KELOMPOK 10
3
2. Pembahasan
4
Faktor yang bertanggung jawab atas kegagalan tambalan adalah
karies sekunder, sensitivitas gigi, fraktur, dan perubahan warna bahan
restorative. Sebuah studi yang dilakukan oleh Major mengidentifikasi
bahwa karies sekunder adalah penyebab digantinya bahan restorasi.
Sebuah penelitian di Swedia juga telah membuktikan bahwa karies
sekunder adalah faktor yang paling sering menyebabkan terjadinya
penggantian komposit. Beberapa penelitian lain melaporkan bahwa
penanganan klinis bahan ini juga berpengaruh terhadap kegagalan dan
penggantian komposit. Dijelaskan juga bahwa rata-rata usia tambalan
saat pemeriksaan ialah 16 bulan dan ditemukan karies berulang1. Jadi
kemungkinan terlepasnya tambalan berdasarkan skenario sangat besar
terjadi karena adanya karies yang aktif atau karies sekunder.
4. Apa saja komponen pada pemeriksaan objektif yang tampak pada
karies gigi D4, S2, S3?
1. Klasifikasi lesi karies menurut ICDAS (The International Caries
Detection and Assessment System) diklasifikasikan dalam skala 0-
6:4
D0: Struktur gigi sehat;
5
Gambar 1 Klasifikasi karies menururt ICDAS
2. Klasifikasi karies menurut G.J. Mount
Klasifikasi karies menurut G.J. Mount mengidentifikasi
posisi lesi pada mahkota gigi yang terbuka dan sejauh mana ia
telah berkembang. Lesi karies diklasifikasikan menjadi tiga
tempat yang berbeda pada permukaan mahkota gigi.5
1) Site 1: Karies pada pit dan fisura pada permukaan oklusal
gigi posterior dan defek lainnya
2) Site 2: Karies pada area kontak gigi (proksimal), baik
anterior maupun posterior
3) Site 3: Karies terletak pada area servikal termasuk
permukaan akar yang terbuka.
Luasnya lesi diklasifikasikan sebagai berikut:5
6
gigi seperti cusp/sudut insisal.
7
Jadi berdasarkan skenario pemeriksaan yang tampak pada
pasien ialah D4: Tampak bayangan gelap pada dentin, Site 2:
Karies pada area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun
posterior, dan Size 3: Kavitas yang berukuran lebih besar
sehingga preparasi kavitas diperluas agar restorasi dapat
digunakan untuk melindungi struktur gigi yang tersisa dari
retak/patah.
5. Apa jenis restorasi yang sebelumnya digunakan oleh pasien
sehingga tambalannya bisa terlepas?
Berdasarkan skenario, pasien mengalami tambalan yang lepas,
bisa dilihat dari gambar bahwa preparasi yang dilakukan belum
dilakukan dengan baik akhirnya tambalan terlepas. Salah satu tambalan
yang mudah lepas dan dilaporkan dalam banyak kasus pada sebuah
jurnal ialah restorasi komposit. Telah diamati bahwa dari 100 pasien
yang dioilih secara acak dari departemen rawat jalan bahwa mereka
lebih memilih restorasi komposit sebelumnya bahkan di area non
estetik yakni gigi posterior karena tampilannya lebih alami dan dalam
praktik klinis , 60% dari semua pekerjaan operatif menangani kasus
penggantian restorasi lama dari komposit karena gagal. Oleh karena itu
dapat disimpulkan bahwa umur dari resin komposit kurang baik1. Dari
data tersebut kemungkinan besar pasien menggunakan restorasi
komposit yang kemudian terlepas.
6. Apa jenis restorasi yang digunakan sesuai dengan skenario?
Restorasi dapat dilakukan secara direct maupun indirect. Restorasi
direct merupakan prosedur restorasi yang dilakukan secara langsung di
dalam mulut. Sementara restorasi indirect merupakan prosedur
restorasi yang dilakukan di luar mulut menggunakan bahan rigid dan
disementasikan pada kavitas gigi dan umumnya membutuhkan dua
atau lebih janji temu.6,7
8
Pada skenario, gigi kehilangan struktur gigi yang luas dengan site 2
dan size 3 yaitu ukuran karies yang luas pada bagian proksimal,
sehingga bahan restorasi harus memberikan karakteristik distribusi
tegangan yang lebih baik pada struktur gigi yang tersisa. Kasus seperti
itu memerlukan prosedur restorasi indirect.8
Alasan pemilihan restorasi indirect adalah sebagai berikut:9
a. Kekuatan dan daya tahan yang lama; restorasi direct memiliki
daya tahan yang lebih rendah, sehingga restorasi indirect
menjadi pilihan yang baik.
b. Ikatan bahan restorasi direct dengan dentin memiliki ikatan yang
lebih lemah dibanding email sehingga menjadi kendala bila tepi
kavitas terletak pada bagian dentin. Dengan menggunakan
restorasi indirect, restorasi pada tepi kavitas dapat berikatan baik
dengan dentin karena penggunaan luting resin sehingga potensi
shrinkage akibat polimerisasi dapat diminimalkan karena
penggunaannya yang hanya selapis tipis.
c. Restorasi indirect juga menjadi pilihan karena membutuhkan
bentuk, estetik dan kontak proksimal yang adekuat.
d. Pada kasus yang sulit dilakukan restorasi secara direct, biasanya
dengan menggunakan teknik restorasi indirect, hasil yang
memuaskan dapat diperoleh.
11
Untuk kasus pada skenario, dapat digunakan bahan porcelain ataupun
logam karena pasien menginginkan restorasi yang kuat, sehingga
dokter gigi harus memberikan ormular persetujuan (informed consent)
atas tindakan dan pilihan restorasi yang dipilih.12
Namun sesuai permintaan pasien yang menginginkan bahan yang
kuat dan tahan lama maka yang terbaik ialah logam.
13
Bentuk konveniens adalah bentuk yang memberikan visibilitas yang
memadai, aksesibilitas dan kemudahan preparasi dan restorasi gigi.
Memudahkan alat dan bahan masuk ke kavitas
Jika karies hny sebatas pit dan fissure, bahannya pake gic atau rmgic
yg flowable krn preparasinya kecil.
16
2.2 Pembahasan tujuan pembelajaran
19
dari bahan porselen, memiliki kerapatan tepi dan daya
tahan yang baik. Sementara lapisan porselen akan
memberikan penampilan yang estetik. Gigi pasca
perawatan saluran akar yang direstorasi dengan mahkota
porselen fused to metal tingkatkeberhasilan perawatannya
tinggi
20
restorasi yangberlebihan pada daerah gingival dapat dibuang
21
hanya dengan menggunakan hand instrument.
Indikasinya:menggantikan tambalan lama (amalgam) dan atau
yang rusak dengan memperhatikan nilai estetik terutama pada
restorasi gigi posterior,memperbaiki restorasi yang tidak
sempurna atau kurang baik,sertafraktur yang terlalu besar dan
apabila pembuatan mahkota bukan merupakan indikasi.
Keuntungan restorasi secara indirect resin komposit dibanding
restorasi secara direct adalah dapat dihindarinya konstraksi akibat
polimerisasi bahan komposit, sehingga kebocoran tepi dapat
dihindari. Kontak pada bagian proksimal dapat dibuat rapat dan
pembentukan kontur anatomis lebih mudah. Sedangkan
kekurangan restorasi secara indirect resinkomposit adalah adanya
ketergantungan restorasi pada semen perekat (lutingcement).
Isolasi yang kurang baik serta polimerisasi yang kurang sempurna
dari semen akan berakibat negatif terhadaprestorasi tersebut.
23
a) Di mana estetika menjadi pertimbangan utama karena
inlaydan onlay logam menampilkan warna logam.
24
b) Pasien dengan indeks karies tinggi.
25
Memperkuat struktur gigi yang tersisa, pada lesi karies
yang cukup besar, struktur gigi yang tersisa menjadi
lemah dan dapat diperkuat dengan adhesive bonding
dengan teknik indirek inlay/onlay
Waktu pengerjaan lebih cepat
Kekurangan
Membutuhkan janji temu berikutnya dengan pasien, untuk
kebutuhan restorasi sementara.
Lebih mahal daripada restorasi langsung
Lebih sensitive
26
Persyaratan klinis bahan cetak adalah: aroma yang
menyenangkan, rasa dan warna yang dapat diterima, manipulasi yang
mudah, working time dan setting time yang cukup, konsistensi,
elastisitas, dan tekstur yang cukup, kekuatan yang adekuat
(seharusnya tidak pecah atau robek saat dikeluarkan dari rongga
mulut), stabil secara dimensi, konsisten dengan suhu dan kelembaban,
kompatibel dengan bahan casting, tidak beracun dan tidak mengiritasi,
serta hemat biaya.10
29
b. Preparasi Box Proksimal
30
pemotongan
31
d. Retensi dan Resistensi
33
diterapkan dengan benar di gingiva sebelumnya memberikan bevel
dan flare pada preparat. Siapkan gingiva bevel dan flare dari
dinding enamel proksimal dengan cara yang sama dalam persiapan
tatahan. Persiapan onlay yang dirancang dengan baik harus
memiliki proksimal bentuk kotak untuk retensi dan pulpa datar dan
dinding gingiva untuk resistensi terhadap kekuatan dislodging.
35
persiapan tidak tersentuh. Oleskan alas pelindung di lantai persiapan.
Jika karies dalam dan sangat dekat dengan pulpa, kemudian setebal 1
mm kalsium hidroksida ditempatkan sebelum mengaplikasikan basa
yang sesuai.
2. Prosedur restorasi
36
Di dalam mulut, pelumas semacam itu tidak diperlukan
karena lapisantipis air liur atau cairan dentin berfungsi
sebagai pelumas.
37
Gambar 8 Pola lilin
3) Investasikan pola lilin
38
Gambar 10 Cincin ditempatkan di sekitar wadah
Liner cincin casting ditempatkan di dalam cincin pengecoran
Secara tradisional, asbes liner digunakan tetapi
penggunaannya telah terputusberlanjut karena masalah
kesehatan yang muncul dari menghirup debunya. Oleh
karena itu, non-asbes ring liner digunakan sepertikertas
selulosa danFibrous aluminosilicate ceramic.
40
bahan bakar sepertiasetilen, gas alam, dan propana.
6) Bersihkan gips
Setelah logam cair mengeras didalam cetakan, cetakan di
pecah untuk mengeluarkan cetakan mentahnya. Proses ini
41
melibatkan pencelupan onlay ke dalam asam sulfat 50% dan
larutan air selama beberapa detik. Solusi pengawetan mengurangi
oksida yang terbentukselama pengecoran. Penjepit baja atau baja
tahan karat tidak boleh digunakan untuk menghilangkan coran
dari larutan pengawet karena dapat terjadi kontaminasi. Pinset
berlapis karet atau Teflon direkomendasikan untuk proses ini.
42
Daftar Pustaka
1. Iqbal A,Khan MS, Maxood A, Patil S, Alswulim RO, Alam MK. Faktor-faktor
yang bertanggungjawab atas kegagalan komposit langsung restorasi pada
pasien yang dilaporkan ke collage of dentrisry universitas al jouf. J Med Int
2017;24(6).pp.476-7
2. Garg N, Garg A. Textbook of operative dentistry. 3rd Ed. New Delhi : Jaypee
; 2015. pp. 116, 124-5, 127-32, 228, 402-3
3. Opdam NJM, Frankberger R, Magne P. From ‘direct versus indirect’ toward
an integrated restorative concept in the posterior dentition. Operative
Dentistry. 2016;41(3):2
4. Taqi M, Razak IA, Murat N. Comparing dental caries status using Modified
International Caries Detection and Assessment System (ICDAS) and World
Health Organization (WHO) indices among school children of Bhakkar,
Pakistan. J Pak Med Assoc. 2019.pp.951
5. Prameswaran A. Evolving from principles of GV Black. Journal of Operative
Dentistry and Endodontics 2016; 1(1).pp.5.
6. Manappallil JJ. Basic dental materials. 4th Ed. New Delhi : Jaypee ; 2016. pp.
75,258,280,293
7. Fatmawati DWA. Macam-macam restorasi rigid pasca perawatan endodontia.
Stomatognatic (JKG Unej). 2011;8(2):96,97-101
8. Sajjanhar I, Mishra P. Direct versus indirect restoration: A review. Innovative
Publication 2019; 4(3):75,76
9. Sutono E, Rovani CA, Mattulada IK. When shrinkage is a problem, this
restoration can be a choice: a case report. Makassar Dent J. 2017;6(2):45,46
10. Sikri VK. Indirect restorations in dental practice. 2nd Ed. New Delhi : CBS
Publishers & Distributors Pvt Ltd ; 2017. pp. 22-4,202, 204, 212-3545,547
11. Lins SA, Ashikiriama A, Rizzante FAP, Furuse AY, Mondelli J, Ishikirama
SK, et al. Use of restorative materials for direct and indirect restorations in
posterior teeth by Brazilian dentists. RSBO. 2014;11(3):243.
43
12. Gunawan J, Takarini V, Hastrianingsih Z. Performa porselen fusi logam dan
porselen penuh. Jurnal Kedokteran Gigi Unpad. 2017;29(3):210.
13. Boushell LW, Walter R. Fundamentals of tooth preparation. Dalam: Ritter
AV, Boushell LW, Walter R, editor. Sturdevant’s art and science of operative
dentistry. 7th Ed. Missouri: Elsevier; 2019. pp. 120, 125, 132
14. Aspros A. Inlays & onlays clinical experiences and literature review. Journal
of Dental Health Oral Disorders & Therapy. 2015;2(1):27
15. Sakaguchi R, Ferracane J, Powers J. Craig’s restorative dental materials. 14th
Ed. Missouri: Elsevier; 2019. pp. 231.
16. Ritonga PWU, Fauzia N. Pengaruh teknik pencetakan fisiologis terhadap cacat
permukaan cetakan. Cakradonya Dent J. 2018;10(2):130.
17. Banerjee A, Timothy FW.Pickard's Manual of Operative Dentistry. 9th Ed.
London : Oxford University Express. 2011:p.55
18. Angeletaki F, Gkogkos A, Papazoglou E, Kloukos D. Direct versus indirect
inlay/onlay composite restorations in posterior teeth. J of Dentistry 2016;
53: 13
19. Ricketts D, Bartlett D. Advanced operative dentistry a practical approach.
Elsevier;2011.pp.154
20. Singh, H. Essestials of Preclinical Conservative Dentistry. 2nd Ed.
India:Wolter Kluwer. 2020. pp. 238-42
44