas?
6. Apa jenis restorasi yang digunakan sesuai dengan skenario?
7. Apa jenis restorasi indirect yang digunakan sesuai skenario?
8. Apa bahan restorasi indirect yang digunakan sesuai dengan skenario?
9. Bagaimana prinsip restorasi indirect berdasarkan skenario?
10. Bagaimana pemilihan bahan cetak dan teknik pencetakan
sesuai skenario?

1.4 Tujuan pembelajaran


1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, jenis, dan bahan dari
restorasi indirect berdasarkan pada skenario
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan serta
indikasi dan kontra indikasi berdasarkan skenario
3. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik cetakan indirect berdasarkan
skenario
4. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur preparasi dan restorasi
Indirect berdasarkan skenario

3
2. Pembahasan

2.1 Jawaban pertanyaan penting


1. Apakah faktor usia dan jenis kelamin mempengaruhi lepasnya
tambalan?
Faktor usia terhadap lepasnya tambalan dalam sebuah
penelitian dijelaskan bahwa mereka mencatat 100 pasien dari usia
16 hingga 49 tahun dan frekuensi terjadinya masalah dengan
tambalan paling banyak pada usia 20-25 tahun dan dari usia 10
tahun ke atas frekuensinya terus meningkat tetapi usia 30 tahun ke
atas jumlah pasien yang memiliki masalah tambalan semakin
menurun1. Artinya ada keterkaitan antara usia dan juga lepasnya
tambalan pada pasien.
2. Apa faktor yang dapat menyebabkan lepasnya tambalan?
Faktor yang dapat menyebabkan tambalan lepas:2,3
1. Faktor gigi, berupa tekanan oklusal, kualitas gigi (hipoplasia),
lokasi gigi, jenis gigi dan jenis preparasi gigi.
2. Faktor umum pasien, berupa riwayat karies, adanya kebiasaan
parafungsional seperti bruxism dan pemberian tekanan oklusal
yang besar ketika mengunyah.
3. Faktor terkait restorasi, berupa jenis restorasi, kualitas restorasi,
sifat fisik restorasi, daya tahan terhadap kepatahan di bagian tepi,
serta kontrol kelembaban
4. Keahlian dokter gigi dalam menggunakan bahan restorasi, teknik
preparasi serta pengetahuannya terhadap keadaan pasien.

3. Apakah ada kemungkinan terjadi lepasnya tambalan karena


karies yang aktif?

4
Faktor yang bertanggung jawab atas kegagalan tambalan adalah
karies sekunder, sensitivitas gigi, fraktur, dan perubahan warna bahan
restorative. Sebuah studi yang dilakukan oleh Major mengidentifikasi
bahwa karies sekunder adalah penyebab digantinya bahan restorasi.
Sebuah penelitian di Swedia juga telah membuktikan bahwa karies
sekunder adalah faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya
penggantian komposit. Beberapa penelitian lain melaporkan bahwa
penanganan klinis bahan ini juga berpengaruh terhadap kegagalan dan
penggantian komposit. Dijelaskan juga bahwa rata-rata usia tambalan
saat pemeriksaan ialah 16 bulan dan ditemukan karies berulang1. Jadi
kemungkinan terlepasnya tambalan berdasarkan skenario sangat besar
terjadi karena adanya karies yang aktif atau karies sekunder.
4. Apa saja komponen pada pemeriksaan objektif yang tampak pada
karies gigi D4, S2, S3?
1. Klasifikasi lesi karies menurut ICDAS (The International Caries
Detection and Assessment System) diklasifikasikan dalam skala 0-
6:4
D0: Struktur gigi sehat;

D1: Perubahan visual pertama pada email yang terlihat setelah


pengeringan;

D2: Perubahan visual yang nampak pada email;

D3: Perusakan email yang terlokalisir (secara visual tidak


melibatkan dentin);

D4: Tampak bayangan gelap pada dentin;

D5: Tampak kavitas pada dentin;

D6: Tampak kavitas yang luas pada dentin.

5
Gambar 1 Klasifikasi karies menururt ICDAS
2. Klasifikasi karies menurut G.J. Mount
Klasifikasi karies menurut G.J. Mount mengidentifikasi
posisi lesi pada mahkota gigi yang terbuka dan sejauh mana ia
telah berkembang. Lesi karies diklasifikasikan menjadi tiga
tempat yang berbeda pada permukaan mahkota gigi.5
1) Site 1: Karies pada pit dan fisura pada permukaan oklusal
gigi posterior dan defek lainnya
2) Site 2: Karies pada area kontak gigi (proksimal), baik
anterior maupun posterior
3) Site 3: Karies terletak pada area servikal termasuk
permukaan akar yang terbuka.
Luasnya lesi diklasifikasikan sebagai berikut:5

1) Size 0: Lesi awal di lokasi manapun yang dapat


diidentifikasi tetapi belum menghasilkan kavitasi
permukaan
2) Size 1: Lesi minimal (belum melibatkan dentin) yang
membutuhkan intervensi operatif
3) Size 2: Kavitas berukuran sedang, masih terdapat struktur
gigi yang cukup untuk dapat menyangga restorasi yang
akan ditempatkan
4) Size 3: Kavitas yang berukuran lebih besar sehingga
preparasi kavitas diperluas agar restorasi dapat digunakan
untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari
retak/patah.
5) Size 4: Sudah terjadi kehilangan sebagian besar struktur

6
gigi seperti cusp/sudut insisal.

7
Jadi berdasarkan skenario pemeriksaan yang tampak pada
pasien ialah D4: Tampak bayangan gelap pada dentin, Site 2:
Karies pada area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun
posterior, dan Size 3: Kavitas yang berukuran lebih besar
sehingga preparasi kavitas diperluas agar restorasi dapat
digunakan untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari
retak/patah.
5. Apa jenis restorasi yang sebelumnya digunakan oleh pasien
sehingga tambalannya bisa terlepas?
Berdasarkan skenario, pasien mengalami tambalan yang lepas,
bisa dilihat dari gambar bahwa preparasi yang dilakukan belum
dilakukan dengan baik akhirnya tambalan terlepas. Salah satu tambalan
yang mudah lepas dan dilaporkan dalam banyak kasus pada sebuah
jurnal ialah restorasi komposit. Telah diamati bahwa dari 100 pasien
yang dioilih secara acak dari departemen rawat jalan bahwa mereka
lebih memilih restorasi komposit sebelumnya bahkan di area non
estetik yakni gigi posterior karena tampilannya lebih alami dan dalam
praktik klinis , 60% dari semua pekerjaan operatif menangani kasus
penggantian restorasi lama dari komposit karena gagal. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa umur dari resin komposit kurang baik1. Dari
data tersebut kemungkinan besar pasien menggunakan restorasi
komposit yang kemudian terlepas.
6. Apa jenis restorasi yang digunakan sesuai dengan skenario?
Restorasi dapat dilakukan secara direct maupun indirect. Restorasi
direct merupakan prosedur restorasi yang dilakukan secara langsung di
dalam mulut. Sementara restorasi indirect merupakan prosedur
restorasi yang dilakukan di luar mulut menggunakan bahan rigid dan
disementasikan pada kavitas gigi dan umumnya membutuhkan dua
atau lebih janji temu.6,7

8
Pada skenario, gigi kehilangan struktur gigi yang luas dengan site 2
dan size 3 yaitu ukuran karies yang luas pada bagian proksimal,
sehingga bahan restorasi harus memberikan karakteristik distribusi
tegangan yang lebih baik pada struktur gigi yang tersisa. Kasus seperti
itu memerlukan prosedur restorasi indirect.8
Alasan pemilihan restorasi indirect adalah sebagai berikut:9
a. Kekuatan dan daya tahan yang lama; restorasi direct memiliki
daya tahan yang lebih rendah, sehingga restorasi indirect
menjadi pilihan yang baik.
b. Ikatan bahan restorasi direct dengan dentin memiliki ikatan yang
lebih lemah dibanding email sehingga menjadi kendala bila tepi
kavitas terletak pada bagian dentin. Dengan menggunakan
restorasi indirect, restorasi pada tepi kavitas dapat berikatan baik
dengan dentin karena penggunaan luting resin sehingga potensi
shrinkage akibat polimerisasi dapat diminimalkan karena
penggunaannya yang hanya selapis tipis.
c. Restorasi indirect juga menjadi pilihan karena membutuhkan
bentuk, estetik dan kontak proksimal yang adekuat.
d. Pada kasus yang sulit dilakukan restorasi secara direct, biasanya
dengan menggunakan teknik restorasi indirect, hasil yang
memuaskan dapat diperoleh.

7. Apa jenis restorasi indirect yang digunakan sesuai skenario?


Restorasi indirect dapat diklasifikasikan sebagai intrakoronal
(berada pada mahkota gigi) dan ekstrakoronal (menutupi mahkota gigi
secara keseluruhan atau sebagian). Berdasarkan skenario, jenis
restorasi indirect yang diperlukan adalah restorasi intrakoronal.10
Restorasi intrakoronal dapat dibagi menjadi:10
a. Inlay, yaitu ketika restorasi ditempatkan di dalam aspek koronal
gigi, dapat digunakan pada kavitas klas I dan II.
9
b. Onlay, yaitu ketika restorasi menutupi satu atau lebih cusp,
tetapi tidak semua cusp.
c. Full crown, yaitu jika semua cusp tertutup
Kasus pada skenario merujuk pada kavitas klas II dan telah hilang
hampir ½ struktur gigi, sehingga restorasi yang diperlukan adalah
restorasi onlay.

8. Apa bahan restorasi indirect yang digunakan sesuai dengan


skenario?
Pilihan bahan untuk restorasi indirect yaitu emas, logam dasar,
porselen, porselen fused to metal, komposit, dan all crown.8,9,10.
a. Bahan logam memberikan hasil restorasi yang sangat baik dan
memiliki rekam jejak klinis yang panjang. High noble alloy
dapat diberikan untuk pasien yang memiliki alergi terhadap
bahan restoratif lainnya. Restorasi ini dapat dirancang untuk
memperkuat gigi dan untuk mempertahankan lebih banyak
struktur gigi daripada full crown. Namun, nilai estetika yang
lebih rendah merupakan salah satu kekurangannya.
b. Komposit indirect dapat menguatkan sturktur gigi,
mengembalikan bentuk dan fungsi dengan estetik yang baik.
Namun, komposit indirect memiliki kekurangan seperti
ketahanan fraktur dan ikatan, serta adaptasi marginal yang
kurang.
c. Porselen memiliki estetika, adaptasi marginal, kontak
proksimal, biokompatibilitas, ketahanan yang baik serta
memiliki koefisien ekspansi termal yang sama dengan email
gigi tetapi menyebabkan abrasi pada struktur gigi yang
berlawanan serta memiliki rekam jejak klinis yang pendek.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Lins, dkk, frekuensi
penggunaan bahan logam 60,1% lebih besar daripada penggunaan
10
bahan estetik.11

11
Untuk kasus pada skenario, dapat digunakan bahan porcelain ataupun
logam karena pasien menginginkan restorasi yang kuat, sehingga
dokter gigi harus memberikan ormular persetujuan (informed consent)
atas tindakan dan pilihan restorasi yang dipilih.12
Namun sesuai permintaan pasien yang menginginkan bahan yang
kuat dan tahan lama maka yang terbaik ialah logam.

9. Bagaimana prinsip restorasi indirect berdasarkan skenario?


Preparasi gigi adalah perubahan mekanis dari gigi yang rusak,
cedera, atau sakit sehingga penempatan bahan restorasi
mengembalikan bentuk normal (dan karena itu berfungsi) termasuk
koreksi estetik, jika diindikasikan.13
Initial stage
Langkah 1: Kedalaman awal dan outline form2
 Mempertahankan kedalaman awal 0,2 hingga 0,8 mm ke dalam
dentin.
 Outline form meliputi external outline form yang mencakupi
semua jaringan karies dan internal outline form yang mencakupi
hubungan antara dinding oklusal cavosurface angle dengan dinding
pulpa.
Langkah 2: Bentuk resistensi primer2
 Bentuk resistensi primer adalah bentuk dan penempatan dinding
preparasi yang memungkinkan gigi dan restorasi dapat bertahan
tanpa fraktur.
 Preparasi berbentuk kotak dengan lantai pulpa dan gingiva datar
Langkah 3: Bentuk retensi primer2
Bentuk retensi primer adalah bentuk dan konfigurasi preparasi gigi
yang menahan perpindahan atau pelepasan restorasi dari preparasi di
bawah gaya pengunyahan dan pengunyahan.
Bentuk preparasi yg dibuat agar tambalan tdk mudah
12
lepas Langkah 4: bentuk konveniens2

13
Bentuk konveniens adalah bentuk yang memberikan visibilitas yang
memadai, aksesibilitas dan kemudahan preparasi dan restorasi gigi.
Memudahkan alat dan bahan masuk ke kavitas
Jika karies hny sebatas pit dan fissure, bahannya pake gic atau rmgic
yg flowable krn preparasinya kecil.

Tahap akhir preparasi


Langkah 5: Penghapusan bahan restorasi yang rusak dan/atau dentin
lunak10
Karies yang tersisa dihilangkan menggunakan bur bulat kecil atau
dengan ekskavator.
Langkah 6: Perlindungan pulpa2
Perlindungan pulpa dicapai dengan menggunakan liner, varnish, dan
base tergantung pada jumlah ketebalan dentin yang tersisa dan jenis
bahan restorasi yang digunakan.
Langkah 7: Bentuk resistensi dan retensi sekunder13
Bentuk retensi dan resistensi sekunder terdiri dari dua jenis, yaitu fitur
preparasi mekanis (retention grooves and coves, preparation
extensions, skirts, beveled enamel margins, steps, amalgam pins, slots,
dan pins) dan perawatan dinding preparasi with etching, priming, and
adhesive materials.
Langkah 8: Finishing dinding eksternal2
Finishing dinding preparasi gigi adalah pengembangan lebih lanjut dari
desain cavosurface spesifik dan tingkat kehalusan yang menghasilkan
efektivitas maksimum dari bahan restorasi yang digunakan.
Langkah 9: Prosedur akhir: debridement13
Debridement (pembersihan) preparasi gigi melibatkan penggunaan alat
semprot udara/air untuk menghilangkan kotoran yang terlihat dengan
air dan kemudian kelembaban berlebih dengan sedikit hembusan
udara.
14
Prinsip preparasi inlay atau onlay14
a. Membulatkan line angle internal gigi
b. Tidak membuat bevel di batas preparasi
c. Diindikasikan untuk membuat akhiran preparasi shoulder atau 90
derajat
d. Preparasi rata pada dinding pulpa dan servikal
e. Dinding preparasi konkaf ke permukaan mastikasi
f. Tidak membuang jaringan yang sehat hanya untuk retensi, tetapi
untuk memastikan adaptasi yang baik
g. Preparasi inlay dapat diubah ke preparasi onlay Ketika cusp tidak
didukung oleh dentin serta Ketika pertemuan antara restorasi
dengan gigi terlalu dekat dengan puncak cusp fungsional (kurang
dari 1mm)
h. Ketebalan minimal dari restorasi adalah 1,5-2mm
i. Mem-block out undercut dengan resin block out
j. Ketebalan dinding bukal atau lingual yang ada adalah 1 mm.

10. Bagaimana pemilihan bahan cetak dan teknik


pencetakan sesuai skenario?

Dental impression atau cetakan gigi didefinisikan sebagai replika


negatif gigi-geligi dan jaringan rongga mulut. Replika negatif yang
diperoleh diubah menjadi replika positif dengan menggunakan
berbagai bahan.10
Persyaratan klinis bahan cetak adalah: aroma yang menyenangkan,
rasa dan warna yang dapat diterima, manipulasi yang mudah, working
time dan setting time yang cukup, konsistensi, elastisitas, dan tekstur
yang cukup, kekuatan yang adekuat (seharusnya tidak pecah atau robek
saat dikeluarkan dari rongga mulut), stabil secara dimensi, konsisten
dengan suhu dan kelembaban, kompatibel dengan bahan casting, tidak
beracun dan tidak mengiritasi, serta hemat biaya.10
15
Bahan cetak dibagi atas bahan cetak rigid (umumnya untuk
mencetak rahang edentulous) dan bahan cetak elastis. Jenis bahan
cetak elastis antara lain hidrokoloid dan elastomer. Bahan cetak
elastomer telah menggantikan bahan cetak rigid seperti plester,
impression compound, dan ZOE untuk mencetak hubungan jaringan
lunak dan oklusal. Oleh karena itu, untuk kasus pada skenario
digunakan bahan cetak elastomer yang dapat mencetak gigi yang telah
dipreparasi.6,15
Bahan cetak silikon tersedia dalam beberapa viskositas, membuat
bahan tersebut dapat digunakan dalam beberapa teknik pencetakan
yang adekuat untuk meningkatkan akurasi pencetakan, seperti teknik
putty wash one-step, putty wash two-step.Teknik pencetakan putty
wash one- step adalah pencetakan dengan bahan cetak putty dan bahan
wash diaduk secara bersamaan. Bahan putty dimasukkan ke dalam
sendok cetak dan bahan wash secara bersamaan juga diletakkan di gigi
penyangga. Sementara teknik pencetakan putty wash twostep adalah
pencetakan dengan bahan putty dibuat terlebih dahulu dan dibiarkan
setting kemudian bahan wash ditambahkan dan cetakan dimasukkan
kembali.16
Teknik putty wash two step.6
a. Mengambil base dan katalis dalam jumlah yang sama.
b. Pencampuran hingga diperoleh warna yang seragam.
c. Sebuah spacer lembaran plastik ditempatkan untuk
memberikan ruang bagi bahan cetak akhir.
d. Insersikan campuran bahan cetak ke dalam mulut pasien
e. Setelah setting, keluarkan tray dan tambahkan bahan wash ke
dalam cetakan serta pada gigi yang dipreparasi lalu
masukkan kembali
f. Keluarkan setelah setting

16
2.2 Pembahasan tujuan pembelajaran

1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi, jenis, dan bahan


dari restorasi indirect berdasarkan pada skenario
1. Definisi restorasi indirect
Restorasi indirect adalah restorasi yang dibuat di luar mulut
(laboratorium dental) dari bahan rigid, yang kemudian
ditempatkan/sementasi pada gigi yang sudah di preparasi.17 Restorasi
indirect adalah restorasi yang dalam pembuatannya dilakukandi luar
mulut menggunakan cetakan dari gigi yang telah dipreparasi.
Restorasi indirect dilakukan jika terjadi kavitas atau kehilangan
struktur gigi luas. Bahan restorasi indirect harus memberikan
distribusi tegangan baik dan lebih hati-hati saat terikat pada struktur
gigi tersisa. Penempatan bahan ini membutuhkan dua atau lebih janji
temu, sehingga membutuhkan waktu danbiaya lebih besar. Material
digunakan berupa logam atau non logam (porselen dan komposit).
Teknik ini dapat mengatasi beberapa kelemahan komposit resin direct,
seperti penyusutan polimerisasi dan lebar celah luting, memberikan
sifat fisik dan mekanik yang lebih baik dengan post- curing
inlay/onlay menggunakan cahaya atau panas, morfologi oklusal yang
ideal, kontur proksimal dan kompatibilitas keausan yang baik dengan
gigi antagonis.18

2. Bahan restorasi indirect

Adapun bahan-bahan yang dapat digunakan untuk


restorasi indirect,yaitu : 7
1) All metal crown

Mahkota ini sering disebut dengan mahkota tuang


penuh atau full castcrown. Merupakan suatu restorasi yang
17
menyelubungi permukaan gigi dari logam campur yang
dituang.Indikasinya, yaitu untuk gigi molar dan
premolarrahang atas dan bawah, penderita dengan oklusi
dan artikulasi yang berat,tekanan kunyah besar, tidak
memerlukan estetik, gigi dengan karies
servikal,dekalsifikasi, dan enamel hipoplasia.
Kontraindikasinya yaitu sisa mahkota gigi tidak cukup
terutama pada gigidengan pulpavital, memerlukan estetik
pasien dengan OH buruk sehingga restorasi mudah tarnish,
gusisensitif terhadap logam.

2) All ceramic crown (mahkota porselen)

Teknologi porselen gigi merupakan bidang ilmu


paling cepat perkembangannya dalam bahan kedokteran
gigi. Porselen gigi umumnya digunakan untuk
memulihkan gigi yang rusak ataupun patah dikarenakan
faktor estetiknya yang sangat baik, resistensi pemakaian,
perubahan kimiawi yang lambat, dan konduktivitaspanas
yang rendah. Terlebih lagi, porselen mempunyai
kecocokan yang cukup baik dengan karakteristik struktur
gigi.

3) Porcelain fused to metal

Pemilihan restorasi porselen fused to metal sebagai


restorasi akhir pasca perawatan saluran akar karena
mampu memberikan keuntungan ganda, yaitudari segi
kekuatan dan dari segi estetik. Lapisan logam sebagai
substruktur crown jacket porcelain fused to metal akan
mendukung lapisan porselen di atasnya sehingga
18
mengurangi sifat getas (brittle)

19
dari bahan porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya
tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan
memberikan penampilan yang estetik. Gigi pasca
perawatan saluran akar yang direstorasi dengan mahkota
porselen fused to metal tingkatkeberhasilan perawatannya
tinggi

4) Inlay dan Onlay Porselen

Restorasi inlay dan onlay porselen menjadi


popular untuk restorasi gigi posterior dan memberikan
penampilan estetik yang lebih alami dibandingkandengan
inlay dan onlay logam tuang dan lebih tahan abrasi
dibandingkan dengan resin komposit. Porselen tidak
sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan
permukaan email akan menguat pada gigi dengan cara
yangsama seperti pada restorasi resin berlapis komposit
atau semen ionomer-resinkomposit.

5) Inlay dan Onlay Komposit (indirect)

Restorasi dengan resin komposit dapat dilakukan secara


indirect (tidak langsung), yaitu berupa inlay dan onlay. Bahan
resinkomposit untuk tambalan inlay lebih sering digunakan
daripada pemakaian bahan keramik, sebab kekerasan bahan
keramik menyebabkan kesulitan apabila diperlukan penyesuaian
oklusalatau kontur, mudah pecah saat pemasangan percobaan
sehingga menyulitkan operator. Sedangkan resin komposit dapat
dipoles kembali dengan mudah dan efektif, lebih murah serta

20
restorasi yangberlebihan pada daerah gingival dapat dibuang

21
hanya dengan menggunakan hand instrument.
Indikasinya:menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau
yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik terutama pada
restorasi gigi posterior,memperbaiki restorasi yang tidak
sempurna atau kurang baik,sertafraktur yang terlalu besar dan
apabila pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi.
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding
restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat
polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat
dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah. Sedangkan
kekurangan restorasi secara indirect resinkomposit adalah adanya
ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutingcement).
Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna
dari semen akan berakibat negatif terhadaprestorasi tersebut.

6) Inlay dan onlay Logam

Bahan restorasi indirect logam merupakan restorasi


konservatif pilihan untuk gigi yang dikompromikan didaerah
stresstinggi. Manfaat dari restorasi ini adalah dapat menutupi dan
memperkuat cusp tanpa menghilangkan struktur gigi yang sehat
diarea tengah dan serviks dari permukaan fasial dan lingualnya.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan kelebihan dan kekurangan
serta indikasi dan kontra indikasi berdasarkan skenario

Berdasarkan kasus pada skenario yaitu terdapat lesi karies


yang besar pada daerah proksimal gigi posterior, bahan restorasi
yang dapat digunakan adalah bahan logam karena memerlukan
kekuatan yang besar untuk menahan beban mastikasi serta faktor
estetika tidak
22
terlalu dipertimbangkan.
1. Indikasi dan kontra indikasi2
Indikasi

a) Pada karies permukaan proksimal yang luas pada gigi


posterior yang melibatkan sudut garis bukal dan
lingual.
b) Pada pasien dengan kebersihan mulut yang baik dan
indeks kariesrendah.
c) Restorasi postendodontik sebaiknya direstorasi dengan
onlay untuk memperkuat struktur gigi yang tersisa dan
untuk mendistribusikan gayaoklusal.
d) Pada gigi dengan restorasi ekstensif, terkadang
terdapat garis fraktur pada email dan dentin. Inlay /
onlay dapat menguatkangigi dan mencegah
fragmentasi gigi.
e) Untuk mempertahankan dan memulihkan kontak dan
kontur interproksimal yang tepat dan untuk koreksi
bidang oklusal.
f) Jika ada gigi lain yang telah direstorasi dengan restorasi
logam tuang.

g) Gigi penyangga dari gigi tiruan sebagian lepasan


diindikasikanuntuk onlay karena memberikan sifat fisik
yang superior untukmenahan gayayang diberikan oleh
gigi tiruan sebagian. Selain itu, kontur kursi istirahat,
bidang pemandu, dan aspek kontur lainnya lebih
terkontrol saatteknik tidak langsung digunakan.
h) Pada gigi posterior dengan gaya oklusal yang berat dan
gesekan
Kontra indikasi

23
a) Di mana estetika menjadi pertimbangan utama karena
inlaydan onlay logam menampilkan warna logam.

24
b) Pasien dengan indeks karies tinggi.

c) Ketika pasien tidak bisa datang untuk kunjungan kedua.

d) Pada pasien muda, biasanya restorasi langsung lebih


disukai karena membutuhkan waktu kunjungan yang
lebih lama dan lebih banyak. Juga kemungkinan
paparan pulpa iatrogenik lebih besar pada pasien ini
karena tanduk pulpa yang tinggi.
e) Ketika umur gigi yang diharapkan pendek, yaitu gigi
yang terlibat secaraperiodontal pada orang lanjut usia.
f) Dalam kasus di mana terdapat karies yang luas pada
permukaan wajah, lingual dan multipel. Dalam kasus
seperti itu, mahkota penuhdiindikasikan.
g) Untuk pasien dengan status ekonomi rendah, inlay dan
onlay tidak diberikan karena biayanya lebih tinggi.
h) Pada pasien yang mengalami restorasi dengan logam
berbedakarena logam yang berbeda menyebabkan arus
galvanik saat bersentuhan satu sama lain.
i) Ketika ada faset keausan oklusal yang luas yang
melibatkan ridgemarginal yang tersisa dari gigi.
2. Kelebihan dan kekurangan dari bahan restorasi logam adalah10:
Kelebihan

 Reproduksi kontak dan kontur lebih baik karena dibuat


dengan teknik indirect
 Restorasi dengan bahan logam jauh lebih tahan aus
daripada restorasi komposit dan porcelain, terutama pada
bagian oklusal
 Biokompatibel dan memiliki tidak mempengaruhi jaringan
di sekitargigi

25
 Memperkuat struktur gigi yang tersisa, pada lesi karies
yang cukup besar, struktur gigi yang tersisa menjadi
lemah dan dapat diperkuat dengan adhesive bonding
dengan teknik indirek inlay/onlay
 Waktu pengerjaan lebih cepat

 Karena restorasi dengan bahan logam dibuat dalam jumlah


besar dantidak bertahap, kemungkinan adanya rongga
atau gap serta teganganlebih kecil
 Pemolesan ekstraoral lebih mudah

Kekurangan
 Membutuhkan janji temu berikutnya dengan pasien, untuk
kebutuhan restorasi sementara.
 Lebih mahal daripada restorasi langsung

 Lebih sensitive

 Perbaikan restorasi dengan bahan logam lebih sulit


daripada bahanrestorasi lainnya.
 Ikatan antara restorasi dengan gigi lemah sehingga
rentan terjadikebocoran mikro
 Restorasi dengan bahan logam tidak estetik

3. Mahasiswa mampu menjelaskan teknik cetakan


indirect berdasarkan skenario

Dental impression atau cetakan gigi didefinisikan sebagai


replika negatif gigi-geligi dan jaringan rongga mulut. Replika negatif
yang diperoleh diubah menjadi replika positif dengan menggunakan
berbagai bahan.10

26
Persyaratan klinis bahan cetak adalah: aroma yang
menyenangkan, rasa dan warna yang dapat diterima, manipulasi yang
mudah, working time dan setting time yang cukup, konsistensi,
elastisitas, dan tekstur yang cukup, kekuatan yang adekuat
(seharusnya tidak pecah atau robek saat dikeluarkan dari rongga
mulut), stabil secara dimensi, konsisten dengan suhu dan kelembaban,
kompatibel dengan bahan casting, tidak beracun dan tidak mengiritasi,
serta hemat biaya.10

Bahan cetak dibagi atas bahan cetak rigid (umumnya untuk


mencetak rahang edentulous) dan bahan cetak elastis. Jenis bahan
cetak elastis antara lain hidrokoloid dan elastomer. Bahan cetak
elastomer telah menggantikan bahan cetak rigid seperti plester,
impression compound, dan ZOE untuk mencetak hubungan jaringan
lunak dan oklusal. Oleh karena itu, untuk kasus pada skenario
digunakan bahan cetak elastomer yang dapat mencetak gigi yang telah
dipreparasi.6,15
Bahan cetak silikon tersedia dalam beberapa viskositas, membuat
bahan tersebut dapat digunakan dalam beberapa teknik pencetakan
yang adekuat untuk meningkatkan akurasi pencetakan, seperti teknik
putty wash one-step, putty wash two-step.Teknik pencetakan putty
wash one- step adalah pencetakan dengan bahan cetak putty dan bahan
wash diaduk secara bersamaan. Bahan putty dimasukkan ke dalam
sendok cetak dan bahan wash secara bersamaan juga diletakkan di gigi
penyangga. Sementara teknik pencetakan putty wash twostep adalah
pencetakan dengan bahan putty dibuat terlebih dahulu dan dibiarkan
setting kemudian bahan wash ditambahkan dan cetakan dimasukkan
kembali.16
Teknik putty wash two step.6
a. Mengambil base dan katalis dalam jumlah yang sama.
b. Pencampuran hingga diperoleh warna yang seragam.
27
c. Sebuah spacer lembaran plastik ditempatkan untuk
memberikan ruang bagi bahan cetak akhir.
d. Insersikan campuran bahan cetak ke dalam mulut pasien
e. Setelah setting, keluarkan tray dan tambahkan bahan wash ke
dalam cetakan serta pada gigi yang dipreparasi lalu
masukkan kembali
f. Keluarkan setelah setting

4. Mahasiswa mampu menjelaskan prosedur preparasi dan


restorasi Indirect berdasarkan skenario
1. Prosedur preparasi
Preparasi gigi untuk restorasi intra dan ekstra koronal mengikuti
konsep dasar yang sama seperti yang digunakan untuk semua tidak
langsung restorasi. Preparasi harus menghindari pemotongan antara
dinding yang berlawanan di dalam rongga. Namun, semakin kompleks
bentuknya, semakin sulit untuk dihindari. Beberapa restorasi
intracoronal permukaan, terutama yang termasuk kotak proksimal
khususnya menuntut dan, akibatnya, gigi berlubang cenderung
overtapered. Karena restorasi bergantung pada sebagian besar retensi,
asalkan ada tidaknya potongan rongga yang sedikit meruncing dapat
diterima. Namun, restorasi logam mendapatkan sebagian besar
retensinya dari bentuk rongga dan karena itu lebih bergantung pada
persiapan hampir paralel. Keuntungan utama restorasi inlay dan onlay
adalah pelestarian beberapa jaringan gigi untuk mempertahankan inti.
Jika rongga yang ada berisi potongan yang dapat diblokir keluar
dengan semen ionomer komposit atau kaca untuk menyediakan
bentuk rongga yang diperlukan. Tapered bur memberikan bentuk yang
paling nyaman untuk menyiapkan inlay dan onlay serta mengurangi
kemungkinan pembuatan undercut. Jika preparasi onlay akan
dipotong, oklusal pembersihan/pengurangan akan diminta sesuai
28
dengan bahan yang dipilih. Demikian pula dengan konfigurasi
marginal juga akan ditentukan dengan materi yang direncanakan.19

Gambar 2 Preparasi kelas II


Adapun prosedur preparasi kelas 2, yakni2:
a. Bentuk Outline Oklusal
Isolasi gigi sebaiknya menggunakan rubber dam agar lebih baik
visibilitas, retraksi jaringan, dan kemudahan operasi. Memulai
persiapan dengan no. 271 bur dipegang sejajar sumbu panjang gigi.
Titik masuk harus fossa pusat. Menjaga bur paralel,
memperpanjang preparasi sambil mempertahankan pulpa awal
kedalaman 2 mm. Kurangi katup untuk mendapatkan kenyamanan
yang tepat membentuk. Ini meningkatkan akses dan visibilitas
untuk langkah selanjutnya dalam preparasi gigi. Perawatan diambil
untuk menghindari katup dan memperluas persiapan secara
memadai. Divergensi oklusal tergantung pada kedalaman
oklusoservikal persiapan dan terkait dengan bentuk retensi gigi
yang telah disiapkan. Biasanya dinding oklusal harus memiliki
divergensi oklusal 3° hingga 5°.

29
b. Preparasi Box Proksimal

Gambar 3 Outline Oklusal


Menggunakan bur yang sama, perpanjang preparasi pada mesial
dan sisi distal untuk mengekspos persimpangan dentinoenamel
proksimal. Isolasi enamel proksimal dengan potongan parit
proksimal. Proksimal kotak untuk tatahan disiapkan dengan cara
yang sama seperti kotak untuk tatahan
c. Pengurangan Cusp

Gambar 4 Reduksi cusp


Reduksi cusp dilakukan dengan menggunakan no. 271 bor
karbida. Puncak gigi pengurangan harus dimulai setelah membuat
alur 1,5 mm (untuk cusp nonfungsional) dan kedalaman 2 mm
(cusp fungsional) pada puncak cusp. Alur membantu dalam akurat
dan seragam pemotongan. Sambil mengurangi cusp yang
berdekatan, libatkan lingual atau alur perkembangan bukal dalam

30
pemotongan

31
d. Retensi dan Resistensi

Gambar 5 Retensi dan bevel


Untuk meningkatkan retensi dan ketahanan, alur dibuat pada
dinding proksimal kotak. Alur dibuat di sudut garis facioaxial dan
linguoaxial di dentin sehingga telah menambahkan retensi. Arah
penempatan alur harus sejajar dengan jalur penarikan pola lilin.
Siapkan reverse bevel atau counter bevel pada sisi fasial atau
lingual dari cusp fasial atau lingual yang tereduksi masing-masing.
Untuk ini, biasanya titik berlian berbentuk api digunakan.
Permukaan fasial dan lingual diberi bevel dengan cara dipegang
bur pada sudut 30° dengan permukaan gigi. Counter bevel harus
cukup lebar sehingga margin cavosurface memanjang setidaknya 1
mm di luar kontak oklusal dengan antagonis gigi. Pengecualian
pemberian bevel adalah facial cusp premolar rahang atas dan molar
pertama karena estetika adalah perhatian utama di bidang-bidang
32
ini. Kabel retraksi

33
diterapkan dengan benar di gingiva sebelumnya memberikan bevel
dan flare pada preparat. Siapkan gingiva bevel dan flare dari
dinding enamel proksimal dengan cara yang sama dalam persiapan
tatahan. Persiapan onlay yang dirancang dengan baik harus
memiliki proksimal bentuk kotak untuk retensi dan pulpa datar dan
dinding gingiva untuk resistensi terhadap kekuatan dislodging.

Gambar 6 Bentuk preparasi


e. Preparasi Akhir
Bersihkan preparat dengan semprotan udara/air atau dengan kapas
pelet dan memeriksa untuk deteksi dan penghapusan puing-puing dan
periksa untuk koreksi semua sudut dan margin cavosurface.
Menghilangkan sisa karies dan/atau bahan restoratif lama. Dalam
persiapan besar dengan karies lunak, pengangkatan karies dentin
dilakukan dengan excavator sendok atau bur putaran kecepatan
lambat. Dalam hal ini, lantai pulpa dua langkah dibuat, yaitu hanya
sebagian gigi yang terkena karies dihilangkan, menyisakan sisanya
34
lantai

35
persiapan tidak tersentuh. Oleskan alas pelindung di lantai persiapan.
Jika karies dalam dan sangat dekat dengan pulpa, kemudian setebal 1
mm kalsium hidroksida ditempatkan sebelum mengaplikasikan basa
yang sesuai.
2. Prosedur restorasi

Pembuatan Onlay Casting Wax 20


Casting adalah proses di mana pola lilin dari restorasi diubah
menjadi replika dalam paduan gigi. Dalam kedokteran gigi, teknik
pengecoran yang paling umum digunakan adalah teknik lost wax.
Teknik lost wax telah digunakan selama berabad-abad, tetapi
penggunaannya dalam kedokteran gigi dipopulerkan oleh W.H.
Taggart pada tahun 1907.
1) Buat pola wax

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, digunakan metode


indirect atau tidak langsung sehingga poembuatan pola waxnya
juga dilakukan secara indirect, yakni:

 Cetakan logam atau batu digunakan, yang merupakan posisi


replika aktif setidaknya sebagian dari struktur gigi di
sekitarnya dan preparasi kavitas.
 Cetakan harus dilumasi sebelum menambahkan lilin cair
secara bertahap.

 Kelebihan separator harus dihindari karena menyebabkan


ketidakakuratan dalam pola lilin

36
 Di dalam mulut, pelumas semacam itu tidak diperlukan
karena lapisantipis air liur atau cairan dentin berfungsi
sebagai pelumas.

Gambar 7 Representasi pola lilin yang ditanam pada


casting ring sebelum burnout
2) Sprue pola lilin/ wax pattern

Pembentuk sprue melekat pada pola lilin . Ini,


kemudian, bertindak sebagai saluran (sprue) di mana paduan
cair dapat mencapai cetakan setelah lilin dihilangkan. Bekas
sprue ini bisa terbuat dari logam, lilin atau plastik. Pembentuk
sprue dapat berupa padat atau berongga.
Fungsi sprue:

 Sprue digunakan untuk pemasangan pola lilin.

 Menciptakan saluran untuk menghilangkan lilin dan


selanjutnya membentuk saluran untuk masuknya logam
cair.
 Digunakan sebagai reservoir untuk masuknya
cairan logam untuk mengkompensasi penyusutan
paduan.

37
Gambar 8 Pola lilin
3) Investasikan pola lilin

Merupakan proses di mana sprue wax pattern tertanam


dalam bahanyang disebut dengan invesment. Sebuah pola
harus segera diinvestasikansetelah dikeluarkan dari die, dan itu
tidak boleh terkena lingkungan yanghangat selama interval .
Sebuah pola tidak harus berdiri untuk lebih dari20-30 menit
sebelum diinvestasikan.
Adapun prosedur penanaman yaitu:

 Pola lilin dan sprue melekat pada wadah. Biasanya


berbentuk cembung, dapat terbuat dari: logam, plastik atau
karet

Gambar 9 pola melekat pada wadah


 Sebuah cincin casting kemudian ditempatkan di sekitar
wadah. Cincin ini bisa logam atau non-logam

38
Gambar 10 Cincin ditempatkan di sekitar wadah
 Liner cincin casting ditempatkan di dalam cincin pengecoran
Secara tradisional, asbes liner digunakan tetapi
penggunaannya telah terputusberlanjut karena masalah
kesehatan yang muncul dari menghirup debunya. Oleh
karena itu, non-asbes ring liner digunakan sepertikertas
selulosa danFibrous aluminosilicate ceramic.

Gambar 11 Liner cincin


 Bahan investasi (berbasis gipsum, fosfat atau silikat)
dicampur dalam konsistensi yang dapat mengalir dan
dibuat mengalir di dalamcincin pengecoran. Bahan ini
menutupi seluruh pola lilin dan sprue. Karena permukaan
lilin umumnya tidak mudah dibasahi, bahan pembasah
aktif
39
permukaan diterapkan di atasnya untuk memastikanbahwa
seluruh pola lilin tertutupi dengan bahan investasi secara
teratur
 Bahan ini kemudian dibiarkan set pada suhu kamar
4) Investasikan pola lilin
 Eliminasi lilin atau burnout adalah proses di dimana
investasi dipanaskan dalam tungkotermostatik yang
dikontrol dengan baik sampai seluruh wax akan menguap.
Ini dilakukan Untuk mendapatkan cetakan kosong yang
dapat menerima paduan cair selama prosedur.

Gambar 12 Tempat burnout wax


 Temperatur dinaikkan secara perlahan
 Cincin harus dijaga tetap pada posisi tertinggi suhu untuk
waktu yang lama
5) Masukkan logam cair ke dalam cetakan (casting)
 Logam yang akan digunakan untuk membuat tatahan
ditempatkandalam wadah yang dapat terbuat dari tanah
liat, karbon, kuarsa, dll
 Logam, setelah ditempatkan di wadah, dipanaskan
menggunakanobor tuang/casting torch yang
menggunakan

40
bahan bakar sepertiasetilen, gas alam, dan propana.

Gambar 13 Obor tuang

 Logam cair ini kemudian dimasukkan ke dalam cetakan


yang telah dibuat oleh wax yang meleleh. Ada 2 Teknik
berbeda yangdapat digunakan untuk ini yaitu pengecoran
sentrifugal dan pengecoran tekanan udara.Pengecoran
sentrifungal di lakukan dengan cara logam dilebur dalam
wadah dan dimasukkan ke dalam cetakan dengan gaya
sentrifugal. Pada pengecoran denganuap, Paduan dilebur
in situ di lubang yang ditinggalkan oleh bekas wadah dan
kemudian tekanan udara diterapkan melalui piston
menggunakan tekanan 10-15 psi. Karbon dioksida,
karbon monoksida atau gas nitrogen dapat digunakan
untuk pengecoran ini.

Gambar 14 wadah bertekanan

6) Bersihkan gips
Setelah logam cair mengeras didalam cetakan, cetakan di
pecah untuk mengeluarkan cetakan mentahnya. Proses ini

41
melibatkan pencelupan onlay ke dalam asam sulfat 50% dan
larutan air selama beberapa detik. Solusi pengawetan mengurangi
oksida yang terbentukselama pengecoran. Penjepit baja atau baja
tahan karat tidak boleh digunakan untuk menghilangkan coran
dari larutan pengawet karena dapat terjadi kontaminasi. Pinset
berlapis karet atau Teflon direkomendasikan untuk proses ini.

Gambar 15 Logam yang dipadatkan dalam cincin

Gambar 16 Pengecoran mentah


7) Selesaikan dan polish casting pada die

Gambar 17 Finishing dan polishing

42
Daftar Pustaka

1. Iqbal A,Khan MS, Maxood A, Patil S, Alswulim RO, Alam MK. Faktor-faktor
yang bertanggungjawab atas kegagalan komposit langsung restorasi pada
pasien yang dilaporkan ke collage of dentrisry universitas al jouf. J Med Int
2017;24(6).pp.476-7
2. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd Ed. New Delhi : Jaypee
; 2015. pp. 116, 124-5, 127-32, 228, 402-3
3. Opdam NJM, Frankberger R, Magne P. From ‘direct versus indirect’ toward
an integrated restorative concept in the posterior dentition. Operative
Dentistry. 2016;41(3):2
4. Taqi M, Razak IA, Murat N. Comparing dental caries status using Modified
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS) and World
Health Organization (WHO) indices among school children of Bhakkar,
Pakistan. J Pak Med Assoc. 2019.pp.951
5. Prameswaran A. Evolving from principles of GV Black. Journal of Operative
Dentistry and Endodontics 2016; 1(1).pp.5.
6. Manappallil JJ. Basic dental materials. 4th Ed. New Delhi : Jaypee ; 2016. pp.
75,258,280,293
7. Fatmawati DWA. Macam-macam restorasi rigid pasca perawatan endodontia.
Stomatognatic (JKG Unej). 2011;8(2):96,97-101
8. Sajjanhar I, Mishra P. Direct versus indirect restoration: A review. Innovative
Publication 2019; 4(3):75,76
9. Sutono E, Rovani CA, Mattulada IK. When shrinkage is a problem, this
restoration can be a choice: a case report. Makassar Dent J. 2017;6(2):45,46
10. Sikri VK. Indirect restorations in dental practice. 2nd Ed. New Delhi : CBS
Publishers & Distributors Pvt Ltd ; 2017. pp. 22-4,202, 204, 212-3545,547
11. Lins SA, Ashikiriama A, Rizzante FAP, Furuse AY, Mondelli J, Ishikirama
SK, et al. Use of restorative materials for direct and indirect restorations in
posterior teeth by Brazilian dentists. RSBO. 2014;11(3):243.

43
12. Gunawan J, Takarini V, Hastrianingsih Z. Performa porselen fusi logam dan
porselen penuh. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad. 2017;29(3):210.
13. Boushell LW, Walter R. Fundamentals of tooth preparation. Dalam: Ritter
AV, Boushell LW, Walter R, editor. Sturdevant’s art and science of operative
dentistry. 7th Ed. Missouri: Elsevier; 2019. pp. 120, 125, 132
14. Aspros A. Inlays & onlays clinical experiences and literature review. Journal
of Dental Health Oral Disorders & Therapy. 2015;2(1):27
15. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. Craig’s restorative dental materials. 14th
Ed. Missouri: Elsevier; 2019. pp. 231.
16. Ritonga PWU, Fauzia N. Pengaruh teknik pencetakan fisiologis terhadap cacat
permukaan cetakan. Cakradonya Dent J. 2018;10(2):130.
17. Banerjee A, Timothy FW.Pickard's Manual of Operative Dentistry. 9th Ed.
London : Oxford University Express. 2011:p.55
18. Angeletaki F, Gkogkos A, Papazoglou E, Kloukos D. Direct versus indirect
inlay/onlay composite restorations in posterior teeth. J of Dentistry 2016;
53: 13
19. Ricketts D, Bartlett D. Advanced operative dentistry a practical approach.
Elsevier;2011.pp.154
20. Singh, H. Essestials of Preclinical Conservative Dentistry. 2nd Ed.
India:Wolter Kluwer. 2020. pp. 238-42

44

Anda mungkin juga menyukai