Anda di halaman 1dari 11

RESTORASI ANTERIOR DAN POSTERIOR PADA GIGI DECIDUI

A. PREPARASI GIGI DECIDUI

Terdapat perbedaan anatomis dan fisiologis antara gigi permanen dan decidui, tidak
hanya pada bentuk dan ukuran preparasi tapi juga pada pemilihan material restorasi. Adapun
perbedaannya:

 Gigi decidui lebih kecil daripada gigi permanen


 Ketebalan enamel 1-1,5mm
 Pit dan fisur pada gigi molar decidui lebih sedikit
 Permukaan oklusal lebih kecil, terutama pada gigi molar 1
 Kamar pulpa lebih besar
 Dentin lebih tipis kecuali pada fossa oklusal
 Bentuk molar terutama pada gigi molar 2 lebih bulat

1. Syarat-syarat Preparasi
Black (1924) menentukan beberapa aturan preparasi yang perlu diikuti untuk restorasi
gigi permanen yang karies. Restorasi gigi sulung masih mengikuti prinsip preparasi Black
dengan beberapa modifikasi.

Prinsip – prinsip Black untuk preparasi kavitas ada tujuh, yaitu :

1. Outline form.
Outline form yaitu pola menentukan bentuk luar suatu preparasi kavitas. Beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam menentukan outline form antara lain:
a. Tempat atau permukaan yang mudah diserang karies harus dimasukkan dalam
outline form.
b. Semua pit, fisur dan developmental groove yang terkena karies harus dimasukkan
dalam outline form.
c. Tonjol – tonjol gigi sebaiknya tidak dimasukkan dalam outline form.
d. Harus diusahakan jangan sampai ada dinding enamel yang tipis.
e. Extention for prevention dari Black menyatakan bahwa tepi – tepi kavitas harus
ditempatkan pada daerah – daerah gigi yang imun terhadap karies, yaitu pada
tempat – tempat di mana kemungkinan terjadinya karies kecil.

2. Removal of caries (Membuang jaringan karies).


Membuang jaringan karies atau yang diduga akan karies digunakan ekskavator atau bur
bulat kecepatan rendah. Pada kavitas yang dangkal dilakukan serentak karena jaringan
karies sudah terambil ketika membentuk resistance dan retention form. Karies tidak boleh
ditinggalkan dalam kavitas karena bila terjadi kebocoran tumpatan, bakteri yang tinggal
di kavitas akan menjadi aktif.

3. Resistance form (Membuat bentuk resistensi).


Resistance form bertujuan membentuk preparasi kavitas sedemikian rupa sehingga gigi
dan tumpatan cukup kuat menerima tekanan serta menahan daya kunyah. Berikut adalah
hal – hal yang perlu diperhatikan :
a. Enamel yang tidak disokong dentin yang sehat dibuang. Bila pada kavitas Klas II
overhanging enamel sedemikian besar, enamel yang tidak disokong dentin sehat
perlu dihilangkan. Dengan demikian akan menyebabkan sisa jaringan gigi
menjadi tipis. Dalam hal ini perlu diisi terlebih dahulu bagian undermine
(dasarnya) dengan semen Zn fosfat.
b. Dengan kedalaman kavitas 0,5 mm ke dalam dentin, kekuatan akan bertambah
dua kali jika isthmus didalamkan.
c. Isthmus harus dibuat 1/3 – ¼ jarak antar tonjol.
d. Line angle harus dibulatkan dan enamel harus didukung dentin yang sehat.
e. Cavo surface angle harus tegak lurus untuk mengurangi fraktur pinggir restorasi
dan memudahkan carving.

4. Retention form (Membuat bentuk retensi).


Retention form bertujuan membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga tumpatan
tersebut memperoleh pegangan yang kuat dan tidak mudah bergeser terhadap daya
kunyah. Tumpatan tidak lepas ketika gigi berfungsi.
5. Convenience form.
Convenience form adalah upaya membentuk kavitas sedemikian rupa sehingga
memudahkan untuk bekerja dengan alat – alat, baik dalam hal preparasi maupun
memasukkan bahan tumpatan ke dalam kavitas. Pembuatan conveniece form untuk
preparasi tumpatan amalgam diperlukan juga sehingga meluaskan lapangan penglihatan
pada waktu preparasi. Misalnya :
a. Pada kavitas pit dan fisur, di permukaan luar hanya terdapat kavitas yang kecil dan
sempit. Tetapi bagian dalam kavitas sudah meluas. Sehubungan dengan ini maka
kavitas perlu dilebarkan pada permukaan luar sebelum kavitas sebelah dalam
dipreparasi.
b. Pada kavitas aproksimal, di mana masih ada kontak dengan gigi tetangga yang
letaknya tersembunyi dan tidak terlihat dari luarnya. Untuk preparasi kavitas tersebut
sebelumnya harus dipreparasi dahulu jaringan gigi sebelah oklusal, bukal, lingual /
palatal sekitar aproksimal kavitas yang baik.

6. Finishing the enamel margin (Menghaluskan dinding / tepi kavitas).


Finishing the enamel margin adalah tindakan untuk membuat dinding yang halus dan rata
dengan tujuan mendapatkan kontak marginal yang baik.

7. Toilet of the cavity (Membersihkan kavitas dari debris/sisa preparasi).


a. Kavitas dibersihkan dari debris dengan air.
b. Kavitas diperiksa lagi pada kavitas, mungkin masih terdapat jaringan karies yang
harus segera dikeluarkan.
c. Kemudian dinding – dinding kavitas, diulas dengan alkohol atau stelirizing agent
lain, dan dikeringkan dengan semprotan udara.
d. Kavitas yang telah memenuhi syarat tersebut di atas harus tetap dijaga terhadap
semua kotoran – kotoran, kuman – kuman dan saliva dengan memblokir kelenjar
ludah dengan cotton roll sebelum pemberian basis dan mengisi tumpatan.

B. RESTORASI GIGI DECIDUI

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menentukan bahan restorasi gigi
sulung, diantaranya:

1. Usia anak
Usia anak akan berpengaruh terhadap perilakunya, apakah anak tersebut dapat
dipasangkan rubber dam dan jenis anastesi lokal apa yang dapat digunakan. Usia anak juga
menentukan berapa lama kita menginginkan restorasi tersebut tetap ada di dalam mulut
anak,misalnya restorasi pada gigi molar pertama pada anak 9 tahun tidak sama dengan
restorasi molar pertama pada anak 6 tahun.

2. Caries risk
Restorasi yang digunakan pada anak dengan risiko karies yang tinggi berbeda dengan
restorasi yang digunakan pada anak dengan risiko karies rendah, biasanya menggunakan
bahan yang dapat mengeluarkan fluoride. Glass ionomer tidak ideal dipakai pada anak dengan
risiko karies tinggi karena tingkat keasaman mulut anak tersebut tinggi, tetapi glass ionomer
dapat dipakai untuk initial caries control pada kasus rampant karies. Stainless-steel crown
dapat digunakan untuk anak dengan risiko karies yang tinggi.

3. Kooperatif atau tidak


Pada anak yang dinilai tidak kooperatif, maka restorasi dengan technique-sensitive
tidaklah tepat, sehingga dapat digunakan amalgam yang dapat mentolerir kondisi jika terjadi
kontaminasi saliva tanpa merubah kekuatannya. RMGI pada karies gig sulung anterior dapat
digunakan untuk memperlambat porses terjadinya karies dan dapat digunakan sebagai
restorasi sementara sebelum nantinya diganti dengan restorasi lebih kuat jika sudah terjadi
perubahan perilaku pada anak.

1) Bahan Restorasi Gigi Decidui

1) Composite Resin
a. Kelebihan komposit
 Adhesif
 Estetik
 Dapat diatur kapan waktu settingnya karena untuk setting harus dilakukan curing
 Kekuatan cukup
b. Kekurangan komposit
 Technique sensitive
 Membutuhkan isolasi yang baik
 Lebih mahal

2) Kompomer
Kompomer yang disebut juga sebagai polyacid-modified composite resin, adalah bahan
material yang estetis untuk merestorasi gigi karena karies. Kompomer dipasarkan sebagai
bahan dental baru yang akan memberikan manfaat gabungan dua unsur pembentuk utama,
yaitu dimethacrylate monomer dengan dua kelompok carboxylic dan filler, sama dengan
semen ionomer kaca yang dapat melepaskan ion.. Bahan ini akan mengeras oleh radikal bebas
dari reaksi polimerisasi, tidak memiliki kemampuan untuk melekat pada jaringan gigi yang
keras dan mempunyai level pengeluaran fluor yang lebih rendah dari GIC.

a. Indikasi dan kontraindikasi kompomer

Indikasi penggunaan kompomer , yaitu:


1. Kelas I desidui
2. Kelas II desidui
3. Kelas III
4. Kelas V
5. Pit dan fissure sealant

Kontraindikasi penggunaan kompomer, yaitu:

1. Kelas I, Kelas II, Kelas IV, Kelas VI


2. Jika pasien mempunyai riwayat alergi terhadap satu atau lebih bahan restorasi resin,
termasuk sistem adhesive.
3. Preparasi proksimal yang terlalu besar pada gigi molar permanen.
4. Pada tempat/lokasi dimana lapangan kerja tidak bisa diisolasi, seperti preparasi bagian
distal dari gigi molar 3.
5. Restorasi lesi karies di bagian akar, dimana daerah tersebut lebih cocok menggunakan
glass ionomer cements.
6. Pada kotak interproksimal yang dalam, karena peningkatan jarak dari sumber cahaya.

b. Kelebihan dan kekurangan kompomer

Kelebihan lain dari kompomer adalah sebagai berikut:

1. Kompomer mampu melepaskan fluor


2. Light cure membuat bahan tumpatan menjadi cepat mengeras sehingga bisa segera
dilakukan finishing dan polishing.
3. Memiliki teknik penanganan yang lebih sederhana daripada resin komposit
4. Apabila restorasinya sudah ditumpatkan dengan benar ke dalam kavitas gigi, maka akan
mencegah terjadinya celah tepi (marginal leakage), yang akan menyebabkan terjadinya
staining, hipersensitivitas dentin, dan sekunder karies.
5. Sistem light cure memungkinkan kita untuk dapat menambah bahan restorasi yang baru
walaupun bahan restorasi yang semula telah mengeras. Ini sangat menguntungkan para
dokter gigi karena apabila kompomer yang kita tumpatkan ternyata kurang, kita bisa
memperbaiki restorasi tersebut dengan menambah kompomer di kavitas tersebut di lain
waktu.
6. Warnanya estetis (sewarna dengan gigi) serta mudah diaplikasikan (dikemas dalam satu
komponen berbentuk pasta).
7. Pembuangan jaringan tidak invasif.

Adapun kekurangan daripada kompomer adalah sebagai berikut:


1) Dapat terjadi polimerisasi shrinkage sekitar 2-3% yang akan menyebabkan adaptasi
marginal antara gigi dan bahan restorasi menjadi buruk sehingga mempermudah
terjadinya fraktur dari cusp gigi..
2) Ikatan (bonding) terhadap dentin bisa jadi bermasalah, terutama pada preparasi di daerah
marginal, contohnya pada dasar kavitas/box yang berada di bawah cemento-enamel
junction (CEJ) pada preparasi proksimal.
3) Penggantian cusps gigi yang hilang pada preparasi yang besar di gigi posterior telah
dianggap tidak sesuai apabila menggunakan kompomer yang ditumpatkan secara
langsung.
4) Absorpsi air akan menyebabkan terjadinya diskolorisasi (staining) pada daerah
permukaan dan marginal dari tumpatan setelah beberapa tahun.
5) Pasien dan operator sensitif terhadap komponen dari adhesif resin, khususnya
hydroxyethylmethacrylate (HEMA).
6) Sulit untuk melakukan diagnosa dan interpretasi restorasi kompomer apabila ditinjau dari
segi radiografi.

3) GIC
Penggunaan GIC selain bertujuan untuk nilai estetik pada gigi anterior dikarenakan warna
yang mirip dengan warna gigi, juga digunakan sebagai perawatan untuk daerah yang terkikis
(tipe II), sebagai lutting agent (tipe I) dan sebagai bahan basis dan liner (tipe III).

A. Sifat-Sifat GIC
Sifat-sifat semen ionomer kaca adalah :
1. Perlekatan terhadap dentin dan email
Perlekatan terhadap dentin dan email berupa ikatan kimia antara ion kalsium dari jaringan
gigi dan ion COOH dari semen ionomer kaca. Ikatan dengan enamel dua kali lebih besar
daripada ikatannya dengan dentin. Dengan sifat ini maka kebocoran tepi tambalan dapat
dikurangi.
2. Anti karies
Semen ionomer kaca mengandung ion fluor dalam konsistensi tinggi yang dilepaskan terus
menerus berkaitan dengan struktur gigi sehingga gigi lebih tahan terhadap karies.
3. Biokompatibilitas
Semen ionomer kaca merupakan suatu bahan tambalan yang mempunyai
sifat biokompatibilitas yang cukup baik, artinya tidak mengiritasi jaringan pulpa sejauh
ketebalansisa dentin ke arah pulpa tidak berkurang dari 0,5 mm.
B. Indikasi GIC
Indikasi dari penggunaan GIC adalah:
1. Lesi erosi servikal
2. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)
3. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah tambalan
komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan MOD
4. Untuk meletakkan orthodontic brackets
5. Sebagai fissure sealant -> untuk fissure dan pit yang dalam
6. Restorasi gigi susu
7. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur

C. Klasifikasi GIC
Klasifikasi Glass Ionomer Cement berdasarkan kegunaannya yaitu:
a. Type I – Luting cements
GIC tipe luting semen sangat baik untuk sementasi permanen mahkota, jembatan,veneer
dan lainnya. Dapat digunakan sebagai liner komposit.Secara kimiawi berikatan dengan dentin
enamel, logam mulia dan porselen.Memiliki translusensiyang baik dan warna yang baik,
dengan kekuatan tekan tinggi.GIC yang diberikanpada dasar kavitas akan menghasilkan ion
fluorida serta berkurangnya sensitifitasgigi, perlindungan pulpa dan isolasi. Hal ini
mengurangi timbulnya kebocoranmikro ( micro-leakage) ketika digunakan sebagai semen
inlay komposit atau onlay (Craig, 2004).

b. Type II – Restorasi
Karena sifat perekatnya, kerapuhan dan estetika yang cukup memuaskan, GIC juga
digunakan untuk mengembalikan struktur gigi yang hilang seperti abrasi servikal.Abrasi
awalnya diakibatkan dari iritasi kronis seperti kebiasaan menyikat gigi yang terlalu keras
(Craig, 2004).

c. Type III – Liners and Bases


Pada teknik sandwich, GIC dilibatkan sebagai pengganti dentin, dan komposit sebagai
pengganti enamel. Bahan-bahan lining dipersiapkan dengan cepat untuk kemudianmenjadi
reseptor bonding pada resin komposit (kelebihan air pada matriks GIC dibersihkan agar dapat
memberikan kekasaran mikroskopis yang nantinya akan ditempatkan oleh resin sebagi
pengganti enamel (Anusavice, 2009).
d. Type IV – Fissure Sealants
Tipe IV GIC dapat digunakan juga sebagai fissure sealant.Pencampuran bahan dengan
konsistensi cair, memungkinkan bahan mengalir ke lubang dan celah gigi posterior yang
sempit (Powers, 2008).

e. Type V - Orthodontic Cements

f. Type VI – Core build up


Beberapa dokter gigi menggunakan GIC sebagai inti (core), mengingat kemudahan GIC
dalam jelas penempatan, adhesi, fluor yang dihasilkan, dan baik dalam koefisienekspansi
termal. Saat ini, banyak GIC konvensional yang radiopaque lebih mudah untuk menangani
daripada logamyang mengandung bahan-bahan lain. Namun demikian, banyak yang menganggap
GICtidak cukup kuat untuk menopang inti (core).Maka direkomendasikan bahwagigi harus
memiliki minimal dua dinding utuh jika menggunakan GIC (Powers, 2008).

g. Type VII - Fluoride releasing


Banyak laboratorium percobaan telah mempelajari fluorida yang dihasilkan GIC
dibandingkan dengan bahan lainnya.Namun, tidak ada review sistematis dengan atau tanpa
meta-analisis yang telah dilakukan. Hasil dari satu percobaan, dengan salah satu tindak lanjut
periode terpanjang, menemukan bahwa GIC konvensional menghasilkan fluorida lima kali
lebih banyak daripada kompomer dan 21 kali lebih banyak dari resin komposit dalam waktu 12
bulan. Jumlah fluorida yang dihasilkan, selama 24 jam periode satu tahun setelah pengobatan,
adalah lima sampai enam kali lebih tinggidari kompomer atau komposit yang mengandung
fluor (Craig, 2004).

h. Type VIII - ART (atraumatic restorative technique)


ART adalah metode manajemen karies yang dikembangkan untuk digunakan dinegara-negara dimana
tenaga terampil gigi dan fasilitas terbatas namun kebutuhan penduduk tinggi.Hal ini diakui
oleh organisasi kesehatan dunia. Teknik menggunakan alat-alat tangan sederhana (seperti pahat
dan excavator) untuk menerobos enamel dan menghapus karies sebanyak mungkin. Ketika
karies dibersihkan,rongga yang tersisa direstorasi dengan menggunakan GIC viskositas tinggi.
GIC memberikan kekuatan beban fungsional (Craig, 2004).

i. Type IX - Deciduous teeth restoration


Restorasi gigi susu berbeda dari restorasi di gigi permanen karena kekuatan kunyah dan
usia gigi. Pada awal tahun 1977, disarankan bahwa semen ionomer kaca dapat memberikan
keuntungan restoratif bahan dalam gigi susu karena kemampuan GIC untuk melepaskan fluor
dan untuk menggantikan jaringan keras gigi, serta memerlukan waktu yang cepat dalam
mengisi kavitas. Hal ini dapat dijadikan keuntungan dalam merawat gigi pada anak-anak.

D. Manipulasi GIC
Manipulasi dari GIC sendiri adalah sebagai berikut:
Penumpatan
1. Cocokkan warna gigi dengan shade guide warna restorasi.
2. Kavitas dibersihkan dan dikeringkan, kemudian ulasi dengan bahan conditioner serta
ditunggu selama 15 detik, cuci dan keringkan kembali untuk persiapan penumpatan.
3. Manipulasi bahan tumpat GIC, Rasio powder dan liquid sesuai yang dianjurkan oleh
pabrik pengadukan dilakukan pada paper pad, powder dan liquid terpisah. Powder
dibagi menjadi 2 bagian, 1 bagian dicampur dengan liquid selama 20 detik, sisanya
di mixing dan dilakukan waktu total 45-60 detik dicampur dengan cepat dengan cara
melipat. Cairan tidak boleh dikeluarkan sampai tepat sebelum waktu pengadukan
dilaksanakan (terjadi penguapan air penaikan viskositas). Konsistensi GIC yaitu
sampai terlihat kental dan berkilat di permukaan asam poliakrilat masih basah &
dapat melekat ke struktur gigi
4. GIC kemudian dimasukkan kedalam kavitas menggunakan plastic filling instrument
dan dimampatkan ke daerah incisal dan gingival.
5. Bahan tumpat kedua, yang agak sedikit berlebih, diletakkan diatas bahan pertama.
Pita matriks dikencangkan disekitar gigi, dan tumpatan diperiksa untuk melihat
adaptasi dan konturnya.
6. Sebelum terjadi pengerasan, sisa bahan yang melebihi matriks dibersihkan dengan
ujung sonde dan matriks ditahan pada posisinya sampai bahan mengeras. Bila sudah
terjadi pengerasan awal, pita matriks dapat dilepas. Pengerasan ini terjadi kira-kira 3
menit setelah bahan dimasukkan ke kavitas atau sesuai instruksi pabrik.
7. Setiap kelebihan tumpatan yang besar dibersihkan dengan menggunakan ekskavator
yang tajam atau skapel.
8. Setelah restorasi dibentuk dan pemolesan dilakukan 24 jam setelah penumpatan
dengan menggunakan white points atau set fine finishing bur atau super fine diamond
points dengankecepatan rendah. Setelah itu restorasi dapat segera dilapisi dengan
varnish menggunakan pinset dan gulungan kapas. Cara ini akan mencegah agar
semen tidak kehilangan atau mendapat kandungan air.

4) Resin Modified Glass Ionomer Cement (RMGI)


Resin modified ionomer cement atau RMGI adalah glass ionomer/ resin hybrid yang yang
cukup menahan reaksi asam-basa dalam semua proses curing .material ini memiliki dua reaksi
setting:

1. Reaksi asam-basa antara glass dan polyacid


2. Ligh-activated, polimerisasi radikal bebas pada grup metacrylate dari polymer

Penambahan resin pada GIC bertujuan untuk mengatasi masalah sensitifitas bahan pada
saat pengerasan dan mempercepat waktu pengerasan. Saat ini RMGI mulai menggantikan
glass ionomer konvensional dan dapat digunakan untuk semua indikasi glas-ionomer
konvensional ditambah dengan kegunaan lainnya. Bahan ini dianjurkan untuk digunakan pada
restorasi laminasi karena pengerasannya lebih cepat dan adaptasi interfasial dengan dentin
yang lebih baik dari resin komposit. Ikatan RMGI dengan resin komposit terbentuk karena
terjadi reaksi kimia diantara kedua bahan ini.Penggunaan RMGI sendiri umumnya dilakukan
untuk restorasi pada daerah dengan tekanan rendah (gigi depan di daerah servikal, kelas III,
kelas V, kelas I gigi susu), dan pasien dengan resiko karies tinggi (hal ini sering terjadi pada
anak-anak).
A. Keuntungan RMGI

a) Adhesive
b) Aesthetic
c) Mudah diapliasikan
d) Kemampuan seting yang baik

B. Kekurangan RMGI

a) Beberapa bersifat radiolusent


b) Daya tahan tidak diketahui
c) Menyerap air

C. Indikasi dari penggunaan RMGI adalah:


 Restorasi gigi desidui
 Restorasi kelas I yang kecil
 Restorasi kelas III dan V
 Restorasi transisi
 Kegagalan pengisian dan undercut
 Teknik laminasi dan sandwich
D. Manipulasi RMGI
Buka tutup dari pencampur clicker, keluarkan sedikit bahan pada mixing pad dengan
menekan pasta 2-3 detik, biasa penekanan selama 2 detik, pasta akan keluar dalam jumlah yang
sama (rasio beratnya 1,3:1,0). Campurkan bahan dengan spatula selama 20 detik sampai warna
merata terbentuk, hindari terbentuknya rongga udara. Kavitas yang akan direstorasi sebelumnya
diberikan conditioner berupa nano primer dan disinari dengan light cure selama 15 detik.
Pengerasan RMGI membutuhkan sinar light cure, kedalaman maksimum bahan untuk
penyinaran tidak boleh lebih dari 2 mm. Sinari RMGI ini selama kira-kira 20-30 detik dan
kemudian bahan restorasi dapat dipolis.

Anda mungkin juga menyukai